Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CRITICAL THINKING

Oleh

Kelompok 5
Ni Nyoman Srinadi PO7124319103
Syaripa Hardianti PO7124319104
Siska Mirilindina Alimang PO7124319091
Nirmalasari PO7124319093
Irna Nurmasita PO7124319098
Aspian PO7124319107
Rosita PO7124319113
Elfiani PO7124319123
Agustina PO7124319130
Rosmiati PO7124319131

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
DIV KEBIDANAN PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karena rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang berpikir kritis yang ditunjang dengan proses keperawatan.
Perawat dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk membantu individu meraih kembali atau
meningkatkan kesehatannya harus mampu berpikir kritis.
Kami ucapkan terima kasih untuk rekan-rekan dan dosen yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Kami hanya manusia yang tak luput dari kesalahan, maka kami mohon
maaf apabila telah melakukan kesalahan di dalam penyusunan makalah ini serta isi dalam
makalah. Semoga dengan selesai-nya makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun.

Palu, Mei 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Berpikir Kritis ................................................................................... 2

B. Model Berpikir Kritis ........................................................ 2

C. Tingkat Berpikir dalam Keperawatan ............................... 7

BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Perawat memegang peran penting pada klien dalam kelangsungan asuhan keperawatan. Saat
klien mengeluhkan berbagai masalah, perawat dituntut untuk selalu berpikir kritis dan
menemukan jalan keluar yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah
suatu proses yang dikaji setelah mendapat informasi.

Penerapan praktik berpikir kritis ditunjang oleh proses keperawatan. Proses keprawatan
terdiri atas pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perawat
pun akan melakukan berbagai pertimbangan dalam melakukan intervensi pada klien karena
kondisi kesehatan klien merupakan tanggung jawabnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Berpikir Kritis

Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat


keputusan,menarik kesimpulan,dan mereflesikan (Gordon,1995). Berpikir merupakan suatu
proses yang aktif dan terkoordinasi(Chaffee,1994). Bagaimana perawat menggunakan
informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental
tentang apa yang terjadi pada klien ini adalah gambaran berpikir kritis.
Sebagai perawat profesional, perawat harus selalu melihat dan berpikir ke depan.
Perawat tidak dapat membiarkan berpikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar. Praktik
keperawatan selalu berubah. Sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan
baru, perawat profesional harus selalu menantang cara-cara tradisional dalam melakukan
sesuatu dan mencari apa yang paling efektif, yang mempunyai bukti-bukti mendukung
secara ilmiah,dan memberikan hasil yang lebih baik untuk klien.Untuk berpikir secara kritis
membuat perawat mampu belajar dan untuk secara positif mempengaruhi praktik
keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan baru yang terlibat dalam proses penemuan yang menguntungkan
bagi klien juga bagi profesi.

B. Model Berpikir Kritis

Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan model berpikir kritis untuk
penilaian keperawatan. Model tersebut dirancang untuk mengetengah-kan penilaian
keperawatan dalam peran klinis, manajerial, kepemimpinan, dan pendidikan. Saat perawat
masuk ke dalam pengalaman klinis, tujuan dari model tersebut, yaitu lima komponen
berpikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan perawat untuk membuat penilaian klinis
yang diperlukan untuk suhan keperawatan yang aman dan efektif.
1. Dasar Pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan khusus merupakan komponen pertama berpikir kritis seorang
perawat profesional. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan
dan dasar keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, dan setiap gelar tingkat
lanjut yang didapatkan pearawat atau profesi yang dijalani dan  pendidikan tambahan
yang harus dicari maupun ditempuh. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini
mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan pearawat untuk berpikir secara
kritis tentang masalah keperawatan.
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pe-ngetahuan
alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah
keperawatan.
Seseorang yang sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis biasa-nya akan
melakukan aktivitas mental berikut ini sementara ia berpikir secara kritis.
a. Mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk menentukan alasan dan penyebab
mengapa perkembangan tertentu terjadi dan untuk menentukan apakah diperlukan
informasi lain.
b. Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk
mempertimbangkan semua faktor yang tercakup.
c. Memvalidasi informasi yang tersedia untuk memastikan bahwa informasi itu
akurat, bukan semata- mata pendapat atau dugaan, dan bahwa informasi itu
beralasan dan didasarkan pada fakta dan bukti.
d. Menganalisa informasi tersebut untuk menentukan maknanya dan untuk
menentukan apakah informasi tersebut membentuk suatu rangkaian atau pola yang
akin mengacu pada suatu kesimpulan tertentu.
e. Menggunakan pengalaman dan pengetahuan klinis yang lalu untuk menjelaskan apa
yang sedang terjadi dan untuk mengantisisipasi apa yang akin terjadi selanjutnya.
f. Mempertahankan suatu sikap fleksibel yang memungkinkan fakta-fakta untuk
menuntun dalam brisker dan dalam mempertimbangkan semua kemungkinan.
g. Mempertimbangkan pilihan yang tersedia dan menilai tiap pilihan itu menurut
keuntungan dan kerugian masing- masing.
h. Merumuskan suatu keputusan yang mencerminkan pengambilan keputusan yang
kreatif dan mandiri.
2. Pengalaman
Pengalaman memberikan suatu sarana untuk menguji keprofesionalan . Seorang
perawat menjadikan pengalaman klinis sebagai suatu sarana laboratorium untuk
menguji pengetahuan keperawatan. Perawat harus mengetahui bahwa pendekatan teori
atau buku ajar mempunyai landasan kerja yang penting untuk praktik tetapi harus dibuat
modifikasi untuk merangkul lingkungan kerja, kualitas keunikan klien yang ada dan
pengalaman perawat yang didapatkan dari klien- klien sebelumnya.
Perawat yang ahli memahami konteks dalam situasi klinis, mengenali isyarat, dan
menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan (Benner, 1992). Tingkat
kompetensi ini hanya terdapat dalam pengalaman. Kemungkinan merupakan pelajaran
terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah
mengambil manfaat semua yang dialami klien.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilain keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu :
a) Berpikir kritis umum
Proses berpikir kritis umum mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan. Proses berpikir umum digunakan dalam disiplin lain (mis,
pekerja sosial dan kedokteran) dan dalam situasi non-klinis. Pemecahan masalah
mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat kesengajaan antara apa yang
sedang terjadi dengan yang seharusnya terjadi.
Dalam pembuatan keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi
tujuan. Sebagai contoh, pengambilan keputusan terjadi ketika seseorang
memutuskan bagaimana cara menggunakan waktunya atau makanan yang akan
dimasak untuk makan malam. Untuk membuat keputusan, seseorang harus
mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut terhadap serangkaian
criteria, dan kemudian membuat pilihan terakhir.
b) Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis mencakup pertimbangan
diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis. Suatu contoh
pemeriksaan diagnostik yang beralasan termasuk perawat yang membuat
pengkajian berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien (Carnevali &
Thomas, 1993).
c) Berpikir kritis dalam keperawatan
Satu teori kompetensi berpikir kritis bersifat khusus untuk keperawatan. Proses
keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan untuk secara kritis
mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respons klien terhadap
masalah kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian mengevaluasi
apakah tindakan yang dilakukan telah efektif. Format untuk proses keperawatan
adalah unik untuk disiplin keperawatan dan memberikan bahasa dan proses yang
umum bagi perawat untuk “memikirkan semua” masalah klien (Kataoka-Yahiro
dan Saylor, 1994). Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematik,
komprehensif untuk asuhan keperawatan.
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Sikap adalah adalah nilai yang diyakini terbentuk dalam bentuk pemikiran yang
termanifestasi dalam sebuah tindakan. Berikut ini adalah contoh sikap untuk berpikir
kritis.
a) Tanggung gugat
Tanggung gugat adalah kesiapan seorang profesional mengalami tanggung
gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pekerjaan terhadap segala
sesuatu tindakanya atau keputusannya.
b) Berpikir mandiri
Berpikir mandiri adalah inti dari riset ,untuk dapat berfikir mandiri seseorang
profesional akan berfikir dan mencari rasional serta jawaban yang logis.
c) Mengambil Resiko
Seorang profesional harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima
pemikiran baru dan maju, Perlu dibutuhkan keyakinan dan niat serta kemauan
untuk mengambil resiko apa yang salah dan dan untuk kemudian melakukan
tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung fakta dan bukti yang kuat.
d) Kerendahan Hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri, pemikir kritis mengetahui ersiko
yang timbul dari sebuah keputusan maupun situasi jika profesional tidak mampu
mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah yang muncul maka bias
dipastikan strateginya akan mengalami kegagalan. Seorang profesional harus
memikirkan kembali untuk mencari pengetahuan baru, mencari sumber informasi
yang lain.
e) Integritas
Integritas pribadi membangun ras percaya diri, seorang profesional yang
mempunyai integritas dengan cepat akan berkeinginan mengakui dan mengevaluasi
segala ketidak konsistenan dalam ide dan keyakinanya.
f) Ketekunan
Profesional yang berfikir kritis bertekad menemukan solusi yang efektif untuk
mengatasi konflik terkait dengan profesionalisme. Profesional belajar sebanyak
mungkin mengenali masalah yang mungkin timbul dari profesinya .
g) Kreatif
Kreativitas mencakup berpikir original, hal ini berarti menemukan solusi di luar
apa yang dilakukan secara tradisonal.
Komponen standar dalam berfikir kritis mencakup standar intelektual dan
profesional. ( Paul, 1993).

C. Tingkat Berpikir dalam Keperawatan

Model Kataoka-Yuhiro dan Saylor, (1994) mengidentifikasi tiga tingkat berpikir kritis
dalam keperawatan yaitu: tingkat dasar, kompleks, dan komitmen. Tingkat ini cenderung
sejajar dengan lima tingkat kecakapan yang diuraikan oleh Banner (1984) yaitu, pendatang,
pemula lanjut, kompeten, cakap, dan ahli.
Pada tingkat dasar pembelajar menganggap bahwa yang berwenang mempunyai jawaban
yang benar untuk setiap masalah. Berpikir cenderung untuk menjadi konkret dan didasarkan
pada serangkaian peraturan atau prinsip. Hal ini merupa-kan langkah awal dalam
perkembangan kemampuan mempertimbangkan (Kataoka Yuhiro dan Saylor, 1994).
Individu mempunyai keterbatasan pengala-man dalam berpikir kritis. Disamping
kecenderungan untuk diatur oleh orang lain, individu belajar menerima perbedaan pendapat
dan nilai-nilai diantara pihak yang berwenang. Dalam kasus perawat baru, berpikir kritis
sambil melakukan prosedur perawatan masih terbatas. Pendekatan tahap demi tahap
digunakan untuk mem-berikan perawatan dan mungkin tidak dapat diadaptasi untuk
kebutuhan klien yang unik atau tidak lazim.
Pada tingkat berpikir kritis yang kompleks, seseorang secara kontinu me-ngenali
keragaman dari pandangan dan persepsi individu. Apa yang berubah ada-lah kemampuan
dan inisiatif individu. Pengalaman membantu individu mencapai kemampuan untuk terlepas
dari kewenangan dan menganalisis serta meneliti alter-natif secara lebih mandiri dan
sistematis. Dalam kaitannya dengan keperawatan, praktisi mulai untuk mencari bagaimana
tindakan keperawatan mempunyai man-faat jangka panjang untuk klien. Perawat mulai
mengantisipasi alternatif lebih baik dan menggali lebih luas. Hanya kemauan untuk
mempertimbangkan penyim-pangan dari protokol atau peraturan standar ketika terjadi
situasi klien yang kom-pleks. Sering terdapat lebih dari satu solusi untuk satu masalah.
Perawat belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama.
Tingkat ketiga dari berpikir kritis adalah komitmen. Pada tingkat ini perawat memilih
tindakan atau keyakinan berdasarkan alternatif yang diidentifikasi pada tingkat berpikir yang
kompleks. Perawat mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang
kritis setelah menganalisis keuntungan dari alternatif lainnya. Maturitas perawat tercermin
dalam kebiasaan mencari pilihan yang ter-baik, yang paling inovatif, dan paling sesuai untuk
perawatanklie
BAB III

KESIMPULAN

Berpikir kritis tak hanya selesai setelah mendapatkan jalan keluar, ada proses yang
menuntun perawat , yaitu proses keperawatan. Tahapan-tahapan da-lam proses keperawatan
merupakan tangga keberhasilan dalam melakukan asuhan keperawatan. Apabila tahapan-tahapan
tersebut dilakukan dengan benar maka klien pun akan merasakan dampak positif dari apa yang
telah dilakukan perawat padanya.

Kolaborasi antara berpikir kritis dan proses keperawatan merupakan hal penting untuk
terus memperkuat pola pikir dan pola sikap para perawat dalam memperbaiki atau meningkatkan
kondisi kesehatan klien. Semakin sering perawat melaksanakan kolaborasi tersebut maka
semakin berpengalaman pula sang pera-wat, maka perawat pun akan dapat berpikir cepat untuk
mendapatkan jalan keluar terbaik bagi kliennya.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC.

Chase, S. 1994. Clinical Judgement by critical care nurse: An ethnographic study. In R. M.


Carroll-Johnson 7 Pacquette (Eds), Classification of nursing diagnosis: Proceedingof the
ninth conference, North American Nursing Diagnosis Association (pp. 367-368).
Philadelphia: J.B. Lippincott.

Lunney; M. (1992). Divergent productie thinking factors and accuracy of nursing diagnoses.
Research in Nursing and Health, 15(4), 303-312.

http://reyhan-zz.blogspot.com/2009/10/tentang-teperawatan.html

http://nursing-care-indonesia.com

Anda mungkin juga menyukai