Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN

KENAKALAN REMAJA DI SMA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Komunitas II

Dosen pengampu : Nina Pamelasari, M. Kep

Oleh :

Tingkat 3 A (Kelompok 4)

Risna Siti Nuramanah (NIM C1814201066)

Rivan Fadlur Rohman ( NIM C1814201067)

Nissa Hernisa Agustina (NIM C1814201068)

Dika Dwi Mochammad Azis (NIM C1814201069)

Randi Pabyana (NIM C1814201071)

Popi Selvia (NIM C1814201072)

Siti Desi Nadzila (NIM C1814201082)

Muhammad Dinar Triyansyah(NIM C1814201156)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan
Komunitas II, menegnai Kenakalan Remaja di SMA. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Komunitas II Jurusan
S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina Pamelasari, M.Kep selaku
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua..
Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih.

Tasikmalaya, 31 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di


bebagai daerah. Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic
kesehatan semakin banyak pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja,
maka mahasiswa dengan basic kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni
dengan memberikan pendidikan pada remaja di sekolah ataupun di fakultas
non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah melalui penyebarluasan
pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi pada remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi
masa yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak
proses yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi
dewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam
menangangi problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada
penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan
karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
semakin canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada
generasi penerus bangsa khususnya pada remaja. Salah satunya dampak
negative banyak para pelajar di kalangan remaja sudah merokok,
berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri, minum-
minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang
komplek, ditandai oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk
terus menerus digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative dan
menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun di
masyarakat.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI REMAJA
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku,
dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali
tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda
awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak
berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami
pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai
remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat
yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita
yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain
waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
1. Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini
memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan
periode- periode perkembangan lainnya. Menurut Aulia
(2006) rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena
memiliki dampak langsung dan dampak jangka
panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain
itu, periode ini pun memiliki dampak penting
terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu,
dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis
yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut
individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental
dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-
nilai dan minta yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk
meninggalkan sifat- sifat kekanak-kanakannya dan
harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap
baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-
pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam
periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan
tidak jelas mengani peran yang dituntut oleh
lingkungan. Misalnya, pada saat individu
menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan
diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya,
namun pada kebalikannya jika individu mencoba
untuk berperilaku seperti orang dewasa sering
dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa
untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung
secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa
konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku
yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik
perubahan yang khas dalam periode ini yaitu,
1) peningkatan emosionalitas,
2) perubahan cepat yang menyertai kematangan
seksual,
3) perubahan tubuh, minat dan peran yang
dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan
masalah baru,
4) karena perubahan minat dan pola perilaku
maka terjadi pula perubahan nilai, dan
5) kebanyakan remaja merasa ambivalent
terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit
untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun
perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu :
pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian
masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru,
sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena
mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali
menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,
sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam
menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok
sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka
mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian,
berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama
dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk
meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan
simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda
lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu
sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif
yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku
remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi
dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu
sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya
dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru
untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup
secara kurang realistis, mereka memandang dirinya
dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan
bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama
terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis
ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi
keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi
mereka maka akan semakin marah dan kecewa
apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka
dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa
cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan
impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti
orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga
mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau
simbol yang berhubungan dengan status orang
dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-
obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja
terfokus pada bagaimana melalui sikap dan pola
perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan
perilaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa
remaja ini adalah sebagai berikut :
a. Mencapai relasi yang lebih matang dengan
teman seusia dari kedua jenis kelamin
b. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

c. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara


efektif

d. Meminta, menerima dan mencapai perilaku


bertanggung jawab secara sosial
e. Mencapai kemandirian secara emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya
f. Mempersiapkan untuk karir ekonomi

g. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga


h. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis
untuk mengarahkan perilaku

B. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MASA


REMAJA
1. Perubahan Fisik Masa Remaja

a. Tinggi badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya


pada usia 17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun
lebih dari usia tersebut.
b. Berat badan
Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama
dengan perubahan tinggi badan, hanya saja sekarang
lebih menyebar ke seluruh tubuh.
c. Proporsi tubuh
Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai
proporsinya. Misal : badan lebih lebar dan lebih kuat.
d. Organ seksual
Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai
ukuran dewasa pada periode remaja akhir, namun
fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun
kemudian
e. Karakteristik sex sekunder
Karakteristik sek sekunder utama mengalami
perkembangan pada level dewasa pada periode remaja
akhir.
f. Emosionalitas Masa Remaja
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat
mencolok, juga terjadi perubahan dalam emosionalitas
remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa
hal yang dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek
emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa
“storm and stres” dimana terjadi peningkatan
ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan
fisik dan hormonal.
Pada masa ini emosi seringkali sangat intens,
tidak terkontrol dan nampak irrasional, secara umum
terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap
usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja
menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak
secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi
kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu merasa
khawatir.
Hal yang paling membuat remaja marah adalah
apabila mereka diperlakukan seperti anak-anak atau
pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspresi
kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak
untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang
juga cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja
lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki materi
lebih.
2. Perubahan Sosial pada remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit
pada masa remaja adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian
ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainan
dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan
terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan
sekolah.
Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan
waktu mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya
mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya
sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat,
penampilan, dan perilaku remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan
adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi
heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai
keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan
dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa
minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu,
perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai
baru dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih
memilih yang memiliki minat dan nilai- nilai yang sama,
bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat
dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak
bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini
pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai
seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
3. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada
remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik,
psikologis dan sosial pada remaja yang sangat cepat dan
drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa menyesuaikan
diri dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan
lingkungan baru yang menyertainya. Pada kenyataannya
tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan
tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian
diri yang salah pada remaja :
a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan
sekolah.
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin
atas dirinya.
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus
menyesuaikan dengan standar kelompok.
d. Homesickness
e. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk
mengkompensir ketidakpuasan dari kehidupan sehari-
hari.
f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang
lebih awal, misalnya ngompol, ngamuk pada saat
marah dan lain-lain.
g. Menggunakan defense mechanism secara
berlebihan, seperti rasionalisasi, proyeksi, fantasi,
dan displacement. 

C. PERMASALAHAN REMAJA / KENAKALAN


REMAJA
1. Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan
merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak
buruk bagi si perokok sendiri maupun orang- orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di
dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh
penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang
merokok adalah untuk mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan
(reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya
tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan
kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang
biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan
di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik
kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat
dengan kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara
lain :
a. Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah
bahwa anak- anak muda yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer &
Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi,
1999:294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin
banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga
dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-
teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87%
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih
sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non
perokok (Al Bachri, 1991).
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin
tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik
atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun
satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi
pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah
menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang
memiliki skor yang rendah (Atkinson,1999).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah
lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti
yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti,
Buletin RSKO, tahun IX,1991).
2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional
(BNN), jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di
Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di
mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
a. Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Bahan Aditif berbahaya lainnya)
adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh
manusia, baik secara oral/diminum, dihirup,
maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang
termasuk jenis narkotika adalah :
1) Tanaman papaver, opium mentah, opium
masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan
damar ganja.
2) Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina
dan kokaina, serta campuran-campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-
Undang No. 5/1997 ).
Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon,
Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide),
dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah
bahan- bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti
morfina atau kokaina yang dapat mengganggu
sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya
digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi
karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk
dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status social,
ingin melupakan persoalan maka narkoba
kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus
menerus dan berlanjut akan menyebabkan
ketergantungan atau dependensi yang disebut juga
dengan kecanduan.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena
penggunaan narkoba, para remaja tertular dan
menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal
ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui
jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat
penyalahgunaan narkoba dan merebaknya
HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan
kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
b. Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf
pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin
mempunyai efek stimulasi ringan. Minuman
beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda,
misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol),
anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang
biasa disebut dengan spirit (35 – 55% alkohol).
Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30
– 90 menitsetelah diminum.
Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan
mental) bervariasi, tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
1) Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
2) Usia, berat badan, dan jenis kelamin
3) Makanan yang ada di dalam lambung
4) Pengalaman seseorang minum-minuman
beralkohol
5) Situasi dimana orang minum-minuman
beralkohol Tabel1. Pengaruh Alkohol pada
Perilaku
Tabel 1. Pengaruh Alkohol pada Perilaku
Pengaruh Alkohol Pada Prilaku
Risiko Konsentrasi Alkohol Pengaruh Yang
Dalam Darah Digunakan
Perasaan Sampai dengan 0,50 g% - Banyak bicara
Segar (Well - Santai
Being) - Percaya Diri
Risiko 0,05 – 0,08 g% - Banyak bicara
Rendah - Bertindak dan lebih
merasa percaya diri
- Berkurangnya
kemampuan untuk
berfikir dan
bergerak
- Berkuangnya rasa
malu
Resiko 0,08 – 0,15 g% - Bicara cadel
Sedang - Berkurangnya
keseimbangan dan
koordinasi tubuh
- Refleks menjadi
lambat
- Penglihatan kabur
- Emosi yang labil
Risiko tinggi 0,15 – 0,30 g% - Tidak dapat
berjalan

3. Remaja dan Penyimpangan Seksual


Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja
sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan
"jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman
maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman
kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau
pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. Benar
agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang
menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang
menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya
penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja
ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri
remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan
banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun
mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan
mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi
dan perkembangan psikologis remaja yang mulai
menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi
baik elektronik maupun non elektronik akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja
tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja
terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi
pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada
remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan
tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami
kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak.
Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi
kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi
adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan
berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari
sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi
tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh
dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika
karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini
mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah
kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai
individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi
secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga
membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-
alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab
kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang
keluarga berencana, perbedaan budaya yang
menempatkan harga diri remaja di lingkungannya,
perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas,
ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat
untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan
pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa
remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap
HIV/AIDS.
D. REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang
mengerti tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun
pendukung perkembangan kematangannya, bergaul dengan
bijaksana, dan terus menerus memperbaiki diri. Dengan
demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal
dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki
kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus
mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap
remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual.
Kecepatan perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual
20%, emosional 30%, dan spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor
lainnya berkembang tidaksama besar. Perkembangan yang
tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan
berpengaruh terhadap perilaku remaja. Bagaimana seseorang
remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta hubungannya
dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina.
Kadang-kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang
dewasa, orang lain dianggap sebagai orang tua, teman.
Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter demokratis
2. Tertutup terbuka
3. Formal informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan
menuju" Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses
dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun
kutub atau masa dewasa. "Dalam perjalanan menuju" ini yang
menonjol adalah:
1. Fisik yang kuat
2. Emosi yang cepat tersinggung

3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang

4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya


kadang-kadang saja dipakai. "Dalam perjalanan menuju"
yang paling penting diketahui oleh remaja
adalahbagaimana remaja dapat berproses :
a. Menuju fisik yang ideal

b. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh

c. Menuju cara berfikir dewasa

d. Menuju mempercayai hal-hal yang


agamais, bersifat falsafah dan bersifat
tatakrama
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan di SMA A, dengan kasus kenalakan
remaja di SMA
1. Data inti, terdiri dari :

a. Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja


sangat mempengaruhi perilaku remaja, semakin
lama remaja tinggal di suatu wilayah, semakin
melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah
tersebut pada diri remaja.
b. Demografi

c. Vital statistik

- Kelahiran

- Mortalitas :

Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS


kelompok usia 15-19 berjumlah 151 orang
(4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang
(25,50%)

Bukan karena penyakit :

1) Sebagian besar karena kecelakaan :


berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mencapai 30 ribu
orang per tahun
2) Persalinan : Remaja putri berusia
kurang dari 18 tahun mempunyai 2-5
kali resiko kematian ketika persalinan
dibandingkan dengan wanita yang
telah berusia 18-25 tahun akibat
persalinan macet, perdarahan, maupun
faktor lain. Ahmad (2004) dari
laporan Save the Children : 1 dari 10
persalinan dialami oleh ibu yang
masih anak2, berusia 11-12 tahun
menyebabkan komplikasi kehamilan
dan persalinan membunuh 70,000
remaja puteri tiap tahun
- Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada
remaja yang dapat dikelompokkan menjadi 2 :
Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada
remaja antara lain : fraktur karena trauma, penyakit
kulit, tipoid, penyakit infeksi, DBD, dan lain-lain.
1) HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah
151 orang (4,14%) 19-24 berjumlah 930 orang
(25,50%).

2) Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba


di Indonesia dari tahun 1998-2003
adalah 20.301 orang, di mana 70%
diantaranya berusia antara 15-19 tahun
3) Penyakit menular seksual (PMS)
sepertiga dari infeksi PMS di Negara-
negara berkembang terjadi pada mereka
yang berusia 13-20 tahun.
Bukan karena penyakit

1) Kecelakaan : Berdasarkan data


Badan Kesehatan Dunia PBB
(WHO), kecelakaan lalu lintas di
Indonesia mencapai 30 ribu orang
per tahun
2) Komplikasi aborsi yang tidak
aman akibat kehamilan yang tidak
diinginkan. Survey di Negara-
negara berkembang hamper 60 %
kehamilan dibawah usia 20 tahun
adalah kehamilan yang tidak
diinginkan
d. Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di
lingkungan kelurga, antara lain : orang tua yang
perhatian, orang tua yang bekerja satu hari
penuh dan tidak punya waktu untuk keluarga,
orang tua dengan kemampuan ekonomi yang
kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi
di atas rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat
mempengaruhi pembentukan kepribadian
remaja.
e. Status perkawinan : sebagian besar remaja
belum menikah namun ada pula remaja yang
sudah menikah.
f. Kelompok etnis :

- Praktek perkawinan yang di atur oleh orang


tua pada gadis di bawah usia 14 tahun masih
sangat umum
- Beberapa budaya menyatakan bahwa pria
muda diharapkan mendapatkan pengalaman
pertama kali melakukan hubungan seksual
dengan pekerja seks komersil (PSK)
- Di negara berkembang kehidupan remaja
jalanan memaksa mereka
- melakukan “survival sex” yakni menukar
seks untuk memperoleh uang, makanan,
jaminan keamanan maupun obat terlaran
- Beberapa etnis di Indonesia menggunakan
alkohol pada acara tertentu sebagai bentuk
perayaan

g. Nilai dan keyakinan :

- Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja


kebanyakan dijual oleh orangtua mereka sendiri
untuk biaya hidup anggota keluarga yang lain

- Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya


dan pengaruh teman yang sesama perokok
meyebabkan tingginya jumlah perokok remaja di
Indonesia

- Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan,


kejantanan dan keglamoran

2. Komponen sub sistem, terdiri dari :


a. Pengkajian Lingkungan
Perumahan dan Lingkungan

- Lingkungan perumahan yang kumuh dan


kotor memungkinkan remaja lebih banyak
melakukan kegiatan negatif
- Perumahan mewah tidak memungkinkan
remaja berinteraksi dengan baik dengan
tetangga
Lingkungan terbuka
Batas Kebiasaan :
- Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah
teman, masjid, warung-warung
pinggir jalan dan lain-lain

- Waktu kumpul-kumpul : setelah


pulang sekolah, saat libur sekolah
- Kebiasaan remaja : positif (belajar,
berorganisasi, mengaji, kursus, dan
lain-lain), negatif (merokok,
mencoba narkoba, tawuran,
berkelahi, membolos, nongkrong,
minum alkohol, free sex, dan lain-
lain)
b. Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam
tahap berkembang menyebabkan sikap
pemberontakan dalam dirinya, biasanya
ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan
c. Pusat pelayanan : posyandu remaja,
puskesmas, pusat pelayanan KRR di
sekolah (meliputi : informasi akurat PMS,
kontrasepsi, keterampilan remaja
menghadapi tekanan kelompoknya dan
meningkatkan tanggungjawab remaja),
pelatihan kader remaja untuk menjadi
edukator dan pemberi dukungan
d. Tempat belanja : remaja sering nongkrong
dan berbelanja di mall, pasar, pusat
perbelanjaan
e. Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura

f. Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi

g. Media : TV, radio, koran, majalah, papan


pengumuman

h. Orang jalanan : banyak pula remaja yang


menjadi pengamen dan anak jalanan. Ada
yang disebabkan karena kondisi ekonomi
yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur
dari rumahnya karena perseteruan denagn
orang tua sehingga menjadi glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :

- Fasilitas dalam komunitas, misalnya


puskesmas, posyandu remaja

- Fasilitas di luar komunitas, misalnya


konseling konseling yang
berhubungan dengan gender,
kekerasan, perilaku seksual
bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi

- Karakteristik finansial : sebagian besar


remaja tidak memiliki penghasilan
sendiri dan masih bergantung pada
orang tua. Namun ada sebagian
remaja yang mempunyai pekerjaan
sehingga mempunyai penghasilan
sendiri, namun kebanyakan penghasilan
tersebut hanya digunakan untuk
menambah uang saku.
- Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja
belum memiliki pekerjaan karena mereka masih
sekolah. Namun, ada pula remaja yang putus
sekolah (kebanyakan karena masalah ekonomi)
dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang
biasa dilakukan oleh remaja antara lain,
berjualan kue, koran, pelayan restoran,
mengamen, bahkan banyak pula remaja yang
menjadi PSK, dan lain- lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi
yang sering dipakai oleh remaja adalah
sepeda motor, namun sebagian kecil
memakai mobil dan sepeda mini. Dan
sering pula remaja kurang memperhatikan
keamanan dirinya karena sering mengebut
saat mengendarai kendaraaan mereka.
e. Politik dan pemerintahan

Kelompok pelayanan
masyarakat yang sering diikuti
oleh remaja, antara lain :
Karang Taruna, PMR, Pramuka,
PKS
f. Komunikasi

- Komunikasi formal : Koran, Radio,


TV

- Komunikasi informal :
Papan pengumuman, poster
(tentang narkoba, free sex,
merokok), internet
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada
remaja yaitu SMA. Program UKS biasanya
dijalankan di sekolah-sekolah untuk
kesehatan remaja. Selain itu pendidikan
KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja)
telah dilakukan atas dukungan Depkes dan
WHO di sekolah dan lembaga pendidikan.
h. Rekreasi :
- Waktu luang remaja biasanya diisi dengan
berbagai kegiatan baik yang positif maupun
negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah, les pelajaran tambahan, les minat
dan bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain.
Negatif : nongkrong sampai malam, main
game sampai larut malam
- Media hiburan yang digunakan remaja,
misalnya mall, tempat rekreasi, pusat
perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.

B. Diagnosa Keperawatan

Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara


lain :

1. Penggunaan NAPZA di kalangan remaja

2. Resiko penyimpangan seksual

3. Resiko tinggi konflik keluarga

4. Resiko terjadi kenakalan pada Remaja

5. Gangguan citra tubuh

6. Perilaku destruktif

7. Perubahan pemeliharaan kesehatan

8. Depresi
9. Nutrisi kurang/lebih

10. Resiko cedera

11. Kurang Perawatan diri l)Kurang pengetahuan

Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :

a. Terjadinya penggunaan NAPZA kalangan remaja


di SMA A berhubungan dengan kurangnya kasih
sayang dari orang tua dan dasar-dasar agama yang
kurang

b. Resiko terjadinya kenakalan remaja di SMA A


berhubungan dengan Kurang pengetahuan remaja
tentang tumbuh kembang dan masalah- msalah
kenakalan remaja dan akibatnya dan Tidak
berfungsinya wadah remaja untuk melakukan
kegiatan

c. Resiko cedera pada remaja di SMA A berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang
bahaya kebut-kebutan dijalan raya

C. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA
di kalangan remaja
Intervensi yang dilakukan :

a. Pada Klien :

Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA


mengatasi masalah ketergantungan
Intervensi :

1) Mendiskusikan dampak penggunaan


NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan
cara mengontrol keinginan
2) Menganjurkan remaja untuk tidak
berinteraksi dengan teman yang dapat
memberi pengaruh yang buruk
3) Melatih cara meningkatkan motivasi dan
mengontrol keinginan

4) Meningkatkan interaksi sosial dan


keterlibatan remaja dalam kelompok
5) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan
kualitas agamanya
b. Pada Keluarga
Tujuan:
- Keluarga dapat mengenal masalah
ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
- Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien
untuk berhenti

- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien


NAPZA

- Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien


yang perlu dirujuk Intervensi :

1) Membangun hubungan saling percaya dengan


remaja dan keluarga
2) Diskusikan tentang masalah yang
dihadapai keluarga dalam merawat
klien
3) Diskusikan bersama keluarga
tentang penyalahgunaan atau
keterganungan zat (tanda gejala,
penyebab, akibat) dan tahapan
penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan dan rehabilitasi)
4) Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu
dirujuk ke RS

5) Diskusi dengan keluarga untuk selalu


memfasilitasi remaja agar terbuka
pada keluarganya
6) Memperhatikan pergaulan klien

7) Memperkenalkan pada kelurga tentang


fase perkembangan remaja dan tugas
perkembangan remaja
c. Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif
masyarakat mengenai keadaan klien yang sedang
menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :
1) Diskusikan bersama masyarakat mengenai
proses rehabilitasi pasien NAPZA ketika
sudah kembali di masyarakat
2) Pendidikan kesehatan tentang obat dan
penggunaannya

3) Diskusi dengan kader untuk


memberikan kegiatan pada remaja
dalam karang taruna
4) Bekerja sama dengan LSM setempat
untuk mengadakan penyuluhan tentang
penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Resiko Penyimpangan Seksual
Intervensi yang dilakukan:
a. Pada Klien :
b. Tujuan :
Menghindarkan
remaja dari perilaku
penyimpangan seksual
Intervensi :
1) Menjelaskan
tentang fungsi
seksual, perubahan
fisik yang dapat
mempengaruhi
psikologis dan
sosial remaja
2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi
kesehatan tubuh dan akibat dari free sex
bagi kehidupan sosial
3) Menganjurkan remaja untuk menghindari
bergaul dengan teman yang dapat
memberi dampak yang buruk
4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi
dengan orang tua tentang perasaannya
5) Membantu remaja mengenali tahap
perkembangan dan tugas yang akan
dilaluinya
6) Memberi kesempatan pada remaja
mendapat pengalaman sosial, emosional
dan situasi etis untuk meningkatkan
proses belajar dan otonomi dan tanggung
jawab
7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan
kualitas agamanya
c. Pada Kleuarga
Tujuan:
- Keluarga dapat mengetahui masalah yang di
hadapi klien
- Keluarga mengetahui fase dan tugas
perkembangan remaja Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual,
perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
psikologis dan sosial remaja
2) Memotivasi keluarga untuk
memperkenalkan kesehatan
reproduksi remaja sesuai dengan
norma dan budaya dan tingkat
pengetahuan yang dimiliki
keluarga.
3) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan
yang dibutuhkan

4) Memperkenalkan sejak usia sekolah


tentang kehamilan yang sebagian
besar merupakan dampak dari
penyimpangan sex agar dapat
bertanggung jawab
5) Membantu remaja dan keluarga
mengenali tahap perkembangan dan
tugas yang akan dilalui oleh remaja
d. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual
di kalangan remaja Intervensi :
1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk
mengadakan penyuluhan tentang akibat
penyimpangan sex
2) RT setempat memberikan jam malam
(maksimal jam 21.00) untuk remaja
berada di luar rumah sehingga
meminimalisasi kegiatan remaja yang
kurang bermanfaat yang dapat
memberikan dampak yang buruk
3) Memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki remaja untuk melakukan
berbagai kegiatan positif melalui karang
taruna
3. Resiko cedera
a. Pada Klien :
Tujuan : Menghindari cedera pada remaja
(kecelakaan lalu lintas) Intervensi :
1) Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan
lalu lintas dan akibatnya jika dilanggar
2) Diskusi tentang semakin banyaknya
pelajar yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas
3) Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu
lintas

4) Menganjurkan remaja untuk selalu


memakai atribut pengaman dalam
berkendara
b. Pada Keluarga
Tujuan :
- Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan
kendaraan bermotor untuk remaja
- Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja
tentang bahaya berkendara kebut-kebutan

Intervensi :
1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian
pada remaja bahaya berkendara kebut-kebutan
dan pentingnya menaati peraturan lalu lintas
2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat
berkendara

3) Menganjurkan keluarga untuk selalu


memantau pergaulan anaknya (misalnya
anak berteman dengan geng motor)
c. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan
remaja Intervensi :Bekerja sama dengan Polres
setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang cara
berkendara yang baik dan dampak melanggar peraturan
lalu lintas

Anda mungkin juga menyukai