Di Susun Oleh
Kelompok 7 :
Dede Rahmawati ()
Segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’al atas limpahan rahmat dan
Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Tn. S Dengan Stroke Hemoragic Di Ruang Hcu Rs
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya bimbingan dari pihak yang bersangkutan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ns.Agustini Liviana D R, S. Kep., M. Kep., selaku dosen pembimbing pkk keperawatan gawat
darurat Politeknik Karya Husada yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
proses penyusunan makalah ini sehingga penelitian kasus ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5 Peran Fungsi Dan Uraian Tugas Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat ....6
3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara global stroke merupakan penyakit urutan kedua yang dapat meyebabkan kematian serta
kecacatan serius. Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak
mengalami gangguan sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhi dengan baik (Arum, 2015). World Health Organization (WHO) menyatakan stroke
atau Cerebrovascular disease adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih (Arifianto, Sarosa &
Setyawati,2014).
World Health Organization (WHO 2016) melaporkan bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan
penyebab utama kematian di dunia, pada tahun 2012 terjadi 6,7 juta kematian akibat stroke.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi stroke di Indonesia mencapai
angka 8,3 per 1.000 penduduk (Haryanto, Setyawan & Kusuma, 2014). Berdasarkan data 10
besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di
Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi
Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama
(Kemenkes, 2013). Menurut Rikesdas tahun 2013, dalam laporannya mendapatkan bahwa di
Indonesia, setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke Stroke merupakan penyebab
utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 5,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di
Indonesia, 1 diantaranya karena stroke. Sumatera Barat dalam prevelansi penyakit stroke
menempati urutan ke 6 (enam) dari 33 provinsi setelah provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
Kepulauan Riau, Gorontalo, DKI Jakarta, NTB, dengan presentase 10,6% (BPS, 2011).
Gejala stroke yang muncul dapat bersifat fisik, psikologis, atau perilaku. Gejala fisik paling khas
adalah kelemahan anggota gerak sampai kelumpuhan, hilangnya sensasi di wajah, bibir tidak
simetris, kesulitan berbicara atau pelo (afasia), kesulitan menelan, penurunan kesadaran, nyeri
kepala (vertigo), mual muntah dan hilangnya penglihatan di satu sisi atau
dapat terjadi kebutaan (Feigin, 2014).Salah satu penyebab atau memperparah stroke antara lain
hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), kolesterol, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh
darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan) dan migren
(sakit kepala sebelah). Pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis. Sedangkan pada
perilaku di sebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti kebiasaan
merokok, menkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol gemar mengkonsumsi makanan cepat
saji. Faktor perilaku lainnya adalah kurangnya aktifitas gerak/olahraga dan obesitas. Salah satu
pemicunya juga adalah suasana hati yang tidak baik seperti sering marah tanpa alasan yang jelas
(Soeharto,2015).
Penanganan stroke harus dilakukan dengan cepat dan tepat karena jika semakin lama stroke tidak
segera ditangani maka tingkat keparahan stroke semakin tinggi, maka dari itu perlu dilakukan
pemeriksaan CT-Scan, EKG, foto toraks, pemeriksaan darah perifer lengkap, glukosa, APTT,
kimia darah dan analisa gas darah. Saturasi oksigen merupakan presentase oksigen yang telah
bergabung dengan molekul hemoblobin (Hb), oksigen bergabung dengan Hb dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, pada saat yang sama oksigen dilepas untuk memenuhi
kebutuhan jaringan. Tubuh manusia normal membutuhkan pasokan oksigen yang konstan untuk
berfungsi secara sehat, kadar oksigen rendah dalam darah dapat menyebabkan kondisi medis
yang serius dan mengancam jiwa Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi setiap makhluk
hidup, agar dapat mengukur berapa banyak presentase oksigen yang terkandung dalam darah,
atau di dalam air yang diminum ataupun oksigen di udara yang dihirup desebut sebagai sarurasi
oksigen (Hermawati, 2017).
Posisi elevasi kepala merupakan tindakan keperawatan konvesional, pemberian posisi elevasi 30
derajat salah satu bentuk intervensi keperawatan dalam yang rutin dilakukan pada pasien post op
craniotomy. Teori yang mendasari elevasi kepala ini adalah peninggian anggota tubuh di atas
jantung dengan vertebralis axis, akan menyebabkan cairan serebro spinal (CSS) teretribusi dari
kranial ke ruang subarachnoid spinal dan memfasilitasi venus
retun serebral (Sunardi dkk, 2011).Peran perawat yang paling utama di ruang HCU bangsal
syaraf menurut Junaidi (2011) diantaranya memastikan kepatenan ABC (Airway, Breathing,
Circulation), serta memantau tekanan darah tiap jam dan bagi pasien yang mengalami
penumpukan saliva dilakukan suction serta perubahan posisi miring setiap 2-4 jam sekali.
Setelah dilakukan observasi di ruangan HCU bangsal syaraf, tekanan darah pasien hanya
dipantau per jam kerja dengan menggunakan monitor, saturasi dan terpasang oksigen. Selain itu,
pada saat pemberian obat dan perubahan posisi, perawat selalu berkomunikasi dengan keluarga
sehingga keluarga mendapatkan informasi / edukasi atas Tindakan yang dilakukan perawat ke
pasien.
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah tidak berfungsinya neurologis fokal yangmendadak dan di
karenakan adanya perdarahan primer yang terjadi secaraspontan, disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah di otak (Purwanto, 2016).
Stroke hemoragik adalah stroke yang dikarenakan bocor atau pecahnyapembuluh
darah di otak. Ada beberapa kondisi penyebab pembuluh darah di otakpecah dan
mengalami perdarahan antara lain Hipertensi, aneurisma, pengencerdarah (Haryono
Rudi, 2019).
Hipertensi Aneurisma
Rubtur anerisma
Hematom serebral
Perdana (2017)
8. Komplikasi Stroke Hemoragik
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Haryono Rudi (2019) antara lain :
a. Kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot
Pada penderita stroke bisa mengalami lumpuh, biasa terjadi di sebagiantubuh
seperti wajah atau bagian tubuh lain.
b. Gangguan dalam proses berfikir dan mengingat
Penderita stroke banyak yang megalami gangguan dalam mengingat.Selain itu
juga penderita stroke kesulitan untuk berfikir
c. Kesulitan berbicara dan menelan
Pada penderita stroke bisa mengalami kesulitan menelan maupun berbicarakarena
stroke akan mempengaruhi otot-otot pada tenggorokan dan mulut.
d. Dekubitus, gangguan respirasi, hipertensi
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan untuk menegakkandiagnose
strokeadalah (Purwanto, 2016):
a. CT Scan
Pemeriksaan ini memperlihatkan letak edema secara spesifik, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinyasecara
pasti. Hasil pemeriksaan umumnya akan di dapatkan hiperdensfokal, terkadang
masuk ke ventrikel, atau bisa menyebar pada permukaanotak.
b. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) untuk menentukan besar/luas dan
posisi terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yangmengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.
c. Angiografi Serebri
Pada pemeriksaan angiografi serebri terdapat perdarahan arteriovena
atauadanya ruptur untuk menemukan penyebab stroke.
d. USG Doppler
Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasikan adanya penyakit arteriovenal
(masalah sistem karotis). Adanya hambatan aliran atau gumpalan
padapembuluh darah.
e. EEG
Pemeriksaan ini untuk mengetahui masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang mengalami infark sehingga impuls listrik dalam jaringanotak
menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu penilaian klinis tentang respons klienmengenai
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang sedang dialaminyasecara potensial
maupun aktual. Diagnosa keperawatan digunakan untukmengidentifikasi respon
pasien, keluarga maupun komunitas mengenai situasiyang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai responseseorang
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan, atau rentang responindividu,
keluarga, kelompok, maupun komunitas (Herdman, 2015).Langkah-langkah
menentukan diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKIDPP PPNI (2018)
sebagai berikut:
1) Analisa Data
Merupakan pengembangan dalam kemampuan berpikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Analisis data keperawatan
terdapat beberapa tahapan meliputi :
a.) Bandingkan data dengan nilai normal
Data yang diperoleh melalui pengkajian dibandingkan dengan nilai
normal, setelah itu di identifikasi tanda dan gejala yang signifikan.
b.) Penggelompokan data
Mengelompokkan data-data klien yang signifikan atau keadaantertentu
dimana klien mengalami permasalahan kesehatan ataukeperawatan
berdasarkan kriteria permasalahannya. Mengelompokkandata dilakuian
secara deduktif atau induktif. Induktif yaitu memilahdata menjadi pola,
sedangkan deduktif menggunakan kategori
polaselanjutnyamenggelompokkan data sesuai dengan kategori.
2) Identifikasi Masalah
Perawat dan klien mengidentifikasi masalah yang aktual, resiko, dan
promosi kesehatn. Hal ini akan merujuk pada diagnosis keperawatan.
3) Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan diagnosis disesuikan dengan jenis diagnosa keperawatan.
Adadua cara merumuskan diagnosis, yaitu :
a.) Penulisan Tiga Bagian (Three Part)
Terdiri dari masalah, penyebab, tanja/gejala, dan metode inidigunakan pada
diagnosis aktual (Masalah berhubungan denganPenyebab dibuktikan dengan
Tanda/Gejala).
b.) Penulisan Dua Bagian (Two Part)
Metode ini digunakan pada diagnosis resiko dan promosi kesehatan
(Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko atau Tanda/Gejala).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke Hemorgik adalah:
1.) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan keabnormalan
masaprotrombin dan/atau masa tromboplastin parsial
2.) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya bernafas
3.) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
4.) Defisit perawatan diri : mandi, makan, berpakaian, toileting, berhias
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
5.) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguanneuromuskuler
6.) Risiko aspirasi berhubungan dengan Penurunan kesadaran
Diagnosa yang di ambil dalam masalah ini adalah risiko aspirasi. Risiko
aspirasi merupakan beresiko masuknya sekresi orofaring, benda cair atau padat,dan
sekresi gastrointestinal ke saluran trakeobronkial dikarenakan disfungsiprotektif
saluran pernapasan. Penyebab terjadinya risiko aspirasi antara lainpenurunan
tingkat kesadaran, penurunan reflek muntah dan/batuk, disfagia,gangguan menelan
(Tim Pokja SDKI DPPPPNI, 2018).
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa dilanjutkan dengan perencanaan danaktivitas
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah
keperawatan pasien. Intervensi keperawatan yaitu segala perawatan yang di
lakukan oleh perawat yang berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis
bertujuan untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).Rencana asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara
penetapankebutuhan klien dan pelaksanaan keperawatan. Dengan demikian
rencana asuhankeperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara
tepat mengenairencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannyaberdasarkan diagnosa keperawatannya dalam memenuhi kebutuhan
klien (Judha,2011).
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini dilakukan tindakan dari perencanaan keperawatan yang telahditetapkan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien dengan optimal.Pelaksanaan yaitu
perwujutan dan pengelolaan dari rencana keperawatan yangtelah dibuat pada tahap
sebelumnya (Judha, 2011). Fokus implementasikeperawatan pada masalah risiko
aspiras yaitu pencegahan aspirasi meliputimengkaji tingkat kesadaran pasien,
mengkaji reflek menelan, mempertahankankepatenan jalan nafas dengan head-tilt
dan chin-lift, memposisikan pasien semi-fowler atau fowler dan pemberian
makanan, jika residu lambung cukup banyakmaka menghindari memberi makan
melalui enteral, mengajarkan strategimenelan/mengunyah (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu langkah terakhir dalam proses keperawatan.Evaluasi adalah kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja dan terus-menerus yang melibatkanperawat, klien, dan timkes
lainnya.Hal ini memerlukan pengetahuan tentangpatofisiologi, kesehatan, dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi sendiri yaitu untukmenilai apakah tercapai atau tidak tujuan dari rencana
keperawatan yang sudahdilakukan dan untuk pengkajian ulang (Padila, 2015).
Perumusan evaluasi asuhan keperawatan meliputi 4 komponen yangdikenal dengan istilah
SOAP. Data subjektif (S) data berupa perkembangan klien, keluhan klien, keluhan yang masih
dirasakan klien setelah tindakan keperawatan bisa berkurang, hilang atau masih seperti
sebelumnya. Objektif (O) adalah data hasil pengukuran atau pemeriksaan yang bisa diamati dan
diukur perawat. Assesment (A) yaitu Interpretasi atau kesimpulan dari data subjektif dab
objektifuntuk menilai tujuan yang ditetapkan apakah tercapai dan masalah dapat teratasiatau
tidak. Planing (P) merupakan perencanaan tindakan. Menentukanperencanaan selanjutnya
berdasarkan analisis, apakah perlu dilakukan tindakanyang sama, atau di ubah sesuai dengan
kebutuhan klien. Evaluasi ini disebutevaluasi proses (Sri Wahyuni, 2016)