Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan
yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga
diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan,
profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang,
keluarga atau kelompok di komunitas. (Committee on Education American
Nurses Association (ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan
bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni
melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu
pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik
pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir
kritis banyak dikemukakan para ahli.
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang
berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau
melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran
berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan

1
memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis
(Pithers RT, Soden R., 2000).
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-
menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan
dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat
berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara
terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim
asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas
dari organisasi keperawatan professional menggambarkan trend dan praktik
keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia
baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan
keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan
teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu
membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik
orientasi utamanya adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat
mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen
sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster,

2
profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan
menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit
atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai
kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”.
Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau
mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis?
2. Bagaimana konsep, komponen, pengukuran, elemen, indikator, analisa, dan
model berpikir kritis dalam keperawatan?
3. Apa yang dimaksud dengan trend dan issue keperawatan?
4. Bagaimana bentuk-bentuk dari trend dan issue keperawatan ?
5. Apa saja manfaat dari trend dan issu dalam keperawatan?
6. Apa saja peran perawat terhadap trend dan issue keperawatan?
7. Apa yang dimaksud dengan keperawatan professional?
8. Bagaimana perkembangan professionalisme keperawatan?

C. Tujuan penulisan
Dari latar belakang dan tujuan masalah diatas mahasiswa atau pembaca
diharapkan dapat:
1. Mengetahui definisi dari berpikir kritis secara umum dan definisi menurut
para ahli.
2. Mengetahui konsep, koponen, pengukuran, elemen, indikator, analisa, dan
model dari berpikir kritis dalam keperawatan.
3. Mengetahui definisi dari trend dan issue keperawatan.
4. Mengetahui bentuk-bentuk dari trend dan issue keperawatan.
5. Mengetahui manfaat dari trend dan issue dala keperawatan.

3
6. Mengetahui peran perawat terhadap trend dan issue keperawatan.
7. Mengetahui definisi keperawatan professional.
8. Mengetahui perkembangan dari professionalisme keperawatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Berpikir Kritis
1. Konsep Berpikir Kritis
Definisi berpikir kritis cukup bervariasi, beberapa ahli seperti Paul,
Bandman, Stander mempunyai rumusan berpikir kritis masing–masing.
Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah suatu seni berpikir yang
berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang
mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai
kemampuan intelektualitas yang lebih dibandingkan dengan orang yang
mempunyai kemampuan berpikir yang rendah. Menurut Bandman (1988),
berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide–ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Stander
(1992) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau pandangan
baru. Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan dasar
untuk mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin ilmu merupakan suatu
kesatuan sistem yang tidak terpisah sehingga untuk mempelajarinya
membutuhkan suatu ketrampilan berpikir tertentu.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau
mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional
terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah,
kepercayaan, dan tindakan. Menutut Strader (1992), berpikir kritis adalah

5
suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat atau fakta yang
mutahir dan menginterfensikan serta mengefaluasikan pendapat-pendapat
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif
pandangan baru.
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses, sedangkan
tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang
diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan
merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful
thinking.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,
kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat
kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah
proses berpikir dan belajar.
Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara
umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan
menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk
mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk
ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masing–
masing disiplin ilmu.
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai
sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis
dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar
berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya
paham atau tahu dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen

6
berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap
dalam berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir kritis. Keterampilan
kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin
intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang berdasarkan
pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur
umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang
disiplin dan mandiri.

2. Komponen Berpikir Kritis


Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada dalam
berpikir kritis dan elemennya. Menurut Bassham (2002) komponen berpikir
kritis mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi,
kebenaran logika, kelengkapan dan kewajaran. sedangkan menurut Paul dan
Elder (2002) selain aspek–aspek yang telah dikemukakan oleh Bassham perlu
ditambahkan dengan aspek keluasan kemaknaan dan kedalaman dari berpikir
kritis.
Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para
ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti
interpretasi, analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation
(APPA, 1990).
Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah :
a. Interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau
maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa,
keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.
b. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan
yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan
kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.

7
c. Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau
penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang,
pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan
logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan
inferensial yang aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau
bentuk–bentuk representasi yang lain.
d. inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur
yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau
untuk membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang
relevan.
e. explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning
seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan
berdasar bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan
pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk
mempresentasikan alasan seseorang berupa argumentasi yang
meyakinkan.
f. Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi
dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil
yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan
dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam
mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi
atau koreksi terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).

3. Pengukuran Berpikir Kritis


Pengukuran berpikir kritis yang baik adalah pengukuran yang mampu
mengukur komponen–komponen berpikir kritis yang akan diukur,
penggabungan metode merupakan cara terbaik untuk mendapatkan gambaran
kemampuan berpikir kritis yang cukup valid dari seseorang individu, selain
itu validitas dan realibilitas alat ukur tersebut juga harus diperhatikan ketika

8
memilih alat ukur yang mencakup content validity, concurrent validity,
reliabilitas dan fairness.
Secara umum pengukuran berpikir kritis ada 4 cara : pertama dengan cara
observasi kinerja seseorang selama suatu kegiatan. Observasi dilakukan
dengan mengacu pada komponen berpikir kritis yang akan diukur, kemudian
observer menyimpulkan bagaimana tingkat berpikir kritis individu yang
diobservasi tersebut. Cara kedua dengan mengukur outcome dari komponen-
komponen berpikir kritis yang telah diberikan. Ketiga dengan mengajukan
pertanyaan dan menerima penjelasan seseorang mengenai prosedur dan
keputusan yang mereka ambil terkait dengan komponen berpikir kritis yang
akan diukur. Keempat dengan cara membandingkan outcome suatu komponen
berpikir kritis dengan cara berpikir kritis lainnya. Tidak ada petunjuk baku
mengenai masing–masing cara, yang terpenting adalah menentukan apakah
cara pengukuran yang kita pilih mampu menggali komponen berpikir kritis
yang akan kita nilai. Cara terbaik adalah dengan menggunakan penggabungan
berbagai metode sehingga gambaran kemampuan berpikir kritis individu
cukup valid (APA, 1990).
Alat ukur berpikir kritis cukup banyak, salah satunya Watson Glaster
Critical Thinking Aprasial (WGCTA). WGCTA oleh Watson Glaster adalah
sebuah contoh alat yang menggunakan metode mengukur outcome berpikir
kritis dari komponen atau stimulus yang diberikan. Elemen berpikir kritis
yang dinilai dalam alat ukur ini adalah inference, pengenalan asumsi, deduksi,
interpretasi, dan evaluasi pendapat. WGCTA form S merupakan format
terbaru yang terdiri atas 40 soal multiple choice, dengan pilihan item antara 2
sampai 5. Responden disediakan 5 skenario dan mereka diminta memilih
kemungkinan penyelesaian dari data–data yang ada. Skor penilaian dalam tiap
skenario ini antara 0 sampai 40 yang merupakan penjumlahan dari semua skor
40 soal multiple choice. Format WGCTA disusun dengan pendekatan

9
deduktif, dalam penyusunan instrument tersebut juga telah diuji validitas dan
reliabilitasnya (Gadzella, 1994).
Facione pada tahun 1990 menyusun instrument California Critical
Thinking Skill Test (CCTST), alat ukur ini menggunakan pendekatan berpikir
induktif dan deduktif sehingga lebih lengkap dibandingkan dengan WGCTA.
CCTST telah diuji validitas dan realibilitasnya. Instrumen ini disusun atas 34
pertanyaan pilihan ganda yang mengukur 5 elemen berpikir kritis yaitu
thinking analisis, evaluasi, inference, deduktif dan induktif reasoning.
Gambaran berpikir kritis seseorang diperoleh dari total skor untuk 34 soal
yang tersedia dan tingkat kemampuan seseorang untuk masing–masing
elemen diperoleh dari skor untuk masing-masing elemen tersebut (Facione,
2000).
Alat ukur yang lain adalah Hamilton Critical Thinking Score Rubric
(HCTSR) yang lebih fleksibel untuk mengukur berpikir kritis dalam berbagai
kegiatan belajar seperti penulisan esai, presentasi dan kegiatan pembelajaran
di klinik. Elemen yang diukur dalam instrument ini adalah interpretasi,
analisis, evaluasi, inference, penjelasan dan self regulation. Hasil buah pikiran
seseorang yang dituangkan dalam tulisan, presentasi atau kegiatan belajar
yang lain, dinilai dengan menggunakan 4 skala yang mengukur 6 elemen inti
critical thinking. Proses penilaian dilakukan 2 orang atau lebih untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
a. Berpikir kritis perlu bagi perawat
1. Penerapan profesionalisme.
2. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan
askep. Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat
yang baik.Diperlukan perawat, karena:
a) perawat setiap hari mengambil keputusan
b) perawat menggunakan keterampilan berfikir :

10
 menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan
lingkungannya
 menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
 penting membuat keputusan.
b. Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi
untuk menenukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan,mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan.
Argumentasi Badman and Badman (1988) terkait dengan konsep berfikir
dalam keperawatan :
1. Berhubungan dengan situasi perdebatan.
2. Debat tentang suatu isu
3. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok
4. Penjelasan yang rasional
c. Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
d. Penerapan Proses Keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses
keperawatan.Pengkajian :
1. mengumpulkan data dan validasi
2. Perawat melakukan observasi berfikir kritis dalam pengumpulan data.
3. Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.
4. Perumusan diagnosa keperawatan : Tahap pengambilan keputusan
yang paling kritis.
5. Menentukan masalah dan argumen secara rasional
6. Lebih terlatih, lebih tajam dalam masalah. Perencanaan keperawatan
: pembuatan keputusan.Critical thinking à Investigasi terhadap tujuan
gunamengeksplorasi situasi, phenomena, pertanyaan, ataumasalah

11
untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secaraterintegrasi.Critical
thinking : Pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh,
asumsi, prinsip-prinsip, argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu,
pernyataan, keyakinan dan aktifitas (Bandman and Bandman, 1988).
Pengujian berdasarkan alasan ilmiah, pengembilan keputusandan
kreatifitas.

4. Elemen Berpikir Kritis


Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,
pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan
komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:
a. Menentukan tujuan
b. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
c. Menujukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi
5. Indikator Berpikir Kritis
Adapun indikator dan sub-indikator menurut kesepakatan secara
internasional dari para pakar mengenai berpikir kritis (Anderson, 2003)
adalah:
a. Interpretasi (interpretation)
1) Pengkategorian
2) Mengkodekan/membuat makna kalimat
3) Pengklasifikasian makna
b. Analisis (analysis)
1) Menguji dan memeriksa ide-ide
2) Mengidentifikasi argument
3) Menganalisis argument

12
c. Evaluasi (evaluation)
1) Mengevaluasi dan memepertimbangkan klain/pernyataan
2) Mengevaluasi dan mempertimbangkan argument
d. Penarikan kesimpulan (inference)
1) Menyangsikan fakta atau data
2) Membuat berbagai alternative konjektur
3) Menjelaskan kesimpulan
e. Penjelasan (explanation)
1) Menuliskan hasil
2) Mempertimbangkan prosedur
3) Menghadirkan argument
f. Kemandirian (self-regulation)
1) Melakukan pengujian secara mandiri
2) Melakukan koreksi secara mandiri

Sedangkan indicator berpikir kritis yang berkaitan pembelajaran di dalam


kelas menurut Ennis (Innabi, 2003) adalah :
Indikator umum :
a. Kemampuan (abilities)
1) Fokus pada suatu isu spesifik
2) Menyimpan tujuan umum dalam pikiran
3) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi
4) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan penjelas
5) Memperhatikan pendapat siswa, salah maupun benar kemudian
mendiskusikannya
6) Mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru
7) Secara tepat menggunakan pernyataan atau symbol
8) Menyediakan informasi dalam suatu cara yang sistematis

13
9) Kekonsistenan dalam pernyataan-pernyataan
b. Pengaturan (dispositions)
1) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan dan apa
yang seharusnya dikerjakan sebelum menjawab
2) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi informasi yang
diberikan sebelum menjawab
3) Mendorong siswa untuk mencari informasi yang diperlukan
4) Mendorong siswa untuk menguji solusi uang diperoleh
5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merepresentasikan
informasi dengan menggunakan table, grafik, dan lain-lain.

Indikator-indikator yang berkaitan dengan isi (konten) :


a. Konsep (concept)
1) Mengidentifikasi karakteristik konsep
2) Membandingkan konsep dengan konsep lain
3) Mengidentifikasi contoh konsep dengan jastifikasi yang
diberikan
4) Mengidentifikasi kontra contoh konsep yang diberikan
b. Generalisasi (generalization)
1) Menentukan konsep-konsep yang termuat dalam generalisasi dan
keterkaitannya
2) Menentukan kondisi-kondisi dalam menerapkan generalisasi
3) Menetukan rumusan-rumusan yang berbeda dari generalisasi
(situasi khusus)
4) Menyediakan bukti pendukung untuk generalisasi
c. Algoritma dan keterampilan (algoritms and skills)
1) Mengklarifikasi dasar konseptual dari keterampilan
2) Membandingkan performan siswa dengan performan yang patut
dicontoh

14
d. Pemecahan masalah (problem solving)
1) Merancang bentuk umum untuk tujuan penyelesaian
2) Menentukan informasi yang diberikan
3) Menentukan relevansi dan tidak relevansinya suatu informasi
4) Memilih dan menjastifikasi suautu strategi untuk memecahkan
masalah
5) Menentukan dan mendeduksi sub-tujuan yang mengarah pada
tujuan
6) Menyarankan metode alternative untuk memecahkan masalah
7) Menentukan keserupaan dan perbedaan suatu masalah yang
diberikan dan masalah lain.

6. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan
keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan
examine model yaitu sebagai berikut:
a. Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan
dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital,
perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta
pikiran klien.
b. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan
hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan
kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-

15
prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon
ekspresi.
c. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli:


a. Costa and colleagues (1985)
Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai
‘the six Rs” yaitu:
1. Remembering ( mengingat)
2. Repeating (mengulang)
3. Reasoning (memberi alasan)
4. Reorganizing (reorganisasi)
5. Relating (berhubungan)
6. Reflecting (merenungkan)
b. Lima model berpikir kritis
1. Total recall
2. Habits ( kebiasaan)
3. Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
4. New ideas and creativity
5. Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)

Ada empat alasan berpikir kritis yaitu: deduktif, induktif, aktifitas


informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam
tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk mengenalisis

16
penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti,menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan
buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang
diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.

7. Analisa berpikir kritis


a. Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami
kenyataan kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang ada dibalik
makna yang jelas atau makana langsung. Analisis kritis
mempersaratkan sikap untuk berani menentang apa yang dikatakan
atau dikemukaan oleh pihak-pihak yang berkuasa.
b. Analisis kritis merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh
semua orang demikian analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak
berkembang apabila tidak di asa atau dipraktekan.
c. Analisis kritis merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif.
d. Analisis kritis menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang
lebih baik ke arah langka untuk memperbaiki kenyataan atau situasi
yang telah dianalisis.
e. Peran terpenting untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah
serangkaian langkah atau pertanyaan yang berangkat dari ketidak
tahuan menuju kepencerahan.
f. Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi
atau masalah yang perlu dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau
peristiwa yang tengah dalam proses perubahan.

17
B. Trend Dan Issue Keperawatan
1. Definisi Trend dan Issue
a. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun
informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di
kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana
banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri.
Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan
berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya
aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman
sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur
harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan
yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi,
peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang
profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan
khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional

18
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka
terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi
perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang
professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor
yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,
diantaranya :
1) Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan.
Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3) Keterlambatan system pelayanan keperawatan ( standart, bentuk
praktik keperawatan, lisensi ) Menyadari peran profesi
keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi
tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2020
“, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
a) Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting
dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi
dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi
Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang
menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang
keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata
dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta
prasarana penunjang pendidikan.
b) Memantapkan system pelayanan perawatan professional

19
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang
menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik
keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan
keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin
kepuasan konsumen/klien.
c) Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu
perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi
serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan
tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang
mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya
jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan
yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang
bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan
keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik
keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1) Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari:
a) Body of Knowledge
b) Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c) Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan
kreatif.

20
2) Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp &
Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat
memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat
adalah:
a) Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat
berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. (Johnstone, 1994).
b) Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama,
ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi
memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan
bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c) Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan
ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan
harapan yang memadahi, komitmen moral serta
memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3) Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk
melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada
pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat
memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai
pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan
terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus
ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran,

21
fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat
berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien.

b. Definisi Issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana
alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu
yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya.
Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
1) EUTHANASIA : Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah
euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi
kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti
oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran
atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian
tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba.
Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat
dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal
tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu
secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan
sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang
akan mengakhiri hidupnya.

22
2. Definisi Trend dan Issue Keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan
fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang
aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issue keperawatan yang sedang banynak dibicarakan
orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya
semua issu tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis
dalam keperawatan.

3. Bentuk-Bentuk Trend dan Issue


a. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia.
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi
dalam berbagai bidang yang meliputi:
1) Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan
jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat
dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi
ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan
layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan
model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton,
Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara
holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan
dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit

23
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya
penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana
prasarana yang masih belum memadai.

Definisi lain dari telenursing :


a) Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk
memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik,
radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi
suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai
komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan
optik, antar manusia dan atau komputer.
b) Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan
pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang
medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan
telemonitoring.
c) Telenursing is defined as the practice of nursing over distance
using telecommunications technology (National Council of
State Boards of Nursing).
d) Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua

24
negara dan memakai peralatan video conference (bagian
integral dari telemedicine atau telehealth)
b. Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-
masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
3. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
4. Kecenderungan situasi di era global
5. Kecenderungan penyakit jiwa
6. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
7. Kecenderungan penyakit jiwa
8. Meningkatnya masalah psikososial
9. Trend bunuh diri pada anak
10. Masalah AIDS dan NAPZA Pattern of parenting
11. Perspektif life span history
12. Kekerasan
13. Masalah ekonomi dan kemiskinan

c. Trend dan issue keperawatan komunitas


Tren yang sedang dibicarakan adalah:
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun
secara individu ada beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian
Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah mempengaruhi

25
dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di
hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan
inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau
meyakinkan seseorang untuk memihak pada pemerintah untuk
memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut membentuk
hasil yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas
perawat adalah wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki
(Marson,1990) . Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan
perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan,
organisasi professional, dan tempat perawtan professional.
Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya
seperti pada Nursing Agenda For Healt Care Reform (Tri-
council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam
kurikulum keperawatan, sosialisasi dini, berpartisipasi dalam
organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik klinik, dan
menjalankan tempat pelayanan kesehatan.
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating
cenderung semakin berkembang dan dibutuhkan dalam system
pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan
masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah
kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti
perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat
berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi
keperawatan kesehatan masarakat diberbagai tingkat pelayanan
akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan,

26
ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat:
a) Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat
(population) dan perubahan dalam gambaran penduduk,
diantaranya perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya,
dan kepadatan penduduk kota besar.
b) Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi
penyakit yaitu perubahan penyakit menular ke penyakit
degenerative, seperti penyakit jantung, kanker, depresimental
dan ansietas, stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme,
dan yang akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan
narkotika.
c) Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social.
Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social
yang cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali,
gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok
masyarakat baru, masalh individu, dan masyarakat.
d) Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan
kesehatan akan meningkatkan juga harapan mereka terhadap
mutu pelayanan keperawatan dan kesehatanpola pelayanan
kesehatan yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan
bagi semua orang pada tahun 2000.
e) Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung
jawab atau wewenang pada perawat.
f) Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan
kesehatan masyarakat. Banyak pelayanan yang akan
dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada
rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

27
4. Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan
Pemanfaatan tekhnologi telehealth mempunyai banyak manfaat dan
keuntungan bagi berbagai pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan dan
pemerintah. Aspek kemudahan dan peningkatan jangkauan serta pengurangan
biaya menjadi keuntungan yang bisa terlihat secara langsung Dengan adanya
kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah atau homecare,
akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga,
perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam
hal ini adalah Departemen Kesehatan. Namun demikian untuk bisa
mengaplikasikan telehealth dalam bidang keperawatan banyak sakali
tantangan dan hambatannya misalnya: faktor biaya, sumberdaya manusia,
kebijakan dan perilaku.
Peluang Perawat dalam Memanfaatkan Trend Issue Jurnal
Perawat sangat berpeluang dalam menerapkan teknologi Telenursing ini
dimana perawat dapat memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga
pelayanan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Telenursing
adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan
perawatan bagi pasien (Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada
klien. Teknologi berupa saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio
dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video.
Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan
transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau computer. Salah satu
contoh program tlehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan
video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth
perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan
menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan
melakukan kunjungan ke pasien.

28
5. Peran Perawat Terhadap Trend dan Issue
Peran perawat dalam penerapan trend issue pada yaitu dapat
melakukan perannya sebagai pembari asuhan keperawatan (Care giver)
dengan lebih baik. Pemberian asuhan keperawatan akan lebih baik dengan
adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis teknologi. Dengan adanya
telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan lebih efisien dan tepat. Dengan demikian Perawat
sebagai pemberi layanan keperawatan dengan asuhan keperawatannya dituntut
semakin profesional dan mengedepankan perkembangan teknologi
kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan. Dengan memanfaatkan
kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan hasil
yang lebih baik. Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator
dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing
sehingga pelayanan kepada pasien lebih meningkat.

C. Keperawatan Professional
1. Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu
pekerjaan yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :
a. Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b. Menjadi pekerjaan utama
c. Adanya organisasi profesi
d. Terdapat kode etik

 Ciri – Ciri Profesi


Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan
okupasi (occupation) meskipun keduanya sama-sama melakukan
pekerjaan tertentu.
Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

29
a. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi),
jelas wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya
(Axiologi).
b. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana,
terus-menerus dan bertahap.
c. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara
legal melalui perundang-undangan.
d. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi
(standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik)
serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut
dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).

 Kriteria Profesi
a. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.
b. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan
dikembangkan secara terus-menerus.
c. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung
jawab.
d. Lulus dari pendidikan tinggi.
e. Mandiri dalam penampilan, aktivitas dan fungsi.
f. Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
g. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.

 Wilayah Kerja Profesi


a. Pembinaaan organisasi profesi.
b. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.
c. Pembinaan pelayanan profesi.
d. Pembinaan iptek.

30
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang
sifatnya rutin yang menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu,
membawa suatu perubahan yang sangat besar dalam dunia keperawatan
karena pelayanan yang semula hanya berdasarkan pada insting dan
pengalaman menjadi pelayanan keperawatan profesional berdasarkan ilmu
dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan kemajuan
zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Memiliki body of knowledge
Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori
yang spesifik dan sistematis yang dikembangan melalui penelitian.
Penelitian keperawatan yang dilakukan pada tahun 1940, merupakan
titik awal perkembangan keperawatan. Pada tahun 1950 dengan
semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan
dan pada tahun 1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik
keperawatan. Sejak tahun 1970, penelitian keperawatan lebih banyak
dilakukan dengan memfokuskan diri pada praktik yang dihubungkan
dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah
memperlihatkan diri sebagai profesi dan dapat terlihat adanya
pengetahuan keperawatan telah dikembangkan melalui teori-teori
keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi kurikulum
dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke
arah penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik
keperawatan.
b) Berhubungan dengan nilai-nilai sosial

31
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan
penghargaan yang cukup baik dari masyarakat. Keperawatan telah
diberi kepercayaan untuk menolong dan melayani orang lain/klien.
Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan sebagian besar
waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya
ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga
mengharapkan kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain
disamping perannya sebagai perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang
relevan dengan nilai-nilai masyarakat, seperti pentingnya kesehatan,
kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat
mempunyai tugas untuk melawan klien dan juga melakukan upaya-
upaya dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tetapi masih
ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui bahwa perawat
adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu
sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan
pengakuan sesuai dengan yang diinginkannya.
c) Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi
pendidikan, lamanya pendidikan, penggunaan simbol dan proses
idealisme yang dituju serta tingkatan dari spesialisasi yang
berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan
keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan praktik
yang sampai saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan
keperawatan dewasa ini sama dengan bidang ilmu yang lain, yaitu
pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi menimbulkan perubahan yang
sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang asuhan keperawatan
secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai berorientasi

32
pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada
asuhan keperawatan yang efektif serta menggunakan pendekatan
holisitik dan proses keperawatan.
d) Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari
Pavalko. Motivasi bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh
dalam kelompok. Motivasi diartikan sebagai suatu perhatian yang
mengutamakan pelayanan kelompok keperawatan kepada klien. Ada
beberapa pendapat bahwa saat ini anak-anak muda menginginkan
menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang
lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping
pekerjaan yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak
diasosiasikan dengan profesi keperawatan, walaupun demikian banyak
perawat yang melakukan pelayanannya dengan berorientasikan kepada
klien/pasien mereka dengan baik.
e) Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol
dan mengatur dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk
regulasi dan membuat standar bagi anggotanya. Hak mengurus diri
sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi keperawatan, karena
hal ini juga berarti keperawatan mempunyai status dan dapat
mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat
diartikan sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan
pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang dilakukannya.
f) Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia
yang komitmen untuk bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan,
untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik, mencegah terjadinya
kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur hidup atau dalam

33
periode waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat menurun, hal
ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus
membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering
mengalami konflik yang berkepanjangan dan kadang-kadang harus
keluar dari pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen,
karena dengan adanya pengembangan karir melalui pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi membuat perawat dapat bekerja dengan lebih
baik dan bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan.
g) Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai
anggota kelompok yang ikut mengambil bagian dalam persamaan
pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan tersendiri. Perawat
mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri yang
khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun
akhir-akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi
perawat telah memiliki perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam
kelompoknya.
h) Kode etik
Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko.
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang membimbing
perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap pasien,
menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan
beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi,
mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan
kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, selain itu
juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara suka rela
diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari

34
keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari
pasien dan keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya
komitmen yang kuat terhadap kepedulian individu, khususnya
kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam
praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu
seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar
praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan
profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan
agar dapat bekerja dengan baik maka perlu adanya pemahaman
tentang fungsi dari asosiasi keperawatan yang terdiri dari:
1) Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan
keperawatan.
2) Menetapkan kode etik bagi perawat.
3) Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4) Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program
pemerintah, kebijakan kesehatan nasional dan internasional.
5) Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan
perhatian dalam keperawatan.
6) Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan
desiminasi dari informasi yang relevan dengan keperawatan.
7) Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8) Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat
nasional maupun internasional.
9) Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10) Menyelenggarakan program secara benar.
11) Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12) Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13) Menyediakan advokasi bagi anggotanya.

35
14) Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada
pihak lain.
15) Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan
manusia yang terkait dengan perawat kesehatan.

2. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di
Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana
disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga
medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga
diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang
berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan
perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di
Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat
menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan
seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia.
Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang
berlatarbelakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini
menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional pemula,
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan
profesional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami
keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan
maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian
program paska sarjana FIK UI (1999).

36
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan
melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain:
a. Mengembangkan sistem seleksi kepengurusan melalui penetapan
kriteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan,
pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta ketersediaan
waktu yang dimiliki untuk organisasi.
b. Memiliki serangkaian program yang konkrit dan diterjemahkan melalui
kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas
utama adalah program pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
c. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota
memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan
kompensasi masing-masing.
d. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga
keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk
menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sektor swasta.
e. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan
di luar negeri, bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga
mengikutsertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.

3. Peran, Fungsi dan Tugas Perawat


a. Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat
konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989
terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.

37
b. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen, dan
fungsi interdependen.
1) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam menjalankan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya
atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
3) Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan lain.

c. Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam
proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun
1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat
serta sumber yang tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Mengumpul data, menganilisis dan menginterpretasikan
data.
2) Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan
Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.

38
3) Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya
peningkatan kesehatan, pencegah penyakit, penyembuhan,
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien
dan keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu
biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4) Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang
dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan. Menilai tingkat
pencapaian tujuan. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
diperlukan.
5) Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data
permasalahan keperawatan. Mencatat data dalam proses
keperawatan. Menggunakan catatan klien untuk memonitor asuhan
keperawatan.
6) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta
merencanakan studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan.
Menerapkan hasil penelitian dalam praktik keperawatan.
7) Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada
klien keluarga kelompok serta masyarakat. Mengidentifikasi
kebutuhan pendidikan kesehatan. Membuat rencana penyuluhan
kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan. Mengevaluasi
hasil penyuluhan kesehatan.
8) Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada

39
individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan
komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim
kesehatan lain.
9) Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam
melaksanakan kegiatan keperawatan. Menerapkan keterampilan
manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.

d. Definisi dan Analisis Penyusun Mengenai Keperawatan Sebagai Profesi


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilakukan
oleh perawat dengan memberikan asuhan keperawatan secara tepat
kepada individu, kelompok dan masyarakat, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
pemulihan kesehatan demi tercapainya kesejahteraan umat manusia,
dengan berpegang teguh pada kode etik yang melandasinya. Sedangkan
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan studinya dan telah
siap untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Perawat merupakan salah satu pekerjaan yang mulia dengan cara
memberikan perawatan yang benar, sesuai dengan ilmu yang telah
didapatkannya. Ilmu tersebut diterapkannya dengan suatu metode yang
dikenal dengan “Proses Keperawatan”. Metode ini merupakan metode
yang sistematis, meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
Dari tahapan metode ini, perawat sering menemukan hal-hal baru
dari setiap kasus yang ditanganinya. Oleh karena itu, mereka perlu
meningkatkan wawasannya agar mampu menangani klien-kliennya
dengan benar. Hal inilah yang membawa perubahan besar bagi dunia
keperawatan karena pelayanan yang pada awalnya hanya berdasarkan
pengalaman, kemudian berkembang menjadi pelayanan yang didasarkan

40
pada ilmu keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Profesi merupakan suatu keahlian yang membutuhkan ilmu
pendidikan dan pelatihan sebagai dasar pengembangan teori untuk
menangani permasalahan yang sering muncul dalam bidangnya.
Dengan melihat definisi dan ciri-ciri dari profesi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa keperawatan dianggap sebagai suatu profesi.
Hal ini dikarenakan keperawatan memiliki ciri-ciri yang sama dengan
profesi.
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan
bagian dari tim kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam
membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai
masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan
untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan
tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan,
komunikasi interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya.

41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari
tim kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai
individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun
sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam
mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan
keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal
serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan
dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir
kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap
berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu,
tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain,
misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis.
Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan
tepat waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan
pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara
penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak Negara.

42
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara
terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim
asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik.

B. Saran

43
DAFTAR PUSTAKA

Deswani. 2009. Proses keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta Saleba Medika

Rubenfeld, M, Gaie. 2006. Berpikir Kritis dala Keperawatan. Jakarta EGC

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans


Info Media

Hardiansyah Reza. 2016. Makalah Trend dan Issue.


https://www.google.co.id/amp/s/icarezahardiansyah.worpress.com/2016/12/19/makal
ah-trend-dan-issue/amp/. Diakses pada 19 Desember 2016.

44

Anda mungkin juga menyukai