OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2022
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
LAPORAN PENDAHULUAN
Keterangan:
1. Asertif
Perilaku asertif adalah menyampaika sesuatu perasaan diri dengan pasti
dan merupakan komunikasi untuk menghormati orang lain. Individu
yang asertif berbicara dengan jujur dan jelas. Mereka dapat melihan
normal dari individu yang lainnya dengan tepat sesuai situasi. Pada saat
berbicara kontak mata langsung tapi tidak mengganggu, intonasi suara
dalam berbicara tidak mengancam.
2. Pasif
Individu yang pasif sering mengenyampingkan haknya dari persepsinya
terhadap hak orang lain. Ketika seseorang yang pasif marah dia akan
berusaha menutupi kemarahannya sehingga meningkatkan tekanan pada
dirinya.
3. Frustasi
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang
kurang realistis atau hambatan dalam mencapai tujuan.
4. Agresif
Individu yang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu merasa
harus bersaing untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Seseorang
yang agresif di dalam hidupnya selalu mengarah pada kekerasan fisik
dan verbal.
5. Amuk
Amuk atau perilaku adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
yang disertai kehilangan kontrol diri sehingga individu dapat merusak
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan
wawancara melalui pertanyaan sebagai berikut:
1. Coba ceritakan ada kejadian apa/apa yang menyebabkan anda marah?
2. Coba anda ceritakan apa yang anda rasakan ketika marah?
3. Perasaan apa yang anda rasakan ketika marah?
4. Sikap atau perilaku atau tindakan apa yang dilakukan saat anda marah?
5. Apa akibat dari cara marah yang anda lakukan?
6. Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah anda hilang?
7. Menurut anda apakah ada cara lain untuk mengungkapkan kemarahan
anda?
Setelah dilakukan wawancara dan observasi, muncul data subyektif dan
data subyektif dari hasil wawancara dan observasi:
1. Data Subyektif
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/ melukai
2. Data Objektif
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar-mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain
Tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut:
1. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wjah merah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada
keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan amuk/ agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan jarang
mengeluarkan kata- kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang disarankan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yangtimbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti artinya saatmengalami suatu
dorongan, penyalurannya ke arah lain. Misalnya, seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannnya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginan yang
tidak baik. Misalnya, seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa
ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik
menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu dan mencumbunya.
3. Represi
Mencegah pikiran menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya, seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterima sejak kecil, membeci orang tua merupakan hal yang tidak baik
dan dikutuk oleh Tuhan sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahayabila diekpresikan dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya, sesorang tertaik dengn teman suaminya,
akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada objek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emoosi itu. Misalnya, Timi berusia 4 tahun yang marah
karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar
di dinding kamarnya, mulaimain perang-perangan dengan temannya.
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Jenis obat
psikofarmaka adalah :
a. Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, mania
depresif, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
b. Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma
gilles de la toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada
gangguan perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa
1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan berat.
Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma,
penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek
sampingnya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.
c. Trihexiphenidyl (TXP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
d. ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples.Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi :
a. Terapi Modalitas
1) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan
lingkungan bagi semua pasien ketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang
direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan
mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan
pasien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu
ketika pasien tenang. Aktivitas juga melibatkan pasien dalam
proses terapeutik dan meminimalkan kebosanan. Penjadwalan
interaksi satu-satu dengan pasien menunjukkan perhatian
perawat yang tulus terhadap pasien dan kesiapan untuk
mendengarkan masalah pikiran serta perasaan pasien.
Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa
aman pasien.
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam sesi bersama
dalam kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan
sama dan diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok
untuk membantu yang lain dan juga mendapat bantuan dari
yang lain. Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi
oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi anggota
kelompok, pasien dapat mempelajari cara baru memandang
masalah atau cara koping atau menyelesaikan masalah dan juga
membantunya mempelajari keterampilan interpersonal yang
penting
3) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan pasien dan anggota keluarganya. Tujuannya
ialah memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan dan sumber
fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga
yang maladaptif, dan menguatkan perilaku penyelesaian
masalah keluarga
4) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan
perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap,
cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan
personal antara ahli terapi dan pasien. Tujuan dari terapi
individu yaitu memahami diri dan perilaku mereka sendiri,
membuat hubungan personal, memperbaiki hubungan
interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau
ketidakbahagiaan. Hubungan antara pasien dan ahli terapi
terbina melalui tahap yang sama dengan tahap hubungan
perawat-pasien yaitu introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong
upaya mempercepat pasien ke fase kerja sehingga memperoleh
manfaat maksimal yang mungkin dari terapi
Cause
Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
B. Etiologi
Penyebab skizofrenia ini terdiri atas Genetik, neurokimia, hipotesis
perkembangan saraf, Psikososial.
1. Genetik
Dapat dipastikan bahwa ada faktor ada faktor genetik yang turut
menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia. Tetapi
pengaruh genetik tidak sesederhana hukum mendel. Diperkirakan bahwa
yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia melalui
gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi
selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi
manifestasi skizofrenia atau tidak.
2. Neurokimia: Hipotesis dopamin
Menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada jaras
dopamin mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin,
yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin, dapat menginduksi
psikosis yang mirip skizofrenia; obat antipsikotik (terutama antipsikotik
generasi pertama atau antipsikotik tipikal/klasik) bekerja dengan
mengeblok reseptor dopamin.
3. Hipotesis perkembangan saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia, antara lain berupa
berat otak yang rata-rata lebih kecil daripada otak normal, pembesaran
ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme didaerah frontal
dan temporal, dan kelainan susunan seluler pada struktur saraf
dibeberapa daerah kortex dan subkortex tanpa adanya gliosis yang
menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat perkembangan.
4. Faktor psikososial
Menurut teori psikoanalisis, kerusakan yang menentukan penyakit
mental adalah gangguan dalam organisasi ‘ego’. Gangguan ini terjadi
sebagai akibat distorsi dalam hubungan timbal balik antara bayi dan
ibunya, dimana si anak tidak dapat berkembang melampui fase oral dari
perkembangan jiwanya
C. Jenis-Jenis Skizofrenia
Skizofrenia terdapat beberapa jenis penderita digolongkan kedalam
salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi
batas-batas golongangolongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-
ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan kedalam
salah satu jenis. Pembagian adalah sebagai berikut:
1. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam
jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama
kelamaan menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau gejala-
gejala hebefrenik dan katatonik bercampuran. Tidak demikian halnya
dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan. Gejala-gejala
yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang teliti ternyata
ada juga gangguan proses berpikir, gangguan afek, emosi dan kemauan.
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun. Permulaannya
mungkin sub akut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita
sebelum sakit sering dapat digolongkan skizoid. Mereka mudah
tersinggung, suka menyendiri, agak congkak, dan kurang percaya pada
orang lain.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan
proses berpikir, gangguan kemauan, gangguan psikomotor seperti
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik.
Waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut
serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh
gelisah katatonik atau stupor katatonik.
a) Muka tanpa mimik.
b) Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,
beberapa hari, bahkan kadang sampai beberapa bulan.
c) Bila diganti posisinya penderita menderita
d) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul didalam
mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
4. Skizorenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis
simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan
sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan
keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia
makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi
penganggur. Bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan
menjadi pengemis atau penjahat.
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala
berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif
terdiri dari keterlambatan psikomotor, penurunan aktifitas, pasif dan
tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspersi non verbal
menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
D. Tanda dan Gejala
Tanda gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu:
1. Tanda gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mampu menginterprestasikan dan merespons pesan atau rangsangan
yang datang. Pasien skizofrenia kemungkinan mendengar suara-suara
atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu
sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucination gejala
yang biasanya timbul yaitu pasien merasakan ada suara dari dalam
dirinya.
Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam
menginterprestasikan suatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.
Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi seorang paranoid.
Mereka merasa selalu sedang diamati, diintai atau hendak diserang.
Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana pasien
skizofrenia tidak mampu memperoses dan mengatur pikirannya. Pasien
skizofrenia tidak mampu mengatuk pikirannya sehingga membuat
mereka berbicara sendiri dan tidak bisa ditamgkap secara logika.
Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan
mengendalikan emosi dan perasaan.
Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami
siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia
dia juga tidak bisa mengerti kenaapa dia lahir, dimanan dia berada, dan
sebagainya.
2. Tanda gejala negatif
Pasien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti
kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat pasien menjadi
orang yang malas. Perasan yang tumpul membuat emosi pasien
skizofrenia menjadi datar. Pasien skizofrenia tidak memiliki ekspresi
baik dari raut muka maupun gerakan tangannya. Tapi ini tidak berarti
bahwa pasien skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka
mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lai, tetapi tidak
bisa mengekspresikan perasaan mereka.
Perasaan depresi adalah suatu yang sangat menyakitkan mereka,
tidak merasa memiliki prilaku yang menyimpang, tidak bisa membina
hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Di
samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam
depresi. Depresi yang berkelanjutan akan menyebabkan pasien menarik
diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.
E. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Tindakan terapi medis utama untuk skizofrenia ialah
psikofarmakologi. Antipsikotik yang juga dikenal sebagai neuroleptik,
diprogramkan terutama karena keefektifannya dalam mengurangi gejala
psikotik. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan skizofrenia, tetapi
digunakan untuk mengatasi gejala penyakit tersebut. Antipsikotik tipikal
mengatsi tanda-tannda positif skizofrenia, seperti waham, halusinasi,
gangguan pikir, gejala psikotik lainnya, tetapi tidak memiliki efek yang
tampak pada tanda-tanda negatif. Antipsikotik tipikaal tidak hanya
mengurangi tanda-tanda negatif tetapi untuk banyak pasien, obat-obatan
ini juga mengurangi tanda-tanda negatif seperti tidak memiliki kemauan
dan motivasi, menarik diri dari masyarakat
Antipsikotik juga tersedia dalam bentuk injeksi dengan pot untuk
terapi rumatan, flufenazim dalam sedian dekanoat dan enantat dan
haloperidol (haldol) dekanoat Efek obat-obatan ini berlangsung dua
sampai empat minggu sehingga antipsikotik tidak perlu diberikan tiap
hari. Terapi oral dengan obat-obatan ini untuk mencapai kadar dosis
yang stabil memerlukan waktu beberapa minggu sebelum menggantinya
dengan injeksi. Dengan demikian, sedian ini tidak cocok untuk
mengatasi episode akut psikosis, akan tetapi sedian ini akan bermanfaat
untuk pasien yang perlu di awasi kepatuhan minum obat dalam jangka
panjang
2. Non-farmakologi
Terapi farmakologi ada juga terapi non-farmakologis banyak
metotede terapi yang dapat bermanfaat bagi penderita skizofrenia yaitu
terapi kelompok dan individu, terapi lingkungan dan terapi keluarga
dapat dilaksanakan pada pasien di lingkungan rawat inap maupun
lingkungan masyarakat. Berikut penjelasannya.
a. Sesi terapi kelompok dengan individu sering kali bersifat suportif,
dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk kontak sosial dan
mmenjalin hubungan yang berbakna dengan orang lain. Kelompok
yang berfokus pada topik masalah seperti penatalaksanaan
pengobatan, penggunaan dukungan masyarakat, dan masalah
keluarga juga bermanfaat bagi pasien penderita skizofrenia.
b. Lingkungan yang terstruktur tersebut dapat menyediakan kelompok
aktivitas, sumber-sumber untuk menyelesaikan konflik, dan
kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru. Perawat juga
dapat menggunakan musik dan menggambar untuk mengurangi
prilaku pasien menarik diri dari masyarakat, mengurangi ansietas,
dan meningkatkan motivasi dan lebih percaya diri
c. Penyuluhan dan terapi keluarga diketahui mengurangi efek negatif
skizofrenia sehingga mengurangi angaka relaps. Selain itu, anggota
keluarga dapat memperoleh manfaat dari lingkungan suportif yang
membantu mereka melakukan koping terhadap banyak kesulitan
yang terjadi ketika seseorang yang dicintai menderita skizofrenia
DAFTAR PUSTAKA