Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN

KEPERAWATAN KDRT
Winda Septiana 173112420150002
Altika Anggraini 173112420150007
Yakobus Ahufruan 173112420150009
Siti Latifah 173112420150011
Kamalita Rosyada 173112420150013
Sri Wahyuningsih 173112420150020
Dhea Khumaera 173112420150024
Putri Ajeng Aprilian 173112420150060
Aryela Van Bergen 173112420150125
Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam


Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, memiliki arti setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.
Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan
terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat)
macam :
• Kekerasan fisik
• Kekerasan psikologis / emosional
• Kekerasan seksual
• Kekerasan Ekonomi Berat
• Kekerasan Ekonomi Ringan
Faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga

Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks


struktur masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut:
• Pembelaan atas kekuasaan laki-laki
• Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi
• Beban pengasuhan anak
• Wanita sebagai anak-anak
• Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Cara Penanggulangan Kekerasan dalam Rumah
Tangga.
Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan
cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:
• Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan
dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
• Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena
didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak,
saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling
mengahargai setiap pendapat yang ada.
• Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah
rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah
pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah
tangga.
Perlindungan bagi Korban KDRT.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dulu dianggap mitos
dan persoalan pribadi (private), kini menjadi fakta dan relita dalam
kehidupan rumah tangga. Dengan berlakunya Undang-Undang No.
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT) maka persoalan KDRT ini menjadi domain publik.
Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan dan
pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru
sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah
tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai
hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian
dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga, tinggal di
rumah ini. Ironisnya kasus KDRT sering ditutup-tutupi oleh si korban
karena terpaut dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum
yang belum dipahami. Padahal perlindungan oleh negara dan
masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban
serta menindak pelakunya.
• CONTOH KASUS
Ny. C 36 tahun datang ke poli kebidanan dengan kakak kandungnya untuk memeriksakan
kehamilannya. Ny. C tampak memar pada pipi kiri, Ny C sering tampak melamun,
pandangan kosong, lebih sering dan hanya menjawab pertanyaan dengan singkat. Saat
ditanya tentang suaminya dia hanya diam dan meneteskan air mata. Menurut kakak Ny. C,
Ny. C sedang hamil 4 minggu, suami Ny.C tidak bekerja, Ny.C bekerja sebagai karyawan di
bank swasta. Tadi malam Ny.C dan suaminya bertengkar karena Ny. C terlambat pulang
karena rapat. Ny.C sudah menjelaskan tentang alasan keterlambatan pulangnya, tetapi
suaminya tidak percaya, karena marah Ny.C didorong hingga jatuh dan pipinya terbentur
kujung meja. Karena khawatir dengan kondisi kandungannya kakak Ny.C membawa Ny.C
ke poli kebidanan.

• PENGKAJIAN
Data demografi :
Biodata klien :
• Nama : Ny. C
• Umur : 36 tahun
• Agama : islam
• Alamat : jl. Jati
• Status perkawinan : kawin

• PENGUMPULA DATA
• Ny. C nampak memar pada pipi kiri
• Ny, C nampak sering melamun
• Pandangan kosong
• Hanya menjawab pertanyaan dengan singkat
• Saat ditanyai tentang suaminya klien hanya diam dan meneteskan air mata
• Kakak Ny, C mengatakan klien sedang hamil 4 bulan
• Kakak klien mengatakan suami klien tidak bekerja
• Kakak klien mengatakan semalam klien bertengkar dengan suaminya
karena klien terlambat pulang
• Kakak klien mengatakan klien didorong suaminya sampai pipin klien
terbentur ujung meja
• Kakak klien mengatakan karena merasa khawatir dengan kandungannya
sehingga klien memeriksakan kandungannya ke poli kebidanan
• Kakak klien mengatakan klien bekerja sebagai karyawan di Bank
DATA FOKUS
• DS :
• Kakak Ny, C mengatakan klien sedang hamil 4 bulan
• Kakak klien mengatakan suami klien tidak bekerja
• Kakak klien mengatakan semalam klien bertengkar dengan suaminya
karena klien terlambat pulang
• Kakak klien mengatakan klien didorong suaminya sampai pipi klien
terbentur ujung meja
• Kakak klien mengatakan karena merasa khawatir dengan kandungannya
sehingga klien memeriksakan kandungannya ke poli kebidanan
• Kakak klien mengatakan klien bekerja sebagai karyawan di Bank
• DO :
• Ny. C nampak memar pada pipi kiri
• Ny, C nampak sering melamun
• Pandangan kosong
• Hanya menjawab pertanyaan dengan singkat
• Saat ditanyai tentang suaminya klien hanya diam dan meneteskan air
mata
Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1. DS :

1. Kakak klien mengatakan karena


merasa khawatir dengan
kecemasan yang ekstrem, Isolasi sosial
kandungannya sehingga klien
depresi
memeriksakan kandungannya ke
poli kebidanan

DO :

1. Ny, C nampak sering melamun

2. Pandangan kosong

3. Hanya menjawab pertanyaan


dengan singkat

4. Saat ditanyai tentang suaminya


klien hanya diam dan meneteskan
air mata
2. DS :

1. Kakak klien mengatakan semalam


klien bertengkar dengan suaminya
karena klien terlambat pulang

2. Kakak klien mengatakan klien


didorong suaminya sampai pipi klien Trauma fisik Risiko cedera

terbentur ujung meja

3. Kakak klien mengatakan karena


merasa khawatir dengan
kandungannya sehingga klien
memeriksakan kandungannya ke poli
kebidanan

DO :

1. Ny. C nampak memar pada pipi kiri


3 DS :

1. Kakak Ny, C mengatakan klien


sedang hamil 4 bulan

2. Kakak klien mengatakan suami


Adanya prilaku merusak Ketidakefektifan koping
klien tidak bekerja
keluarga
3. Kakak klien mengatakan klien
bekerja sebagai karyawan di
Bank

DO :

1. Ny. C nampak memar pada


pipi kiri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial yang berhubungan dengan kecemasan yang ekstrem,
depresi
2. Risiko cedera yang berhuubungan dengan trauma fisik
3. Ketidakefektifan koping keluarga (dengan prilaku merusak)
Intervensi
TUJUAN & KRITERIA
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
HASIL

1 Isolasi Setelah dilakukan - Bina rasa percaya, - membangun


sosial yang
tindakan tunjukkan hubungan saling
keperawatan penerimaan dan percaya
berhubunga diharapkan masalah penghargaan yang -Memberdayakan klien
n dengan isolasi klien teratasi positif - membantu korban
kecemasan
dengan kriteria hasil - Bantu memahami penganiayaan dalam
- Klien tidak keputusan/pilihan membangun kembali
yang melamun lagi - Melakukan rasa pengendalian
ekstrem, - Pandangan klien konseling suportif terhadap kehidupannya
depresi
tidak kosong seperti memberikan dan merasa cukup
- Klien tidak khawatir penenangan dan aman untuk hidup
dengan penyuluhan dalam normal kembali
kandungannya perawatan - Membantu klien
- Klien dapat - Mendengarkan dalam mengungkapkan
berinteraksi dengan dengan empati dan perasaanya dan
baik kembali dengan memperlihatkan menciptakan situasi/
orang disekita sikap kondisi konseling yang
efektif
2 Risiko cedera Setelah dilakukan 1. Atasi cedera 1. Mencegah
yang tindakan keperawatan komplikasi dan
2. Berikan tindakan
berhuubungan diharapkan masalah membantu
kenyamanan
dengan klien teratasi dengan pemulihan
3. Bantu klien untuk
trauma fisik kriteria hasil :
menentukan 2. Mengurangi nyeri
1. Keluarga klien seberapa besar 3. Mencegah cedera
dapat mengatasi risiko mengalami lebih lanjut
masalah dengan kekerasan yang
4. Mencegah
koping yang baik lebih hebat diri
terjadinya risiko
cidera klien sendiri
sangat besar
membaik
4. Motivasi klien
untuk mencari
layanan tempat
perlindungan untu
diri jika risikonya
sangat besar
3 Ketidakefe Setelah dilakukan 1. Menyediakan lingkungan 1. Membantu menciptakan situasi/ kondisi
ktifan tindakan yang tenang dimana korban konseling yang efektif
koping keperawatan dapat mengungkapkan
2. perawat harus megerti kondisi
keluarga diharapkan masalah perasaannya
ambivalensi terutama wanita terhadap
(dengan klien teratasi dengan
2. Mengkaji dan membantu pelaku penganiayaan, seorang wanita
prilaku kriteria hasil :
klien dalam melewati situasi tidak akan bertahan dalam situasi siklus
merusak)
1. Klien dapat yang dihadapinya kekerasan kecuali telah mendapatkan
mengatasi ikatan yang kuat terhadap suami atau
3. Perawat mampu
masalah dengan pasangannnya
mengklarisifikasikan
koping yang
kesalahpahaman dan 3. mampu meningkatkan harga diri dan
baik
mendukung kemampuan mengeksplorasi keyakinan diri yang
korban untuk berubah, dapat membuat korban terlepas dari
membantu mengambil serta siklus kekerasan seperti perasaan
menjalani keptutusan, bersalah, putus asa dan menyalahkan
mengklarifikasi nilai-nilai diri sendiri
dan kepercayaannya
4. strategi terapi difokuskan pada
4. Libatkan pelaku dan korban pengendalian rasa marah, pelaku
untuk menciptakan dan penganiayaan, penghentian kekerasan
mempertahankan hubungan, dan belajar teknik tanpa bertengkar
dengan memberikan terapi saat mengatasi konflik dan membantu
pasangan memberikan kesempatan penggalian
dinamika hubungan dan peran

Anda mungkin juga menyukai