Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan keperawatan perioperatif berlangsung sebelum, saat, dan
segerah sesudah prosedur pembedahan. Pada setiap periode, pemeriksaan
dan intervensi spesifik dilakukan oleh perawat, yang bertindak baik sebagai
klinisi mandiri dan juga anggota tim laynan kesehatan. Tujuan dari
keperawan perioperatif adalah membantu klien dan keluarganya dalam
menghadapi pembedahan, membantu memfasilitasi pencapaian hasil yang
diharapkan, serta membantu klien mendapatkan fungsi yang opimal setelah
pembedahan. Manajemen kebutuhan klien bersifat unik dan dapat
diperkirakan, melalui intervensi ini di rencanakan untuk membantu klien
mencapai hasil yang diharapkan dengan cara yang efisien dan tepat.
Keperawatan perioperatif dilakukan oleh perawat terdaftar yang berusaha
membantu klien dengan berbagai peran. Keperawatan perioeratif
menggunakan sekumpul terminologi yang sama dengan diagnosis
keperawatan. Hal tersebut sebagai perioperative Nursing Data Set (PNDS)
dan dikembangkan sebagai bahasa umum untuk memudahkan pemahaman
di antara tenaga profesional dan memberikan kontribusi mewujudkan
pelayanan yang aman bagi klien.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu
penyakit pasien, jnis pembedahn yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari
ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting,
karna bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan merupakan hal yang baik
atau benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mngkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut
maka sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-
langkah perioperatif. Tindakan keperawatan perioperatif yang

1
berkesinambungan dan tepat akan sangat brpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud keperawatan perioperatif ?
2. Bagaimana keperawatan praoperasi ?
3. Bagaimana keperawatan intraoperasi ?
4. Bagaimana keperawatan pascaoperasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai keperawatan perioperatif
2. Untuk mengetahui keperawatan praoperasi
3. Untuk mengetahui keperawatan intraoperasi
4. Untuk mengetahui keperawatan pascaoperasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien . Pelayanan keperawatan perioperatif
berlangsung sebelum, saat dan segera sesudah prosedur pembedahan.
B. Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
1. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi
3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan

C. Klafikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency. Pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan
pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi
kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak
atau tusuk, luka bakar sanagat luas.

3
2. Urgen. Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut,
batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan. Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan
dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh :
Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan
tyroid, katarak.
4. Elektif. Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi
pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana,
perbaikan vaginal.
5. Pilihan. Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan
sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan
pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah
kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan
di bagi menjadi :
6. Minor. Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko
kerusakan yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,
sirkumsisi
7. Mayor. Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
serius. Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan
lain-lain.

D. Tahap dalam Keperawatan Perioperatif


1. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.

4
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk
anestesi yang diberikan pada saat pembedahan.
Tujuan perawatan praoperasi :
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberika
penyuluhan tentang tindakan anesthesia.
b. Mengkaji, merencanakandan memenuhim kebutuhan pasien
c. Mengetahu akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan
d. Mengantisipasi dan menggulangi kesulitan yang mungin timbul.

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi


persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan
fisiologi (khusus pasien). Persiapan praoperasi final dimulai 1 atau 2
jam sebelum operasi bagi klien. Pastikan klien memahami prosedur
bedah yang akan dilanjutkan dan mengkaji adakah kecemasan.

a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan
perasaan sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi
dari keluarga. Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan
penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien. Meliputi
penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum operasi
(alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke
ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-
pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk,
latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
b. Persiapan Fisiologi, meliputi :
1) Diet (puasa)
2) Persiapan Perut

5
3) Persiapan Kulit, Daerah yang akan dioperasi harus bebas
dari rambut
4) Hasil Pemeriksaan : hasil laboratorium, foto roentgen,
ECG, USG dan lain-lain.
5) Persetujuan Operasi / Informed Consent à Izin tertulis dari
pasien / keluarga harus tersedia.

a) Pengkajian dalam fase praoperatif


 Riwayat keperawatan
 Riwayat kesehatan
 Faktor resiko
b) Pemeriksaan fisik
 Survei umum
 Kepala dan leher
 Kulit
 Toraks dan paru
 Jantung dan faskuler
 Abdomen
c) Pemeriksaan diagnostik
 Fotosinar-X dada adalah pemeriksaan kondisi jantung dan
paru-paru
 EKG adalah mengukur aktivitas listrik jantung untuk
menentukan apakah denyut jantung, irama, dan factor
lainnya normal.

2. Fase intraoperasi
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan.

6
Tindakan keperawatan selama fase intaoperasi berfokus pada
kondisi emosional dan juga faktor fisik, seperti keamanan, posisi tubuh,
menjaga asepsis, dan mengontrol kondisi ruang bedah. Perawat tetap
bertindak sebagai penjaga klien, mengantisipasi komplikasi yang
mungkin terjadi.
Perawat perioperatif adalah pembela klien selama operasi dan
melindungi mertabat dan hak-hak klien setiap saat.
a. Persiapan Fisik : Setelah mengamankan klien di meja kamar
operasi, pasang perangkat monitor untuk klien sebelum operasi.
b. Pengenalan Anestesi ; Klien menjalani prosedur bedah
menerima satu dari empat tipe anestesi yaitu :
1) Anestesi umum : Agen anestesi modern lebih mudah
untuk pemulihan dan memungkinkan klien untuk sembuh
dengan efek negatif yang lebih sedikit.
2) Anestesi Regional : Induksi anestesi regional
menghasilkan hilangnya sensasi di daerah tubuh. Metode
induksi, seperti tulang belakang, epidural, atau blok saraf
perifer memengaruhi porsi jalur sensorik yang dibius.
3) Anestesi Lokal : Melibatkan hilangnya sensasi di
tempat yang diinginkan (misalnya bagian kulit yang tumbuh
atau kornea mata). Anestesi lokal umum dilakukan untuk
prosedur minor dalam operasi rawat jalan. Penyedia
perawatan kesehatan sering masuk ke daerah operasi dengan
memberikan anetesi lokal untuk mempromosikan nyeri
pascaoperasi.
4) Sedasi Sadar : Secara rutin digunakan untuk prosedur
yang tidak memerlukan anestesi lengkap melainkan tingkat
kesadaran yang ditekan. Seorang klien dibawah sedasi sadar
independen harus mempertahankan jalan napas yang paten
dan ventilasi yang memadai dan mampu merespon dengan
tepat terhadap rangsangan verbal atau stimulasi taktil ringan.

7
· Faktor lain yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi
pasien adalah :
a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
b. Ukuran tubuh pasien.
c. Tipe anaesthesia yang digunakan.
d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada
pergerakan (arthritis).

Tujuan fase intraoperasi:

Mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesi berada


dalam kondisi optimal agar pembedah dapat berjalan lancar dengan
baik.

3. Fase pascaoperasi
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre
operatif dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang
pemulihan (recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien
dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang
penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke
rumah.
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a. ·Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca
anastesi (recovery room)
b. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anastesi, pasien harus dirawat sementara di ruang pulih
sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan pasca anastesi
(PACU: post anasthesia care unit) sampai kondisi pasien stabil,

8
tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan)
Tujuan :
a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih
b. Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi
c. Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan
saat pemindahan / pemulangan pasien.

Komplikasi Post Operatif :


a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok
hipovolemik. Tanda-tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah,
Pernafasan cepat, Sianosis pada bibir, gusi dan lidah, Nadi cepat, lemah
dan bergetar , Penurunan tekanan darah, Urine pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi
dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi
obat, terapi pernafasan, memberikan dukungan psikologis, pembatasan
penggunaan energi, memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan
peningkatan periode istirahat.
b. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan
posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur
sementara lutut harus dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, Luka
bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
c. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada
pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.

9
d. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus
pembedahan rektum, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya
spasme spinkter kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membatu mengeluarkan
urine dari kandung kemih.
e. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya
kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan
di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan
pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan
prinsip steril.
f. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana
kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena
dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
g. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah,
udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di
sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal
yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti
ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus
pulmonal.
h. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang
mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi
obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan keperawatan Pascaoperasi


1. Pengkajian
a. Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
b. Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna
kulit.
c. Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
d. Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
e. Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
f. Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat
tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau
dipasang dan dapat berfungsi.
g. Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa,
hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
h. Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat / memperingan.

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan,
anastesi
b. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status
puasa sebelum atau sesudah pembedahan, kehilangan nafsu
makan, muntah

11
e. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi yang melemah,
adanya organisme infeksi, pembedahan.
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan, anastesi
Tujuan : resiko cedera tidak ada
Kriteria hasil :
 Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi luka

Intervensi :

 Lakukan teknik cuci tangan yang benar dan kewaspadaan


standar lainnya, terutama jika terdapat drainase luka
 Lakukan perawatan luka dengan cermat untuk
meminimalkan resiko infeksi
 Pertahankan luka tetap bersih dan balutan utuh
 Beri balutan yang meningkatkan kelembapan penyembuhan
luka (mis,balutan hidrokoloid (mis, duoderm))
 Ganti balutan jika di indikasikan dan kotor, buang dengan
cermat
 Lakukan perawata luka khusus sesuai instruksi (mis, irigasi,
perawatan drain)
 Berikan larutan antibakteri atau salep sesuai instruksi untuk
mencegah infeksi
 Laporkan adanya penampakan atau drainase yang tidak
wajar untuk deteksi dini adanya infeksi
 Jika anak sudah mulai makan melalui oral, berikan diet
bergizi sesuai instruksi untuk meningkatkan penyembuhan
luka

12
b. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : Nyeri dapat teratasi.
Kontrol Resiko
Kriteria hasil :
 Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
 Ekspresi wajah tenang
 klien dapat istirahat dan tidur
Manajemen Nyeri :
 beri analgesik yang diresepkan untuk nyeri selama 24 jam
 jangan menunggu sampi anak mengalami nyeri berat untuk
mengintervensi anak untuk mencegah terjadinya nyeri
 lakukan aktivitas dan prosedur keperawatan (mis, mengganti
balutan, nafas dalam, ambulasi) setelah pemberian analgesik
 biarkan anak pada posisi nyaman, jika tidak ada kontra
indikasi
 anjurkan anak berkemih jika sesuai dengan kondisi anak
untuk mencegh distensi kandung kemih
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Penyembuhan Luka: Tahap Pertama
Kriteria hasil :
 Kerusakan kulit tidak ada
 Eritema kulit tidak ada
 Luka tidak ada pus
 Suhu kulit
Perawatan luka
 Ganti balutan plester dan debris
 Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu
 Catat karakteristik luka bekas operasi
 Catat katakteristik dari beberapa drainase

13
 Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri yang
cocok
 Rendam dalam larutan saline yang sesuai
 Berikan pemeliharaan lokasi IV
 Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai kebutuhan
 Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai kebutuhan
 Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk peningkatan penyembuhan luka bekas
operasi yang sesuai
 Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
 Balut dengan perban yang cocok
 Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka
bekas operasi
 Periksa luka setiap mengganti perban
 Bandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-perubahan
pada luka
 Jauhkan tekanan pada luka
 Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status puasa
sebelum atau sesudah pembedahan, kehilangan nafsu makan,
muntah
Tujuan :pasien menerima hidrsi yang adekuat
Kriteria hasil :anak tidak menunjukn tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
 Pantau apakah infus IV sudah diberikan dengan kecepatan
yang diindikasikan untuk memastikan hidrasi yang adekuat
 Sambungakn peralatan IV pediatrik jika sebelumnya tidak
dipasang di kamar operasi
 Beri cairan segera setelah di instruksikan atau setelah anak
dapat menoleransi airan tersebut

14
 Mulailah denan mengisap air dan lanjutkan sesuai toleransi
 Anjurkan anak untuk minum

e. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi yang melemah, adanya


organisme infeksi
Tujuan : tidak ada infeksi
Kontrol resiko : proses infeksi
Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi faktor resiko infeksi
 Mengenali faktor resiko terkait infeksi
 Melakukan tindakan segera untuk mengurangi resiko

Intervensi :

 bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan pasien


lain
 batasi dan kontrol lalu lalang pengunjung
 monitor dan jaga aliran udara
 periksa kulit dan jaringann di sekita pembedahan
 oleskan salep antimikroda pada lokasi pembedahan sesuai
kebjikan
 pastikan teknik perawatan luka yang tepat
 ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi

4. Implementasi
Diagnosa 1 :
Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan, anastesi
Implementasi :
 Melakukan teknik cuci tangan yang benar dan kewaspadaan
standar lainnya, terutama jika terdapat drainase luka

15
 Melakukan perawatan luka dengan cermat untuk
meminimalkan resiko infeksi
 Mempertahankan luka tetap bersih dan balutan utuh
 Memberikan balutan yang meningkatkan kelembapan
penyembuhan luka (mis,balutan hidrokoloid (mis,
duoderm))
 Mengganti balutan jika di indikasikan dan kotor, buang
dengan cermat
 Melakukan perawata luka khusus sesuai instruksi (mis,
irigasi, perawatan drain)
 Memberikan larutan antibakteri atau salep sesuai instruksi
untuk mencegah infeksi
 Melaporkan adanya penampakan atau drainase yang tidak
wajar untuk deteksi dini adanya infeksi
 Jika anak sudah mulai makan melalui oral, memberikan diet
bergizi sesuai instruksi untuk meningkatkan penyembuhan
luka

Diagnosa 2 :

Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

Implementasi :

 Memberikan analgesik yang diresepkan untuk nyeri selama


24 jam
 Tidak menunggu sampi anak mengalami nyeri berat untuk
mengintervensi anak untuk mencegah terjadinya nyeri
 Melakukan aktivitas dan prosedur keperawatan (mis,
mengganti balutan, nafas dalam, ambulasi) setelah
pemberian analgesik
 Membiarkan anak pada posisi nyaman, jika tidak ada kontra
indikasi

16
 Menganjurkan anak berkemih jika sesuai dengan kondisi
anak untuk mencegh distensi kandung kemih

Diagnosa 3 :

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

Implementasi :

 Mengganti balutan plester dan debris


 Mencukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu
 Mencatat karakteristik luka bekas operasi
 Membersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri
yang cocok
 Menyediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai
kebutuhan
 Memberikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
 Menggunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk peningkatan penyembuhan luka bekas
operasi yang sesuai
 Menggunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
 Membalut dengan perban yang cocok
 Mempertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat
luka bekas operasi
 Menyecek luka setiap mengganti perban
 Membandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-
perubahan pada luka
 Menjauhkan tekanan pada luka
 Mengajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan
luka

17
Diagnosa 4 :

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status puasa


sebelum atau sesudah pembedahan, kehilangan nafsu makan, muntah

Implementasi :

 Mempantau apakah infus IV sudah diberikan dengan


kecepatan yang diindikasikan untuk memastikan hidrasi
yang adekuat
 Menyambungakan peralatan IV pediatrik jika sebelumnya
tidak dipasang di kamar operasi
 Memberikan cairan segera setelah di instruksikan atau
setelah anak dapat menoleransi aliran tersebut
 Memulai dengan mengisap air dan lanjutkan sesuai toleransi
 Menganjurkan anak untuk minum

Diagnosa 5 :

Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi yang melemah, adanya


organisme infeksi

Implementasi :

 Membersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan


pasien lain
 Membatasi dan kontrol lalu lalang pengunjung
 Memonitor dan jaga aliran udara
 Memeriksa kulit dan jaringann di sekita pembedahan
 Mengoleskan salep antimikroda pada lokasi pembedahan
sesuai kebjikan
 Memastikan teknik perawatan luka yang tepat
 Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi

18
5. Evaluasi
Diagnosa 1 : Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan,
anastesi
Evaluasi :
S : pasien menunjukan tanda penyembuhan luka tanpa tanda
komplikasi
O: anak tidak menunjukan tanda komplikasi
A : tidak terjadi resiko cedera
P : intervensi dihentikan
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Evaluasi :
S : pasien mengatakan beristirahat dengan tenang dan menunjukkan
tanda;tanda nyeri yang minimal atau tidak sama sekali
Hasil : hasil dari skala nyeri 4 menjadi 2

O: pasien tidak akan mengalami nyeri atau nyeri berkurang sampai


tingkat yang dapat diterima anak

 TTV normal
 Skala nyeri 2

Hasil : klien tidak lagi merasa nyeri

A: masalah nyeri teratasi


P: intervensi dihentikan

Diagnosa 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post


operasi

Evaluasi:

S: pasien mengatakan tidak ada masalah pada luka

O: pasien tidak merasa terganggu dengan adanya luka

A: masalah teratasi

19
P: intervensi dihentikan

Diagnosa 4 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status


puasa sebelum atau sesudah pembedahan, kehilangan nafsu makan, muntah.

Evaluasi :

S: pasien mengatakan tidak lemah lagi

O : pasien merasa lebih baik dari sebelumnya

A: masalah dehidrasi teratasi

P: intervensi dihentikan

Diagnosa 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi yang melemah,


adanya organisme infeksi, pembedahan.

Evaluasi :

S: klien mengatakan tidak ada tanda tanda resiko infeksi

O: tidak ada tanda resiko infeksi

A : tidak ada resiko infeksi

P: intervensi dihentikan

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang di
berikan sebelum (praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi
(pascaoperasi). Ini terjadi di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang ada
di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri sendiri, atau di kantor-
kantor penyedia layanan kesehatan untuk menggambarkan
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang di gunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman bedah pasien. Selain itu tahapan bedah /perioperati itu
sendiri di bagi menjadi 3 tahapan (praoperasi), dan setelah operasi
(pascaoperasi), dan makalah ini juga menjelaskan indikasi pembadahan
dan klasifikasi pembedahannya.

B. Saran
Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya
makalah ini semoga dapat menambah wawasannya mengenai
perioperatif care pada pediatric sendiri, dan saat kita memberikan
asuhan keperawatan agar bisa memberikan asuhan yang optimal kepada
anak / pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M, Jane Hokanson Hawks (2014). Keperawatan Medikal Bedah.


singapura: Elsevier.
Bulechek, Gloria,dkk. (2016). Nursing Interventions Classification. singapore:
Elsevier.
Moorhead, Sue, dkk. (2016). Nursing Outcome Classification. singapore: Elsevier
.
Suryani, R. E., & Nilam Anggi Ashari, P. N. (2017, Agustus 18). Perioperatif
Care Anak. Retrieved from scribd:
https://id.scribd.com/document/360023493/perioperatif-care-anak
Wong, Donna. L,dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik Wong. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai