Anda di halaman 1dari 16

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI LAYANAN PEMBERIAN

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Tugas perawat bukan hanya semata-
mata pada proses layanan kepada masyarakat namun juga berkewajiban
melakukan proses asuhan keperawatan dengan standar NANDA, bukan hanya
pada kegiatan layanan tetapi juga dokumentasi ketika memberikan penanganan
pasien di Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Tingginya layanan kepada pasien
berdampak tidak sepenuhnya dokumentasi dapat dilakukan oleh petugas perawat
secara maksimal apalagi dokumentasi/pencatatan tersebut dilakukan secara
manual atau tulis tangan. Kurangnya penguasaan standar NANDA oleh petugas
perawat juga berdampak pada tidak tepatnya dalam melakukan analisa hasil
pengkajian pasien berdampak pada kesalahan dalam melakukan rencana tindakan.
Standar pengetahuan perawat yang harus dimiliki diantaranya ilmu
biomedis, farmakologi, hukum, manajemen dan yang lainnya,. Sehingga di
lapangan perawat akhirnya harus memiliki kemampuan melakukan analisa
kebutuhan pasien dengan analisa keilmuan yang tepat dan benar. Perawat
melakukan interaksi di rumah sakit selama 24 jam, sehingga tahu pada setiap
perubahan respon pasien. Kebutuhan pengobatan yang dilakukan oleh dokter akan
memberikan respon terhadap pasien, sehingga perawat melakukan
fungsi advocacy pasien sehubungan dengan pengobatan yang diberikan oleh
dokter.
B. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sistem komputer yang mengumpulkan, menyimpan,
memproses, memperoleh kembali, menunjukkan, dan mengkomunikasikan
informasi yang dibutuhkan dalam praktik, pendidikan, administrasi dan penelitian
(Malliarou et al., 2007 dalam Malliarou & Zega, 2009). Banyak manfaat yang
didapatkan dalam penggunaan system informasi. Manfaat tersebut tidak hanya
mengurangi kesalahan dan meningkatkan kecepatan serta keakuratan dalam
perawatan, tetapi tetapi juga menurunkan biaya kesehatan dengan koordinasi dan
peningkatan kualitas pelayanan.
C. Sistem Informasi Kesehatan

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan yang meliputi


data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu yang menyediakan
dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan, perencanaan program
kesehatan, monitoring pelaksanaan dan evaluasi di setiap jenjang administrasi
kesehatan.
SIK bertujuan untuk mengatasi terfragmentasinya data kesehatan, mengurangi
redudansi dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan data,
serta memperbaiki mekanisme pelaporan, kelengkapan dan integrasi data pada
tingkat administrasi yang lebih tinggi.
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer,
ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan
manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan
untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Callie, 2010).
Menurut ANA (American Nurse Association) dalam Saba (2001), menyebutkan
ada enamstandar praktik untuk informasi keperawatan yaitu:
1. Pengkajian, berfokus pada pasien yang meliputi identitas pasien
2. Identifikasi hasil, hasil siklus teknologi informasi daripasien dan data pasien
dalam mendukung adanya perubahan dalam pembuatan keputusan
3. Diagnosa, meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan identifikasi
hasil yangmenggambarkan hasil perawatan yang terukur
4. Perencanaan, penggunaan teknologi yang digunakan untuk menambah dan
merubahdata yang relevan ke dalam perencanaan keperawatan
5. Implementasi, merupakan pemberian tindakan yang nyata kepada pasien
6. Evaluasi, digunakan untuk efisiensi dan efektifitas keputusan, perencanaandan
pelaksanaan untuk meningkatkan praktik keperawatan.
System informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dalam mencapai standar mutu pelayanan. Indikator klinik mutu
pelayanan antara lain: pengukuran angka pasien jatuh,angka decubitus,
pneumonia nosokomial, infeksi nosokomial, dan angka kejadian medical
error (Lewis, 2003).
System informasi berbasis computer ini akan mengidentifikasi
berbagai macam kebutuhan pasien, mulai dari dokumentasi asuhan keperawatan,
dokumentasi pengobatan, sampai perhitungan keuangan yang harus dibayar oleh
pasien terhadap perawatan yang telah diterima (Callie, 2010).
Di luar negeri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya
form pengisian tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang
sudah maju, seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk
dokumentasi asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Sistem ini
sering dikenal dengan Sistem Informasi Manjemen.
Dokumentasi yang cukup banyak mulai dari pencatatan data pasien, asuhan
keperawatan, administrasi keuangan, catatan medis, catatan data penunjang akan
terasa ringan jika dikomputerisasikan. Model komputerisasi yang digunakan saat
ini sudah mulai berkembang dengan kegiatan yang meminimalkan kerja perawat
dalam mencatat manual dan memaksimalkan upaya yang dilakukan untuk
melakukan pelayanan keperawatan anak dengan memperhatikan prinsip-prinsip
perawatan anak. Modal awal untuk memulai kegiatan mungkin cukup besar antara
lain dengan persiapan software computer dan program yang dikerjakan bersama
teman-teman dari teknologi informatika; pelatihan SDM perawat yang akan
melakukan kegiatan, pihak manajerial sebagai pemegang keputusan akan sangat
menentukan keberhasilan program. Namun untuk kebutuhan jangka panjang akan
sangat murah yaitu dengan kegiatan yang lebih banyak bisa dilakukan untuk
pasien, waktu dan tenaga perawat dapat lebih di hemat.
Upaya penerapan model-model pendokumentasian terkomputerisasi tentu saja
bisa dilakukan di Indonesia tergantung dari pengetahuan perawat, kemampuan
perawat setelah mengetahui, dan kemauan perawat untuk sama-sama bekerja
keras mensukseskan program. Perawat-perawat anak yang terjerat di dalam
rutinitas umumnya sulit untuk diajak berkembang, dan keadaan ini harus
diimbangi dengan upaya managerial untuk mensupport terlaksananya program
melalui program pelatihan, reward and punishment, keterlibatan aktif manager,
dan program evaluasi periodik. Teknologi sistem informasi keperawatan yang
digunakan hendaknya selalu dievaluasi untuk merevisi yang kurang dan
mengembangkan yang sudah ada sesuai kebutuhan program dan pengguna
(Larry,2003).
D. Manfaat Sistem Informasi Keperawatan

Manfaat penerapan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit


salah satunya adalah membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
pasien diberikan oleh perawat diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan proses keperawatan.
Perawat menggunakan sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk
mengkaji pasien secara jelas, menyiapkan rencana keperawatan,
mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas asuhan
keperawatan. Perawat dapat memiliki pandangan terhadap data secara terintegrasi
(misalnya integrasi antara perawat dan dokter dalam rencana perawatan pasien).
Dengan memanfaatkan sistem informasi keperawatan tersebut perawat dapat
menghemat waktu untuk melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan
pencatatan secara manual. Di samping itu, data yang tercatat dengan
menggunakan sistem informasi keperawatan akan lebih terjamin keberadaannya.
Resiko data yang dicatat akan hilang sangat kecil. Berbeda dengan pencatatan
yang berdasarkan paper base, dimana kemungkinan untuk hilangnya data sangat
mungkin untuk terjadi. Selain itu keberadaan sistem informasi keperawatan juga
akan meningkatkan keefektifan dan efisien kerja dari tenaga keperawatan.
Manfaat yang diperoleh bila rumah sakit menggunakan sistem informasi
keperawatan, yaitu:
1. Manajemen lebih efisien,
2. Penggunaan sumber biaya lebih efektif,
3. Meningkatkan program perencanaan,
4. Meningkatkan pendayagunaan perawat

Manfaat sistem informasi dalam keperawatan :


1. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station
2. Mengurangi penggunaan kertas
3. Dokumentasi keperawatan secara automatis
4. Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
5. Mengurangi biaya
6. Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

Menurut American Association of Nurse Executive (1993) mengemukakan


manfaat penting dalam penggunaan informasi teknologi, yaitu:
1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya staf perawat,
2. Meningkatkan pelayanan dalam memonitoring pasien,
3. Meningkatkan dokumentasi,
4. Meningkatkan komunikasi,
5. Meningkatkan perencanaan,
6. Meningkatkan standar praktik keperawatan,
7. Kemampuan menetapkan masalah,
8. Meningkatkan evaluasi keperawatan, dan
9. Mendukung organisasi yang dinamik.

Sebenarnya untuk menerapkan sistem informasi keperawatan di lingkungan


rumah sakit tidaklah terlalu sulit untuk diterapkan, tinggal komitmen untuk
menerapkannya saja yang diperlukan. Dalam masa serba teknologi seperti saat
ini, kiranya hampir semua perawat dapat mengoperasikan komputer sebagai
sebuah perangkat dalam penerapan sistem informasi keperawatan. Ini merupakan
sebuah modal yang sangat besar yang sangat mendukung penerapan sistem
informasi keperawatan. Tinggal masalahnya sekarang adalah bagaimana
komitmen kita bersama, mulai dari manajemen level atas sampai dengan
manajemen level paling bawah untuk memperjuangkan penerapan sistem
informasi keperawatan di setiap unit pelayanan keperawatan. Alasan kurangnya
ketersediaan dana untuk mengembangkan sistem informasi keperawatan
merupakan sebuah alasan klasik yang tidak boleh ada lagi. Apalagi melihat akan
pentingnya sistem informasi keperawatan bagi peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya (Cornelia,
2007).
Pendapat diatas didukung juga oleh hasil penelitian Laurie (2008) yang
mengatakan penerapan sistem informasi manajemen terkomputerisasi atau
ORMIS (of an or management information system) memerlukan signifikan
komitmen sumber daya manusia. Kemampuan perawat dituntut untuk bisa
menggunakan keahliannya secara efektif untuk menggunakan teknologi dimana
mengubah bentuk data informasi ke dalam pengetahuan untuk praktek klinis,
riset, dan pendidikan. Keinginan dalam membuat sistem informasi di rumah sakit
sangat diharapkan oleh tenaga profesional untuk membantu pemecahan masalah
yang ada.
Pelaksanaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit, yakni
mengkombinasikan ilmu komputer, ilmu informasi, dan ilmu keperawatan yang
didesain untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan data, informasi,
dan pengetahuan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Davis,
2002). Sistem informasi keperawatan sedang dikembangkan secara terus menerus
dimasa depan ilmu keperawatan akan bersandar pada kemampuan sistem
informasi untuk memudahkan hasil diagnosa, manajemen, riset, pendidikan,
pertukaran informasi, dan kerja sama/kolaborasi.
Saba dan McCormick (2001), mengatakan bahwa integrasi ilmu keperawatan,
ilmu komputer dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
memproses, mengatur data dan informasi untuk menyokong praktek keperawatan,
administrasi, pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu keperawatan.
Kebutuhan akan sistem informasi manajemen mendukung perawat dalam
membantu pengambilan keputusan. Kemajuan teknologi di rumah sakit
memungkinkan perawat menggunakan sistem informasi manajemen untuk
mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan, sehingga tercapainya mutu
asuhan keperawatan yang lebih baik.
Menurut Anita (2008) yang melakukan penelitian difokuskan pada
eksplorasi Computerized Provider Order Entry (CPOE) dan dampaknya
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh perawat. Hasilnya CPOE adalah
teknologi yang dirancang mengganti paperbased proses order entry, komunikasi,
dan koordinasi dengan metode otomatis, salah satunya dalam implementasi
kolaborasi untuk pemberian resep obat di perawatan akut. CPOE terbukti dapat
meningkatkan efisiensi komunikasi dan mengurangi kesalahan transkripsi obat-
obatan serta mengurangi waktu perawatan pada pasien, sehingga angka kesakitan
dan kematian pasien menurun.
Menurut Cheryl (2007) penggunaan proses perbaikan yang berkelanjutan
untuk memastikan program pendidikan dokumentasi yang akurat untuk
pengembangan pengetahuan dan profesional staf keperawatan. Proses empat
tahap sebagai berikut:
1. mulai sebuah tim dan identifikasi masalah;
2. menganalisis proses saat ini dan menentukan lingkup dan akar penyebab,
3. meningkatkan proses, mencari alternatif, merancang dan menerapkan solusi;
dan
4. mengukur dampak dan mempertahankan hasilnya.

E. Sistem Informasi dalam Asuhan Keperawatan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi


keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi
kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Penggunaan
sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan
asuhan keperawatan.
Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL)
berbasis TI (Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data,
perawat tinggal memilih data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap,
komputer akan secara automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan
memunculkan masalah sesuai data yang dipilih. Komputer akan membantu
melakukan analisis data yang dimasukan oleh perawat saat melakukan pengkajian
kepada pasien. Dengan menggunakan sistem “pakar” maka perawat sedikit
terkurangi bebannya dalam melakukan analisis data untuk dijadikan diagnosa
keperawatan. Masalah yang munculpun menjadi semakin riil dan akurat, karena
masalah yang dimunculkan oleh komputer merupakan analisa baku.
Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh komputer,
berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer
akan secara automatis menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah
keperawatan. Perawat tinggal memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan
kondisi pasien. Sehingga di sinilah, peran perawat tidak bisa digantikan oleh
komputer, karena judgment terakhir tetap di tangan perawat. Apakah masalah
yang dimunculkan oleh komputer diterima atau tidak oleh perawat.
Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan
Nursing Outcome Clasification (NOC). Perawat tinggal memilih Label dari NOC
yang telah tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang ada, serta
menentukan batas waktu (dalam hari) masalah diperkirakan dapat terselesaikan.
Sedangkan intervensi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan
menggunakan Nursing Intervention Clasification (NIC) dan sama dengan
membuat tujuan, perawat tinggal memilih label NIC yang tersedia pada masing-
masing diagnosa keperawatan.
Implementasi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan
menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan
aktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan
dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut. Yang istimewa dalam sistem ini
adalah implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumentasi asuhan
keperawatan langsung diintegrasikan dengan billing system rumah sakit, sehingga
tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat
telah memiliki harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan
perawat tinggal mendokumentasikan dalam sistem informasi keperawatan.
Sedangkan untuk evaluasi keperawatan menggunakan hasil penilaian subyek,
observasi, analisa, dan planning keperawatan.
F. Contoh Aplikasi Asuhan Keperawatan

Aplikasi merupakan aplikasi berbasis web dan untuk dapat mengakses


aplikasi dibutuhkan browser (Mozilla firefox atau Google Chrome). Dalam uji
coba aplikasi ini aplikasi pada webserver dengan mengetikkan pada browser :
http://localhost/askeppneumonia. Pada halaman browser akan muncul seperti
pada gambar
Pengelolaan Basis Pengetahuan
Langkah awal dalam pengelolaan data basis pengetahuan (Domain, Class, Tipe
Class, Diagnosis, Batasan Karakteristik dan Faktor Berhubungan). Dalam proses
pengelolaan data basis pengetahuan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Domain, merupakan tahapan pendefenisian Domain yang


terdapat pada NANDA.
2. Pengkajian Pasien, merupakan pencatatan batasan karakteristik dari pasien
ketika perawat melakukan suatu interview.

3. Menampilkan hasil Diagnosis, merupakan langkah seorang perawat untuk


menampilkan hasil diagnosa .
4. Menampilkan Rencana Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan rencana tindakan.
5. Menampilkan Tujuan Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan rencana tindakan.

Penerapan sistem informasi keperawatan terkomputerisasi terkait intervensi


yang dilakukan di beberapa RS di Indonesia diharapkan spesifik mulai dari
Nursing Out Come (NOC) yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya; Nursing
Intervention Clasification (NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya
dan disesuaikan juga dengan klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal memilih
label NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan tujuan penanganan masalah pasien. Implementasi keperawatan dalam
sistem informasi keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC.
Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan,
menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut.
Implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumen asuhan
keperawatan langsung diintegrasikan dengan Billing System Rumah Sakit,
sehingga tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan
perawat telah memiliki harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah
sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikan dalam SI Keperawatan. Artinya
penulisan implementasinya juga dibakukan sehingga perawat yang bertugas
mengetik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Evaluasi kriteria, skala, dan
target. Setelah perawat menentukan kriteria, skala dan target pada hari pertama,
maka pada hari berikutnya tinggal memilih skala yang sesuai dengan kondisi
pasien, antara 1 – 5, disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pendokumentasian sangat penting untuk dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
pasien. Beberapa alternative penyelesaian masalah yang berhubungan
dengan dokumentasi yang kurang efektif adalah dengan mengembangkan system
informasi dan pendokumentasi secara elektronik, sehingga memudahkan dan
informasi terhadap mutlidisiplin terutama dengan melakukan control terhadap
pemberian obat terhadap pasien, dimana perawata melakukan fungsi advocacy
terhadap resiko medical error dengan menuliskan rekomendasi dalam catatan
pasien di computer.
Hasil yang diharapkan dengan system informasi dapat meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit, sehingga medical error dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah. 2016. Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita
Pneumonia. Yogyakarta : Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1

Ningsih, Ratna. 2010. Penerapan Sistem Informasi Keperawatan dalam Kelengkapan


Dokumentasi Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta

Zubaidah. 2011. Peran Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Terhadap


Patient Safety dalam Keperawatan Anak. Jakarta

Lestari, Endah Sri, dkk. 2016. Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa
Tengah Dalam Rangka Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Semarang:
Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, Volume 4 No. 3

Indari. 2015. Pengaruh Aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) Asuhan Keperawatan
Anak Berbasis Teknologi Terhadap Pengetahuan Tentang Standar Operasional Prosedur
(SOP) Keperawatan di Ruang Anak Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Malang: Jurnal
Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3

Solikhah, Umi. Kebutuhan Penerapan Teknologi Informasi Keperawatan Di Ruang Rawat


Anak. Jakarta

Herwina, Erin Rika. Rekomendasi Keperawatan Bagian Sistem Informasi Antisipasi


Medical Error Sebagai Upaya Patient Safety. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai