Definisi
Fraktur merupakan cedera traumatic dengan presentasi kejadian
yang tinggi. Cedera tersebut dapat menimbulkan perubahan yang
siknifikan pada kualitas hidup seseorang sebagai akibat dari pembatasan
aktivitas, kecatatan dan kehilangan pekerjaan (). Fraktur juga biasa disebut
dengan patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik ().
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnnya juga
seringkali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan
cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligament yang
robek, syaraf yang putus atau pembuluh darah yang pecah yang dapat
menjadi komplikasi pemulihan klien ().
B. Etiologi
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang,
saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang
mampu ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk
menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada
karakteristik tulang itu sendiri. Seorang dengan gangguan metabolic
tulang, seperti osteoporosis, dpat mengalami fraktur dari trauma minor
karena kerapuhan tulang akibat gangguan yang ada sebelumnnya. Fraktu
dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah benda
bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang. Gaya juga dapat
terjadi secara tidak langsung, seperti ketika kontraksi kuat dari otot
menekan tulang.
Predisposisi fraktur antara lain berasal dari kondisi biologis seperti
osteopenia (misalnya, karena penggunaan steroid atau sindrom chusing)
atau osteogenesis imperfekta (penyakit kogenital tulang yang dicirikan
oleh gangguan produksi kolagen oleh osteoblas). Tulang menjadi rapuh
dan mudah patah. Neoplesma juga dapat melemahkan tulang dan berperan
pada fraktur. Kehilangan estrogen pascamonopause dan malnutrisi protein
juga menyebabkan penurunan masa tulang serta meningkatkan resiko
fraktur. Bagi orang dengan tulang yang sehat, fraktur dapat terjadi akibat
aktivitas hobi resiko-tinggi atau aktivitas terkait pekerjaan (misalnya,
bermain papan seluncur, panjat tebing, dan lain-lain). Korban-korban
kekerasan dalam rumah tangga juga sering dirawat karena cedera
traumatic.
Klasifikasi Fraktur:
Klasifikasi Traumatic
1. Fraktur Traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan/ penyakit
yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan
bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
3. Fraktur stres terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-
ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress
jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup (simple fraktur ), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka ( compoun fraktur ), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan di kulit
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino ), yaitu
Derajat 1 :
a. Luka < 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
c. Fraktur sederhana, transfersal, atau kominutif ringan
d. Kontaminasi minimal
Derajat II :
a. Laserasi > 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
c. Fraktur kominutif sedang
d. Kontaminasi sedang
Derajat III :
C. Petofisiologi
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka
tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat
ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-
keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat
terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur
keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang
kuat dan bahkan mampu menggser tulang besar, seperti femur. Walaupun
bagian proksimal dari tulang paha tetap pada tempatnya, namun bagian
distal dapat bergeser karena gaya penyebab patah maupun spasme pada
otot-oto sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu
sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Frekmen
juga dapat berotasi atau berpindah.
Selain itu, periosteum dan pembuluhdarah di korteks serta sumsum
dari tulang yang patah juga terganggu. Sering terjadi cedera jaringan
lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada
tulang itu sendiri. Pada saluran susmsum (medula), hematoma terjadi di
antara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang
di sekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respons peradangan
yang hebat.
D. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiyaan, tertimpa benda
berat, dikecelakaan kerja, trauma olah raga )
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa
E. Komplikasi
1. Komplikasi Setelah Fraktur
a. Cedera Saraf
b. Sindroma Kompartemen
c. Kontrektur Volkman
2. Komplikasi Jangka Panjang Dari Fraktur
a. Kaku Sendi Atau Artritis Traumatikk
b. Nekrosis Avaskuler
c. Sindroma Nyeri Regional Kompleks (CRPS)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan ; peningkatan leukosit sebagai respon terhadap
peradangan
5. Kretini : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tran
sfusi atau cedera
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FRAKTUR
Tn. D usia 15 tahun mengalami kecelakaan lalulintas dan dibawa oleh warga ke
unit gawat darurat (UGD) dengan mengeluhan nyeri pada tungkai kanan dan tidak
dapat di gerakkan pasca kecelakaan bermotor. Tn. D juga mengeluhkan nyeri
terasa menusuk seperti tersayat benda tajam. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan
kesadaran kompos mentis, terdapat udem pada bagian tengah paha, nyeri skala 5,
tekanan darah: 110/70 mmHg, denyut nadi 98x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36,7oC, GSC 15, CRT ˂ 2, dan dari hasil pemeriksaan foto rontgen didapatkan
fraktur os femur dengan pergeseran fragmen tulang.
A. Pengkajian
Analisa data
Symptom Etiologi Problem
DS : Fraktur Nyeri akut
- mengeluhan nyeri
pada tungkai kanan, Pergeseran fragmen
- nyeri terasa menusuk tulang
seperti tersayat benda
tajam. Nyeri akut
DO :
- nyeri skala 5,
- kesadaran kompos
mentis
Hambatan mobilitas
fisik
B. Diagnose
1. Nyrti Akut b.d agens cedera fisik d.d
DS : mengeluhan nyeri pada tungkai kanan, nyeri terasa menusuk
seperti tersayat benda tajam.
DO : nyeri skala 5, kesadaran kompos mentis
2. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas d.d
DS : mengeluhan tidak dapat di gerakkan pasca kecelakaan bermotor
DO: terdapat udem pada bagian tengah paha dan dari hasil
pemeriksaan foto rontgen didapatkan fraktur os femur dengan
pergeseran fragmen tulang
C. Intervensi
Diagnose NOC NIC
Nyrti Akut b.d agens Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
cedera fisik d.d keperawatan 1x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
DS : diharapkan nyeri yang nyeri komprehensif
- mengeluhan dilaporkan dapat teratasi yang meliputi lokasi,
nyeri pada dengan kriteria hasil karakteristik, onset/
tungkai kanan, Tingkat Nyeri durasi, frekuensi,
kualitas intensitas atau
- nyeri terasa Indikator Awal Akhir beratnya nyeri
menusuk nyeri yang 2 4 danfaktor pencetus
seperti tersayat dilaporkan 2. Pastikan perawatan
benda tajam. analgesik bagi pasien
DO : dilakukan dengan
- nyeri skala 5, pemantauan yang
- kesadaran ketat
kompos mentis 3. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup pasien(
misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja dan
tanggung jawab
peran)
4. Galih bersama pasien
faktor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
5. Bantu keluarga dalam
mencari dan
menyediakan
dukungan
6. Gunakan metode
penilaian yang sesuai
dengan tahapan
perkembangan yang
memungkinkan untuk
memonitor perubahan
nyeri dan akan dapat
membantu
mengidentifikasi
faktor pencetus aktual
dan potensial (
misalnya; catatan
perkembangan,
catatan harian)
tentukan kebutuhan
frekuensi untuk
melakukan pengkajian
ketidak nyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
renacana monitor
7. Kendalikan faktor
lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan (
misalnya; suhu
ruangan,
pencahayaan, suara
bising)
8. Kurangi atau
eliminasi faktor-faktor
yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan
nyeri(misalnya;ketaku
tan, kelelahan,
keadaan monoton dan
kurang pengetahuan)
9. Pertimbangkan
keinginan pasien
untuk berpartisipasi,
kemapuan
berpartisipasi,
kecenderungan,
dukungan dari orang
terdekat terhadap
metode dan kontra
indikasi ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
10. Dukung istrahat-tidur
yang adekuat untuk
mebantu penurunan
nyeri
11. Beri tahu dokter jika
tindakan tidak
berhasil atau jika
keluhan pasien saat
ini berubah siknifikan
dari pengalaman nyeri
sebelumnya
Hambatan mobilitas setelah dilakukan asuhan Terapi latihan : ambulasi
fisik b.d intoleransi keperawatan 1x 24 jam 1. Beri pasien pakaian
aktivitas d.d diharapkan dapat bergerak yang tidak mengekang
DS : dengan mudah dengan 2. Konsultasikan pada
- mengeluhan kriteria hasil ahli terapi fisik
tidak dapat di Pergerakan mengenai rencana
gerakkan pasca Indikator Awal Akhir ambulansi, sesuai
kecelakaan Bergerak 1 3 kebutuhan
bermotor dengan 3. Instruksikan
DO: mudah ketersediaan
- terdapat udem perangkat pendukung,
pada bagian jika sesuai bantu
tengah paha pasien untuk
dari hasil pemeriksaan berpindah, sesuai
foto rontgen kebutuhan
didapatkan fraktur os 4. Terapkan atau
femur dengan sediakan-alat bantu(
pergeseran fragmen tongkat, atau kursi
tulang roda) untuk ambulasi,
jka pasien tidak stabil
5. Bantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu
dan dengan sejumlah
staff tertentu
6. Dorong ambulasi
independen dalam
batas aman
7. Dorong pasien untuk
‘bangkit sebanyak dan
sesering yang
diinginkan’(up ad lib),
jika sesuai
Analisa Jurnal Internasional
JUDUL : PENGOBATAN FRAKTUR FEMUR PADA ANAK DENGAN
CEDERA KEPALA
HASIL :Penilitan ini menunjukan bahwa hasil berbagai jenis perawatan untuk
fraktur femur pada anak-anak dengan cedera kepala di pelajari secara retrospektif
pada 51 pasien dengan 56 fraktur. Dari jumlah tersebut, 36 pasien (71%)koma
dalam dan mencetak 5 hingga 7 pada skala Glasgow. 43 anak (84%) akhirnya bisa
berjalan bebas.
SARAN : kami menganjurkan antibiotik profilaksis pada mereka yang beberapa luka
karena banyak portal masuk untuk infeksi. Untuk anak-anak hingga lima tahun yang
memiliki cedera kepala dan fraktur femora kami merekomendasikan kulit daya tarik.
Pada mereka yang lebih tua dari lima, fiksasi intramedullary muncul perawatan yang
paling memuaskan.