KABUPATEN JEMBER
Oleh
2. Etiologi Hernia
1) Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor
resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra
abdomen.
2) Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen
karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3) Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4) Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5) Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
3. Klasifikasi Hernia
Berdasarkan Terjadinya
a) Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
b) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia
akuisita / didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan
pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya
disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi
dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,
2009).
Berdasarkan sifatnya
a) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
b) Hernia irreponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium
kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =
perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus (Erfandi, 2009).
Berdasarkan Letaknya
a) Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua,
kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa
benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat
barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk
hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin
femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
b) Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi
dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan
angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen,
biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri
dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih
umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini
terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat,
atau kegemukan.
c) Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani
oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
d) Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke
dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk
tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat
(akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria,
hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda
spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep
Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada
di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis
dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini
umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada
bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang
pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda
berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
2. Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan
melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum
inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian
lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang
tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna
ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan.
Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian
atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar
pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang sekali menjadi ireponibilis.
4. Patofisiologi Hernia
Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar
75% dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia
Inguinalis atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional
dinding abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect.
Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi
laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang
berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah
kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin
Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering
turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat
bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika
peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis
memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan
dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada
orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana
kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi
pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan
selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan,
bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau
tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa
nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya
dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang
terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga
perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti
dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang
terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke
rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang
dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke
hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia
menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan
rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.
Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual,
muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri
atas tindakan menjepit defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif
seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan
skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat
menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri.
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi
untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan
nyeri kronis pada groin.
b) USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
c) CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia
obturator)
d) Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi
untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
e) Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak
ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
Data laboratorium, meliputi:
Darah
o Leukosit 10.000 18.000/mm3
o Serum elektrolit meningkat
7. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali
c) Celana penyangga
d) Istirahat baring
e) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
f) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a) Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
b) Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke
ligamen inguinal.
c) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
7. Komplikasi
1) Hernia berulang,
2) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
3) Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
4) Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
5) Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
B. Clinical Pathway
Etiologi (Kerja berat,
batuk kronis, genetic)
Kurang terpapar
Hernia informasi
Inguinal kesehatan
Distensi Kurang
Inguinal pengetahuan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
3) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya.
Missal : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi
kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi
meningkatnya tekanan intra abdominal.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di
selangkangan / di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita
berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat
benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut.
Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah
akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.
5) Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit
menular lainnya.
6) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
7) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb
faal hemostasis, dan jumlah lekosit.
- Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
b. Pemeriksaan penunjang
- Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan
paru.
- Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45
th.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
a. Nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah selakangan
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuantentang kondisi kesehatan,
rencana operasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Kurang informasi
e. Resiko infeksi
Intra Operasi :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan
b. Resiko cedera berhubungan dengan penggunaan instrument dan obat obatan
anestesi
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan bedah.
d. Resiko aspirasi
e. Gangguan perfusi jaringan
f. Resiko syok
Post Operasi :
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi bedah
b Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya
berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber
c. Resiko cedera
d. Hipotermi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri (khususnya NOC NIC
dengan mengedan) Pengendalian nyeri Manajemen nyeri
yang berhubungan Tingkat nyeri 1. Beritahu pasien untuk
dengan kondisi Tujuan : menghindari mengejan,
hernia atau Setelah dilakukan tindakan meregang, batuk dan
intervensi keperawatan selama mengangkat benda yang
pembedahan diharapkan nyeri berat.
hilang/berkurang, 2. Pantau tanda-tanda vital
ketidaknyamanan berkurang 3. Berikan tindakan
Kriteria hasil: kenyamanan, misal
- klien menyatakan nyeri gosokan punggung,
berkurang pembebatan insisi
- Melaporkan nyeri selama perubahan
terkontrol posisi, lingkungan
- Pasien tampak rileks dan tenang.
tenang 4. Berikan analgesik sesuai
program.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC,
Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta.
R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi,
EGC, Jakarta.