OLEH
KELOMPOK 2
>YARLIN NDOLU
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Pasien Stroke” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerawatan Menjelang Ajal &
Paliatif.
Mudah-mudahan ASKEP ini memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar,
sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah direncanakan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam ASKEP ini. Oleh karena itu, segala kritikan
dan saran yang membangun akan kami terima sebagai wujud koreksi. Akhir kata, semoga
ASKEP ini bermanfaat bagi kita semua.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian,
kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi,2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar
51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar
16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya
kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperandalam peningkatan konsentrasi
glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah
yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobic yang merusak
jaringan otak (Ricodkk,2008).
Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 permill dan 12,1
permill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%),
sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan
perempuan hampir sama (Kemenkes,2013).
Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang terdiri dari tenaga
medis, tenaga perawatan, tenaga paramedis non perawatan dan tenaga non medis. Dari semua
katagori tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, tenaga perawatan merupakan tenaga
terbanyak dan mereka mempunyai waktu kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan
tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan penting dalam menentukan
baik buruknya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Perawat yang bertugas di ruangan pasien selalu dituntut untuk berhati-hati menangani
pasien dan dalam menggunakan alat-alat yang beraneka macam. Tuntutan untuk bertindak
cepat dan tepat dalam menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat
darurat atau bagian kecelakaan. Sifat-sifat tugas tersebut merupakan contoh-contoh bentuk
stressor untuk perawat. Perawat juga dihadapkan dengan sikap pasien yang kurang
menyenangkan dan kurang menghargai, serta menuntut perawat untuk selalu siap setiap saat
memberikan bantuan pada pasien. Tuntutan dari pimpinan maupun orang-orang sekitar
merupakan hal yang biasa ditemui, terlebih lagi apabila tidak ada pembagian tugas yang jelas
sehingga seorang perawat harus pandai-pandai membagi waktunya untuk memberikan
bantuan kepada pasien yang bermacam-macam. Di samping itu, perawat sering dihadapkan
pada tugas-tugas yang menyangkut keselamatan jiwa seseorang, seperti perawatan pasien
menjelang ajal.
Penting bagi perawat yang merawat pasien menjelang ajal menyadari perasaan mereka
sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka. Karena sulit untuk melihat orang yang
telah dirawat meninggal dunia. Banyak perawat merasa frustrasi dan berduka ketika pasien
mereka meninggal. Perawat perlu saling memberi kenyamanan dan mendukung dalam
perawatan terhadap orang menjelang ajal. Sikap yang baik akan menunjang pemberian
perawatan kepada pasien. Sedangkan perawat yang mempunyai sikap yang tidak baik akan
berpengaruh pula dalam perawatan pasiennya dia tidak akan bisa melakukan perawatan
pasien menjelang ajal sehingga pasien tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa/i dapat memahami konsep
stroke dan mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke.
2. Tujuan Umum
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Stroke
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (Hendro Susilo, 2012).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja (Muttaqin, 2012).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
Dengan demikian, stroke dapat didefinisikan adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari
sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh
oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara
atau permanen. (Muttaqin, 2012).
B. Etiologi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2012), yaitu :
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di bawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak :
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri
iliaka (Ruhyanudin, 2017).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD)
2) Myokard infark
3) Fibrilasi yaitu keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu :
1. Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau
embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh
dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang
merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan
afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
3. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Haemorhagi serebral
a. Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera
untuk mempertahankan hidup.
b. Haemorhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidu ral,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau
gejala.
c. Haemorhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme
pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada
otak.
d. Haemorhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak paling umum
pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan rupture pembuluh darah.
Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila haemorrhagi
membesar, makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan
kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
C. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
1. Menurut Gejala Kliniknya
a.Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2001), manifestasi klinis penyakit stroke terdiri atas beberapa hal,
yaitu :
1. Defisit Lapang Penglihatan
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)
Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan, penglihatan, mengabaikan
salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
b. Kehilangan penglihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek.
c. Diplopia
Penglihatan ganda.
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
b. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang
luas.
c. Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
d. Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
3. Defisit Verbal
a. Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
b. Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara tetapi tidak
masuk akal.
c. Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
4. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi ,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
5. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa
takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
F. Komplikasi
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
a. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.
b. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
2. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
b. Infark miokard
c. Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
d. Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.
3. Komplikasi Jangka Panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular
perifer.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur turun
kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut :
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
b. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0078) Nyeri Kronis b.d kerusakan system saraf, penekanan saraf d.d
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas.
2. (D.0054) Gangguan Mobilitas Fisik b.d ketidakbugaran fisik, penurunan
kendali otot, penurunan masa otot, penurunan kekuatan otot, nyeri d.d mengeluh
suli. menggerakkan ektermitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun
3. (D.0109) Defisit Perawatan Diri b.d gangguan muskuloskuletal, kelemahan d.d
menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi, mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri.
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi Keperawatan
Sensitivitas terhadap klien adalah yang paling penting agar perawat dapat
berfungsi secara afektif. Perawat juga harus sensitive terhadap budaya, etnisitas, gaya
hidup, atau kelas sosial klien dan keluarganya. Mereka harus sensitive terhadap
keterbatasan dan sifat peran mereka sendiri. Jika klien ingin menghindari perasaan
emosional yang dapat diekspresikan ketika seseorang membentuk ikatan dengan klien
yang sedang melawan hidup dan mati, maka perawat harus sensitive terhadap
kebutuhan mereka sendiri.
ASUHAN KEPERAWATAN
NARASI KASUS
Ny. M usia 56 tahun tinggal di Desa Manusak Kecamatan Panti Kabupaten Kupang bersama
suami dan anaknya aktivitas sehari – hari sebelum sakit bekerja sebagai petani. Ny. M di
diagnosis stroke sudah 8 bulanyang lalu, kaki dan tangan sebelah kanan Ny. M secara tiba-tiba
tidak bisa bergerak sepert biasanya setelah jatuh di depan rumah, kemudian dibawa ke
puskesmas dan di diagnosa stroke dikarenakan tekanan darah 190 mmHg sehingga anggota
badan sebelah kanan Ny. M tidak bisa bergerak sama sekali Ny. M mempunyai riwayat
hipertensi dan kolestrol yang tinggi. Kondisi saat ini Ny. M hanya mampu terbaring di kasur dan
tidak melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas Ny. M dibantu oleh anaknya seperti saat mandi,
berpakaian, makan dan toileting. Saat ini Ny. M tidak pernah kontrol lagi. Pada saat melakukan
pengkajian, Ny. M terlihat terbaring di kasur, pada saat diajak bicara Ny. M terlihat mengeluh
pusing dan nyeri pada daerah kaki sebelah kanan. Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 150/90
mmHg, N: 80x/menit, RR: 24x/menit, dan suhu: 36,6 °C.
IDENTITAS PASIEN
Nama (Inisial) Ny. M
Tempat tanggal lahir Kupang, 02 Agustus 1963
Umur 56 tahun
Diagnosa Medis Stroke
Nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Riwayat Penyakit Saat Ini
Ny. M menderita penyakit stroke sejak 8 bulan yang lalu.
Ny. M setiap pagi berjemur di bawah sinar matahari untuk melatih otot tangan
dan kaki dan anak Ny. M rutin memberikan jus semangka untuk mengontrol
tekanan darah Ny. M
Data Fokus (Pengkajian fisik dan pemeriksaan penunjang)
Pemeriksaan fisik:
Pasien dalam kondisi kesadaran kompos mentis GCS: E4.V5. M6. Pemeriksaan
TTV klien diperoleh TD: 150/90 mmHg, RR: 24x/menit,N: 80x/menit, suhu:
36,6 °C. Klien mengatakan BAB 1 kali perhari serta BAK lebih dari 2 kali
perhari.
Pemeriksaan penunjang:
-
KESEJAHTERAAN SPIRITUAL
berhubungan dengan
Tuhan
14 Saya merasa pasti SS CST S TS CTS STS
tentang masa depan
saya
15 Hubungan saya
dengan Tuhan SS CST S TS CTS STS
membantu saya tidak
sendirian
16 Saya merasa hidup ini
penuh dengan konflik SS CST S TS CTS STS
dan kemalangan
17 Saya merasa sangat
bahagia ketika SS CST S TS CTS STS
dengan Tuhan
18 Hidup ini terasa tidak SS CST S TS CTS STS
punya banyak arti
19 Hubungan saya
dengan Tuhan SS CST S TS STS
CTS
menambah perasaan
bahagia hidup saya
20 Saya yakin ada tujuan
yang nyata dalam SS CST S TS CTS STS
hidup saya
C. ANALISA DATA
P: pasien mengalami
Hambatan kemampuan
kaku dan kelemahan otot
meneruskan aktivitas
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: pada lutut kaki dan
kerusakan sistem saraf
tangan kanan
S: skala 5
T: hilang timbul
RR: 24x/menit Nyeri Kronis
N: 80x/menit
DS
D. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0078) Nyeri Kronis b.d kerusakan system saraf, penekanan saraf d.d mengeluh
nyeri, tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas.
2. (D.0054) Gangguan Mobilitas Fisik b.d ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot,
penurunan masa otot, penurunan kekuatan otot, nyeri d.d mengeluh suli.
menggerakkan ektermitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun
3. (D.0109) Defisit Perawatan Diri b.d gangguan muskuloskuletal, kelemahan d.d
menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi, mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri.
E. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2014. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo.
Tim Pokja SDKI DPP-PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP-PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.