BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar
dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan keperawatan. Pemikir kritis
dalam keperawatan menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual perspektif,
kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional
karena cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada
fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis
adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan
mengevaluasi.
Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan
pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis
itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) yang diikuti
dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan
demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir
nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis
secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Pengertian
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti :
bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to
decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau
metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena,
pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi.
Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide,
pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu,
pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah,
pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir
kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional
terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan.
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir
yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain
itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya
dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis,
pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan tentang berpikir
kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998
penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin
intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional
dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan
ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
1. 1. Konseptualisasi
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari
fakta fenomena nyata.
1. 3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi
benar dan lebih baik.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu
pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model
berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di
literature. Costa and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir
dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
1. Remembering (Mengingat)
2. Repeating (Mengulang)
3. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
4. Reorganizing (Reorganisasi)
5. Relating (Berhubungan)
6. Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk mempelajari
asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah
komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan berkerja bersama dengan keperawatan.
Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu sebagai berikut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh komponen
esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berfikir kritis
melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupakan keseluruhan komponen
penting bagi perawat profesional yang berkerja bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah
sia-sia, bekerja tanpa perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai
keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai
praktik profesional.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir
adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu
yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang mempengaruhi berpikir
dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu.
Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek
professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa
dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan
mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar
mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa
dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan bekerja adalah
sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek keperawatan,
tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka dalam
dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir
kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan
yang asing jika mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir kritis
dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai dengan
pikiran dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para
pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk mengambarkan
keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana pelajar dan perawat
berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah
cara berpikir secara sistematis dan efektif.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan dari
beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir dituangkan.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa aktifitas berpikir yang
berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu terjadi.
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk
mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dikumpulkan dari banyak
sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat
peroleh dari klien atau orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien, instrument
(darah, urine, feses, dll), dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya
pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-
masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada
sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya.
Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas
seiring dengan adanya sekolah-sekolah keperawatan.
Habit/Kebiasaan (H)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali
sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka kerjakan
menghemat waktu dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang
mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal
ini bukan kebiasaan dalam keperawatan karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan
proses berpikir. Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam
melihat sesuatu atau kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu. Contoh :
pernahkah kita mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah
kita lewati? Yang kita pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari kecelakaan.
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat penting dalam
keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan
disini adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu
tubuh, memasang kateter, dan aktivitas lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan yang
alami terjadi dan dilakukan oleh perawat.
Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi
social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan,
khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut wajah, mencari
factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek
segalanya, tidak ada masalah bagaimana memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan
sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih
akurat jika menggunakan inquiry.
Contoh :
Pukul 3 pagi, perawat melihat lampu kamar Tn. X masih menyala. Kemudian perawat
mendekati pasien dan menanyakan “Selamat pagi Tn.X, saya melihat lampu kamar anda
masih menyala, apa yang anda lakukan? ada yang bisa saya bantu?” Tn. X tersenyum dan
menjawab “saya baik-baik saja.” Perawat mengobservasi dan menemukan tissue di lantai dan
melihat bahwa mata Tn.X merah dan bengkak.
Dari kasus tersebut bisa kita dapatkan kesimpulan sementara (sedikitnya 4 kesimpulan), yaitu
:
1. Klien baik-baik saja, memang normal klien bangun pada jam tersebut dan mata klien merah
mungkin karena klien menggosok matanya akibat alergi
2. Klien baik-baik saja tetapi tidak bisa tidur siang sebentar karena rasa bosan. Sehingga mata
terlihat merah dan bengkak
3. Klien tidak dalam keadaan baik tetapi tidak ingin berbicara kepada siapapun tentang
masalahnya
4. Klien dalam keadaan tidak baik tetapi tidak tahu bagaimana untuk minta bantuan kepada
orang lain
Disini peran perawat adalah memvalidasi : “Anda bicara kalau anda baik-baik saja, tetapi
saya melihat mata anda merah dan bengkak” Kemudian bandingkan dengan informasi yang
diperoleh teman kita. Yang perlu dipelajari :
Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita? Kapan kita
membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman kita apakah ada
perbedaan?
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi
individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan
biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide
dari literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan).
Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”.
Berpikir kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat
bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan
yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam
merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi
cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart
pendekatan untuk menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik,
tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Yudi yang tinggal di rumah
perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke ruangan yang sama
tiap harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun meskipun perawat mengulangi
kata-kata yang sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran bahwa berbicara kepada
orang lain merupakan cara standar untuk membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal
tersebut yang sebagian perawat lakukan, kecuali Ella (contoh). Suatu hari Ella berlutut di
depan kursi roda Yudi dan merangkulnya. Memandang Yudi dan dengan senyum yang lebar
mengajaknya bernyanyi. Apa yang terjadi? Yudi menyanyi. Tidak hanya menyanyi tetapi
juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa Irlandia.
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut? Kebanyakan perawat memahami
komunikasi terapeutik yang mereka pelajari dari buku. Pendekatan verbal untuk komunikasi
terapeutik bisa dilakukan dengan kebanyakan klien. Ella, meskipun mengembangkan
komunikasi dengan cara sentuhan dan menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang
tidak disebutkan dalam literature.
1. Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?
2. Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
3. Berapa lama dalam seminggu?
4. Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak
dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan.
Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan”
dan cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita
akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.
1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan
yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau
argumentasi
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil
keputusan
3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing
mengemukakan pendapatnya.
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan,
sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan
iklan adalah dua bentuk persuasi
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan
untuk mempengaruhi massa pendengar
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk
memaksakan suatu kehendak
7. Kombinasi beberapa metode
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah,
keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berpikir
kritis.
1. Menentukan tujuan
2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3. Menujukan bukti
4. Menganalisis konsep
5. Asumsi
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat
dari beberapa aspek:
1. 1. Relevance
1. 2. Importance
1. 3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam
sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi
yang berhasil dikumpulkan.
1. 7. Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan
dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai
berikut :
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat diartikan bahwa
awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-fenomena yang
kita lihat dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut
kita untuk berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan
Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
1. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
1. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke arah sana maka
harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen
dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan
fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika
yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
1. Argumen
Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau berdasarkan data-
data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi hal-hal sepertikegiatan pengenalan, dan
penilaian, serta menyusun argumen.
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya
akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
1. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan
konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena
dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan
meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil.
1. Langkah-langkah dalam berpikir kritis
Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi mengidentifikasi isu-isu atau
permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih
informasi yang relevan, merumuskan masalah.
Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini, mengecek
konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun salah
penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali data-data yang
diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil.
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat
professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya
kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal
tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri
hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena
dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk
memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam
berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan
kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami
perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari perawat.
Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi, ketidakpastian,
kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang berbeda dan tidak
dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam
asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa
yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau
estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah
lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir
kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan.
Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu
langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis
yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.
Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan,
dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker,
2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir
kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis,
pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan antara
berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni bahwa
berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya
dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis
yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses
berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah
(deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan
yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak
dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.
Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea,
pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat,
profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan.
Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif
1) Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
3) Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka
merubah perilaku sehat
4) Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian
alas an perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.
1. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana harus
mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat
profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil
observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya
dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh
perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan.
Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan
menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu
sosial
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat
menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara
rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam
menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang
sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan
ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose
keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep (NANDA, 1998).
1. Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an
untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam
mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat
memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula
keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan
memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan
1. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami
klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan
dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu
tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau
tidak.
1. Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan
sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses
evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada
fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien
terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau
bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada
pernyataan serta pikiran klien.
1. Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan
perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip
pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
1. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan
bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk
analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas informal, aktivitas
tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan
berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan
dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan
buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar
serta tindakan yang dilakukan.
1. A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah
berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat penilaian
berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena
cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
1. B. Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus
mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat
mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian
hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih
nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Berpikir kritis
*Pengertian Berpikir
berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang
selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang
di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis,
pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya
atau layak tidaknya suatu gagasan.
Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian
analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide yang
ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian
atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman (Pery & Potter,2005).
berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi
pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya
perspektif pandangan baru ( Strader 1992 ).
Berpikir kritis merupakan proses berfikir dalam menyelesaikan masalah melalui pertimbangan
dengan merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan, sehingga keputusan yang diambil
bersifat efektif.
berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.( Anggelo 1995: 6),
Berpikir kritis merupakan suatu aktifitas mental yang memiliki tujuan, dimana ide-ide dihasilkan
dan dievaluasi, perencanaan dibuat dan ditegakkan suatu keputusan/kesimpulan. ( Kozier et.al,
1995 )
* Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman
baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi,
ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berpikir dan belajar. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan
disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
* Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang
perawat, agar menjadi seorang perawat yang profesional, sehingga mampu
menyelesaikan masalah.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven,
berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan
dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat
sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi,
pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing
dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut
ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah
dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir kritis
dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan profesional
dan kualitas asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik
bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu
penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis
dalam memberikan asuhan keperawatan.
* Isi suatu kualitas dari kegiatan berpikir harus mengandung unsur-unsur seperti dibawah ini:
1. Sistematik dan senantiasa menggunakan criteria yang tinggi (terbaik) dari sudut intelektual untuk hasil
3. Selalu mengunakan kriteria berdasar standar yang telah ditentukan dalam memantau proses berpikir.
4. Melakukan evaluasi terhadap efektivitas kegiatan berpikir yang ditinjau dari pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
* Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham dan tahu dari komponen
Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang spesifik dalam keperawatan.
Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi dari ilmu-ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-
2. Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan
mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah
kesehatan. Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang
Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus/ rangsangan yang berasal dari
a. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun nonverbal.
b. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda nyata, peristiwa
c. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakili suatu objek dan peristiwa nyata.
d. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.
e. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas mengingat
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang digunakan untuk membantu penilaian
a. Berpikir kritis umum, meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan
pembuatan keputusan.
b. Berpikir kritis secara sepesifik dalam praktik klinik meliputi alasan mengangkat diagnose dan membuat
c. Berpikir kritis yang sepesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian
sampai evaluasi).
Sikap dalam berpikir kritis merupakan sikap yang diperoleh dari proses berpikir kritis dan sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/ kesiapan untuk
bereaksi terhadap stimulus atau objek menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (1993), sikap merupakan
Dalam standar intelektual untuk menghasilkan proses berpikir perlu di perhatikan tentang; rasional
dan memiliki alasan yang tepat, reflektif, menyelidik, otonomi berpikir, kreatif, terbuka dan mengevaluasi.
Pada standar profesioanal keperawatan memiliki kode etik keperawatan dan standar praktek
asuhan keperawatan.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas informal, aktivitas tiap
hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis
adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya argumen serta mencari
kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.
1. Watak
2. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke arah
sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan
mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi harus
berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang
kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan
yang matang.
3. Argumen
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini,
mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi
maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai
dan ideologi.
hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk
memilih tindakan.
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama
proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance
2. Importance
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
(refrence).
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidakjelasan.
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil
dikumpulkan.
7. Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk di dalalmnya senantiasa memberi penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi / masukan yang datang dari dalam dirinya maupun
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan / kegunaanya dalam
penerapan.
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan suatu model tentang berfikir kritis untuk
c. Kompetensi.
Model tersebut mendefinisikan hasil dari berpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang
K = KNOWING HOY YOU THINK (TAU apa yang kamu fikirkan)
* Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs”
yaitu :
1 Remembering (Mengingat)
2 Repeating (Mengulang)
3 Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
4 Reorganizing (Reorganisasi)
5 Relating (Berhubungan)
6 Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
2.1.5. Tingkatan Berpikir Kritis
Pada tingkat dasar pembelajar menganggap bahwa yang berwenang mempunyai jawaban yang
benar untuk setiap masalah .individu mempunyai keterbatasan pengalaman dalam menerapkan berpikir
kritis.di samping kecenderungan untuk diatur oleh orang lain ,individu belajar menerima perbedaan
Pada tingkat ini seseorang secara kontinu mengenali keragaman dari pandangan dan persepsi
individu.disini yang berubah adalah kemampuan dan inisiatif individu.pengalaman membantu individu
mencapai kemampuan untuk terlepas dari kewenangan dan menganalisis serta meneliti secara lebih
mandiri dan sistematis. Perawat belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama.
3. Komitmen
Pada tingkat ini perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasarkan alternatif yang
diidentifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks.perwat mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk
membuat pilihan yang kritis setelah menganalisis keuntungan dari alternatif lainnya .
Penggunaan habits
Habits memberikan rasa nyaman dalam bekerja, tapi perawat dapat berhenti berpikir dan
menolak penggunaan inquiry dan new ideas
Kecemasan