Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai perawat, kita akan menghadapi kita mengahadapi bermacam-macam situasi
klinis yang berhubungan dengan klien, anggota keluarga, staf pelayanan kesehatan dan
lain-lain. Penting untuk berfikir cerdas pada setiap situasi. Untuk berpikir cerdas, kita
harus mengembangkan cara berpikir kritis dalam menghadapi setiap masalah dan
pengalaman baru yang menyangkut klien dengan cara berpikiran terbuka, kreatif, percaya
diri dan bijaksana. Jika klien mengeluhkan gejala yang baru, meminta kita untuk
menenangkan mereka, atau meminta suatu tindakan, maka diperlukan pemikiran yang
kritis dan keputusan yang tepat, sehingga klien sebisa mungkin mendapatkan perawatan
terbaik. Berpikir kritis bukan merupakan hal yang mudah atau proses linier yang dapat
dipelajari dalam satu malam, melainkan proses yang harus diperoleh melalui pengalaman,
komitmen dan rasa ingin tahu yang besar (Potter & Perry, Fundamentals of Nursing,
Buku 1 Edisi 7).
Selain menggunakan intervensi asuhan keperawatan kritis berbasis bukti untuk
memberikan perawatan yang optimal bagi pasien yang sakit kritis dan keluarganya,
perawat perawatan kritis perlu memiliki dasar pengetahuan yang kuat dan keterampilan
berfikir kritis. Keterampilan berfikir kritis memungkinkan perawat melihat “gambaran
besar” pasien melalui analisis data pasien, evaluasi masalah yang muncul ditatanan klinis
dan penentuan intervensi yang tepat untuk menyelesaikan isu klinis tersebut. Berpikir
kritis memungkinkan perawat untuk melakukan analisis biaya-manfaat untuk setiap dan
semua terapi yang diindikasikan, sambil menggali kemungkinan strategi perawatan
alternatif. Meskipun organisasi nasional dan perawat diarea klinis mengidentifikasi
keterampilan berfikir kritis sebagai hal penting bagi praktik keperawatan yang kompeten,
pendidikan sering kali berfokus pada hafalan fakta-fakta yang terkait dengan perawatan
klinis dari pada berpikir kritis sebagai suatu proses yang penting pada perawatan (Patricia
Gonce Morton, Dorrie Fontaine, Carolyn M. Hudak & Barbara M. Gallo, Keperawatan
Kritis, Edisi 8).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud dengan konsep berpikir kritis dalam keperawatan?
2. Bagaimana karakteristik dalam konsep berpikir kritis dalam keperawatan?
3. Apa saja model konsep berpikir kritis dalam keperawatan?
4. Apa saja fungsi dari konsep berpikir kritis dalam keperawatan?
5. Bagaimana menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan?

C. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.

b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa itu konsep berpikir kritis dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari konsep tersebut.
3. Untuk mengetahui model-model dari konsep berpikir kritis dalam
keperawatan.
4. Untuk mengetahui fungsi-fungsinya.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan konsep tersebut.

D. Manfaat
Dapat mengetahui dan memberikan contoh berpikir kritis dalam keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa
rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan. Pertimbangan dan keputusan yang mandiri berasal dari dasar pengetahuan
yang dalam dan kemampuan untuk mensintesa informasi dalam konteks dimana
informasi itu didapatkan. Keterampilan keperawatan yang berhubungan dengan
penggunaan metode ilmiah, aplikasi dari proses keperawatan, dan pengambilan
keputusan klinis merupakan komponen-komponen penting dari berpikir kritis (Brunner &
Suddarth).
Berpikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk
mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe, 2002 dalam
Potter dan Perry).
Pada umumnya definisi berpikir kritis menitikberatkan pada pikiran logis dan alasan yang
mendasarinya (Di Vito-Thomas, 2005 dalam Potter dan Perry).
Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan
tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005).

B. Karakteristik

Menurut Alfaro-Lafevre, R. 2004. Critical Thinking and Clinical Judgement. Edisi ke-3.
St. Louis: Sanders.
1. Otonomi
Artinya perawat bekerja dengan keilmuannya sendiri dalam merawat pasien, tidak
tergantung instruksi dokter dalam bekerja.

3
2. Berkomitmen
Melakukan sesuatu yang tatarannya sudah diatas loyalitas seseorang atau sudah
mengarah kesuatu kesetiaan yang mendalam.
3. Berpikir adil dan terbuka
Yang mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik.
4. Logis
Penalaran atau keterampilan berpikir dengan tepat.
5. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas perilaku perawat dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan
prinsip-prinsip.
6. Kemandirian berpikir
Selalu berpikir dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain
menganalisis semua itu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.

C. Model
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengembangkan sebuah model pemikiran kritis yang
berdasar pada penilaiaan keperawatan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Paul
(1993), Glaser (1941), Perry (1979), serta Miller dan Malcolm (1990). Model menjelakan
tentang hasil dari berpikir kritis yaitu penilaian keperawatan yan berhubungan dengan
masalah keperawatan pada berbagai keadaan. Berdasarkan model ini terdapat 5
komponen berpikir kritis yaitu :
1. Pengetahuan Dasar Spesifik
Pengetahuan ini bervariasi bergantunng pada pengalaman pendidikan termasuk
pendidikan dasar perawat, kursus pendidikan berkelanjutan dan kuliah tambahan.
Pengetahuan dasar meliputi informasi dan teori dari ilmu dasar, rasa kemanusiaan,
ilmu prilaku dan keperawatan. Perawat menggunakan pengetahuan dasar mereka
dengan jalan yang berbeda dengan displin ilmu kesehatan yang lain karena setiap
individu memikirkan masalah klien secara holistik.

4
Contohnya :
Pengetahuan luas seorang perawat akan memperhatikan segi fisik, psikologi, sosial,
moral, etik dan budaya dalam perawatan seorang klien.

Yang perlu dipelajari :


Kedalaman dan luasnya pengetahuan akan mempengaruhi kemampuan setiap
individu untuk berpikir kritis dalam menangani masalah keperawatan

2. Pengalaman
Pengalaman belajar klinis diperlukan untuk memenuhi keterampilan membuat
keputusan klinis (Roche, 2002). Pada situasi klinis, setiap individu akan belajar mulai
dari mengobservasi, merasakan, berbicara pada klien dan keluarga serta
merefleksikannya secara aktif dengan pengalaman yang telah didapat. Pengalaman
klinis adalah laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan setiap individu.
Dengan pengalaman, setiap individu akan mulai mengerti situasi klinis, mengenali
pola kesehatan klien dan menilai apakah pola tersebut berhubungan atau tidak dengan
kesehatan klien.

Yang perlu dipelajari :


Pelajaran terbaik yang dapat diperoleh mahasiswa adalah mengahrgai semua
pengalaman klien, dimana hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk
membangun pengetahuan baru dan memicu timbulnya pemikiran yang inovatif.
Kesempatan yang dimiliki untuk merasakan emosi yang berbeda, saat-saat krisis,
kesuksesan dalam hidup dan hubungan dengan orang lain dapat membangun
pengalaman sebagai perawat.

3. Kompetensi
Pada latihan yang setiap individu lakukan, akan diterapkan komponen model
pemikiran kritis pada setiap langkah proses keperawatan.

5
4. Perilaku
Terdapat 11 perilaku yang merupakan gambaran utama seorang pemikir kritis (Paul,
1993).
a. Percaya diri
Rasa percaya diri tumbuh seiring dengan pengalaman dalam mengenali kekuatan
dan keterbatasan setiap individu. Rasa percaya diri akan membangun kepercayaan
diantara perawat dan klien. Fokus individu akan beralih dari kebutuhan setiap
individu lain (seperti mengingat bagaimana melakukan sebuah prosedur) menjadi
kebutuhan klien (White, 2003).
b. Berpikir independent
Disini setiap individu akan belajar untuk mempertimbangkan berbagai macam
konsep dan ide sebelum membentuk opini dan membuat penilaian. berpikir kritis
tidak menerima pendapat orang lain tanpa bertanya. Saat individu berpikir
independen, individu menantang cara berfikir orang lain dan mencari jawaban
yang logis dan rasional untuk sebuah masalah.
c. Keadilan
Seorang pemikir kritis dapat mengatasi segala situasi dengan adil hal ini berarti
tuduhan tidak akan memepengaruhi keputusan.
d. Tanggung jawab dan akuntabilitas
Saat merawat klien perawat bertanggung jawab untuk melakukan aktivitas
perawatan yang benar sesuai standar praktik.
e. Mengambil risiko
Seseorang sering menghubungkan pengambilan risiko (risk taking) dengan
bahaya. Namun seorang pemikir kritis juga selalu mau mengambil risiko dalam
mencoba cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah pada saat mengambil
risiko selalu pertimbangan semua pilihan, analisis semua bahaya potensial
terhadap klien, setelah itu ambil tindakan yang beralasan, logis dan baik.
f. Disiplin
Disiplin akan membantu kita mengidentifikasi masalah lebih akurat dan dapat
mengambil keputusan yang sesuai.
g. Persisten

6
Seorang pemikir kritis yang persisten tidak pernah merasa puas dengan usaha
yang minimal tetapi selalu bekerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam perawatan klien.
h. Kreatif
Meliputi pemikiran orisinal. Kreativitas adalah motivator yang akan menolong
setiap individu untuk memikirkan segala pilihan dengan pendekatan yang unik.
Masalah klinis klien, dukungan dari sistem sosial dan lingkungan tempat tinggal
adalah beberapa contoh faktor yang menyebabkan perawatan menjadi lebih
kompleks.
i. Rasa ingin tahu
Pertanyaan favorit seorang pemikir kritis adalah “Mengapa?”. Pada setiap situasi
klinis setiap individu akan belajar mengamati seluruh informasi mengenai klien.
j. Integritas
Pemikir kritis selalu bertanya dan menguji pengetahuan dan keyakinan dirinya
sendiri. Seseorang yang memiliki integritas akan jujur dan mau mengakui
kesalahan dalam hal perilaku, ide dan pemikiran.
k. Rendah hati
Adalah hal yang penting untuk mengakui keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan kita.

5. Standar
Komponen kelima dari model pemikiran kritis meliputi standar intelektual dan
standar profesional (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994).
a. Standar intelektual
Paul (1993) menemukan 14 standar intelektual yang diperlukan dalam berpikir
kritis diantaranya:
1. Jelas
2. Tepat
3. Spesifik
4. Akurat
5. Relevan

7
6. Beralasan
7. Konsisten
8. Logis
9. Dalam
10. Luas
11. Lengkap
12. Signifikan
13. Tercukupi (untuk tujuan)
14. Adil

Standar intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk berfikir rasional. Penggunaan
standar intelektual dengan menyeluruh pada praktik klinik akan memastikan individu
tidak melakukan kesalahan fatal dalam pemikiran kritis.

b. Standar profesional
Standar profesional untuk pemikiran kritis merujuk pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan, kriteria berdasarkan bukti untuk evaluasi dan kriteria
untuk tanggung jawab profesional (Paul, 1993). Penerapan standar profesional
memerlukan penggunaan pemikiran kritis baik secara individual maupun
kelompok (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994). Standar profesional meningkatkan
kualitas perawatan klien.

D. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan

1. Menggunakan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-hari.


2. Membedakan jumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi penyebab dan tujuan,
serta tingkat hubungan.
5. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.

8
6. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
7. Membuat dan mengecek dasar analisi dan validasi darta keperawatan.
8. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.
9. Memberikan alasan-alasan yang releven terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
10. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
11. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsi-prinsip dan aktivitas nilai-nilai keputusan.
12. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

E. Penerapan dalam Proses Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan: proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan


untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu
sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya
(Carpenito-Moyet, 2005).
2. Diagnosa keperawatan: keputusan klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan profesional atau proses
kehidupan (NANDA International, 2007).
3. Perencanaan(intervensi) keperawatan: perawat menetapkan tujuan dan hasil yang
diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan atau bentuk
penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan
klinis yang bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien (Bullechek, Butcher dan
Dochterman, 2008).
5. Evaluasi keperawatan: tahap terakhir dari proses keperawatan, mengambil tindakan
evaluasi untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan telah dipenuhi, bukan untuk
melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukannya atau hasil yang diharapkan
merupakan standar penilaian bagi perawat untuk melihat apakah tujuan telah
terpenuhi dan pelayanan telah berhasil.

9
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan
analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan
kesimpulan dan keputusan. Keterampilan keperawatan yang berhubungan dengan
penggunaan metode ilmiah, aplikasi dari proses keperawatan, dan pengambilan
keputusan klinis merupakan komponen-komponen penting dari berpikir kritis
(Brunner & Suddarth).

Untuk berpikir kritis dalam keperawatan melalui beberapa model dan penerapan,
seperti penerapan proses keperawatan serta pengkajian, sehingga berpikir kritis dalam
keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi
dan kualitas perawat.

B. Saran

Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus
mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat
mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis
pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan dan tingkat
hubungan dalam keperawatan.

Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman
dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

10

Anda mungkin juga menyukai