Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SYOK HEMORAGIK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kegawatdaruratan
Dosen Pembimbing : Ibu Yani Trihandayani Ners., M.Kep

Oleh kelompok 4:
1. Indri Siti Azahra
2. Intan Tiara
3. Issy Farisianah
4. Julaeha
5. Kelina
6. M. Firdaos A
7. Maya Rosmayanti
8. Mela Rahma Yanti
9. M. Alif Nawawi
10. M. Naufal F
11. M. Rizky W
12. Mumtaz Muzayyanah

STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON

JalanWalet 21 Cirebon 45153 – Telp./Fax. (0231) 201942

e-mail : stikes.adc@gmail.com/website : stikes-adc.ac.id

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat memenuhi tugas
mata kuliah Kegawat daruratan dengan tepat waktu, makalah ini kami akui masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran materi
perkuliahan keperawatan tentang “SYOK HEMORAGIK”
Serta makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi yang lebih baik.

Cirebon, 13 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi syok hemoragik........................................................................3
2.2. Etiologi...................................................................................................4
2.3. Manifestasi.............................................................................................4
2.4. Penatalaksanaan syok hipovolemik........................................................5
2.5. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................6
2.6. Patofisiologi...........................................................................................7
2.7. pathway..................................................................................................9
2.8. Asuhan keperawatan secara umum......................................................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan


oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah (syok
hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.
Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar,
muntah, dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik
merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak
dibandingkan syok lainnya. Syok hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan
darah akut sekitar 20% dari volume total. Tanpa darah yang cukup atau
penggantian cairan, syok hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irreversible
pada organ dan system. (Bawantika & Putra, 2016)

Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan mobilitas


penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah
karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok hipovolemik pada
wanita karena kasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan 99% terjadi
pada negara berkembang. Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa
jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.
(Bawantika & Putra, 2016)

Kebanyakan trauma berbahaya ketika terjadinya perang sekitar tahun


1900an telah memberi kesan yang sangat signifikan pada perkembangan prinsip
penanganan resusitasi syok hemoragik. (Rahayu, n.d.)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Syok Hemoragik ?
2. Apakah etiologi dari Syok Hemoragik ?
3. Apakah manifestasi dari Syok Hemoragik ?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari Syok Hemoragik ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Syok Hemragik ?

1
6. Bagaimana patofisiologi dari Syok Hemoragik ?
7. Bagaimana Patway dari Syok Hemoragik ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan secara umum tentang Syok Hemoragik ?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui definisi dari Syok Hemoragik
3. Untuk mengetahui etiologi dari Syok Hemoragik
4. Untuk mengetahui manifestasi Syok Hemoragik
5. Untuk menegetahui penatalaksanaan dari Syok Hemoragik
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Syok Hemoragik
7. Untuk mengetahui bagaimana patofisologi dari Syok Hemoragik
8. Untuk mengetahui bagaimana patway dari Syok Hemoragik
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara umum tentang Syok Hemoragik
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 DEFINISI

hipovolemik Syok merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi


kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan
darah yang cepat (syok hemoragik). (Rahayu, n.d.)

Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai


berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh
darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan oleh kehilangan
cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau plasma. Kehilangan darah
oleh luka yang terbuka merupakan salah satu penyebab yang umum, namun
kehilangan darah yang tidak terlihat dapat ditemukan di abdominal, jaringan
retroperitoneal, atau jaringan di sekitar retakan tulang. Sedangkan kehilangan
plasma protein dapat diasosiasikan dengan penyakit seperti pankreasitis,
peritonitis, luka bakar dan anafilaksis.(Bawantika & Putra, 2016)

Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive


yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal
hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau
cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites,
dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus,
diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat. (Rahayu, n.d.).

Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok


hipovolemik berasal dari penurunan volume darah intravascular, yang
menyebabkan penurunan cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
(Rahayu, n.d.)
2.2 ETIOLOGI

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya


volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat
(hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke
ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka
bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering
ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga
dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma
hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan
luka.ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama.
(Bawantika & Putra, 2016)

2.3 MANIFESTASI
Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang:
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
• Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal. • Biasanya tidak
terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan. •
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
• Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea,
penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler,
dan anxietas ringan .
• Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya
meningkatkan tekanan darah diastolik.
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
• Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan
darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti
kebingungan atau agitasi. • Pada pasien tanpa cedera yang lain atau
kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil
yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. • Sebagian besar
pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian
darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
• Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya
(tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan
kesadaran), dan kulit dingin dan pucat. • Jumlah perdarahan ini akan
mengancam kehidupan secara cepat.
(Bawantika & Putra, 2016)

2.4 PENATALAKSANAAN SYOK HIPOVOLEMIK


Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan
volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah
pada perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan
(3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
(Bawantika & Putra, 2016)
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat
perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
perdarahan internal. (Bawantika & Putra, 2016)
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk
membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya memungkinkan
pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan
dekstran 6 %). (Bawantika & Putra, 2016)
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan
tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala
agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi. (Bawantika & Putra, 2016)
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang
mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien
dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk
diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk
muntahmuntah. (Bawantika & Putra, 2016)
Penatalaksanaan pra rumah sakit pada pasien dengan syok hipovolemik
sering dimulai pada tempat kejadian atau di rumah. Tim yang menangani pasien
sebelum ke rumah sakit sebaiknya bekerja mencegah cedera lebih lanjut,
membawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin, dan memulai penanganan
yang sesuai. Intervensi sebelum ke rumah sakit terdiri dari immobilisasi (pada
pasien trauma), menjamin jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, dan
memaksimalkan sirkulasi. Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi
tekanan positif dapat mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac output,
dan memperburuk status/keadaan syok. Walaupun oksigenasi dan ventilasi
penting, kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merusak pada pasien dengan
syok hipovolemik. (Bawantika & Putra, 2016)
Penanganan yang sesuai biasanya dapat dimulai tanpa keterlambatan
transportasi. Beberapa prosedur, seperti memulai pemberian infus atau fiksasi
ekstremitas, dapat dilakukan ketika pasien sudah dibebaskan. Namun, tindakan
yang memperlambat pemindahan pasien sebaiknya ditunda. Keuntungan
pemberian cairan intravena segera pada tempat kejadian tidak jelas. Namun, infus
intravena dan resusitasi cairan harus dimulai dan dilanjutkan dalam perjalanan ke
tempat pelayanan kesehatan.(Bawantika & Putra, 2016)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Hemoglobin dan hematokritpada fase awal syok karna pendarahan kadar HB
dan hematokrit masih tidak berubah, kadar HB dan hematokrit akan menurun
sesudah pendarahan berlangsung lama karena autotransfusi. Hal ini tergantung
dari kecepatan hilangnya darah yang terjadi pada syok karena kehilangan
plasma atau cairan tubuh.
b. Urin
Produksi urin menurun, lebih gelap dan pekat. Adanya proteinurea dan toraks.
c. pemeriksaan gas darah
Ph, paO2 dan HCO3 darah menurun. Bila proses berlangsung terus maka
peroses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak tanda-tanda
kegagalan dengan makin menurunnya ph dan pao2 dan meningkatnya paco2
dan hco3. Terdapat perbedaan yang lebih jelas antara po2 dan pco2 arterial dan
vena.
d. Pemeriksaan elektrolit serum
Adanya gangguan keseimbangan elektrolit seperti hiponatremia, hiperkalemia,
dan hipokalsemia pada penderita aksidosis.
e. Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan BUN dan kreatinin serum penting pada syok terutama bila ada
tanda gagal ginjal
f. Pemeriksaan mikrobiologi
Pembiakan kuman yang dilakukan pada penderita-penderita yang di curigai
g. Pemeriksaan faal hemostatis
Pemeriksaan untuk menentukan penyakit primer penyebab.
(Bawantika & Putra, 2016)

2.6 PATOFISIOLOGI
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi.
Perubahan ini dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan
berkurangnya volume darah yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis.
Reaksi ini menimbulkan peningkatan frekuensi nadi, vasokontriksi, dan
penurunan distribusi aliran darah pada organ-organ nonvital, seperti kulit, saluran
pencernaan, dan ginjal.
Pada pendarahan, terjadi respon-responhormonal. Corticotropin-
releasinghormone terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan pelepasan
glukokortikoid dan betaendorphin. Kelenjar pituitari posterior akan melepas
vasopressin, menyebabkan retensi air pada tuybulus distal. Renin dilepaskan oleh
kompleks juxtamedularis sebagai respon dari penurunan MAP (Mean Arerial
Pressure), sehingga meningkatan aldosteron dan berujung resoprsi natrium dan
air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut karena glukagon dan
grothhotmone meningkat pada gluconeogenesis dqan glikogenesis. Peredaran
katekolamin menghambat peklepasan dan aktivitas insulin secara relative
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah.
Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi
peningkatan ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis
metabolik dari karbon dioksida yang produksi.

Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan


perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang
luar biasa di otak dimana pasokan aloran darah akan dipertahankan secara konstan
melalui MAP. Ginjal juga mentolereansi penurunan aliran darah sampai 90%
dalam waktu yang cepat dan pasokan al;iran darah pada saluran cerna akan turun
karena mekanisme vasokontriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini
pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh
tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
(Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson, 1995)
Pathway?
ASUHAN KEPERAWATAN SYOK HEMORAGIK

A. Pengkajian

B. Diagnosa
REFERENSI NANDA NIC NOC 2015
- Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru dan edema paru
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer darah
ditandai dengan penurunan kardiak output ( penurunan nadi dan tekanan darah
- Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

- Nyeri akut b.d agen cidera

- Resiko syok b.d sindrom respon inflamasi siskemik (hypovolemia)

- Ansietas b.d perasaan tidak nyaman terkait dengan kesulitas bernapas


C. Intervensi
1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru dan edema
paru
Kriteria Hasil:
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspnea ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
- Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi:
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status oksigen

2. Diagnosa: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah


keperifer darah ditandai dengan penurunan kardiak output ( penurunan nadi dan
tekanan darah
Kriteria hasil:
Mendemostras ikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
- Tekanan sytole diastole dalam rentang yang diharapkan
- Tidak ada ortostatik hipertensi
- Tidak ada tanda peningkatan tekanan inkranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
- Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
- Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan benar
Menunjukkan fungsi sensori motori cranuial yang utuh: tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan involunter
Intervensi:
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

3. Diagnosa: Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan


aktif

Kriteria hasil:
- mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB.BJ urine normal,HT normal
- tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal
- tidak ada tanda tanda dehidrasi,
- Elastistis turgor kulit baik membrane mukosan lembab,tidak ada rasa haus yang
berlebihan
Intervensi:
1. timbang popok/pembalut jika diperlukan
2. pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3. monitor status dehidrasi(kelembaban membrane mukosa,nadi,adekuat,tekanan darah
ortostatik),jika diperlukan
4. monitor vital sign
5. monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
6. kolaborasikan pemberian cairan IV
7. monitor status nutrisi
8. berikan cairan IV pada suhu ruangan
9. dorongan masukan oral
10. berikan penggantian nesegatrik sesuai output
11. dororong keluarga untuk membantu pasien makanan
12. tawarkan snack (jus buah, buah seger )
13. kolaborasi dengan dokter
14. atur kemungkinan tansfusi
15. persiapan untuk transfuse
hypovelemia management
1. monitor status cairan temasuk intak edan output cairan
2. pelihara IV line
3. monitor tingkat Hb dan hematokrit
4. monitor tanda vital
5. monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
6. monitor berat badan
7. dorong pasien untuk menambah intake oral
8. pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
9. monitor adanya tanda gagal ginjal

4. Diagnosa: Nyeri akut b.d agen cidera

Kriteria hasil:
- mampu mengontrol nyeri
- melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- mampu mengenali nyeri
- menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:
Pain Management
1. Lakukan pengajian nyeri secara komperensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presifasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
3. Gunakan tehnik komunikasi teropotik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefetifitasan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. cek riwayat alergi
4. pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
5. tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
7. pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertamakali
9. brikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala.

5. Diagnosa: Resiko syok b.d sindrom respon inflamasi siskemik


(hypovolemia)

Kriteria hasil:
- Nadi dalam batas yang diharapkan
- Irama jantung dalam batas yang diharapkan
- Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan
- Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan
- Natrium serum dbn
- Kalium serum dbn
- Klorida serum dbn
- Kalsium serum dbn
- Magnesium serum dbn
- Ph darah serum dbn
Hidrasi
- Indikator:
- Mata cekung tidak ditemukan
- Demam tidak ditemukan
- TD dbn
- Hematokrit DBN

Intervensi:
Syok prevention
1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi
perifer, dan kapiler refill
2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
3. Monitor suhu dan pernafasan
4. Monitor input dan output
5. Pantau nilai labor: HB, HT, AGD, dan elektrolit
6. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
7. Monitor tanda dan gejala asites
8. Monitor tanda awal syok
9. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan preload dengan
tepat
10. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
11. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat
12. Berikan vaskodilator yang tepat
13. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok

Syok management
1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr Lavel)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan, input dan output
5. Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan
6. Monitor EKG, sesuai
7. Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk meningkatkan akurasi pembacaan tekanan
darah, sesuai
8. Menggambar gas darah arteri dan memonitor jaringan oksigenasi
9. Memantau tren dalam parameter hemodinamik (misalnya, CVP, MAP, tekanan kapiler
pulmonal/ arteri)
10. Memantau faktor penentu pengiriman jaringan oksigen (misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika tersedia
11. Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan / atau tonometry lambung, sesuai
12. Memonitor gejala gagal pernafasan (misalnya, rendah PaO2 peningkatan PaO2 tingkat,
kelelahan otot pernafasan)
13. Monitor nilai laboratorium (misalnya, CBC dengan diferensial) koagulasi profil, ABC,
tingkat laktat, budaya, dan profil kimia)
14. Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan akses IV

6. Diagnosa: Ansietas b.d perasaan tidak nyaman terkait dengan


kesulitas bernapas

Kriteria hasil:
- klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan

Intervensi:
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6. Dorong keluarga untuk menemani anak
7. Lakukan back/neck rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi
12. Intruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi


kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang disebabkan oleh:
perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang
menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal
obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive
perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake
cairan yang tidak adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Bawantika, I. K., & Putra, A. (2016). Hypovolemic shock, 2016(1602511171).

Judith M,Wilkinson.2017.Diagnosis Keperawatan:NANDA-Intervensi

NIC,Hasil
NOC.Edisi 10; Jakarta, EGC
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Mediaction
Jogja

Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi Konsep


Klinis Proses-proses Penyakit.
(Edisi 4). Jakarta: EGC

Rahayu, S. (n.d.). Enita Dewi * Sri Rahayu ** Abstract Key word : emergency ,
management , hypovolemic shock Enita Dewi Dosen Keperawatan FIK UMS
. Jl . A . Yani Tromol Post 1 Kartasura Dosen Keperawatan FIK UMS . Jl . A
. Yani Tromol Post 1 Kartasura, 93–96.

Saifuddin AB, Sarwono Prawirohardjo. 2014. Editor Ilmu Kebidanan 4thed.


Jakarta: PT Bina Pustaka Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. (Edisi 4). Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai