Kelas : A keperawatan
Disusun oleh kelompok II
Indriani Mohamad C01418078
Fitri Maku C01418062
Friska Widyasari Olii C01418066
Firnalis Lakora C01418058
Fitria Ningrum C01418061
Finki Majili C01418054
Iin Novrianti Ali C01418074
Guswinda Diu C01418070
Fatma Widiawati Darusalam C01418045
Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri.
Strauss A. Muray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur
masyarakat dan keluarga yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga (marital violence)sebagai berikut :
1. Pembelaan atau kekuasaan laki-laki
Laki" di anggap sebagai superioritas sumber daya dibandikan dengan wanita,
Sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.
2. Diskriminasi dan pembatasan di bidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesmptan bagi wanita untuk bekrja mengakibatkann
Wanita(istri) ketergantungan terhadap suami,dan ketika suami kehilangan
pekerjaan maka istri mengalam tindakan kekerasan.
3. Beban pengasuhan anak
Istri yang tidak bekrja, menjadikanya menanggung beban sebagai pngasuh
anak,letika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan
menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
4. Wanita sebagai anak-anak
Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki" menurut hukum, mengakibatkan
keleluasaan laki" untuk mngatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban
wanita. Laki" merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang
bapak melakukukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib
5. Orientasi peradilan pidana pada laki"
Posisi wanita sebgai istri didalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh
suami, diterima sebgai pelanggaran hukum,sehingga penyelesaian kasusnya sering
ditunda atau ditutu. Alsan yang lajim dikemukkan oleh penegak hukum yaitu
adanya legitimasi hukum suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam
konteks harmoni keluarga.
Gejala" istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas,
penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit
kepala, mengalami kesulitan tidur, mngeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya,
kesemutan nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas, jika anda
membaca gejala-gejala diatas, tentu anda akan mnyadari bahwa akibat kekerasan yang
paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhanya tidak
pernah dapat dipastikan.
Keterangan :
a. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
b. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan,
keputusan/rasa aman dan individutidak menemukan alternative lain.
c. Pasif
Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau terhambat
d. Agresif
Memperlihatkan permusuhan keras, dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
orang lain.
e. Kekerasan
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Contohnya
membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. factor predisposisi
- Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf ekonomi bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat. tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala
yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewespadaan.
Ketegangan otot seperti rahang terkatup,tangan dikepal,tubuh kaku,dan
reflaks cepat. Hal ini dikeluarkan saat marah bertambah.
- Aspek emosional
Salah satu anggota yang marah merasa tidak nyaman,merasa tidak
berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul anggota yang lain,
mengamuk, bermusuhan dan sakit hati menyalahkan dan menuntut.
- Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, perampanca indra sangat penting untuk berdaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi dan
diintegrasikan.
- Aspek Sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya,konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan anggota keluarga yang lain.
Individu seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras,proses tersebut dapate
ngasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
- Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang berdatangan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji
individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial dan spritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan
cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat,tekanan darah
meningkat,aspek emosi : tidak edekuat,tidak aman, dendam, jengkel, aspek
intelektual : Mendominasi bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan aspek
sosial : Menarik diri, penolakan, kekerasan ejekan humor.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih
dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seeorang. Ketika
seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa
yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu baik perawat maupun
klien harus bersama-sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa
internal ataupun eksternal. Contoh stresor eksternal yaitu serangan secara
psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan
dari orang lain. Sedangkan stressor dari internal yaitu merasa gagal dalam
bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintainya, dan ketakutan terhadap
penyakit yang diderita.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang kebanyakan digunakan partisispan dalam
menghadapi KDRT lebih ke koping adaptif, yaitu dengan cara bercerita
dengan orang yang dianggap bisa membantu menyelesaikan masalah dan bisa
mengurangi kesedihan seperti keluarga dan teman.
b. Pohon Masalah
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan dalam keluarga adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap perempuan
maupun anak.hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan atau marah yang
tidak konstruktif (Stuart dan sundeen,1995)
Undang-undang PKDRT ini menyebutkan bahwa kekerasan salam rumah
tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,yang
berakibat timbulnya.
Dokumentasi kerja Kelompok