Anda di halaman 1dari 70

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PRA


LANSIA SEBELUM MENGHADAPI MASA LANSIA DI PUSKESMAS II
DENPASAR SELATAN

NI LUH PUTU NOVIYANTI

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

DENPASAR

2021

i
USULAN PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PRA


LANSIA SEBELUM MENGHADAPI MASA LANSIA DI PUSKESMAS II
DENPASAR SELATAN

NI LUH PUTU NOVIYANTI

NIM. 17C10062

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

DENPASAR

2021

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN

Proposal penelitian dengan judul “Gambaran pengetahuan dan perilaku hidup sehat
pra lansia sebelum menghadapi masa lansia di Puskesmas II Denpasar Selatan ” telah
mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan dalam ujian proposal
penelitian.

Denpasar, 5 Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.IGN Made Kusuma Negara, S.Kep.,MNS Ni Wayan Novi Suryati, S.Pd.,M.Pd


NIDN. 0807057501 NIDN. 0824119201

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Proposal penelitian dengan judul “Gambaran pengetahuan dan perilaku hidup sehat
pra lansia sebelum menghadapi masa lansia di Puskesmas II Denpasar Selatan” telah
mendapatkan persetujuan pembimbing dan Rektor ITEKES Bali untuk dilaksanakan
sesuai dengan rencana penelitian yang tertuang dalam proposal penelitian.

Denpasar, 5 Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. .IGN Made Kusuma Negara, S.Kep.,MNS Ni Wayan Novi Suryati, S.Pd.,M.Pd
NIDN. 0807057501 NIDN. 0824119201

Menyetujui,
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES Bali)
Rektor

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D

NIDN. 0823067802

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan dan Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Sebelum Menghadapi Masa
Lansia”.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,MNg.,Phd selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
2. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.
3. Ibu Anak Agung Ayu Yuliati Darmini, S.Kep., Ns., MNS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan perhatian
kepada penulis.
4. Ns.IGN Made Kusuma Negara, S.Kep.,MNS selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pencerahan dalam menyelesaikan proposal
ini.
5. Ibu Ni Wayan Novi Suryati, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II dan selaku wali
kelas A Angkatan 2017 yang telah banyak memberikan bimbingan, pencerahan,
motivasi dan dukungan moral kepada penulis.
6. Seluruh keluarga terutama Bapak I Kadek Yudadana dan Ibu Ni Kadek Dewi Sri
Herawati selaku orangtua yang banyak memberikan dukungan, semangat serta
dorongan moral dan materiil sehingga proposal ini dapat diselesaikan.serta Ni

v
Wayan Padmi selaku Bibi yang selalu memberikan semangat kepada penulis
dalam proses menyelesaikan proposal ini.
7. Adik tersayang I Made Oka Mahendra yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, dan semangat untuk penulis sehingga selesainya proposal ini.
8. Nengah Juliawan S.Pd selaku teman hidup yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi kepada penulis dalam proses menyelesaikan proposal ini.
9. Sahabat penulis dan teman-teman angkatan 2017 yang selalu memberikan
dukungan dan semangat hingga selesainya proposal ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal ini. Penulis menyadari dalam penyusunan
proposal ini masih belum sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan
proposal ini.

Denpasar, 5 Februari 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM.................................................................ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN....iv

KATA PENGANTAR..................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................vii

DAFTAR TABEL........................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR....................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan Penelitian................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................8

A. Konsep Lansia ..................................................................................8


B. Pengetahuan .........................................................................…….. 11
C. Perilaku ............................................................................................14
D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat......................................................21
E. Penelitian Terkait..............................................................................26

vii
BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL...............................28

A. Kerangka Konsep..............................................................................28
B. Variabel Penelitian............................................................................29
C. Definisi Operasional.........................................................................30

BAB IV METODE PENELITIAN............................................................32

A. Desain Penelitian..............................................................................32
B. Tempat Dan Waktu Penelitian..........................................................32
C. Populasi, Sampel, Sampling.............................................................33
D. Metode Pengumpulan Data...............................................................36
E. Rencana Analisa Data.......................................................................39
F. Etika Penelitian.................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

viii
Tabel 3.1 Definisi Operasional..................................................................30

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan dan Perilaku
Hidup Sehat pada Pra Lansia sebelum Menghadapi Masa Lanisa……………………..28

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Instrument Penelitian

Lampiran 3.Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
di atas 60 tahun ke atas atau lebih menurut UU No 13 Tahun 1998.
Usia lanjut sebagai tahap perkembangan yang normal yang akan
dialami oleh setiap individu, pada tahap ini biasanya akan
mengalami perubahan atau kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya. Menurut World Health Organization (WHO) klasifikasi
pra lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan
usia sangat tua ( very old) diatas 90 tahun.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang diilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri secara mandiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2011).
PHBS merupakan gambaran pola hidup keluarga yang senantiasa
memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.
Semua bentuk perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaraan
keluarga dan anggota keluarga sehingga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatanya (Proverawati&Rahmawati ,2016).
Selain itu PHBS adalah salah satu program prioritas pemerintah
melalui puskesmas dan menjadi hasil luaran dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan Maryuni (2013).
Penerapan perilaku hidup sehat lansia di Posyandu Lansia Nur
Kinasih. Kelurahan Paseban RW 8 masih tergolong tidak baik
karena ditemukan presentase paling tinggi menunjukkan lansia
dengan pola makan yang kurang baik yaitu pola makan yang tidak
teratur, jarang mengkonsumsi sumber

2
2

karbohidrat, sumber protein, nabati, sayuran, buah-buahan dan


jarang minum air putih. Badan Pusat Statistik RI 2014,
menyebutkan bahwa didapatkan sekitar 64,01 % pra lansia
mengalami keluhan kesehatan berupa asam urat, darah tinggi,
rematik, darah rendah, dan diabetes. Masalah tersebut terjadi karena
belum semua pra lansia bisa menerapkan perilaku hidup sehat,
Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 133 responden
memiliki perilaku hidup tidak sehat dan 38,4% berisko tinggi
terkena kardiovaskular 41 responden yang memilki pola hidup sehat
dan 61% berisiko rendah terkena kardiovaskular. Seharusnya pra
lansia bisa mengetahui, memahami serta mengaplikasikan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari hari dan mengerti
bagaimana cara menerapkan perilaku hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang seperti
karbohidrat, ptotein, lemak, mineral dan vitamin. Diharapkan juga
pra lansia mampu bisa mengatur pola hidup yang seimbang, mulai
dari menjaga keseimbangan antara gerak dan imobilitas serta
melakukan aktivitas fisik seperti rajin berolahraga, Informasi PHBS
yang diperoleh merupakan sumber dari pengetahuan, sehingga dari
pengetahuan tersebut timbul masalah sikap dan perilaku yang baik,
artinya tingkat pengetahuan yang baik mempengaruhi terhadap
perilaku (Rizka,2012).
PHBS yang dilakukan pra lansia akan memberikan manfaat
yang sangat berharga bagi perjalanan kehidupan akhir lansia.
Lansia yang mempunyai perilaku sehat seperti menerapkan
pola makan sehat, tidak merokok, dan melakukan olahraga
teratur, dihubungkan dengan memori yang baik dibandingkan
yang lebih muda (Dwi, 2016). Adanya perubahan perilaku pra
lansia menjadi sebuah perilaku yang lebih baik, sangat penting
dan bermanfaat untuk mencegah penyakit, kesejahteraan dan
kualitas hidup mereka (Fried, 2013). Upaya kesehatan perlu
3

dilakukan untuk memberikan kesdaran pada pra lansia agar dapat


menjalankan PHBS dengan baik. Bagaimanapun juga perilaku
yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan akan memberikan
dampak buruk bagi individu itu sendiri apalagi pada pra lansia,
yang telah mengalami berbagai penurunan fisik, psikis dan
sosial di dalam kehidupannya.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga dan merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan fenomena
masih banyak pra lansia yang belum mengetahui tentang kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir
seluruhnya 55 responden pra lansia (91,7%) memiliki pengetahuan
kurang dan 46 responden (76,6%) lansia memiliki perilaku cukup.
Peran pra lansia sangat penting memiliki pengetahuan yang luas
tentang kesehatan, diharapkan pra bisa mengetahui, memahami
serta mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari hari.
Badan Pusat Statistik RI (2014) menyebutkan bahwa lansia
sering mengalami keluhan kesehatan. Data yang ditemukan sekitar
64,01 % lansia mengalami keluhan kesehatan yang berupa asam
urat, darah tinggi, rematik, darah rendah, dan diabetes. Menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nancy (2016) ditemukan
bahwa pola konsumsi makanan sehat berdasarkan frekuensi
makanan pokok 100% termasuk kategori cukup, konsumsi
makanan ringan 100% status kurang, konsumsi lauk 94,9% dalam
status cukup, konsumsi buah 62,2% dan sayur 52% dalam status
kurang. Mengkonsumsi energi 52,04 % masuk dalam kategori
4

cukup, dan konsumsi protein 57,1 % lansia termasuk dalam


kategori cukup. Banyak pra lansia
4

yang belum mengetahui tentang Kesehatan. Berdasarkan


hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya 55
responden pra lansia (91,7%) memiliki pengetahuan kurang dan 46
responden (76,6%) lansia memiliki perilaku hidup bersih dan sehat.
Penelitian yang dilakukan oleh Reza dkk (2015)
mengatakan status kesehatan fisik lansia tergolong buruk karena
kebanyakan pra lansia mempunyai berbagai penyakit tidak
menular, hal ini dikarenakan lansia tidak memiliki perilaku yang
tidak baik pada masa lampaunya. Jika perilaku hidup sehat lansia di
masa lampaunya baik, maka status kesehatan lansia akan
meningkat, dan jika lansia memiliki perilaku hidup sehat yang
tidak baik pada masa lampaunya maka status kesehatanya akan
menurun. Maka dari itu pra lansia sangat penting melakukan
perilaku hidup sehat untuk meningkatkan status kesehatanya di
masa lansia. Untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran perlu
dilakukan latihan fisik dan olahraga secara teratur, yang dapat
dilakukan secara perorangan atau berkelompok, setiap orang
dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
sebanyak 300-400 gram untuk usia balita dan usia sekolah,
sedangkan untuk remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram
perhari.(Germas, 2016)
Konsumsi buah dan sayur sangatlah penting dalam
meningkatkan kesehatan di masa lansia. Dengan mengkonsumsi
buah dan sayur dapat mengurangi resiko penyakit jantung seperti
hipertensi. Seorang yang mengkonsumsi buah dan sayur lebih dari 4
kali seminggu akan mengurangi resiko hipertensi (Borgi dkk, 2015).
Sayuran mengandung beta karoten yang mana kandungan ini dapat
membantu memperlambat penuaan dini, mencegah kanker,
meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi akibat
diabetes (Proverawati & Rahamawati,2016).
5

Manfaat melakukan PHBS terutama untuk meningkatkan


kesehatan bagi Pra lansia agar terhindar dari sakit dan mampu
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan (Proverawati &
Rahamawati,2016). Hal yang dapat dilakukan oleh pra lansia dalam
mencegah masalah kesehatan khususnya pada penyakit tidak
menular dengan cara mengurangi konsumsi rokok. Selain itu
meningkatkan aktivitas fisik seperti rajin berolahraga untuk
mencegah kegemukan, dan meningkatan konsumsi buah dan sayur
(Nina dkk, 2018). Meningkatkan aktivitas fisik seperti berolahraga
dapat mencegah terjadinya penyakit jantung. Dengan berolahraga
akan membantu menguatkan otot jantung, memperlancar aliran
darah ke otot jantung, meningkatkan suplai glukosa dari dalam
pembuluh darah ke otot sehingga mengontrol diabetes
(Wijayanto,2019).
Dampak jika lansia tidak melalukan pola hidup tidak sehat
akan beresiko terkena penyakit tidak menular. Lansia yang tidak
berolahraga, tidak mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin akan
beresiko terkena penyakit tidak menular seperti, Penyakit Jantung
Koroner (PJK), Stroke, Hipertensi dan Diabetes Mellitus ( Lie Dkk,
2015). Selain itu, merokok pada pra lansia dapat menyebabkan
lansia beresiko terkena PPOK, Stroke, Kanker Kulit, Kanker Rahim
(Proverawati & Rahamawati,2016). Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Agahi, (2012) menyatakan bahwa faktor resiko
penyebab kematian pada lansia adalah merokok, sebanyak 25% dari
lansia yang merokok lebih beresiko mengalami kematian sebelum
umur 65 tahun. Hal ini menunjukan bahwa pra lansia perlu
menerapkan perilaku hidup sehat untuk meningkatkan kualitas hidup
pada masa lansia.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menilai pentingnya
pengetahuan dan perilaku hidup sehat pada pra lansia dalam
mengonsumsi makanan sehat sebelum menghadapi masa lansia
6

khususnya pada masalah kesehatan yang akan muncul pada masa


lansia yaitu penyakit yang dapat memengaruhi system saraf otak,
sumsum tulang belakang, tulang, pembuluh darah, sampai jantung.
6

Peneliti memilih tempat penelitian di Kota Denpasar karena


menurut Badan Pusat Statistik (2018) bahwa pra lansia lebih banyak
tinggal di perkotaan dengan presentase (16,95%) dan berdasarkan
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2018) bahwa jumlah pra lansia
terbanyak di Kota Denpasar khususnya Kecamatan Denpasar
Selatan dengan jumlah pra lansia 44.640 orang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka


dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah
pengetahuan dan perilaku hidup sehat pada pra lansia sebelum
menghadapi masa lansia di Denpasar Selatan ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup sehat pada pra
lansia yang akan menghadapi masa lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengidentifikasi pengetahuan pra lansia tentang
perilaku hidup sehat.
b. Untuk Mengidentifikasi perilaku hidup sehat pada pra
lansia dalam mengkonsumsi buah dan sayur dan
perilaku merokok.

D. Manfaat Praktis

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


akademis bagi pengembangan teori keperawatan gerontik
terutama dalam kesiapan pra lansia menghadapi masa lansia.

2.Manfaat Praktis
7

a. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi
dasar penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan
tentang perilaku hidup sehat pada pra lansia.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan dari penelitian ini diharapkan dapat
menambahkan pengetahuan dan informasi terhadap
masyarakat mengenai perilaku hidup sehat pada pra
lansia

BAB II
8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah berumur 60 tahun ke atas
menurut UU No 13 Tahun 1998. Lansia bukan penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan (Muhith & Siyoto , 2016). Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang akan mengakibatkan perubahan kumulatif,
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh dan pada akhirnya akan mengalami kematian
Wahyu (2017). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school,
school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara
biologis maupun psikologis Padila (2013)
Menurut WHO, pra lansia memiliki batasan usia 45-59 tahun.
Pada usia tersebut, seseorang harus mulai mempersiapkan diri menuju
lansia. Oleh karena itu, dibutuhkan persiapan bagi pralansia untuk
menghadapi masa lansia nanti untuk menjadi Lansia Tangguh yang sehat,
aktif, mandiri, produktif dan bermartabat. Data BPS (2019) menunjukkan
angka kesakitan penduduk lansia masih sebesar 26,20%. Disabilitas pada
lansia terjadi akibat bertambahnya usia atau kondisi-kondisi tertentu
(penyakit, kecelakaan, trauma, dsb). Seiring dengan bertambahnya usia,
angka disabilitas cenderung meningkat. Banyaknya penyakit yang diderita
(multi patologis) dan meningkatnya kecenderungan disabilitas pada
9

lansia, merupakan indikasi dibutuhkannya Perawatan Jangka Panjang


(PJP). Masa pra lansia diartikan sebagai suatu masa menurunnya
keterampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, suatu periode
dimana orang menjadi sadar atas polaritas muda tua dan semakin
berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu masa
ketika orang mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karier, dan
suatu titik ketika individu berusaha meneruskan suatu yang berarti pada
generasi berikutnya.Rentang usia pra lansia atau yang disebut juga
dewasa madya pada umumnya berkisar antara 40-60 tahun, dimana pada
usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental
(Hurlock, 2015).
Penuaan merupakan masa ketika seseorang individu berusaha
untuk tetap menjalani hidup dengan Bahagia melalui berbagai perubahan
dalam hidup. Seseorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau
60 tahun disebut lansia. Beberapa teori terkait dengan penuaan dikenal
dan telah dipaparkan. Sebagian besar menjelaskan tentang perubahan
peran fungsional yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan
psikososial pada lansia.
Menurut Depkes RI 2017 mengklasifikasikan lansia dalam
kategori berikut:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan
10

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.


e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain (Dewi, 2014)
2. Batasan umur
a. Batasan umur lansia berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) rentang usia ini adalah 45-59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) dengan rentang usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) dengan rentang usia 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) dengan rentang usia di atas 90 tahun.

b. Menurut Nugroho (2006) dalam Kholifah (2016) yaitu:


1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas
3. Ciri – ciri lansia
Menurut Nugroho (2006) dalam Kholifah (2016), terdapat ciri – ciri
lansia antra lain :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Contohnya pada lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia
yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
11
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial
di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
4. Masalah Kesehatan lansia
Lansia sering mengalami masalah fisik umum seperti mudah jatuh.
Jatuh pada lansia merupakan masalah yang sering terjadi akibat multi-
faktor antara lain gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas
bawah, lingkungan yang berbahaya seperti lantai yang licin dan tidak
rata. Lansia akan mengalami mudah lelah hal ini di karenakan faktor
psikologis seperti perasaan bosan, keletihan bahkan depresi, selain itu
gangguan organis yaitu anemia, kekurangan vitamin, perubahan tulang
dan adanya pengaruh obat misalnya lansia yang mengkonsumsi obat
penenang.
Lansia cenderung akan mengalami perubahan pada penglihatan dan
mengalami gangguan pada eleminasi. Selain itu lansia rentang
mengalami penyakit degenerative seperti pneumonia, diabetes
mellitus,PJK, penyakit vascular dan hipertensi. Wahyudi (2017).
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persespsi terhadap obyek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut
Notoatmodjo (2019) dalam wawan & dewi.
12
Pengetahuan ini sendiri dipengaruhi oleh factor Pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan Pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan Pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari Pendidikan non formal saja, akan
tetapi dapat diperoleh melalui melalui Pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek positif
dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek poaitif dan objek yang diketahui, maka
akan meimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut
WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh
(Notoatmodjo,2017), salah satu bentuk objek Kesehatan dapat dijabarkan
oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan
pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
pengetahuan berkembang seiring waktu disesuaikan dengan pengalaman
yang membuat hubungan antara situasi dan peristiwa yang baru secara
kontekstual.

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Nursalam (2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya Tindakan seseorang (ovent behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat. Notoadmodjo (dalam wawan & dewi 2019).
13
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah meningkat Kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari yaitu menyebakan, mengidentifikasi, menyatakan
dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalakn dan sebaginya terhadap suatu objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode,prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisi (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menghubungkan. Bagian-bagian di dalam
suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk Menyusun formulasi baru dari fromulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
14
menggunaka kriteria-kriteria yang telah ada.

C. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan respon individu terhadap suatu stimulus atau
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan
penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Perilaku
manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan. (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Menurut Purwanto (2003) dalam wawan & dewi (2015), Perilaku
merupakan salah satu hal yang di setiap saat dilakukan oleh
setiap orang. Perilaku adalah salah satu ciri esensial yang
dimiliki individu bahwa seseorang selalu berperilaku atau
melakukan kegiatan. Pengertian perilaku sering dibatasi kepada
yang dapat dilihat dari luar, yang berkenaan dengan kegiatan
jasmaniah, atau psikomotor. Individu yang satu dengan yang lain
jelas berbeda dan banyak terdapat perbedaan. Perbedaan ini
menyangkut keragaman karakteristik atau ciri-ciri,
kemampuan, kemauan serta perilaku. Keragaman kegiatan atau
perilaku individu tersebut dilatar belakangi oleh jumlah dan
kualitas potensi atau kemampuan yang dimiliki yang jauh
lebih banyak dan lebih tinggi dibandingkan dengan binatang.
2. Bentuk perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat di
bedakan menjadi dua yaitu (Notoatmodjo,2012) :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi
pengetahuan atau kesadaraan, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus dan dapat diamati secara jelas. Perilaku
tertutup sebatas sikap tanpa ada tindakan yang nyata.
15
b. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
dan terbuka. Respons terhadap stimulus dalam bentuk tindakan atau
praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain. Perilaku terbuka adalah berupa tindakan yang nyata.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
Perilaku manusia di pengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan dari 3
faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi yang mencangkup pengetahuan dan sikap.
b. Faktor pemungkin yang mencangkup lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana keselamatan kerja,
ketersedian APD, dan pelatihan.
c. Faktor penguat faktor ini meliputi undang – undang, peraturan dan
pengawasan (Menurut Notoatmodjo (dalam Titik 2015)
4. Perilaku kesehatan
Menurut Notoatmojo (2019) perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan 4 unsur
yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan dan
minuman, serta lingkungan. terdapat 3 bentuk perilaku kesehatan
yaitu :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( Health maintenance)

Perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga


kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk melakukan
penyembuhan jika sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini
terdiri dari 3 aspek, yaitu:
1) Perilaku mencegah penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan.
2) Perilaku meningkatkan kesehatan hal ini merupakan upaya
seseorang dalam meningkatkan status kesehatanya.
3) Perilaku gizi seperti makanan dan minuman dapat memelihara
serta serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi
sebaliknya makanan dan minuman dapat menyebabkan
penurunan kesehatan seseorang hingga mengakibatkan
16
penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang
terhadap konsumsi makanan dan minuman.
b. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior)
Perilaku ini merupakan upaya atau tindakan seseorang untuk
melakukan pengobatan jika mengalami sakit. Perilaku ini adalah
tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai
dengan mencari pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku seseorang dalam merespons lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun social budaya, sehingga lingkungan tidak
mempengaruhi kesehatanya. Perilaku ini adalah seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak menganggu kesehatanya
sendiri, keluarga, atau masyarakat.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan yaitu :
a.Perilaku hidup sehat (Health life style)
Perilaku ini berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatanya atau
gaya hidup sehat. Perilaku ini mencangkup makan dengan menu
seimbang, melakukan olahraga teratur,tidak merokok,tidak
minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,
mengendalikan stress dan perilaku yang positif bagi kesehatan
seperti tidak berganti – ganti pasangan dalam hubungan seks.
b.Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit merupakan respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan mengenai
penyebab, gejala dan pengobatan penyakit.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan,
mengetahui fasilitas kesehatan dan mengetahui hak dan
kewajiban orang sakit.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola
hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga
17
Kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku Kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang Kesehatan dan
dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan Kesehatan di
masyarakat merupakan pengertian lain dari PHBS. Mencegah lebih
baik daripada mengobati, prinsip Kesehatan inilah yang menjadi
dasar dari pelaksanaan PHBS. Kegiatan PHBS tidak dapat
terlaksana apabila tidak ada kesadaran dari seluruh anggota
keluarga itu sendiri. Pola hidup bersih dan sehat harus diterapkan
sedini mungkin agar menjadi kebiasaan positif dalam memelihara
Kesehatan. Menurut Proverawati (dalam Rahmawati, 2017)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang diilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri secara mandiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat (KEMENKES,2011). PHBS merupakan gambaran pola
hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga
kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua bentuk perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaraan keluarga dan anggota
keluarga sehingga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatanya (Proverawati A & Rahmawati E,2016). Selain itu
PHBS adalah salah satu program prioritas pemerintah melalui
puskesmas dan menjadi hasil luaran dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan (Maryuni A,2013).
a. Manfaat
Keluarga atau seseorang yang melakukan PHBS maka akan
meningkatkan status kesehatannya dan tidak mudah sakit.
Keluarga atau seseorang yang sehat dapat meningkatkan
produktivitas kerja, dengan menjaga kesehatan melalui PHBS
dapat mengalokasikan biaya yang seharusnya digunakan untuk
biaya kesehatan dapat digunakan untuk biaya kehidupan yang
lainnya. PHBS adalah salah satu faktor keberhasilan suatu
kabupaten atau provensi dalam bidang kesehatan, sehingga dapat
menjadi contoh untuk kabupaten atau provensi yang lainnya
18
dalam meningkatkan keberhasilan dalam bidang kesehatan
kesehatanya (Proverawati & Rahmawati ,2016).

b. Sasaran
Menurut KEMNKES RI tahun 2011 PHBS memiliki 3 sasaran
yaitu :
1. Sasaran primer
Sasaran primer merupakan sasaran langsung yaitu seorang
individu di masyarakat, kelompok dalam masyarakat dan
seluruh masyarakat yang diharapkan dapat melaksanakan
PHBS.
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah seseorang yang memiliki pengaruh
terhadap sasaran primer dalam mengambil keputusannya
untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Sasaran
sekunder dapat berupa tokoh masyarakat seperti tokoh
pemuka agama atau adat, tokoh politik, tokoh remaja, tokoh
pendidikan, tokoh wanita dan tokoh kesehatan.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier merupakan seseorang yang memiliki posisi
dalam pengambilan keputusan formal, sehingga dapat
memberikan dukungan, dalam bentuk kebijakan atau
pengaturan terhadap sasaran primer.
c. Indikator PHBS
Berdasarkan hasil rapat koordinasi promosi kesehatan tingkat
nasional tahun 2007 bahwa terdapat 10 indikator PHBS
(Maryuani, A 2013) :
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi bayi ASI esklusif.
3. Menimbang balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih.
5. Mencuci tangan dengan air dan sabun.
6. Memiliki jamban sehat.
7. Memberantas jentik nyamuk.
19
8. Mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik sehari – hari,dan
10. Tidak merokok didalam rumah.
Hidup sehat bebas penyakit jantung, pembuluh darah
(kardiovaskuler), dan penyakit lainnya bisa dikendalikan dengan
menerapkan gaya hidup sehat ala CERDIK. 
Menurut KEMENKES RI tahun 2019 CERDIK merupakan
perilaku hidup sehat yang mampu menjauhkan dari berbagai
penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit pembuluh darah,
jantung, hingga masalah ginjal.
Adapun pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular
(PTM) dengan menerapkan perilaku CERDIK :
C : Cek Kesehatan Secara Berkala
E : Enyahkan Asap Rokok
R : Rajin Aktivitas Fisik/Olahraga
D : Diet Sehat dan Seimbang
I : Istirahat Cukup
K : Kelola Stres
d. Konsumsi Buah dan Sayur
1. Kandungan Buah dan Sayur
Menurut Proverawati & Rahmawati (2016) terdapat berbagai
kandungan yang terdapat pada buah dan sayur :
a. Vitamin
Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari sangat bermanfaat
untuk kesehatan, karena mengandung vitamin dan mineral,
yang mengatur pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan
mengandung serat yang tinggi. Vitamin di dalam buah dan
sayur bekerja sebagai antioksidan. Antioksidan akan
melakukan pengikatan dan menghancurkan radikal bebas dan
mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang
menghasilkan racun. Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur
dan buah antara lain :
1. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata,
2. Vitamin D untuk kesehatan tulang.
3. Vitamin E untuk kesuburuan dan awet muda.
20
4. Vitamin K untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang.
5. Vitamin C untuk meningkatan daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
6. Vitamin B mencegah penyakit beri – beri.
7. Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.
b. Serat

Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh – tumbuhan yang


sangat bermanfaat untuk memilihara usus. Serat tidak dapat
dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak akan menghasilkan
tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak dapat dapat untuk
mengenyangkan tetapi dapat menunda pengosongan lambung,
sehingga menjadi tidak mudah lapar. Menurut Proverawati (dalam
Rahmawati, 2017)
Serat dapat membuat makanan rendah kalori, sehingga buah dan
sayur merupakan salah satu makanan yang rendah kalori, Adanya
konsumsi serat yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran asam
empedu lebih banyak mengeluarkan kolesterol dan lemak yang
dikeluarkan lewat feses. Selain itu serat akan membantu
mencegah penyakit jantung karena serat mencegah penyerapan
kembali asam empedu, kolesterol dan lemak yang akan memberi
efek hipolipidemik yang bermanfaat bagi diet penderita
hipokolesterolemik Hamidah (2015). Adapun makanan berserat
yang memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan yaitu:

1. Menurunkan berat badan.


2. Mebantu proses pembersihan racun pada tubuh.
3. Mencegah diabetes
4. Melancarkan buang air besar.
5. Membuat awet muda.
6. Mencegah kanker.
7. Memperindah kulit, rambut dan kuku.
8. Membantu mengatasi anemia.
9. Membantu perkembangan bakteri yang balok dalam usus.
c. Beta karoten
Sayuran berwarna hijau merupakan salah satu sayuran yang
mengandung beta karoten, semakin hijau warna sayuran maka
21
semakin banyak terdapat kandungan beta karoten di dalam sayur.
Kandungan beta karoten dalam sayur akan membantu
memperlambat proses penuaan dini mencegah penyakit resiko
kanker, meningkatkan fungsi paru – paru dan menurunkan
komplikasi akibat diabetes melitus. Sayuran yang mengandung beta
karoten diantaranya kangkung, daun singkong,daun katuk, daun
papaya, genjer, daun kelor dan sayuran yang lainnya yang berwarna
hijau.
2. Banyaknya konsumsi sayur dan buah dalam sehari
Menurut Maryuni A (2013) banyaknya buah dan sayur dalam sehari
yang harus dikonsumsi adalah:
a. Sayur harus di konsumsi 2 porsi setiap hari, dengan ukuran
satu porsi sama dengan satu mangkuk sayuran. Sebaiknya
sayuran segar atau setengah matang, sayuran dapat di makan
segar atau di kukus terlebih dahulu, karena jika di rebus
cenderung melarutkan vitamin dan mineral.
b. Buah- buahan harus di makan 2-3 kali sehari, contohnya setiap
kali makan setengah mangkuk buah yang di iris, atau buah
dapat di konsumsi dengan cara di buat dalam bentuk jus dan di
konsumsi satu gelas setiap makan.
GERMAS juga menganjurkan untuk melakukan konsumsi buah dan
sayur, hal yang dapat dilakukan adalah dengan piring makanku atau
sajian sekali makan, ini merupakan anjuran setiap kali makan
dengan mengkonsumsi ½ piring buah dan sayur, ½ piring lagi
untuk 1/3 lauk pauk dan 2/3 makanan pokok. GERMAS juga
menganjurkan setiap orang dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-
buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak
usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan
orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi
sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur (Buku
Panduan GERMAS, 2016).
3. Peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan sayur dan
buah
Menurut Proverawati A & Rahmawati E (2016) ada beberapa peran
keluarga yang dapat dilakukan dalam meningkatkan konsumsi buah
22
sayur antaralain:
b. Manfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.
c. Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah.
d. Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan
buah pagi, siang, dan malam.
e. Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk
mengingatkan tentang pentingnya mengkonsumsi sayur dan
buah

D. Aktivitas Fisik
1. Pengertian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Maryuani
A,2013). Aktivitas fisik yang dapat dilakukan pada kegiatan
sehari– hari, yaitu : berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,
mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, dan
melakukan olahraga.Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana untuk memilihara gerak dan meningkatkan
kemampuan gerak. Olaharaga sebagai salah satu cara untuk
mempertahankan hidup, memilihara dan membina kesehatan.
Olahraga dapat mencegah penyakit, dan memiliki kesehatan yang
baik (Proverawati & Rahmawati, 2016).
2. Cara melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik dilakukan secara bertahap hingga mencapai
30 menit, jika belum terbiasa dapat di mulai dengan beberapa
menit setiap hari dan di tingkatkan secara bertahap. Lakukan
aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Awali
aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan. Lakukan
Gerakan ringan dan perlahan tingkatkan sampai dengan sedang,
jika sudah terbiasa melakukan aktivitas, lakukan secara rutin
setiap harinya dengan durasi minimal 30 menit (Proverawati &
Rahmawati, 2016).
23
Menurut buku panduan GERMAS (2016), aktivitas fisik
merupakan bagian dari kehidupan setiap otrang dewasa maupun
pekerja. Untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran perlu
dilakukan latihan fisik dan olahraga teratur, yang dapat dilakukan
secara perorangan atau berkelompok. Dalam melakukan latihan
fisik sebaiknya dilakukan dengan cara yaitu :
a. Latihan fisik sebaiknya dilakukan 150 menit per minggu
dengan interval 3-5 kali per minggu
b. Latihan diawalidengan pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan.
c. Menggunakan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman
termasuk pakaian olahraga dan alas kaki.
d. Memperhatikan keseimbangan asupan nutrisi untuk
mendapatkan hasil maksimal.
3. Manfaat
Menurut Proverawati & Rahmawati (2016) aktivitas fisik
memiliki manfaat untuk kesehatan yaitu :
a) Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh
darah.
b) Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang.
c) Meningkatkan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga mengurangi
cedera.
d) Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan
dan mempertahankan berat badan ideal.
e) Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti tekanan
darah tinggi, PJK,Diabetes,dan Infeksi.
f) Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti tekanan
darah tinggi, PJK,Diabetes,dan Infeksi.
g) Meningkatkan aktivitas system kekebalan tubuh terhadap penyakit
melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh
4. Peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik. Menurut Proverawati & Rahmawati
(2016) peran keluarga dan kader untuk meningkatkan anggota
keluarga untuk melakukan aktivitas fisik yaitu:

a) Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan


24
tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.
b) Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik
secara bersama, contohnya melakukan lari pagi bersama
anggota keluarga, dan membersihkan rumah secara bersama –
sama.
c) Memberikan pembagian tugas untuk membersihkan rumah
atau melaksanakan pekerjaan di rumah.
d) Kader kesehatan diharapkan mendorong lingkungan tempat
tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan tempat
bermain untuk anak.
e) Kader kesehatan memberikan penyuluhan tentang pentingnya
malakukan aktivitas fisik.
5. Merokok
1. Pengertian
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin
dengan sekecil apapun walaupun itu Cuma 1 batang dalam sehari.
Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau
hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok Cuma sekedar
menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam paru-paru.
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap
rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup
dengan orang yang sedang merokok.
Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40
jenis diantaranya bersifat kardiogenik ( dapat menyebabkan kanker)
dimana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping,
misalnya karbon manoksida (CO) 5 kali lebih banyak ditemukan
pada asap samping. Proverawati (dalam Rahmawati, 2017)
2. Komponen dalam rokok menurut Proverawati (dalam Rahmawati,
2017)
a. Zat kimia
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak,
asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya
berupa tar, indol, nikotin, karbazol, dan kresol. Zat-zat ini beracun,
mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen). Asap yang
dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main
25
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama
merupakan asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup
langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap
tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh
orang lain atau perokok pasif.
b. Nikotin
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan
pembuluh darah tepi, dan meyebabkan ketagihan dan
ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang disiap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang
ketagihan. Nikotin sangat menganggu system saraf simpatis dengan
akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain
menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan
gangguan irama jantung.
c. Timah Hitam
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok isi (20 batang) yang habis diisap dalam satu hari
akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah
hitam yang masuk ke dalam tubuh dalam 20 ug per hari. Bisa
dibayangkan, bila seseorang perokok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya yang masuk
ke dalam tubuh.
d. Gas Karbonmonoksida
Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berkaitan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah.
Seharusnya, hemoglobin ini berkaitan dengan oksigen yang sangat
penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih
kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di
sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas
CO. kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1
persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen.
e. Tar
26
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam
komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat
rokok diisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat.
Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan
bewarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan
paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg perbatang
rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
3. Klasifikasi perokok
Menurut Mutadin (2002) dalam Setyanda, dkk 2015 menyebutkan
empat klasifikasi perokok yaitu :
a. Perokok sangat berat, adalah mereka yang mengkonsumsi rokok
lebih dari 31 batang setiap hari dan selang waktu merokoknya lima
menit setelah bangun pagi.
b. Perokok berat, adalah mereka yang mengkonsumsi 21-30 batang
setiap hari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar 6-30
menit.
c. Perokok sedang, adalah mereka yang menghabiskan rokok 11- 21
batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
d. Perokok ringan, adalah mereka yang menghabiskan rokok 10
batang setiap hari dengan selang waktu 60 menit setelah bangun
pagi.
4. Menghentikan Kebiasaan Merokok pada Pra Lansia
Terdapat beberapa cara untuk berhenti merokok, yaitu dengan cara
berhenti seketika, menunda dan mengurangi. Perokok dapat menunda
menghisap rokok setiap 2 jam dan mengurangi menghisap rokok
dengan cara mengurangi batang rokok setiap harinya selama 7 hari
(Proverawati A & Rahmawati E, 2016).
5. Peran keluarga dan kader untuk menciptakan rumah tanpa rokok
a. Kader dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku
tidak merokok kepada seluruh anggota keluarga.
b. Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah
tanpa asap rokok.
c. Menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
d. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam
bentuk apapun, antara lain dengan tidak memberikan uang untuk
27
membeli rokok, tidak memberikan kesempatan siapapun untuk
merokok di dalam rumah, dan tidak menyediakan asbak di rumah.
e. Orang tua tidak menyuruh anaknya membeli rokok.
f. Orag tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.

E. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Hermina & Prithatini S (2016)


meneliti tentang Gambaran konsumsi sayur dan buah penduduk
Indonesia dalam konteks gizi Seimbang. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi proporsi dan rerata jumlah sayur dan
buah yang dikonsumsi penduduk menurut kelompok umur, baik di
perkotaan maupun di perdesaan dalam konteks gizi seimbang.
Penelitian ini menggunakan analisa subset data (Studi diet total
2014), Data yang digunakan adalah data konsumsi individu yang
mempunyai data lengkap konsumsi gizi, dan data rumah tangga,
mencakup 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia,
dengan jumlah sampel 124.098 orang. Hasil penelitian ini
menunjukan kelompok umur proporsi penduduk yang paling
sedikit mengonsumsi sayur pada kelompok anak usia Balita usia 0-
59 bulan sebesar 86,2% dan yang paling banyak pada usia dewasa
usia 19-55 tahun sebesar 95,8%. Proporsi penduduk paling sedikit
mengonsumsi buah adalah kelompok usia remaja usia 13-18 tahun
sebesar 28,9% dan paling banyak usia Balita sebesar 35,7%.
Penelitian yang dilakukan oleh Inri Timban, Fima F.L.G. Langi,
Wulan P.J. Kaunang (2018) yang meneliti tentang Determinan
merokok di indonesia analisis survei demografi dan kesehatan
Indonesia tahun 2012. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
determinan status merokok di Indonesia menggunakan data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Penelitian
ini menggunakan Analisa subset data (SDKI 2012) dengan jumlah
Sampel 54.895. Penelitian ini menunjukan bahwa umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan status perkawinan memiliki
hubungan dengan merokok (p =<0,001). Pada Usia yang lebih
dewasa 25-54 tahun (70,9%) lebih memiliki kemungkinan untuk
merokok dibanding dengan usia yang muda 15-24 tahun (29,1%).
Penelitian yang dilakukan oleh Holahan (2015) yang meneliti
28
tentang Association of health-related behaviors, attitudes, and
appraisals to leisure-time physical activity in middle-aged and
older women, tujuan penelitian ini untuk menyelidiki hubungan
perilaku kesehatan, sikap kesehatan, dan penilaian kesehatan
dengan aktivitas fisik waktu senggang di antara wanita pra lansia.
Penelitian ini menggunakan cross-sectional dari gelombang kedua
dari Studi Pembangunan Midlife di Amerika. Amerika Serikat
(MIDUS2) dilakukan selama periode 2004 hingga 2006. Sampel
terdiri dari 829 wanita, berkisar usia 40 hingga 75 tahun. Dalam
analisis regresi logistik berganda, mengendalikan faktor sosio-
demografis dan pembatasan fungsional, sebagian besar variabel
psikososial yang diperiksa menunjukkan hubungan unik dengan
aktivitas fisik, termasuk perilaku kesehatan melakukan
pemeriksaan rutin dan tidak merokok, sikap kesehatan yang
melibatkan komitmen terhadap kesehatan dan menilai fisik. Hasil
penelitian menunjukan kesehatan seseorang lebih baik
dibandingkan dengan orang lain pada usia yang sama. Wanita yang
lebih tua (berusia 61-75 tahun) kurang aktif melakukan aktivitas
fisik, tetapi melaporkan komitmen kesehatan yang lebih besar
daripada wanita paruh baya (usia 40-60 tahun).
Sampel terdiri dari 829 wanita, berkisar usia 40 hingga 75 tahun.
Dalam analisis regresi logistik berganda, mengendalikan faktor
sosio-demografis dan pembatasan fungsional, sebagian besar
variabel psikososial yang diperiksa menunjukkan hubungan unik
dengan aktivitas fisik, termasuk perilaku kesehatan melakukan
pemeriksaan rutin dan tidak merokok, sikap kesehatan yang
melibatkan komitmen terhadap kesehatan dan menilai fisik. Hasil
penelitian menunjukan kesehatan seseorang lebih baik
dibandingkan dengan orang lain pada usia yang sama. Wanita yang
lebih tua (berusia 61-75 tahun) kurang aktif melakukan aktivitas
fisik, tetapi melaporkan komitmen kesehatan yang lebih besar
daripada wanita paruh baya (usia 40-60 tahun). Baik komitmen
kesehatan maupun variabel psikososial lainnya berinteraksi dengan
usia dalam kaitannya dengan aktivitas fisik.
28

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah
model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan
merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang
diteliti (Swarjana, 2015). Adapun kerangka konsep yang
disusun mengenai pengetahuan dan perilaku hidup sehat
pada pra lansia sebelum menghadapi masa lansia sebagai
berikut:

Pra Lansia

Pengetahuan Perilaku
Pra Lansia Hidup Sehat
Pra

Memahami informasi Perilaku hidup sehat


tentang Kesehatan
1. Mengkonsumsi
Misalnya olahraga, diet,
mengkonsumsi buah buah dan sayur
dan sayur dan merokok 2. Melakukan
Keterangan aktivitas fisik
3. Tidak merokok
: Variabel yang diteliti
: Alur pikir
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan dan Perilaku
Hidup Sehat pada Pra Lansia sebelum Menghadapi Masa Lansia

Berdasarkan kerangka konsep di atas peneliti bermaksud


meneliti gambaran pengetahuan dan perilaku hidup sehat pada pra
lansia sebelum menghadapi masa lansia di Puskesmas II Denpasar
Selatan. Perilaku hidup bersih dan sehat sangat bermanfaat dalam
kesehatan khususnya untuk meningkatkan kualitas hidup dan
29

mencegah terjadinya penyakit kronis. Hal yang dapat dilakukan


untuk mencegah terjadinya penyakit kronis sesuai dengan
indikator PHBS adalah rajin mengkonsumsi buah dan sayur,
melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dan tidak merokok,
ketiga indikator ini dapat sebagai penilaian kesiapan pra lansia
dalam menghadapi masa lansia dengan memiliki prilaku hidup
sehat.
B. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu individu tau objek yang dapat diukur.
Variabel dapat berupa fisik (contohnya : tekanan darah) atau bisa
berupa pikiran atau feeling (contohnya : kecemasan) atau kejadian
dalam kehidupan individu (contohnya : jumlah kunjungan ke
pelayanan kesehatan). Namun hal terpenting dari variabel adalah
measurable, jika variabel tersebut tidak dapat diukur, maka akan
menyulitkan dalam analisis secara statistik (Mazhindu and Scott
2005 dalam Swarjana 2015).
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel
tunggal, yaitu gambaran pengetahuan dan perilaku hidup sehat pra
lansia sebelum menghadapi masa lansia di Puskesmas II Denpasar
Selatan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah fefinisi terhadap setiap
variabel berdasarkan konsep teori namun bersifat operasional,
agar variabel tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik
oleh peneliti maupun peneliti lain (Swarjana, 2015).

Gambar 3.2 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Hidup


Sehat pada Pra Lansia sebelum Menghadapi Masa Lansia
30

Variabel Definisi Alat Ukur dan Hasil Ukur Skala


Operasional Cara Ukur
Perilaku Semua Alat Hasil
perilaku dalam pengu pengukuran Ordinal
mengkonsums kuran :
i buah dan meng Rentang skor
sayur dan gunak yang diperoleh
perilaku an adalah 20 – 100
merokok kuesi
dilakukan atas oner
kesadaran denga
sehingga pra n 20
lansia bisa perny
menerapkan ataan
perilaku hidup dan
sehat sebelum meng
menghadapi gunak
masa lansia. an
skala
pengk
uran
skala
likert,
meng
gunak
an
altern
ative
jawab
an :
a. Tidak
Pernah
(TP) =
skor 1
b. Jarang (J)
= skor 2
c. Kadang –
kadang
(KK) =
skor 3
d. Sering
(Sr) = skor
4
e. Selalu (S)
= skor 5
31

Tingkat Alat Hasil


Pengetahuan pengetah pengu pengukuran : Ordinal
uan yang kuran a. Baik jika
dimiliki meng nilainya ≥ 76 –
responde gunak 100
n diukur an b. Cukup jika
melalui kuesi nilainya 60 – 75
kemamp oner c. Kurang jika
uan denga nilainya ≤ 60
menjawa n 10
b perny
pertanya ataan
an dan
kuesione meng
r gunak
mengena an
i skala
Kesehata guttt
n, seperti man,
cara meng
menerap gunak
kan an
perilaku altern
hidup ative
bersih jawab
dan an :
sehat a.
misalnya Benar
olahraga, (B) =
mengkon 10
sumsi b.
buah Salah
sayur (S) =
dan tidak 0
merokok
.
32

BAB IV
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan sampling, alat dan teknik pengumpulan data,
teknik analisa data serta etika dalam penelitian.

A. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam prosedur


penelitian, pada penelitian ini desain yang akan digunakan yaitu penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
memaparkan atau mendeskripsikan kejadian yang terjadi pada masa kini.
Fenomena penelitian disajikan secara apa adanya dan tidak dianalisis
bagaimana fenomena tersebut bisa terjadi, sehingga penelitian deskriptif tidak
memerlukan hipotesis (Nursalam, 2015). Penelitian ini tidak memberikan
intervensi, melainkan hanya untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan
Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Sebelum Menghadapi Masa Lansia di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
Model pendekatan yang akan digunakan yaitu metode pendekatan cross
sectional yang merupakan pengumpulan data penelitian dilakukan pada satu
titik waktu atau at once in time (Polit & Beck, 2003 dalam Swarjana, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu puskesmas wilayah Denpasar
Selatan karena menurut data dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun
2019 jumlah pra lansia terbanyak di Bali ada di Kota Denpasar sejumlah
151.600 jiwa. Jumlah pra lansia tertinggi terdapat di kecamatan Denpasar
Selatan 44.640 jiwa. Puskesmas II Denpasar Selatan terpilih menjadi
33

tempat penelitian berdasarkan hasil teknik sampling yaitu random


sampling.Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki pra lansia 2.808 orang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Januari 2021 dengan
pengajuan proposal, pengambilan data akan dilakukan pada bulan Februari
2021. Keseluruhan proses penelitian terlampir pada POA.
C. Populasi-Sampel-Sampling
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara pontensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian
(Swarjana, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah pra lansia yang
merupakan binaan Puskesmas II Denpasar Selatan dengan jumlah 360
orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara random
maupun non random sekaligus dan dapat digunakan sebagai gambar
keadaan populasi (Swarjana, 2015).
a. Besar Sampel
Besar sampel adalah sampel yang mampu mewakili dari populasi
tersebut atau dikenal sebagai sampel representatif (Swarjana, 2015)
Besar sampel dapat dihitung menurut Nusalam (2015) dengan rumus
berikut :

n=
Keterangan
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1-p (100% - p)

360.(1,96)2. 0,5. 0,5


34

n=
0,052 (360-1) + (1,96)2 . 0,5. 0,5

360. 3,8416. 0,25


n=

0,0025 (585) + (3,8416) . 0,25


345,744
n=

0,8975+ 0,9604
345,744
n=
1,8579

n = 186 responden.
Berdasarkan perhitungan maka besar sampel keseluruhan yang
akan diperlukan yaitu 186 orang.
b. Kriteria sampel
Dalam penelitian ini kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi, dimana kriteria ini menentukan dapat atau
tidaknya sampel tersebut digunakan.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah adalah karakteristik umum subjek
penelititian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan
diteliti (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini, yang termasuk
kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a) Seseorang yang berusia 45 tahun hingga 59 tahun;
b) Pra lansia yang sedang mengikuti posyandu lansia ataupun
program lansia;
c) Pra lansia yang bersedia menjadi responden dan
menandatangani informed consent.
35

2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan atau menghilangkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2016).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Pra lansia yang memiliki Penyakit Tidak Menular (PTM).
b) Pra lansia yang mengalami kepikunaan.
3. Sampling

Teknik dalam pengambilan sampel disebut sampling method


(Swarjana, 2016). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Probability sampling. Probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel secara random yang mana setiap subjek
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
(Nursalam, 2016). Sampel yang diambil adalah sampel yang mewakili
seluruh populasi dengan menggunakan Stratified random sampling yaitu
pengambilan data setiap strata, pengambilan sampel pada setiap strata
dapat dilakukan secara simple random sampling (Swarjana,2016). Peneliti
akan mengambil sampel berdasarkan wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan dengan penghitungan sebagai berikut :

Sanur Kaja = x 186 = 41 orang

Sanur Kauh = x 186= 44 orang

Renon = x 186 = 40 orang

Kel Sanur = x 186 = 61 orang


Setelah sampel setiap wilayah kerja ditentukan, kemudian untuk
menentukan posyandu ataupun program lansia yang akan dipilih dan pra
lansia yang akan menjadi responden dengan teknik simple random
sampling, yang berarti setiap subjek memiliki peluang yang sama untuk
terpilih menjadi subjek penelitian (WHO, 2011 dalam Swarjana, 2015)
36

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal penting yang diperlukan dalam suatu
penelitian dengan proses pendekatan terhadap subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek (Nursalam, 2015)

1. Metode pengumpulan data


Dalam melakukan suatu penelitian, akuratnya data penelitian bergantung
pada ketepatan memilih metode pengumpulan data (Swarjana, 2016).
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan self-completed
questionnaire, yaitu metode pengumpulan data yang mana responden
mengisi sendiri kuesioner yang diberikan (Gerrish & Lacey, 2010 dalam
Swarjana 2015). Dalam penelitian ini responden mengisi sendiri kuesioner,
Instrumen ini lalu diisi oleh responden yang telah memenuhi kriteria inklusi
dan akan diberikan penjelasan serta tujuan penelitian. Responden akan
dimintai persetujuan untuk pengisian kuesioner. Jenis data yang digunakan
pada penelitian ini berupa kuantitatif dengan menggunakan skala ordinal
dalam bentuk presentase.
2. Alat pengumpulan data
a. Kuesioner merupakan sebuah form yang terdapat pertanyaan-pertanyaan
yang telah ditentukan dan berguna untuk mengumpulkan informasi atau
data dari orang-orang sebagai bagian dari sebuah survei (Swarjana, 2015).
Pada instrumen penelitian untuk mengetahui perilaku hidup sehat
mengkonsumsi buah sayur dan perilaku merokok. Selanjutnya peneliti
menjelaskan lebih rinci mengenai kuesioner perilaku konsumsi buah dan
sayur dan perilaku merokok yaitu menggunakan skala likert dengan lima
buah jawaban berupa tidak pernah (TP), jarang (J), kadang-kadang (KK),
sering (Sr), dan selalu (S). Kuesioner ini memiliki 20 pernyataan, yang
mana untuk pertanyaan positif (+), tidak pernah (TP) mendapat nilai 1,
jarang (J) mendapat nilai 2, kadang-kadang (KK) mendapat nilai 3, sering
(Sr) mendapat nilai 4, dan selalu (S) mendapat nilai 5.
37

b. Kuesioner pengetahuan pra lansia tentang Kesehatan untuk mengetahui


seberapa besar tingkat pengetahuan pada pra lansia tentang Kesehatan
menggunakan skala guttman dan menggunakan alternative jawaban benar
(B) dan salah (S)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan melakukan uji pada
instrumen penelitian. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah
alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak di ukur. Face
validity (validitas muka) merupakan uji validitas yang dilakukan atas
dasar kajian secara subjektif (Swarjana, 2015). Kuesioner dikatakan valid
apabila di dalam kuesioner telah di anggap relevan (relevant), masuk akal
atau beralasan (reasonable), tidak ambigu (unambiguous), dan jelas
(clear). Face validity akan menggunakan dua orang expert yang
memvalidasi kuesioner, dua orang expert dalam hal keperawatan
gerontik.Peneliti melakukan uji validitas pada kuesioner setelah
mendapatkan persetujuan dan rekomendasi oleh pembimbing I dan II.
Setelah memperoleh rekomendasi, peneliti mengisi formulir keterangan
uji validitas dan meminta persetujuan kepada pembimbing

3. Teknik pengumpulan data


Terdapat dua tahap dalam pengumpulan data yaitu :
a. Tahap persiapan
1) Peneliti menyusun proposal penelitian yang telah disetujui
oleh kedua pembimbing
2) Peneliti akan mengajukan surat izin pelaksanaan penelitian yang ditanda
tangani oleh Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang akan
diserahkan kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.
3) Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti akan melakukan uji expert
yang akan diuji oleh dua dosen expert di bidang Keperawatan Gerontik.
4) Setelah dilakukan uji expert, kuesioner penelitian akan diuji etik untuk
mengetahui kuesioner telah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah
kuesioner penelitian
38

5) Peneliti akan mendapatkan izin dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Provinsi Bali.
6) Peneliti akan menyerahkan surat rekomendasi Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi Bali.
7) Peneliti akan membawa surat rekomendasi dari Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Denpasar.

8) Peneliti akan mendapat surat izin dari Badan Kesatuan


Bangsa dan Politik Kota Denpasar
9) Setelah surat izin diserahkan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian ke Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan.
10) Peneliti akan mendapatkan izin melakukan penelitian di Puskesmas II
Denpasar Selatan
11) Peneliti akan menyiapkan lembar permohonan untuk menjadi responden,
dan lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
12) Peneliti akan mempersiapkan kuesioner yang nantinya akan disebarkan
kepada responden

b.Tahap pelaksanaan
1) Peneliti akan mendatangi Puskesmas II Denpasar Selatan
2) Peneliti akan mengambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
berjumlah 186 responden
3) Peneliti akan mengunjungi rumah calon responden melalui data yang di
dapat dari puskesmas dan kepala lingkungan
4) Peneliti akan memberikan penjelasan kepada responden mengenai
maksud dan tujuan penelitian serta memberi kesempatan kepada
responden untuk bertanya
5) Peneliti akan membagikan lembar kuesioner dan mempersilakan
responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian.
39

6) Setelah responden mengisi kuesioner dan dikembalikan kepada peneliti


maka peneliti akan memeriksa kelengkapan data yang diperoleh.
7) Peneliti akan mengucapkan terimakasih kepada responden atas
partisipasinya dalam peneltian.

D. Rencana Analisa Data


Analisis data merupakan tahap penelitian yang sangat penting
sehingga harus dikerjakan dan dilalui oleh setiap peneliti. Keakuratan
data penelitian tidak dapat menjamin keakuratan hasil penelitian
(Swarjana, 2016).

1. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu hal sangat penting pada
tahapan penelitian yang harus dikerjakan dan diakui oleh seseorang
peneliti (Swarjana, 2015). Metode pengolahan data dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya dalam memeriksa kembali kesesuaian
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Dalam tahap ini,
peneliti melakukan pemeriksaan meliputi kesesuaian jawaban
dan kelengkapan pengisian lembar kuesioner ketika data telah
terkumpul. Dalam proses editing ini, tidak dilakukan
penggantian atau penafsiran jawaban.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah
melakukan penelitian, peneliti akan melakukan coding dengan
strategi, yaitu:
1) Pada karakteristik wilayah
Setiap banjar dalam penelitian ini dengan kode B1 yaitu
Sanur Kaja, B2 Sanur Kauh, B3 Renon dan B4 Kel Sanur.
2) Pada karakteristik responden
40

a) Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, kode 1 untuk


responden berjenis kelamin laki-laki dan kode 2 yaitu
untuk responden yang berjenis kelamin perempuan.
b) Karakteristik berdasarkan Pendidikan terakhir, kode 1
untuk responden dengan Pendidikan terakhir SD, kode
2 untuk responden dengan Pendidikan terakhir SMP,
kode 3 untuk responden dengan Pendidikan terakhir
SMA, kode 4 untuk responden dengan Pendidikan
terakhir Diploma, kode 5 untuk responden dengan
Pendidikan terakhir Sarjana, dan kode 6 untuk
responden yang Tidak Sekolah.
c) Karakteristik berdasarkan Pekerjaan, kode 1 untuk
responden yang bekerja sebagai PNS, kode 2 untuk
responden yang bekerja sebagai Wiraswasta, kode 3
untuk responden yang bekerja sebagai Petani, kode 4
untuk responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga, dan kode 5 untuk responden yang bekerja
dengan kategori Lainnya.

2) Pada pernyataan kuesioner


a. Setiap pernyataan dalam kuesioner perilaku konsumsi buah
dan sayur dan perilaku merokok menggunakan kode
dengan kode 1 yaitu Tidak Pernah (TP), kode 2 yaitu Jarang
(J), kode 3 yaitu Kadang – kadang (KK), kode 4 yaitu
Sering (Sr), dan kode 5 yaitu untuk jawaban Selalu (Sl).
b. Setiap pernyataan dalam kuesioner pengetahuan penelitian
ini dengan kode benar (B) skor 10 dan salah (S) skor 0.
c. Entry
Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam table atau database dalam komputer
(tabulasi data hasil penelitian). Peneliti akan memasukkan
41

data – data yang telah lengkap ke dalam tabel dengan bantuan


microsoft excel dan akan dianalisis melalui program SPSS 20
for windows.
d. Cleaning
Setelah data dimasukkan ke dalam komputer, peneliti akan
melakukan pemeriksaan untuk memastikan data yang
masuk bebas dari kesalahan pada pengkodean maupun
pembacaan kode, dengan demikian data tersebut telah siap
untuk dianalisa dan tidak terdapat missing data.
2. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dimana
didefinisikan sebagai teknik statistik untuk meringkas dari data
yang telah tersedia (Blair dan Taylor, 2008 dalam Swarjana,
2015). Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu univariate berupa proporsi. Menurut Swarjana (2015),
proporsi ini dapat juga disebut sebagai presentase.
Variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini yaitu
gambaran pengetahuan dan perilaku pra lansia sebelum
menghadapi masa lansia. Setiap pernyataan dalam penelitian ini
bersifat positif berupa tidak pernah (TP), jarang (J), kadang-
kadang (KK), sering (Sr), dan selalu (S). Kuesioner ini memiliki
20 pernyatan , yang mana untuk pertanyaan positif (+), tidak
pernah (TP) mendapat nilai 1, jarang (J) mendapat nilai 2,
kadang-kadang (KK) mendapat nilai 3, sering (Sr) mendapat
nilai 4, dan selalu (S) mendapat nilai 5.
Perilaku konsumsi buah dan sayur pada pra lansia dianalisis
dengan menentukan rentang skor dari skor terendah dan tertinggi
(poin 1-10), kemudian masing-masing skor dikalikan dengan
jumlah-pernyataan pada kuesioner. Rentang skor pada kuesioner
konsumsi buah dan sayur pada pra lansia yaitu 10-100. Semakin
42

tinggi skor yang diperoleh maka perilaku konsumsi buah dan


sayur dan perilaku merokok semakin baik.
Rumus dalam menentukan proporsi menurut (Merril dan
Timmreck, 2006dalam Swarjana, 2015) adalah:

N = Jumlah skor yang didapat


X 100%
Skor tertinggi
E. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan individu, oleh sebab itu etika penelitian harus
diperhatikan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan
mengajukan izin agar ditandatangani oleh Rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan (ITEKES) Bali yang ditujukan kepada Dinas Perizinan
dan Penanaman Modal Kota Denpasar kemudian dilanjutkan kepada
Badan Kesatuan Bangsa, selanjutnya tembusannya disampaikan
kepada kepada Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan Beberapa etika
penelitian yang harus diperhatikan diantaranya:
1. Informed Consent
Informed consent menurut (Polit & Beck,2003 dalam Swarjana
2015) bahwa partisipan mempunyai informasi yang kuat mengenai
penelitian, dapat memahami informasi, bebas untuk menentukan
pilihan, dan memberikan kesempatan untuk ikut maupun tidak ikut
dalam penelitian yang bersifat sukarela. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent, yaitu partisipasi responden,
tujuan penelitian, jenis data yang diperlukan, komitmen prosedur,
pelaksanaan, potensial masalah yang mungkin terjadi, potensial
manfaat, kerahasiaan, dan informasi yang mudah dihubungi.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Dalam hal ini, responden atau peneliti tidak perlu mencantumkan
nama dalam lembar pengumpulan data atau kuesioner. Pada
43

kuesioner tersebut responden hanya perlu menulis inisial. Hal ini


untuk menjaga kerahasiaan identitas responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Data hanya akan disajikan atau dilaporkan ke kelompok yang
berhubungan dengan penelitian untuk menjaga kerahasiaan
informasi atau hasil yang telah didapatkan dari responden.
4. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Dalam penelitian ini peneliti meminta persetujuan untuk menjadi
responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent diberikan sebelum penelitian bertujuan agar masyarakat
mengerti akan maksud dan tujuan serta mengetahui dampak dari
penelitian. Pada saat peneliti memberikan lembar informed
consent seluruh pra lansia yang mengikuti posyandu lansia dan
bersedia untuk menjadi responden dan mau menanda tangani
informed consent.
5. Respect for human dignity
Merupakan sebuah prinsip menghormati harkat dan martabat
manusia. Dalam proses penelitian, responden berhak bertanya,
menolak memberikan informasi, mengakhiri partisipasi dalam
penelitian. Peneliti memberikan lembar inform consent kepada
responden.
6. Justice
Merupakan sebuah prinsip keadilan di mana semua responden
mendapat perlakuan yang sama sebelum, selama dan sesudah
mereka berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti juga tetap
menjaga privasi responden
44

DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, F. A., Itkonen, S. T., Koponen, P., Prattala, R., Harkanen, T.,
Lamberg- Allardt, C., & Erkkola, M. (2017). Consumption of
healthy foods and associated socio-demographic factors among
Russian, Somali and Kurdish immigrants in Finland.
Scandinavian journal of public health, 45(3), 277- 287.
Adeniji, F., Bamgboye, E., & Walbeek, C. (2016). Smoking in
Nigeria: Estimates from the Global Adult Tobacco Survey
(GATS) 2012. J. Sci. Res. Rep, 11, 1- 10.
Azagba, S., & Sharaf, M. F. (2011). Disparities in the frequency of
fruit and vegetable consumption by socio-demographic and
lifestyle characteristics in Canada. Nutrition journal, 10(1),
118.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2018). Bidang Statistik Sosial.
Bali : BPS Provinsi Bali.
Borgi, L., Muraki, I., Satija, A., Willett, W. C., Rimm, E. B., &
Forman, J. P. (2016). Fruit and vegetable consumption and the
incidence of hypertension in three prospective cohort studies.
Hypertension, 67(2), 288-293.
Cleland, C. L., Hunter, R. F., Kee, F., Cupples, M. E., Sallis, J. F., &
Tully, M. A. (2014). Validity of the global physical activity
questionnaire (GPAQ) in assessing levels and change in
moderate-vigorous physical activity and sedentary behaviour.
BMC public health, 14(1), 1255.
Depkes. (2016). Infodatin Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Gopinath, B., Kifley, A., Flood, V. M., & Mitchell, P. (2018). Physical
activity as a determinant of successful aging over ten years.
Scientific reports, 8(1), 10522.
Harahap, J., & Andayani, L. S. (2018). Pola Penyakit Degeneratif,
Tingkat Kepuasan Kesehatan dan Kualitas Hidup pada Lansia
(Lanjut Usia) di Kota Medan. In Talenta Conference Series:
Tropical Medicine (TM). 1(1). 142-149.
Hermina, H. (2016). Gambaran Konsumsi Sayur dan Buah Penduduk
Indonesia dalam Konteks Gizi Seimbang: Analisis Lanjut
Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014. Buletin
Penelitian Kesehatan, 44(3), 205-218.
Holahan, C. K., Holahan, C. J., Li, X., & Chen, Y. T. (2017).
Association of health- related behaviors, attitudes, and
appraisals to leisure-time physical activity in middle-aged and
older women. Women & health, 57(2), 121-136.
Indriyawati, N., Widodo, W., Widyawati, M. N., Priyatno, D., &
Jannah, M. (2018). Skrining dan Pendampingan Pencegahan
Penyakit Tidak Menular di Masyarakat. LINK, 14(1), 50-54.

Kementiran Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buku Pendoman


Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).Riset kesehatan


dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pendoman Pembinaan Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Kholifah, N.S & Dwisatyadini M. (2016). Keperawatan Gerontik.


Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

Kholifah, N.S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetek Keperawatan:


Keperawatan Gerontik. Kementrian Kesatuan Republik
Indonesia

Liman, A., Lie, M., Arif, H., & Surjadi, C. (2018). Prevalensi dan
Determinan Penyakit Tidak Menular Pada Pralansia dan Lansia
Ekonomi Menengah di Tangerang. DAMIANUS Journal of
Medicine, 3(14). 161-171.

Maryunani, A. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).


Jakarta : TRANS INFO MEDIA.

Muhtith, A & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keperawatan gerontik.


Yogyakarta : Andi.
Nursalam. (2015). Metodelogi Penelitian Ilmu keperawatan pendekatan
kritis (Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W. (2017). Keperawatan Gerontik & Geriantrik Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Nursalam. (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta
Proverawati. A & Rahmawati, E. (2016). Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika.

Statistik Penduduk Lanjut Usia. (2018). Bidang Pendidikan dan


Kesejahteraan Sosial. Jakarta : BPS.
Senja, Prasetyo. (2019). Perawatan Lansia oleh Keluarga dan Care
Giver. Bumi Medika.

Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi II).


Yogyakarta: ANDI
Swarjana, I Ketut. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Wawan, A & Dewi, M. (2016). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
World Health Organization. (2018). Ageing and Health. Diperoleh
tanggal 12 November 2018, dari https://www.who.int/news-
room/fact- sheets/detail/ageing-and-health.
Lampiran 1

Jadwal Penelitian

BULAN
NO KEGIATAN Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC Proposal
3 Penyebaran
Proposal
4 Ujian Proposal
5 Ujian Ulang
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan dan
Pengumpulan
Lampiran 2

Kode Responden

KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU
HIDUP SEHAT PRA LANSIA SEBELUM MENGHADAPI
MASA LANSIA

A. Karakteristik Responden

1. Nama (Inisial) :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

3. Umur : Th
4. Pendidikan : Tidak bersekolah

SD

SMP

SMA

Diploma

Perguruan Tinggi

B. Kuesioner Perilaku Hidup Sehat

1. PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR


Petunjuk : Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda (√) pada salah
satu kolom jawaban
Keterangan : Tidak Pernah, Jika tidak pernah dilakukan sama sekali
Jarang, Jika hampir tidak pernah atau dilakukan 1-2 kali dalam
seminggu
Kadang-kadang, Jika kadang-kadang atau hanya dilakukan 3-4
kali dalam seminggu
Sering, Jika dilakukan hampir setiap hari atau 5-6 hari dalam
seminggu
Selalu, Jika dilakukan setiap hari atau 7 kali dalam seminggu
No Pernyataan TP J KK Sr S
1. Saya menyediakan sayur-
sayuran dirumah untuk saya
konsumsi setiap hari
2. Saya mengkonsumsi sayuran
setiap hari yang berwarna
hijau seperti kangkung atau
sayur yang lainnya.
3. Saya mengkonsumsi sayuran
yang bisa langsung dimakan
tanpa di masak
4. Saya mengkonsumsi sayur-
sayuran dua porsi atau 2 gelas
sayur yang dimasak
5. Saya mengolah sayur-sayuran
terlebih dahulu sebelum saya
konsumsi
6. Saya mengkonsumsi buah-
buahan setiap hari
7. Saya mengkonsumsi buah
dalam bentuk jus seperti
alpukat, pisang, apel, sirsak,
mangga, nanas, melon dan
sebagainya
8. Saya mengkonsumsi buah
setidaknya 1 kali sehari
9. Saya mengkonsumsi buah-
buahan yang kaya vitamin C
seperti jeruk, lemon, pepaya,
strawbery, jambu dan tomat
10. Saya mengkonsumsi buah-
buahan yang mengandung
serat tinggi seperti buah
naga, pisang, pepaya, apel,
pir, alpukat dan
sebagainya
2. PERILAKU MEROKOK
1. Apakah anda pernah merokok?
a. Ya
b. Tidak
Jika menjawab YA silahkan lanjut ke kuesioner dibawah ini.
Pertunjuk : Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda (√) pada
salah satu kolom jawaban.
Keterangan :
Tidak Pernah, Jika tidak pernah dilakukan sama sekali
Jarang, Jika hampir tidak pernah atau dilakukan 1-2 kali
dalam seminggu
Kadang-kadang, Jika kadang-kadang atau hanya dilakukan
3-4 kali dalam seminggu
Sering, Jika dilakukan hampir setiap hari atau 5-6 hari
dalam seminggu
Selalu, Jika dilakukan setiap hari atau 7 kali dalam
seminggu

No. Pernyataan TP J KK Sr S
1. Saya merokok sesudah
makan.
2. Saya merokok sambil minum
kopi.
3. Saya merokok di dalam
rumah.
4. Saya merokok di tempat
umum.
5. Saya merokok hanya untuk
kesenangan saja
6. Saya merokok untuk
menghilangkan stress
7. Saya merokok pada saat
marah atau gelisah.
8. Saya merokok jenis cerutu
lebih dari 5 batang perhari
9. Saya menggunakan jenis
rokok non filter atau kretek
10. Saya tetap merokok
meskipun ada orang lain
disekitar saya
3. PENGETAHUAN
Petunjuk : Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda (√)
pada salah satu kolom jawaban
Keterangan : Benar (B)
Salah (S)

No Pernyataan Benar Salah

1. Supaya tetap sehat, saya harus melakukan


olahraga / aktivitas fisik secara teratur
2. Membersihkan halaman rumah adalah
termasuk aktivitas olahraga
3. Aktivitas berjalan kaki berkeliling kompleks
merupakan salah satu aktivitas olahraga
4. Buah dan sayuran merupakan bahan
makanan yang banyak mengandung zat gizi
yang tidak dibutuhkan tubuh
5. Buah yang baik dan bergizi adalah buah
yang enak dan mahal harganya
6. Sayur-sayuran dan buah-buahan sangat
penting untuk menjaga agar tubuh tetap
sehat dan bugar
7. Semua kandungan zat kimia pada rokok
dapat menyebabkan kanker, asma dan
diabetes
8. Kandungan nikotin dan tar pada rokok
sangat berbahaya
9. Aktivitas fisik tidak harus dilakukan selama
berjam-jam, cukup selama 15-30 menit
tetapi rutin dilakukan
10. Bahaya merokok juga dapat menyebabkan
gangguan kehamilan
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth. Calon responden


Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ni Luh Putu Noviyanti
NIM : 17C10062
Pekerjaan : Mahasiswa Semester VIII Program Studi Sarjana
Keperawatan, ITEKES Bali
Alamat : Jl. Buana Kubu, Gg Asem VII, VII A No.7 Denpasar
No.hp : 082146831171

Bersama ini saya mengajukan permohohan kepada Ibu atau Bapak untuk
bersedia menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan dan Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Sebelum Menghadapi Masa
Lansia Di Puskesmas II Denpasar Selatan”, pengambilan data dilakukan secara
offline dan tetap menggunakan kaidah etik (kerahasian responden, tidak
merugikan, bersifat tidak mengikat). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Hidup Sehat Pra
Lansia Sebelum Menghadapi Masa Lansia. Selanjutnya saya mohon kesediaan
calon responden untuk bersedia mengisi kuesioner berikut sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, bila terdapat pertanyaan
silahkan hubungi narahubung kontak diatas. Atas perhatian, kerjasama dan
kesediannya saya ucapkan terimakasih.
Denpasar, …..….………2021
Peneliti
Ni Luh Putu
Noviyanti
NIM: 17C10062

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh


saudara, Ni Luh Putu Noviyanti, Mahasiswa Tingkat IV/semester VIII Program
Studi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “Gambaran
Pengetahuan dan Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Sebelum Menghadapi Masa
Lansia di Puskesmas II Denpasar Selatan” maka dengan ini saya menyatakan
bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa
ada unsur paksaan dari siapapun.

Demikian surat persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, ………………..,2021

Responden
(……………………………..)

Anda mungkin juga menyukai