Penyusun:
NPM: 144012413
JAKARTA
2020
1
A. Konsep Dasar
1. Definisi
digolongkan sesuai dengan jenis arah garis fraktur (Tambayong, 2000 hal : 124).
jaringan tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya.
(2011) fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang terjadi
akibat trauma langsung dan umumnya sering dialami oleh laki-laki dewasa.
fraktur femur ialah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh trauma fisik
2
2. Etiologi
Corwin (2009, hal : 336) menyebutkan penyebab fraktur yang paling sering
adalah trauma, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Adapun beberapa
a. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau
tekanan ringan dan sering terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis atau
b. Fraktur stress (fatigue fraktur), yaitu dapat terjadi pada tulang normal akibat
stres tingkat rendah yang berkepanjangan. Fraktur ini terjadi pada mereka yang
Menurut Rasjad (2007) bahwa penyebab terjadi fraktur adalah sebagai berikut :
Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan oleh kecelakaan, tenaga fisik
1) Cedera langsung, yaitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan.
2) Cedera tidak langsung, yaitu pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan terjulur menyebabkan fraktur klavikula atau orang
tua yang terjatuh menganai bokong dan berakibat fraktur kolom femur.
b. Fraktur patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur. Hal ini dapat terjadi pada
berbagai keadaan, antara lain : tumor tulang (jinak dan ganas), infeksi seperti
3
osteomielitis, scurvy (penyakit gusi berdarah), osteomalasia, rakhitis,
osteoporosis.
Smeltzer (2001, hal : 2358) menyebutkan bahwa manifestasi klinis dari fraktur
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
b. Deformitas terjadi karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai,
c. Pemendekan tulang terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang
d. Krepitus teraba saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, yang teraba akibat
e. Pembengkakan dan perubahan warna kulit lokal pada kulit yang terjadi akibat
Corwin (2009, hal 337) juga menyebutkan dan menjelaskan bahwa manifestasi
a. Nyeri biasanya patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak. Spasme otot
dapat terjadi setelah patah tulang dan menimbulkan nyeri aktivitas dan berkurang
b. Posisi tulang atau ekstremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas.
4
d. Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi, yang menandakan kerusakan
saraf. Denyut nadi di bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian
kompartemen.
e. Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung
4. Klasifikasi
a. Fraktur komplit, yaitu fraktur yang mengenai suatu tulang secara keseluruhan.
b. Fraktur inkomplit, yaitu fraktur yang meluas secara parsial pada tulang.
kulit.
Menurut Mansjoer (2000, hal : 364) klasifikasi fraktur adalah sebagai berikut :
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
b. Fraktur terbuka (open compund), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
5
1) Derajat I : luka kurang 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda
kontaminasi minimal.
2) Derajat II : Laserasi kurang 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap /
3) Derajat III : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
pergeseran anatomis tulang bergeser atau tidak bergeser, adalah sebagai berikut :
a. Greenstik, yaitu fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya.
c. Oblik, yaitu fraktur yang membentuk sudut garis tengah tulang (lebih tidak
f. Depresi, yaitu fraktur dengan fragmen patahan dorongan ke dalam (sering terjadi
g. Kompresi, yaitu fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).
h. Patologik, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
6
k. Impaksi, yaitu fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya.
Fraktur subtrochanter femur yaitu fraktur di mana garis patahnya berada 5 cm dari
distal trochanter minor, fraktur ini dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi lebih
sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding dan Magliato, yaitu :
1) Tipe I yaitu garis fraktur satu level dengan trochanter minor.
2) Tipe II yaitu garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas trochanter minor.
3) Tipe III yaitu garis patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas trochanter
minor.
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena truma langsung akibat kecelakaan
atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah
satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah, yaitu dengan 2 jenis antara lain:
7
1) Fraktur tertutup
2) Fraktur terbuka, ketentuan fraktur femur bila terdapat hubungan tulang yang
a) Derajat I, terjadi apabila hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan oleh tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
b) Derajat II, terjadinya luka lebih besar (> 1 cm) dan luka ini disebabkan karena
c) Derajat III, terjadinya luka lebih luas dari derajat kedua, lebih kotor dan
ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot-otot
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial stres valgus atau varus disertai
rotasi.
dari gaya hiperabduksi dan abduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke
atas.
8
f. Fraktur Colum Femur
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
1) Fraktur intrakapsuler yaitu fraktur femur yang terjadi di dalam sendi, panggul
dan kapsula, melalui kepala femur (capital fraktur) dan melalui leher dari femur.
2) Fraktur ekstrakapsuler yaitu fraktur yang terjadi di luar sendi dan kapsul
melalui trochanter femur yang lebih besar / kecil pada daerah intertrochanter dan
terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 (dua) inch di
5. Patofisiologi
yaitu ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar
tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan
lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens
terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga
pembersihan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk
di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.
9
Aktivitas osteoblas segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorbsi dan sel tulang baru secara
memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak
hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila
6. Penatalaksanaan
Suratun (2008, hal : 150) menyebutkan bahwa ada 4 (empat) konsep dasar
kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang berperan pada peristiwa yang
cara :
1) Reduksi terbuka : dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna (misalnya
10
2) Reduksi tertutup :ekstremitas dipertahankan dengan gips, traksi, brace, bidai,
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan.
pemulihan posisi dan rentang gerak kembali normal. Sebagian besar reduksi dapat
pembedahan untuk fiksasi (reduksi terbuka), pin atau sekrup dapat dipasang untuk
11
c. Imobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan agar terjadi
a. Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari
adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah. Maka bila
harus disangga di atas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi
b. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan
yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh
fragmen tulang.
tulang panjang ekstremitas bawah juga dapat dilakukan dengan membebat kedua
tungkai bersama, dengan ekstremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi
ekstremitas yang cedera. Pada cedera ekstremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke
12
d. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
reduksi fragmen, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka maka
e. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian
dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh yang sehat dan kemudian
dari sisi yang cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi yang
7. Komplikasi
Menurut Suratun (2008, hal : 150) komplikasi pada kasus fraktur adalah
sebagai berikut :
1) Syok yaitu dapat berupa fatal dalam beberapa jam setelah odema
13
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur
2) Kehilangan tulang,
5) Infeksi,
6) Keganasan lokal,
14
10) Fraktur intraartikuler (cairan sinovial mengandung fibrolisin, yang akan
1. Pengkajian
didasarkan pada gejala-gejala yang tergantung pada sisi, beratnya dan jumlah
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau
nadi pada distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pembengkakan jaringan
c. Neurosensori
15
d. Nyeri / keamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokasi pada area
e. Keamanan
pembengkakan lokal.
f. Penyuluhan / pembelajaran
g. Pemeriksaan diagnostik
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada klien fraktur adalah sebagai berikut :
2) Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur dan juga dapat
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel), peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
5) Kreatin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
16
2. Diagnosa Keperawatan
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
17
Keperawatan
18
- Frekuensi nadi tidur jika perlu
- Patikan bel
- Frekuensi napas panggilan mudah di
membaik jangkau
- Denyut jantung apikal - Pastikan barang-
membaik barang pribadi
mudah di jangkau
- Denyut jantung radialis - Pertahankan posisi
membaik tempat tidur di
posisi terendah saat
- Pola atau istirahat tidur
di gunakan
membaik
- Pastikan roda
tempat tidur
terkunci
- Gunakan
pengaman tempat
tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas
Kesehatan
- Diskusikan
mengenai Latihan
dan terapi fisik
yang di perlukan
- Diskusikan
mengenai alat
bantu mobiltas
yang sesuai (mis,
tongkat atau alat
bantu jalan)
- Diskusikan
Bersama anggota
keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
- Tingkatkan
frekuensi observasi
dan pengawasan
pasie, sesuai
kebutuhan
Edukasi
19
- Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh
ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti
posisi secara
perlahan dan duduk
selama beberapa
menit sebelum
berdiri.
20
menurun - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan nyeri
- Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang
nyeri
- Menarik diri
menurun - Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
- Berfokus pada diri
sendiri meningkat nyeri
- Identifikasi pengaruh
- Diaforesis
menurun nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
- Perasaan depresi
(tertekan) menurun terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Perasaan takut
mengalami cedera - Monitor efek samping
berulang menurun penggunaan analgetik
- Anoreksia Teraupetik
menurun
- Berikan Teknik
- Perineum terasa nonfarmakologis untuk
tertekan menurun mengurangi rasa nyeri
(mis, hypnosis akupresur,
- Uterus teraba kompres hangat/dingin)
membulat menurun
- Kontrol lingkungan yang
- Ketegangan otot memperberat rasa nyeri
menurun (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Pupil dilatasi
menurun - Fasilitas istirahat dan
tidur
- Muntah menurun
- Pertimbangkan jenis dan
- Mual menurun
sumber nyeri dalam
- Pola nafas pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri
21
membaik - Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Proses berpikir
membaik - Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Fokus membaik
- Anjurkan memonitor
- Fungsi berkemih nyeri secara mandiri
membaik
1. Anjurkan menggunakan
- Perilaku membaik analgetik secara tepat
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
22
toleransi.
keperawatan
4. Resiko Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan 3x24 jam pasien di
intoleransi harapkan memiliki kriteria hasil - Identifikasi gangguan
23
- Kekuatan tubuh bagian atas - Monitor lokasi dan
untuk mengurangi
kelelahan
24
Diagnosa Tujuan kriteria Intervensi
Keperawatan
5. Kurang Setelah dilakukan - Kaji tingkat
pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan klien dan
tentang 3x24 jam pasien di keluarga tentang
penyakit
harapkan memiliki penyakitnya.
berhubungan
dengan kurang kriteria hasil
- Berikan penjelasan
terpaparnya
Tujuan : pada klien tentang
informasi
tentang penyakit dan
- pasien kondisinya sekarang.
penyakit
mengutarakan
pemahaman - Anjurkan klien dan
tentang kondisi, keluarga untuk
efek prosedur memperhatikan diet
makanan nya.
- dan proses
pengobatan. - Minta klien dan
Kriteria Hasil : keluarga mengulangi
kembali tentang
- melakukan materi yang telah
prosedur yang
25
diperlukan dan diberikan
menjelaskan
alasan dari suatu
tindakan.
- memulai
perubahan gaya
hidup yang
diperlukan dan
ikut serta dalam
regimen
perawatan
DAFTAR PUSTAKA
26
AKUT DI RUANG MARJAN ATAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR
SLAMET GARUT. 2020.
27