DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Fitriyawati 721621618
Lini Dianawati 721621619
Riska Wahyuningtyas 721621620
Samsul Arifin 721621621
Henny Irmawati 721621623
Nur Rahman 721621624
Nurul Ikhwani 721621625
Marlina Ernawati 721621656
Melina Rahmawati 721621660
Hasanah 721621666
Rudi Andika 721621667
Ramat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.
Penulisan Makalah dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan jiwa.
Makalah ini dapat diselesaikan atas proses bimbingan. Untuk itu kami berterima kasih
kepada Ibu Dwi Ariani Sulistyowati, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah kami dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu, terutama dalam pendidikan keperawatan dan kesehatan lainnya khususnya
ilmu keperawatan jiwa.
Penulis
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi praktek
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA). Semuanya didasarkan pada diagnosis dan
intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan mental yang actual maupun
potensial. Pelayanan yang menyeluruh difokuskan pada pencegahan penyakit mental, menjaga
kesehatan, pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan fisik dan mental, diagnosis dan
intervensi dari gangguan mental dan akibatnya, dan rehabilitasi. Keperawatan jiwa / mental
diharapkan mampu mengkaji secara komprehensif, menggunakan ketrampilan memecahkan
masalah secara efektif dengan pengambilan keputusan klinik yang komplek (advokasi),
melakukan kolaborasi dengan profesi lain, peka terhadap issue yang mencakup dilema etik,
pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawab fiskal. Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat
dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Keperawatan jiwa bukan hanya berfokus pada individu dengan gangguan jiwa melainkan
juga terhadap individu dengan masalah psikososial dan kejiwaan. Salah satu individu dengan
masalah psikososial adalah anak jalanan dan gelandangan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa serta mengetahui
bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
2. Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan jiwa di masyarakat khususnya pada anak jalanan
dan gelandangan
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa
Sebagai bahan pembanding tugas serupa
3. Untuk tenaga kesehatan
Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan
pada kasus keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya
sangat terkait pada materi, jiwa bersifat abstrak dan tidak berwujud benda. Hal ini karena
jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem perilaku, hasil olah pemikiran,
perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan sosial. Semua ini merupakan
manifestasi sebuah kejiwaan seseorang. Oleh karena itu, untuk mempelajari ilmu jiwa dan
keperawatannya, pelajarilah dari manifestasi jiwa terkait pada materi yang dapat diamati
berupa perilaku manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman
seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat
subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang
sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan kedewasaan
kepribadiannya. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang Upaya Kesehatan Jiwa,
memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dapat menciptakan
keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional yang optimal pada seseorang, serta perkembangan ini selaras dengan orang lain.
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang kesehatan jiwa
menyebutkan Pasal 144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap
orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan
gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan jiwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif
pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
4. Resiko perilaku kekerasan/Perilaku kekerasan
5. Gangguan Proses Pikir: Waham
6. Resiko Bunuh Diri
7. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan
:
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
1.2 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
1.3 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.4 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.5 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.6 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan
:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis
2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan
:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki Tindakan :
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan Tindakan :
5.1 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
BAB III
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan B. Saran