Nama Kelompok :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan
Stroke" sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi saya
sendiri.Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Dra.Indrawati, S.Kep,Ns,M.Psi selaku
Dosen pembimbing Mata Kuliah Gerontik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti akan terjadi pada
semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses berangsur-angsur
dan berakibat pada perubahan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2015).
Upaya pemerintah dalam pembangunan nasional berdampak pada tingginya angka harapan
hidup penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat (Suardiman,
2011). Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah dalam berbagai aspek. Salah satunya
adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi penurunan struktur dan fungsi organ tubuh
sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun infeksi
(Darmojo dan Martono, 2010). Proporsi penyebab kematian pada lansia paling tinggi adalah
stroke (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Penyakit stroke banyak ditemukan pada masyarakat yang berusia 45 tahun ke atas. Stroke
terjadi secara mendadak dan dapat berakhir pada kematian serta kecacatan yang pemanen
pada anggota gerak (Lumbantobing, 2010). Stroke memiliki tingkat mortalitas yang tinggi
sebagai penyakit terbanyak ketiga yang menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit
jantung dan kanker. Persentase yang meninggal akibat kejadian stroke pertama kali adalah
18% hingga 37% dan 62% untuk kejadian stroke berulang. Data Internasional Classification
of Disease yang diambil dari National Vital Statistics Reports Amerika Serikat untuk tahun
2011 menunjukkan rata-rata kematian akibat stroke adalah 41,4% dari 100.000 penderita.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000
penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per 1000
penduduk. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi
Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per 1000 penduduk), Bangka
Belitung dan DKI Jakarta (masing-masing 9,7 per 1000 penduduk). Prevalensi stroke
berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000 penduduk), Sulawesi Tengah (16,6
per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per 1000 penduduk. Kasus stroke di
provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 12,3 per seribu penduduk.
Dampak yang ditimbulkan akibat stroke antara lain adalah kelemahan atau kelumpuhan pada
ekstremitas anggota gerak. Akibat dari kelemahan anggota gerak akan menyebabkan
munculnya masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dan resiko jatuh. Selain itu lansia
juga akan mengalami gangguan pada otak bagian thalamus atau sub kortikal yang dapat
mempengaruhi kualitas dan pola tidur akibat terjadinya insomnia post stroke. Kesepian juga
dapat terjadi pada lansia yang tinggal di rumah pelayanan social karena merasa ditinggalkan
oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan penderita stroke dalam melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Mereka menjadi bergantung kepada orang lain di
sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Stoke Pada Tn.D dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembuatan Makalah Laporan ini adalah sebagai
berikut:
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan Keperawatan pada pasien dengan
masalah utama Stoke
Tujuan Khusus
Dapat membuat pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan masalah Stroke
Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan
masalah Stroke
Dapat membuat rencana keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah
Stroke
Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan
masalah Stroke
Dapat melakukan evaluasi pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah Stroke
Dapat mendokumentasikan proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan
masalah Stroke
II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR
DEFENISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002). Stroke atau cedera
cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006)
Stroke dibagi menjadi 2, yaitu Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik. Stroke non
hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa
deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik
(Arif Mansjoer, 2009). Sedangkan stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya
iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
ETIOLOGI
Etiologi stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu iskemik dan hemoragik. Pada
stroke iskemik, etiologi stroke dapat berupa plak arterosklerotik dan emboli yang berasal dari
jantung atau bukan dari jantung. Pada stroke hemoragik, stroke dapat terjadi disebabkan oleh
pecahnya aneurisma, adanya malformasi arterio-venosa, serta adanya trauma pada kepala.
Stroke Iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh aliran darah yang terhenti yang dapat disebabkan oleh
emboli, thrombosis, atau hipoperfusi. Stroke iskemik dibagi berdasarkan penyebab, yaitu
stroke arterotrombotik, stroke emboli, dan stroke lakunar.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik dapat disebabkan oleh aneurisma, hipertensi, amiloidosis, koagulopati,
penggunaan terapi antikoagulan, dan malformasi arterio-venosa. Salah satu penyebab paling
sering pada stroke hemoragik adalah rupturnya aneurisma intrakranial.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi stroke melibatkan gangguan fungsi otak yang berkembang cepat. Stroke dapat
disebabkan oleh proses iskemia ataupun perdarahan otak.
Stroke Non Hemoragik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan cerebral blood flow (CBF) yang
menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang. Jaringan serebrovaskular yang terjadi pada
keadaan iskemia terdiri dari dua lapisan, yaitu:
Lapisan luar yang mengalami iskemia yang lebih ringan atau disebut dengan jaringan
penumbra, yang dapat diselamatkan dengan intervensi segera
Lapisan dalam yang mengakami iskemia berat yang telah mengalami nekrosis
Pada lapisan dalam yang mengalami nekrosis, nilai CBF sekitar 10-12 ml/100 gram/menit,
sedangkan lapisan iskemik yang dikelilingi oleh penumbra memiliki CBF sekitar 18-20
ml/100 gram/menit dan berisiko menjadi nekrosis dalam waktu beberapa jam. Jaringan
penumbra memiliki CBF sekitar 60 ml/100 gram/menit.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi karena ruptur pembuluh darah yang menyebabkan terkumpulnya
darah di rongga intrakranial. Stroke hemoragik dapat dibagi menjadi perdarahan intraserebral
dan perdarahan subarachnoid
MANIFESTASI KLINIS
Penglihatan kabur karena kerusakan retina
Nyeri pada kepala
Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intrakranial
Edema dependent
Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
(Pudiastuti R D, 2016).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam kondisi emergensi
dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pasien jangka panjang. Selain itu, pemilihan jenis terapi
juga dilihat dari waktu masuk layanan kesehatan dan onset dari stroke. Stroke memiliki
jendela terapi 3-6 jam.
Beberapa hal yang harus dilakukan pada kasus stroke akut adalah:
Lakukan intubasi bila pasien tidak sadar atau Glasgow Coma Scale di bawah 8. Pastikan jalan
napas pasien aman jika intubasi tidak dapat dilakukan
Jika pasien mengalami hipoksia (saturasi oksigen di bawah 94%), berikan oksigen. Mulai dari
pemberian 2 liter per menit menggunakan nasal kanuldan tingkatkan hingga 4 liter per menit
sesuai kondisi pasien
Dapat dilakukan elevasi kepala 30 derajat, tetapi penelitian terbaru mempertanyakan posisi
kepala mana yang lebih baik, apakah elevasi kepala atau tidak
KLASIFIKASI STROKE
Stroke Non Hemoragik (Stroke Sumbatan), Stroke yang paling sering terjadi
Stroke Emboli : Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau pembuluh
arteri besar yang terangkut menuju otak
Stroke Trombotik : Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh arteri yang
mensuplai darah ke otak
Stroke Hemoragik (Stroke Berdarah)
Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah dan darah masuk ke dalam jaringan
yang menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja otak berhenti. Penyebab
tersering adalah Hipertensi
Perdarahan Subarachnoid : Pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan
otak dan darah bocor di antara otak dan tulang tengkorak. Penyebabnya bisa berbeda-beda,
tetapi biasanya karena pecahnya aneurisma
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. CT scan
Diagnosis stroke dikonfirmasi dengan bantuan pencitraan otak. Pemindaian CT scan kepala
non-kontras merupakan pemeriksaan yang cepat dan aman. Pada fase akut, perdarahan
terlihat jelas sebagai area yang hiperdens (putih). Gambaran ini tetap dapat muncul selama
sekitar 72 jam dari serangan stroke. Pada hari ke-10, area perdarahan akan menjadi hipodens
(terlihat lebih gelap dari jaringan normal). Pada stroke iskemik, zona hipodens yang berbatas
tegas muncul. Namun selama beberapa jam pertama terutama pada 6 jam pertama, stroke
iskemik mungkin tidak akan tampak pada CT scan. Oleh sebab itu pada kasus yang dicurigai
stroke iskemik pada jam-jam awal kejadian sebaiknya dilakukan pemeriksaan MRI.
2. MRI scan
MRI scan adalah metode pencitraan otak pilihan pada stroke karena lebih sensitif dalam
mendeteksi iskemia dini dan memungkinkan untuk membedakan antara iskemia lama dan
baru.
3. Ultrasonografi dupleks karotis
Stenosis arteri karotis dapat menyebabkan stroke. Hal ini sering dicurigai ketika pasien
datang dengan gejala yang menunjukkan oklusi arteri serebral tengah atau anterior. Cara
paling umum untuk mendiagnosis stenosis karotis adalah menggunakan ultrasonografi
dupleks karotid, yang merupakan prosedur yang dapat ditoleransi dengan baik dan non-
invasif. Angiografi resonansi magnetik dan angiografi CT juga dapat digunakan dalam
skrining dan penilaian stenosis karotis.
4. Pemeriksaan tambahan
Selain pemeriksaan umum yang meliputi tekanan darah, elektrokardiogram (EKG), urea dan
elektrolit, glukosa darah, kolesterol, hitung darah lengkap, tingkat sedimentasi eritrosit,
fungsi tiroid dan penanda inflamasi, dan lainnya disesuaikan kondisi spesifik setiap pasien.
dengan bantuan orang l
ain / mandiri Klien dap
at toileting dengan ban
tuan
alat
EVALUASI
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam mengumpulkan,
mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status kesehatan pasien dengan kriteria
hasil yang diinginkan. Evaluasi adalah aktivitas yang terus-menerus, berkelanjutan, dan
terencana yang melibatkan pasien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain
(Christensen & Kenney, 2009). Evaluasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah
menentukan kemajuan pasien dalam mencapai kriteria hasil yang sudah dirancang. Tujuan
penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen proses keperawatan dalam membantpu
Pasien mencapai kriteria hasil (Christensen & Kenney, 2009). Evaluasi melibatkan
perbandingan respons pasien saat ini dengan perilaku dasar untuk menentukan kemajuan
pasien dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Penilaian mengenai
kemajuan pasien dibuat dengan menganalisis dan menilai data objektif dan subjektif oleh
perawat, pasien, keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan tidak cukup dalam mencapai
kriteria hasil, maka pasien dan perawat memperbaiki rencana asuhan (Christensen & Kenney,
2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. Identitas Klien :
Nama/Initial : Tn. D
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Suku : Batak
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tunas Mekar, Gg. Perjuangan dusun II tuntungan II
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 59 tahun
Alamat : Jl. Tunas Mekar, Gg. Perjuangan dusun II tuntungan II
Hub. dgn klien : Istri
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Tn. D mengatakan sakit daerah tengkuk,susah untuk berbicara,tidak tahan untuk
berdiri lama
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn D sebagai kepala keluarga memiliki hipertensi sejak kurang lebih 7 tahun yang
lalu yang mengakibatkan stroke ringan sudah kurang lebih 2 tahun, , tidak memiliki masalah
istirahat, makan maupun Kebutuhan dasar lainnya . Mempunyai penyakit Stroke pada saat
ini.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tn. D memiliki Riwayat Kesehatan sesak dan Ny. S memiliki Riwayat Kesehatan
masa lalu yaitu kanker mioma
2) Telinga :
Inspeksi:Telinga klien bersih, bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak ada luaran
serum, tidak ada lesi atau luka, klien masih mampu mendengar dengan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada telinga, tidak teraba benjolan
3) Mata/Penglihatan :
Inspeksi:Mata kanan dan kiri simetris, bulu mata sedikit dan pendek, tidak ada cairan
abnormal yang keluar dari mata, sklera jernih, konjungtiva non anemis, tidak
memakai kaca mata, terlihat kantung mata.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
4) Hidung :
Inspeksi : bentuk simetris, pernafasan vesikuler, bersih,tidak ada sekret
5) Mulut dan Tenggorokan :
Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut kaku,gigi tidak lengkap
6) Leher :
Inspeksi:Leher klien bersih, warna kulit merata, reflek telan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe atau tiroid
7) Dada (Jantung dan Paru) :
Inspeksi:Perkembangan antara dada kanan dan kiri simetris
Palpasi: Taktil fremitus teraba sama antara dada kanan dan kiri
Perkusi: Bunyi resonan
Auskultasi: Suara paru vesikuler
8) Abdomen :
Inspeksi: Warna kulit merata, tidak ada lesi atau luka
Auskultasi: bising usus 10x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada area abdomen
Perkusi: bunyi timpani
9) Genetalia :
Tidak dikaji
10) Ekstremitas :
Inspeksi: Warna cokelat, kering, tidak terdapat lesi, kuku kotor dan pecah-pecah
Palpasi: Tidak terdapat edema maupun nyeri tekan.
5. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Hubungan dengan orang lain (anggota keluarga, tetangga, dan masyarakat)
Klien mengatakan hubungan dengan istrinya baik, klien mengatakan jarang
berinterakasi dengan tetangga sekitar rumahnya karena aktifitasnya hanya terbatas di rumah
saja, kecuali bila ada tetangga yang berkunjung ke rumahnya. Komunikasi dengan tetangga
sekitar masih bagus dan baik, klien kooperatif saat diajak bicara dan memberikan umpan
balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan
b. Stabilitas Emosi :
Tn.D mengatakan merasa cemas dan gelisah terhadap penyakitnya sehingga sering
menyebabkan tekanan darahnya meningkat
d. Frekuensi kunjungan keluarga (jika di panti)
-
e. Harapan klien :
Keluarga berharap agar stroke Tn. D sembuh dan tidak bergantung pada obat-obatan
dan Tn. D dapat mengurangi kebiasaan merokok.
6. PENGKAJIAN STATUS MENTAL
Tn.D mengatakan merasa cemas dan gelisah terhadap penyakitnya sehingga sering
menyebabkan tekanan darahnya meningkat.
7. PENGKAJIAN MASALAH EMOSIONAL
Masalah Emosional ( Cemas, gelisah, khawatir, sedih/murung, menangis )
Tn.D mengatakan merasa cemas dan gelisah terhadap penyakitnya sehingga sering
menyebabkan tekanan darahnya meningkat
8. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN
Pola kebiasaan ( makan, minum, ngemil, merokok,dll ) :
Tn.D mengatakan makan 3x sehari pada jam 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 18.15 WIB
Merokok 2 bungkus/hari
Minum 7-8 gelas/hari
.Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi ( Makan dan Minum )
- Tn. D mengatakan makan 3X (pagi,siang,malam) dalam sehari makan dengan jam
yang teratur
- Tn. D mengatakan minum air putih sebanyak 7-8 gelas dalam sehari
b. Pola istirahat tidur
Tn.D mengatakan pola istirahatnya teratur dimana Tn.D tidur malam dari jam 22.00-
05.00 (8jam) dan tidur siang selama 1 jam
c. Eliminasi ( BAB dan BAK )
Tn.D mengatakan BAK sebanyak 4-5 kali dalam sehari dan BAB sebanyak 1kali
dalam sehari
d. Pola Aktivitas ( Kegiatan ringan s/d berat )
Tn.D mengatakan melakukan aktifitas dirumahnya seperti memberi makan ternak dan
menyiram tanaman sekitar rupanya
9. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Keterangan :
0 : Mandiri, 1 : Alat Bantu, 2 : Dibantu Orang Lain,3 : Dibantu Orang Lain
dan Alat, 4 : Tergantung Total
Interpretasi :
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil ..... ini
menunjukkan bahwa Tn/Ny .... mengalami gangguan kognitif (Utuh,
Ringan, Sedang dan Berat)
D. APGAR KELUARGA
KADANG TIDAK
SELALU
No ITEMS PENILAIAN KADANG PERNAH
(2)
(1) (0)
A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat
1 kembali pada keluarga ( teman- Ya
teman ) saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya
P : Partnership Ya
Saya puas dengan cara keluarga
( teman teman ) saya
2
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
saya.
G : Growth Ya
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
3 teman ) saya menerima &
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
A : Afek Ya
Saya puas dengan cara keluarga
( teman teman ) saya
4 mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
R : Resolve Ya
Saya puas dengan cara teman-
teman saya dan saya menyediakan
5
waktu bersama sama
mengekspresikan afek dan
berespon
JUMLAH 3 2
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Nilai 7-10 : Apgar Keluarga baik
E. GERIATRIC DEPRESSION SCALE ( SKALA DEPRESI )
NO PERTANYAAN
APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS DENGAN
1 TIDAK
KEHIDUPAN ANDA?
APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN BANYAK
2 YA
KEGIATAN DAN MINAT/KESENANGAN ANDA
3 APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA KOSONG? YA
4 APAKAH ANDA SERING MERASA BOSAN? YA
APAKAH ANADA MEMPUNYAI SEMANGAT YANG
5 TIDAK
BAIK SETIAP SAAT?
APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU YANG
6 YA
BURUK AKAN TERJADI PADA ANDA?
APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK
7 TIDAK
SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?
8 APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK BERDAYA? YA
APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH DARIPADA
9 PERGI KELUAR DAN MENGERJAKAN SESUATU HAL YA
YANG BARU?
APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI BANYAK
10 MASALAH DENGAN DAYA INGAT ANDA YA
DIBANDINGKAN KEBANYAKAN ORANG ?
APAKAH ANDA PIKIR BAHWA KEHIDUPAN ANDA
11 TIDAK
SEKARANG MENYENANGKAN?
APAKAH ANDA MERASA TIDAK BERHARGA SEPERTI
12 YA
PERASAAN ANDA SAAT INI?
13 APAKAH ANDA MERASA PENUH SEMANGAT? TIDAK
APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN ANDA
14 YA
TIDAK ADA HARAPAN?
APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN, LEBIH BAIK
15 YA
KEADAANNYA DARIPADA ANDA?
Jumlah Skor
NO DATA DIAGNOSA
1 DS: Nyeri akut b/d agen pencedera biologis
- Tn. D mengatakan nyeri
tengkuk kepala pada saat
tensi naik
- Penglihatan gelap dan pusing
saat tensi naik
DO :
- TD : 140/80 mmHg
- N: 80 x/menit
- RR : 22 x/ menit
- S : 36 °C
- Skala nyeri : 6 ( sedang)
DO :
- Tn. D terlihat kaku
- TD : 140/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 22 x/ menit
- S : 36 °C
DO:
- TD : 140/80 mmHg
- N: 80 x/menit
- RR : 22 x/ menit
- S : 36 °C
12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK/LANSIA
A:
- Masalah sebagian teratasi
P:
- Pertahankan intervensi
2. Resiko hambatan mobilitas 1. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah S:
fisik b/d kekuatan otot kaki latihan -Tn.D mengatakan mengatakan lemah dan kaku
menurun Nyeri akut b/d agen 2. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien pada ekstremitas atas dan bawah namun masih
pencedera biologis 3.Membantu pasien untuk melakukan rentan gerak bisa bergeerak tanpa bantuan
aktif maupun pasif
4. Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan O:
ADLS sesuai dengan kemampuan - Tn. D terlihat kaku
- TD : 140/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 22 x/ menit
- S : 36 °C
A:
- Masalah sebagian teratasi
P:
- Pertahankan Intervensi
3. Resiko jatuh b/d penurunan 1.Mengidentifikasi fisik pasien yang dapat S:
kekuatan otot. meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan - Tn. D mengatakan merokok sampai 2
tertentu bungkus / hari
2.Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang - Tn. D mengatakan konsumsi makanan
mempengaruhi resiko jatuh berlemak
3.Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang - Tn. D mengatakan sering
dapat potensi untuk jatuh misalnya: lantai yang minum kopi
licin dan lantai terbuka
4.Menyarankan perubahan dalam gaja berjalan O:
kepada pasien - TD : 140/80 mmHg
5.Mengajarkan pasien bagaimana jatuh untuk - N: 80 x/menit
meminimalkan cedera - RR : 22 x/ menit
- S : 36 °C
A:
- Masalah sebagian teratasi
P:
- Pertahankan intervensi