SKRIPSI
Fitri Rahmawati
NIM. P07220214018
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Terapan Keperawatan
Fitri Rahmawati
P07220214018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : P07220214018
merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah proposal ini tidak terdapat karya ilmiah yang perrnah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam
naskah proposal ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiat, saya bersedia
Fitri Rahmawati
P07220214018
iii
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH TEKNIK PURSED LIPS BREATHING DENGAN
MODIFIKASI TIUP BALON TERHADAP GEJALA ASMA
PADA PASIEN ASMA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PALARAN SAMARINDA
SKIRPSI
Disusun dan diajukan oleh:
FITRI RAHMAWATI
NIM P07220214018
Mengetahui,
iv
ABSTRAK
Kata Kunci: Asma, Pursed Lips Breathing , Tiup Balon, Gejala Asma
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Terhadap Gejala Asma Pada Pasien Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
Samarinda”.
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
3. Ns. Andi Parellangi, M. Kep., MH. Kes selaku Ketua Program Studi D-IV
Keperawatan
segala prosesnya
vii
Akhir kata, saya berharap Allah SWT., berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal penelitian ini
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 43
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 43
H. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 44
I. Analisis Data ............................................................................................ 44
J. Etika Penelitian ....................................................................................... 45
K. Alur Penelitian ......................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 48
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 48
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 49
C. Pembahasan ............................................................................................. 55
D. Keterbatasan penelitian .......................................................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66
A. Kesimpulan .............................................................................................. 66
B. Saran ......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bersifat episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat,
batuk-batuk terutama pada malam hari atau pagi hari (PDPI, 2006).
menderita asma dan pada tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma
mencapai 400 juta. WHO pun mendukung peryataan tersebut dengan hasil
penelitiannya yang memperkirakan bahwa 235 juta orang saat ini menderita
asma. Sebagian besar asma terkait dengan kematian, hal ini terjadi di negara
1
2
pada tahun 2009 merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian.
Hal ini sesuai dengan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai
sebesar 1% dari laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Prevalensi asma
Menurut Dinas Kesehatan kota Samarinda penderita asma pada tahun 2016
sebanyak 2.031 jiwa dengan kasus terbanyak penderita pada usia 20-45 tahun
Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala asma yaitu dengan
terapi farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologis yang
melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan,
untuk memperbaiki fungsi alat pernapasan dan melatih penderita untuk dapat
permainan atau aktivitas yang memerlukan inspirasi dalam dan ekspirasi yang
4
karbondiosida dari tubuh yang tertahan karena obstrusi jalan nafas (Jayanto,
2017).
yang signifikan antara pasien yang diberikan latihan pursed lips breathing
dengan pasien yang diberikan terapi tiup balon terhadap puncak arus ekspirasi
yang menunjukkan fungsi paru pada pasien dengan asma bronkhial. Penelitian
ini dilakukan selama empat hari dengan hasil peningkatan rata-rata pursed lips
breathing 26,20 1/menit dan dengan intervensi tiup balon peningkatan sebesar
13,148 1/menit. Ini menunjukkan bahwa pursed lips breathing lebih efektif
penyakit terbanyak di IGD Puskesmas Palaran pada tahun 2016 dan asma
menepati peringkat kedua dengan jumlah kasus 341 jiwa. Kasus terbanyak
diderita pada usia 25-64. Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu
Palaran Samarinda.”
B. Rumusan Masalah
penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh teknik pursed lips breathing dengan
modifikasi tiup balon terhadap gejala asma pada pasien asma di Wilayah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
breathing dengan modifikasi tiup balon terhadap gejala asma pada pasien
2. Tujuan Khusus
dengan modifikasi tiup balon meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan.
6
b. Mengidentifikasi gejala asma pre test dan post test melakukan teknik
c. Menganalisis perbedaan rerata gejala asma pre test dan post test
tiup balon.
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
lips breathing dengan modifikasi tiup balon terhadap gelaja asma pada
b. Praktis
E. Keaslian Penelitian
penelitian berseta tahun, judul penelitian, metode penelitian, sampel dan hasil
Nama
Metode
No Peneliti Judul Penelitian Sampel Hasil Penelitian
Penelitian
(tahun)
1 Dewi Natalia Efektifitas Pursed Metode Penentuan Latihan nafas
(2007) Lips Breathing dan Quasi sampel dengan pursed
Tiup Balon dalam Eksperimen dilakukan lips breathing
Peningkatan Arus dengan dengan cara lebih efektif
Puncak Ekspirasi rancangan simple daripada tiup
(APE) Pasien Asma penelitian randomization, balon dalam
Bronchiale di RSUD Two-Group dengan jumlah peningkatan APE
Banyumas Pretest- sampel pada pasien
Posttest sebanyak 52 asma bronchiale
Design responden
Nama
Metode
No Peneliti Judul Penelitian Sampel Hasil Penelitian
Penelitian
(tahun)
3 Najmi Ilma Pengaruh Latihan Metode Sampel dalam Penelitian ini
Adri Pursed Lips Quasi penelitian ini menunjukkan
(2014) Breathing (PLB) Eksperimen adalah 16 orang nilai mean±SD
terhadap Penurunan dengan pasiean asma gejala asma pada
Gejala Asma pada rancangan persisten ringan pretest dan
Pasien Asma penelitian dan sedang posttest adalah
Presistem Ringan dan One-Group yang berusia 12 5,31±2,024 dan
Sedang di Wilayah Pretest- sampai 60 2,94±1,526 serta
Kerja Puskesmas Posttest tahun. nilai mean±SD
Pauh Padang Design Pengumpulan penurunan gejala
data dilakukan asma
dengan 2,375±1,147.
menggunakan Berdasarkan
kuesioner statistik
gejala asma didapatkan nilai
untuk p=0,00 (p<0,05)
mengetahui yang artinya PLB
gejala asma berpengaruh
pasien sebelum dalam
dan sesudah menurunkan
latihan PLB. gejala asma pada
pasien asma
persisten ringan
dan sedang di
wilayah kerja
Puskesmas
4 Rofi’atul Efektifitas Buteyko Metode Penentuan Penelitian ini
Munawwiroh Breathing Technique Quasi sampel menunjukkan
(2017) dan Pursed Lips Eksperimen dilakukan Buteyko
Breathing Technique dengan dengan cara Breathing
terhadap Peningkatan rancangan random Technique lebih
Nilai Arus Puncah penelitian sampling, signifikan dalam
Ekspirasi pada Asma rendomized dengan jumlah meningkatkan
Pretest- sampel arus puncak
Posttest sebanyak 14 ekspirasi
9
Nama
Metode
No Peneliti Judul Penelitian Sampel Hasil Penelitian
Penelitian
(tahun)
Design responden dibandingkan
Pursed Lips
Breathing
Technique
Sedangkan peneliti sendiri tertarik untuk mengambil judul Pengaruh
Teknik Pursed Lips Breathing dengan Modifikasi Tiup Balon terhadap Gejala
TINJAUAN PUSTAKA
inflamasi jalan napas kronis, hal ini ditandai dengan gejala pernapasan
seperti mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk yang bervariasi dari
asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas dimana banyak sel
batuk terutama pada malam atau menjelang pagi. Gejala tersebut terkaitan
dengan hambatan aliran udara yang luas tetapi variabel yang sering
(Ramadhian, 2012).
10
11
sesak napas, dada rasa penuh(chest tightness) dan batuk terutama pada
2. Etiologi
berbulu, debu, jamur, populasi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum,
b. Faktor intrinsik : sakit, stres atau fatigue yang juga mentriger dan
kelamin, pria merupakan resiko untuk asma pada anak. Sedankan usia 14
tahun, prevelensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibandingkan
pada obesitas atau peningkatan indeks masa tubuh (IMT) menjadi faktor
3. Manifestasi Klinik
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan dini hari. Gejala
yang di timbulkan berupa batuk-batuk pagi hari, siang dan malam hari,
sesak napas bunyi saat bernapas (wheezing), rasa tertekan di dada dan
gangguan tidur karena batuk atau sesak napas. Gejala ini terjadi secara
Umumnya terdapat tiga geja asma, yaitu batuk, dispnea dan mengi.
asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam
Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat.
13
4. Klasifikasi
mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian
sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka derajat berat asma naik
Gejala
Derajat Asma Gejala Faal Paru
Malam
I. Intermiten Bulanan APE ≥ 80 %
Gejala < 1 kali/minggu ≤ 2 kali VEP1 ≥ 80%
Tanpa gejala di luar sebulan nilai
serangan prediksi
Serangan singkat
II. Persisten Mingguan APE > 80%
ringan
Gejala > 1 > 2 kali VEP1 > 80%
kali/minggu, tetapi < 1 sebulan nilai
kali/hari prediksi
Serangan dapat APE > 80%
mengganggu aktivitas nilai terbaik
dan tidur Variabiliti
APE 20-
30%
III. Persisten Harian APE 60-80%
sedang
Gejala setiap hari > 1 kali VEP1 60-
Serangan mengganggu seminggu 80% nilai
aktivitas dan tidur prediksi
Membutuhkan APE 60-
bronkodilator setiap 80% nilai
hari terbaik
Variabiliti
APE > 30%
IV. Persisten berat Kontinyu APE ≤ 60%
Gejala terus-menerus Sering VEP1 ≤ 60%
Sering kambuh nilai
Aktivitas fisik terbatas prediksi
APE ≤ 60%
nilai terbaik
Variabiliti
APE > 30%
Sumber: (PDPI, 2006)
15
kriteria yaitu tidak atau jarang mengalami gejala asma, tidak pernah terbangun
dimalam hari karena asma, tidak pernah atau jarang menggunakan obat pelega,
dapat melakukan aktivitas dan latihan secara normal atau mendekati normal, dan
tidak pernah atau jarang mengalami asma (Global Initiative for Asthma (GINA),
2016).
dan praktis bukan saja untuk membantu petugas kesehatan tetapi juga
berguna untuk penelitian. Kriteria ideal alat ukur asma adalah sederhana,
(Kusumawati, 2010).
objektif dan dapat dilakukan berulangkali yang dapat ditulis dalam lembar
kemajuan dalam waktu tertentu. Selain itu untuk dapat mengukur dengan
cepat dan tepat diperlukan suatu alat ukur yang dapat digunakan secara
dengan ACT dapat dilakukan dengan cara yang mudah, efektif dan efisien.
18
Asth Control Test (ACT) adalah suatu uji skrening berupa kuisioner
tahun. Metode ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menjawab
lima jawaban dan pnilaian dari asma terkontrol sebagai berikut. Skor
jawaban kurang dari atau sama dengan 19 berati asmanya tidak terkontrol
(Nurdiansyah, 2013).
Skoring
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
1 Dalam 4 minggu Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak
terakhir, seberapa sering kadang pernah
penyakit asma
mengganggu Anda
dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari di
kantor, di sekolah, atau
di rumah ?
2 Dalam 4 minggu Lebih dari 1 kali 3-6 kali 1-2 kali Tidak
terakhir, seberapa sering 1 kali sehari seminggu seminggu pernah
Anda mengalami sesak sehari
napas ?
3 Dalam 4 minggu 4 kali atau 1-2 kali 1 kali 1-2 kali Tidak
terakhir, seberapa sering lebih seminggu seminggu sebulan pernah
gejala asma (bengek, seminggu
batuk-batuk, sesak napas,
nyeri dada atau rasa
19
Skoring
No Pertanyaan
1 2 3 4 5
tertekan di dada)
menyebabkan Anda
terbangun di malam hari
atau lebih awal dari
biasanya ?
4 Dalam 4 minggu > 3 kali 1-2 kali 2-3 < 1 kali Tidak
terakhir, seberapa sering sehari sehari seminggu seminggu pernah
Anda menggunakan obat
semprot darurat atau obat
oral untuk melegakan
pernapasan ?
5 Bagaimana penilaian Tidak Kurang Cukup Terkontol Terkontol
Anda terhadap tingkat terkontrol terkontrol terkontrol dengan penuh
kontrol asma Anda sama baik
sekali
SKOR TOTAL :
Penilaian: < 19 Tidak Terkontrol, 20-24: Terkontrol Baik, 25 Terkontrol Total
Donell MD., Aron, 2009. Measuring Asthma Contol with Patient-Completed
Questiinnaires
nilai total skor yang diperoleh, semakin besar total skor yang diperoleh
maka gejala asma yang dialami dalam rentang waktu yang diukur
semankin parah, sebaliknya semakin kecil nilai total skor gejala asma yang
diperoleh maka semakin kecil tingkat keparahan gejala asma yang dialami
6. Faktor Risiko
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk
usia dan ras. Untuk pembagian usia menurut Depkes (2009) yaitu : 17-25
21
(remaja akhir), 26-35 dewasa awal), 36-45 (dewasa akhir), dan 46-55
(lansia awal).
bertambahnya umur disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan sesak
berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan sesak napas lebih berat
dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali
merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun. Usia serangan asma
terbanyak berada pada rentang umur 25-34 tahun sejumlah 5,7 per mil.
hormon estrogen.
7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
(Ramadhian, 2012).
23
untuk menangani penyakit asma bronkial karena kedua obat ini dapat
dan penatalaksanaanya
B. Konsep Kebutuhan Dasar menurut Maslow dan Teori Self Care Orem
oleh karena itu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya.
temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks yang merupakan hal
fisiologis yang paling penting. Tubuh tergantung pada oksigen dari waktu ke
waktu untuk bertahan hidup. Untuk memenuhi oksigen dalam tubuh, manusia
tentang perawatan diri sendiri. Teori self care Orem merupakan teori
dirinya sendiri
25
melalui keperawatan
Teori self care yang dikembangkan oleh Dorothea E. Orem memiliki sesuatu
teori sistem yang dinamakan sistem dukungan edukatif, hal ini berkaitan peran
udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir yang
membantu untuk mengontrol pola nafas lambat dan dalam, dan membantu
kehilangan elastisitas paru (Smeltzer & Bare, 2007). Pursed lips breathing
adalah suatu latihan bernafas yang terdiri dari dua mekanisme yaitu
inspirasi secara kuat dan dalam serta ekspirasi aktif dan panjang
(Widiyani, 2015).
26
2. Manfaat
jumlah udara yang terjebak (Smeltzer & Bare, 2007). Pursed Lips
teratur karena dapat meningkatkan ventilasi paru pada klien asma sehingga
sesak, rasa cemas dan tegang karena sesak, pernapasan puesed lips
menhirup udara dari hidung dan mengeluarkan udara dari mulut dengan
a. Anjurkan pasien untuk rileks dan berikan posisi yang nyaman untuk
dirinya
membayangkan dan fokus pada udara yang keluar dan masuk paru-
parunya.
tenaga
i. Untuk memastikan kadar tekanan udara yang keluar dari mulut tidak
Pursed Lip Breathing, jika nyala api lilin hanya bergoyang atau
berkedip dan tidak mati, berarti kadar tekanan udara yang keluar dari
dapat mengatur irama pernafasan menjadi lebih teratur. Teknik Pursed Lip
obstruksi saat udara keluar dari mulut, dimana tekanan ini akan diteruskan
tetap terbuka dan mencegah kolap saat ekspirasi. Irama pernafasan yang
disadari dan teratur ini akan menurunkan frekuensi pernafasan / RR, dan
terbuang akibat turbulensi udara, sementara pola nafas yang dangkal juga
sangat merugikan karena banyak pula energi yang terbuang akibat adanya
faktor ventilasi ruang rugi (ventilating deat space). Ventilasi ruang rugi ini
bagian terminal jalan nafas, maka gas yang menempati bagian lain sistem
paru. Ekspirasi yang lebih lama dari inspirasi ini (prolonged expiration)
berlangsung 0.25 detik dari total waktu kontak selama 0.75 detik,
sedangkan pada wanita hamil, waktu difusi menjadi lebih singkat akibat
adanya hiperventilasi dan nafas cepat). Prolonged ekspiarasi ini juga akan
menyerap oksigen, mengubah bahan yang masih ada dalam paru dan
33
teknik pursed lips breathing, yaitu bernapas dalam dan ekhalasi melalui
sebanyak 30 kali dalam rentang 10-15 menit dan setiap diselingi dengan
istirahat (napas biasa). Posisi saat meniup balon adalah duduk atau
bersandar dengan posisi setengan duduk diatas tempat tidur atau kursi
(Sutini, 2011).
34
E. Kerangka Teori
Kebutuhan oksigen
terpenuhi
GINA (2016), PDPI (2006), dan Maslow dalam Potter & Perry (2005)
35
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep meggambarkan variabel independen yaitu pursed lips
gejal asma, dan variabel perancu yang dikontrol yaitu usia dan konsumsi obat.
apa yang menjadi fokus utama penelitian, variabel – variabel yang diteliti dan
Variabel Confondence
− Usia
− Konsumsi Obat
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti
36
G. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar
berikut :
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pre and post test nonequivalent control group. Pada penelitian ini, peneliti
R1 : 01 X1 O2
R
:
R2 01 X0 O2
Keterangan :
R : Responden penelitian.
37
38
1. Populasi
2. Sampel
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
3. Teknik Sampling
4. Besar Sampel
berikut:
2𝜎 2 (𝑍1− 𝛼 / 2 + 𝑍1 − 𝛽 ) 2
N=
(𝜇1 − 𝜇2 ) 2
Keterangan :
berdasarkan literatur.
yaitu 1,96).
1,282).
kedua kelompok.
2𝜎 2 (𝑍1− 𝛼 / 2 + 𝑍1 − 𝛽 ) 2
n=
(𝜇1 − 𝜇2 ) 2
2(1,815)(1,96 + 1,282)2
n=
(8,764 − 6,764)2
2(1,815)(10,51)
n=
(4)
41
n = 9,53775
n = 10 responden
𝑛
n′ =
1−𝑓
keterangan :
responden.
𝑛
n′ =
1−𝑓
10
n′ =
1 − 0,15
10
n′ =
0,85
1. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2018
42
2. Tempat
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
2. Variabel Intervening
3. Variabel Dependen
E. Definisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
1. Lembar observasi
2. Timer
3. Balon
4. Pulpen
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
asma pada responden sebelum dan setelah diberikan intervensi pursed lips
breathing dengan modifikasi tiup balon. Sampel yang telah memenuhi kriteria
pursed lips breathing dengan modifikasi tiup balon selama 1 bulan dengan
frekuensi 3 kali seminggu dan lama intervensi setiap latihan selama 15 menit.
I. Analisis Data
memenuhi syarat yaitu data terdistribusi normal. Uji normalitas data yang
digunakan yaitu shapiro wilk. Jika data tidak terdistribusi normal, maka
digunakan uji alternatif yaitu uji wilcoxon, sedangkan beda mean dari 2
45
J. Etika Penelitian
kerahasian informasi.
confidentiality)
Manusia sebagai subyek penelitian memiliki privasi dan hak asasi manusia
tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh
orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas
K. Alur Penelitian
Populasi
Kriteria inklusi dan
eksklusi
Sampel
Informed consent
Stop
Pre Test
Post Test
Analisa Data
Pelaporan
yaitu: Kelurahan Rawa makmur, Bukuan, Simpang Pasir, Handil Bakti, dan
Bantuas.
Batas Wilayah:
Kabupaten Kutai
Kelurahan yaitu Rawa Makmur, Handil Bakti dan Simpang Pasir. Adapun
luas wilayah kerja Puskesmas Palaran 128 Km2 yang dihuni oleh sekitar
32.853 jiwa terdiri dari laki-laki 17.310 jiwa dan perempuan sebanyak 15.543
48
49
terdiri dari 1 Puskesmas Induk, 1 Unit Rawat Inap dan 3 Unit Puskesmas
Simpang Pasir dan Handil Bakti dilengkapi dengan bidan desa perkelurahan.
beberapa klinik atau Balai Pengobatan swasta yang umumnya dikelola dan
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tingkat Pendidikan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Kelompok 1 (Intervensi) dan Kelompok 2 (Kontrol)
Kelompok 1 Kelompok 2
No. Karakteristik
N % n %
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 3 25,0 6 50,0
Perempuan 9 75,0 6 50,0
2. Umur (Tahun)
17-25 1 8,3 2 16,7
26-35 4 33,3 1 8,3
36-45 1 8,3 2 16,7
46-55 6 50,0 6 50,0
56-65 0 0 1 8,3
3. Pendidikan
Terakhir
SD 1 8,3 3 25,0
SMP 1 8,3 1 8,3
SMA 8 66,7 6 50,0
50
6 orang (50,0%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Asma pada
Kelompok 1 (Intervensi)
Gejala Asma Mean SD n
Pre Test 7,08 0,996 12
Post Test 4,08 0,996
Selisih 3,00 0,739
Sumber: Analisis Data Primer, 2018
nilai selisih mean dan standar deviasi antara pre test dan post test
diberikan intervensi, pada gejala asma nilai selisih mean adalah 3,00
disimpulkan bahwa terdapat selisih rerata gejala asma antara pre test
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Asma pada
Kelompok 2 (Kontrol)
Gejala Asma Mean SD N
Pre Test 7,33 1,073 12
Post Test 6,83 1,193
Selisih 0,50 0,674
Sumber: Analisis Data Primer, 2018
nilai selisih mean dan standar deviasi antara pre test dan post test
diberikan kontrol, pada gejala asma nilai selisih mean adalag 0,50 dan
52
disimpulkan bahwa terdapat selisih rerata gejala asma antara pre test
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.4
Uji Normalitas Gejala Asma pada Kelompok 1(Intervensi) dan
Kelompok 2 (Kontrol)
sebesar 0,080 dan post test perlakuan sebesar 0,080, kedua data
terdistribusi normal.
53
b. Uji T Berpasaangan
Tabel 4.5
Uji Beda Rerata Gejala Asma Pre Test dan Post Test pada Kelompok 1
(Intervensi) dan Kelompok 2 (Kontrol)
Gejala Asma n Nilai Pre Test Post Test Selisih P
Kelompok 1 12 Mean±SD 7,08±0,996 4,08±0,996 3,00±0,739 <0,001
Kelompok 2 12 Median (Min 7,50 (5-9) 7,00 (5-8) 0,00 (0-2) 0,034
– Maks)
Sumber Nilai: Analisis Primer, 2018
perbedaan rerata gejala asma pre test dan post test intervensi pada
Tabel 4.5 hasil uji paired sample t-test menjukkan nilai p value
pre test dan post test intervensi pada kelompok 1 sebesar <0,001 dan
perubahan gejala asma pre test dan post test intervensi pada kelompok
1 dan kelompok 2.
54
Tabel 4.6
Uji Beda Rerata Gejala Asma Pre Test dan Post Test Intervensi pada
Kelompok 1 (Intervensi) dan Kelompok 2 (Kontrol)
Gejala Asma n Nilai Rerata P
Pre Test
Kelompok 1 12 Mean±SD 7,08±0,996
0,560
Kelompok 2 12 Mean±SD 7,33±1,073
Post Test
Kelompok 1 12 Median (Min-Maks) 4,00 (3-6)
<0,001
Kelompok 2 12 Median (Min-Maks) 7,00 (5-8)
Selisih
Kelompok 1 12 Median (Min-Maks) 3,00 (2-4)
<0,001
Kelompok 2 12 Median (Min-Maks) 0,00 (0-2)
Sumber Nilai: Analisis Primer, 2018
terdapat perbedaan bermakna antara pre test kelompok 1 dan post test
kelompok 2.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi (Hungu, 2007).
dimana sel mast merupakan sel yang berperan dalam memicu reaksi
perempuan.
hormon estrogen.
estrogen yang berada dalam tubuh, tetapi faktor stress yang merupakan
b. Usia
antara 46-55 sebesar 50,0%. Secara teori usia adalah umur individu
(Notoatmodjo, 2010).
bertambahnya umur disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan
lebih berat dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika
pertama kali merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun. Usia
sejumlah 5,7 per mil. Disamping itu terjadi penurunan fungsi paru-
(Aini, 2008).
serangan asma.
c. Tingkat Pendidikan
dan sebagian kcil adalah SMP yaitu sebesar 8,3 %. Secara teori tingkat
(intervensi) terdapat perubahan pada nilai gejala asma pre test dan post
test intervensi pada selisih mean dan standar deviasi yaitu 3,00±0,739. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat selisih rerata gejala asma antara pre test
dan post test diberikan intervensi pursed lips breathing dengan modifikasi
tiup balon.
Uji Beda Rerata pre test dan post test pengaruh intervensi pursed
<0,001, hal ini menunjukkan p value <0,005 yang berarti ada perubahan
gejala asma.
puncak ekspirasi klien dengan asma bronkial dan sebagai salah satu bentuk
teratur karena dapat meningkatkan ventilasi paru pada klien asma sehingga
penurunan gejala asma dalam penelitian ini salah satunya adalah para
(kontrol) terdapat perubahan pada nilai gejala asma pre test dan post test
pada selisih mean dan standar deviasi yaitu 0,50±0,674. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat selisih rerata gejala asma antara pre test dan
Uji Beda Rerata pre test dan post pada kelompok 2 (kontrol)
asma 0,034, hal ini menunjukkan p value <0,005 yang berarti ada
Asthma Control Test (ACT). Hal ini di dukung oleh Fm, M, Greenstone,
fungsi paru. Selain itu kombinasi ICS/long acting ß2 agonis lebih banyak
faktor lingkungan serta faktor aktivitas yang berlebih hal ini dapat
(kontrol)
Berdasarkan pada tabel 4.6 yaitu uji beda rerata selisih gejala asma
T-test. Pada selisih gejala asma pada kelompok 1 nilai Median (Min-
Maks) sebesar 3,00 (2-4) lebih kecil daripada kelompok 2 sebesar 0,00 (0-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Kim et al. (2012) yang
dan tiup balon pada pasien asma dilakukan 4x sehari (dengan jarak 4-5
jam), masing masing 10 menit, selama 4 hari, hasil riset pursed lips
breathing dan tiup balon efektif untuk meningkatkan peak expiratory flow
kronis (PPOK). Penelitian Alfanji & Harry, (2011) bahwa pursed lips
breating yang dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari sebelum makan dan
sebelum tidur selama 30 menit dan dilakukan secara teratur maka setelah 3
napas, sesak dada, dan batuk. Reponden yang melakukan PLB akan
akan meningkat melebihi pada saat ekspirasi pasif. Tekanan intra abdomen
atmosfir. Ekspirasi yang dipaksa pada bernafas pursed lips breating juga
udara yang dihembuskan dan yang dihirup. Ekspirasi yang lebih lama dari
normal istirahat, berlangsung 0.25 detik dari total waktu kontak selama
D. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
A. Kesimpulan
1. Karakteristik responden sebagian besar perempuan sebesar 62,5% pada
kedua kelompok dengan usia terbanyak 45-55 tahun pada kedua kelompok
sebesar 50,0% dan pendidikan sebagian besar SMA sebesar 58,34% pada
kedua kelompok.
2. Rerata gejala asma pre test pada kelompok 1 dengan nilai Mean±SD
Sedangkan gejala asma post test pada kelompok 1 dengan nilai Mean±SD
3. Pada penelitian ini didapatkan nilai p value = 0,001 dengan uji paired t-
B. Saran
1. Ilmu Keperawatan
66
67
penderita Asma.
2. Institusi
Teknik Pursed Lips Breathing dengan Modifikasi Tiup Balon
3. Masyarakat
4. Penelitian Selanjutnya
Lampiran 1
dalam penelitian saya yang berjudul “pengaruh teknik pursed lips breathing
dengan modifikasi tiup balon terhadap gejala asma pada pasien asma di Wilayah
lips breathing dengan modifikasi tiup balon terhadap gejala asma pada pasien
asma.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan. Anda
berhak untuk menolak keikutsertaan dan berhak pula untuk mengundurkan diri
berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apapun (termasuk kehilangan
perawatan kesehatan maupun terapi yang seharusnya Anda terima) yang akan
Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri Anda. Jika Anda memutuskan
untuk tidak berpartisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian ini, Anda dapat
melakukannya kapanpun.
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian
atau mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa izin langsung dari
satu salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tandatangan Anda pada
penelitian.
Tandatangan Partisipan,
(........................................)
Lampiran 2
Nama :
Tgl lahir/Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Tingkat Pendidikan :
Sebutkan....................................................
Hari/tanggal pemeriksaan :
Kartu Bimbingan
Lampiran 8
Jadwal Penelitian
Master Table
Jenis Tingkat
Kode Usia Pre Test Post Test Selisih
Kelamin Pendidikan
A.1 P 48 SMA 8 5 3
A.2 L 51 SMA 8 4 4
A.3 P 23 SMA 7 6 1
A.4 L 47 SMA 7 7 0
A.5 P 43 SMA 6 3 3
A.6 L 46 SMP 9 5 4
A.7 L 56 SMA 9 8 1
A.8 L 53 SMP 8 8 0
A.9 P 34 SMA 7 4 3
A.10 P 49 D3 8 6 2
A.11 P 54 SMA 7 5 2
A.12 L 45 SD 8 8 0
A.13 P 49 S1 7 5 2
A.14 P 33 SMA 6 3 3
A.15 P 40 S1 8 7 1
A.16 L 49 SD 5 5 0
A.17 P 28 S1 6 3 3
A.18 P 21 SMA 7 4 3
A.19 P 53 SD 8 8 0
A.20 P 54 SMA 6 6 0
A.21 P 53 SMA 6 4 2
A.22 L 35 SMA 7 3 4
A.23 P 25 S1 8 8 0
A.24 L 35 SMA 7 6 1
Output SPSS
1. ANALISIS UNIVARIAT
a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat
Pendidikan Kelompok 1 (Intervensi)
Statistics
JK Usia Tingkat_pendidi
kan
Valid 12 12 12
N
Missing 0 0 0
JK
Usia
Tingkat_pendidikan
Statistics
JK Usia Tingkat_pendidi
kan
Valid 12 12 12
N
Missing 0 0 0
JK
Usia
Tingkat_pendidikan
Statistics
Valid 24 24 24
N
Missing 0 0 0
Mean 7,21 5,46 1,50
Median 7,00 5,00 1,50
Mode 7a 5a 1a
Std. Deviation 1,021 1,769 ,511
Minimum 5 3 1
Maximum 9 8 2
PreTest
PostTest
2. ANALISIS BIVARIAT
a. Uji normalitas kelompok 1 (intervensi) dan kelompok 2 (kontrol)
Cases
Kelompok Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Descriptives
Median 7,00
Variance ,992
Minimum 6
Maximum 9
Range 3
Interquartile Range 2
Median 7,50
Variance 1,152
Minimum 5
Maximum 9
Range 4
Interquartile Range 1
Median 3,00
Variance ,545
Minimum 2
Maximum 4
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness ,000 ,637
Median ,00
Variance ,455
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
N Correlation Sig.
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 PreTest - PostTest 3,000 ,739 ,213 2,531 3,469 14,071 11 ,000
c. Uji Wilcoxon pada kelompok 2 (kontrol)
Ranks
Total 12
Test Statisticsa
PostTest -
PreTest
Z -2,121b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
d. Uji Independent T-Test
Group Statistics
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Equal variances assumed ,051 ,823 -,591 22 ,560 -,250 ,423 -1,127 ,627
PreTest
Equal variances not assumed -,591 21,880 ,560 -,250 ,423 -1,127 ,627
e. Uji Mann-Whitney
Ranks
Total 24
Intervensi 12 18,38 220,50
Total 24
Test Statisticsa
PostTest selisih