Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN

MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

NAMA KELOMPOK:

1. VEREN MONICA TOMBOKAN | 19142010235


2. HERNI PIOH | 19142010219
3. RIFANDI R.L ASSA | 19142010207

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami menyadari
bahwa berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan
Nasional Terkait Perawatan Menjelang Ajal dan Paliatif” dengan lancar. Tersusunnya makalah
ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari dosen serta kontribusi dari teman-teman
kelompok, maka dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang setinggi-
tingginya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mohon kritik dan saran para pembaca untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Kami selalu
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang
bermanfaat.

Manado,08 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................I

DAFTAR ISI...................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................III

1.1 Latar Belakang........................................................................................................3


1.2 Rumusan masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan penyusunan masalah...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

2.1 Pengertian Perawatan Paliatif..............................................................................4-6


2.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif....................................................................6-7
2.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif...............................................................7-8
2.4 Tujuan Dan Sasaran Keperawatan Paliatif..........................................................8-9
2.5 Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif.......................................................9
2.6 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif .............................................................10-11
2.7 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif.....................................................12-14
2.8 Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif....................................................15

BAB III PENUTUP.......................................................................................................16

1.1 .Kesimpulan.........................................................................................................16
1.2 Saran....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia,
yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak
setres menghadapi penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif : Menghargai setiap
kehidupan, Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak mempercepat atau
menunda kematian, Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, Mengintegrasikan aspek
psikologis , social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, Menghindari tindakan
medis yang sia sia, Memberikan dukungan yang di perlukan agar pasien tetep aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat, Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa
duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal
yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya
integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat
diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan
terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien
berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif
dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan
arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan paliatif ?
2. Apa saja dasar hukum keperawatan paliatif ?
3. Apa saja kajian etik dalam keperawatan paliatif ?
4. Apa tujuan dan sasaran keperawatan paliatif ?
5. Apa saja aspek medikolegal dalam keperawatan paliatif ?
6. Apa saja ruang lingkup perawatan paliatif ?
7. Dimana saja tempat dan apa organisasi perawatan paliatif ?
8. Apa saja kebijakan terkait perawatan paliatif ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keperawatan paliatif
2. Mengetahui apa saja hkum dasar keperawatan paliatif
3. Mengetahui apa saja kajian etik dalam keperawatan paliatif
4. Mengetahui apa saja aspek modikolegal dalam keperawatan paliatif
5. Mengetahui apa tujuan dan sasaran keperawatan paliatif
6. Mengetahui apa saja ruang lingkup perawawatan paliatif
7. Mengetahui dimana saja tempat dan apa organisasi perawatan paliatif
8. Mengetahui apa saja kebijakan terkait perawataan paliatif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah adalah kesehatan terpadu yang aktif danmenyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintregrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya,meningkatkan kualitas hidup nya,juga memberikan support kepada
keluarganya.Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara
psikologis dan spiritual. Etik adalah Kesepakatantentang praktik moral, keyakinan, sistem
nilai,standar perilaku individudan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan
apayang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakankejahatan, apa yang
dikehendaki dan apa yang ditolak.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (sumber
referensi WHO, 2002).

2.2 Dasar Hukum Keperawatan Paliatif


Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :
A. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif (Kep. Menkes NOMOR :
812/Menkes/SK/VII/2007 )
1) Persetujuan tindakan medis/infomed consent untuk pasien paliatif. Pasien harus
memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif.
Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif Keputusan dilakukan atau tidak
dilakukan tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh
Tim perawatan paliatif. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan
pada saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
2) Perawatan pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan umum yang berlaku.
3) Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif. Tindakan yang
bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan
pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan tindakan
tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
B. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri.

2.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif


A. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari medis, perawatan,
psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif
dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan
paliatif : ( Rasjidi,2010)
1. Sikap peduli terhadap pasien
Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertimbangkan segala aspek dari penderitaan
pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya
tidak boleh mempengaruhi perawatan.
2. Menganggap pasien sebagai seorang individu.
Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama,
namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah
yang harus inilah yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif
untuk tiap individu.
3. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan
pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan.
4. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan perawatan yang akan
diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
5. Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam
diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
6. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang
sangat penting dan mendasr dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
7. Aspek klinis
Perawatan yang sesuai semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena karena pemberian
perawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah
penderitaan pasien. Pemberian perawatan yang berlebihan beresiko untuk memberikan
harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah etika yang akan
dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa harus
melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan
palitif memberikan perawatan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan
sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik
dari masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal kepada
pasien dan keluarga .
9. Kualitas perawatan yang ebaik mungkin Perawatan medis secara konsisten,
terkoordinasi dan berkelanjutan. Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan
sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.
10. Perawatan yang berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir merupakan dasar
tujuan dari parawatan paliatf. Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari
satu tempat ketempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawatan.
11. Mencegah terjadinya kegawatan
Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya
kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien
dan keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan
membentuk rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional.
12. Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan
emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan perhatian
khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif tergantung dari
pemberi perawatan.
13. Pemeriksaan ulang
Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien secara terus menerus mengingat
pasien dengan penyakit lanjut.
B. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
1. Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan
sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa
menghormati dan meghargai kemandirian ini.
2. Fidelity (Menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkn kesehatan dan mencegah
penyakit dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
3. Non maleficienci (tidak merugikan)
Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahya / cedera fisik dan psikologis pada klien.
Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkwaiban jika melakukan suatu tindakan agar
jangan sa mpai merugikan orang lain.
4. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlikan oleh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
5. Beneficience (berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang dalam situsi pelayanan
kesehatan, terjadi konflikantara prinsip ini dengan otonomi.
6. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
enjunjung prinsip –prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum,standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
7. Kerahasiaaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya
boleh dibacadalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti
pesetujuannya.
8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk enilai orang lain.Akuntabilitas
merupakan standar yang pasti yang man tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2.4 Tujuan Dan Sasaran Keperawatan Paliatif
1. Tujuan
 Tujuan umum:
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia
 Tujuan khusus:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
2. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
1) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
2) Rumah Sakit pemerintah dan swasta
3) Puskesmas
4) Rumah perawatan/hospis
5) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

2.5 Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif


1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
1) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui
komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan
pasien dan keluarganya.
2) Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada dasarnya
dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang membutuhkan
informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko
dilakukan informed consent.
4) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri apabila
ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang cukup agar
diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal
pasien telah tidak kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
5) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan atau
pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau
tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun (advanced
directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya
dalam membuat keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut dibuat
tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi tim perawatan paliatif.
6) Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif dapat
melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat diberikan pada
kesempatan pertama.
2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
1) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien
yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
2) Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
3) Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi, sepanjang
informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah dipahaminya.
Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam
informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya.
4) Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi,
kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam
keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis
oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk
pengesahannya.
5) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi sesuai
dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal
dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas
hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
3. Perawatan pasien paliatif di ICU
1) Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-ketentuan umum
yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
2) Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life-supporting.
4. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif
1) Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan
Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah pasien.
2) Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan
tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.
Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara
2.6 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
1) Penatalaksanaan nyeri.
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis
5) Dukungan sosial
6) Dukungan kultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita(bereavement).
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dankunjungan/rawat rumah

2.7 Tempat Dan Organisasi Perawatan Paliatif


1. Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:
1) Rumahsakit :
Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yangmemerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatankhusus.
2) Puskesmas :
Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
3) Rumah singgah/panti (hospis) :
Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masihmemerlukan pengawasan
tenaga kesehatan.
4) Rumah pasien :
Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khususatau peralatan
khusus atau ketrampilan perawatan yang tidakmungkin dilakukan oleh keluarga.
2. Organisasi perawatan paliatif,menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah :
1) KelompokPerawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
2) Unit PerawatanPaliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non
pendidikan.
3) Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakitkelas B Pendidikan dan kelas
4) Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur
terkait
2.8 Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007
TENTANG KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA,
Menimbang :
1. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat jumlahnya
baik pada pasien dewasa maupun anak;
2. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitatif
juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal;
3. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 585/Menkes/Per/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek
Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88 tentang
Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang
MATI.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
1. Kesatu : keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif
2. Kedua : Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif sebagaimana
dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan ini
4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan 14
oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan
dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :
Jakarta
Pada tanggal : 19 juli 2007
Menteri Kesehatan RI,
Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI Sp.JP (K)

Tembusan kepada Yth.


1. Para Pejabat Eselon I Departemen Kesehatan RI
2. Para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
3. Para Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Lampiran I
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007
Tanggal: 19 Juli 2007
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat
dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka. Palliative care ini bertujuan
mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan
memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin
sampai saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama
pasien sakit serta disaat sedih.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga
mengenai Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Menjekang Ajal dan Paliatif. Penulis
menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari apa itu Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Menjekang Ajal dan Paliatif
DAFTAR PUSTAKA
Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi 2.
Jakarta:EGC Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal
Kesehatan, 7(3): 508-513.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita
Kanker. Jurnal Kesehatan, 7(3),508-513.
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor:812/menkes/sk/vii/2007 tentang
kebijakan perawatan paliatif menteri kesehatan republik indonesia.retrieved februari 17, 2018,
from http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_nomor_812menkesskv
ii2007_tentang_kebijakan_perawatan_paliatif.pdf
S. Tr. KEPERAWATAN/ II. A (keperawatan menjelang ajal dan paliatif kebijakan
nasional terkait perawatan menjelang ajal dan paliatif) 2020, Di akses online : file:///C:/Users/C
%20U%20S%20T%20O%20M%20E%20R/Downloads/pdfcoffee.com_kebijakan-nasional-
perawatan-paliatif-pdf-free.pdf Di akses tanggal 08 oktober 2021 pada jam 20.39
Basilica on mar 28, 2019 di ambil dalam situs online
https://www.scribd.com/document/403421316/KEL-1-MAKALAH-KEBIJAKAN-
NASIONAL-TERKAIT-PERAWATAN-PALIATIF-docx Di akses pada jam 22.25 pada tanggal
09 oktober 2021
Cindy nov 2018,di ambil dalam situs online
(https://www.scribd.com/document/388777208/Kelompok-2-etik-dan-kebijakan-
nasional-perawatan-paliatif-docx) di akses tanggal 09 oktober 2021 pada jam 21.43

Anda mungkin juga menyukai