Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN PADA MASYARAKAT DAERAH

PERAIRAN
“KESEHATAN PERUMAHAN PADA DAERAH PERAIRAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 A 2016 1 :

Widya Destria Nurti Dian Permata Ningtyas

Nursyamsi Setia Ningsih Lisa Monica

Resti Ananda Putri Ria Astuti

Nurul Aina Ibni Kalzan Ressy Herlia

Rika Elvia Era

Saferatul Khair Seniwan Agustini Gulo

Rajali Syarifah Nurul Fadilla

Sinthia Ramadhani Fitri Sakiah Pitriana Nst

Mellysa Rosalina Siti Sarwanti

Dosen Pembimbing : Dr. Reni Zulfitri, M. Kep, Sp. Kep. Kom

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Pada Masyarakat Daerah Perairan yang
berjudul “kesehatan Perumahan pada Daerah Perairan” ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya .
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok yang ditunjukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Pada Masyarakat Daerah Perairan dan
juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini
ibu Dr. Reni Zulfitri, M. Kep, Sp. Kep. Kom. Penulis berusaha menyusun makalah
ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
akan penulis terima dengan senang hati demi untuk menyempurnakan makalah ini
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai pengelolaan
limbah dan memberikan manfaat khusus bagi mahasiswa/i dan umumnya bagi
pembaca. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah
ini penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 9 Mei 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rumah Sehat

B. Syarat-Syarat Rumah Sehat

C. Indikator Penilaian Rumah Sehat

D. Karakteristik Perumahan di Kawasan Pesisir

E. Jenis Jenis Penyakit Akibat Perumahan Tidak Sehat

F. Penataksanaan dari Dampak Perumahan Tidak Sehat

G. Cara merawat rumah sehat daerah pesisir

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kawasan pesisir memiliki peranan strategis dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Wilayah perairan pantai yang kaya akan sumberdaya alam dimanfaatkan
oleh manusia sebagai salah satu sumber bahan makanan, utamanya sumber protein.
Selain itu, pemanfaatan sumber energi, seperti hidrokarbon dan mineral khususnya di
wilayah pesisir dan laut, telah dilakukan untuk menunjang pembangunan pada sektor
ekonomi. Fungsi lain yang dimiliki oleh kawasan pesisir dan lautan adalah
digunakan untuk berbagai kegiatan seperti transportasi, industri, agrobisnis dan
agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman.

Salah satu fungsi kawasan pesisir adalah sebagai area pemukiman bagi
penduduk yang berprofesi sebagai nelayan atau bergerak di sektor kelautuan, seperti
petani rumput laut dan sejenisnya. Sebagai kawasan pemukiman, maka kawasan
pesisir juga harus memenuhi syarat-syarat sebuah kawasan pemukiman, terutama
tersedianya sarana dan fasilitas kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu
syarat utama dalam sebuah kawasan pemukiman. Syarat kesehatan lingkungan untuk
sebuah kawasan pemukiman baik adalah tersedianya akses dari warganya terhadap
penyediaan air bersih dan sarana sanitasi. Akses terhadap air bersih dan sarana
sanitasi yang memenuhi syarat merupakan faktor utama dalam menunjang kesehatan
masyarakat yang bermukim dikawasan tersebut.

Daerah pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan laut yang mudah
terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir yang meliputi daratan
dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan ekonomi Indonesia. Wilayah ini
bukanhanya merupakan sumber pangan yang diusahakan melalui kegiatan perikanan dan
pertanian,tetapi juga merupakan lokasi bermacam sumber daya alam, seperti mineral, gas dan
minyak bumiserta pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran.

Sebagian besar permasalahan lingkungan yang menyebabkan kerusakan kawasan


pesisir dan laut merupakan akibat dari kegiatan-kegiatan di darat. Kerusakan lingkungan di
kawasan pesisir tersebut disebabkan oleh akumulasi limbah yang dialirkan dari daerah hulu melalui
Daerah Aliran Sungai (DAS). Penurunan kualitas lingkungan kawasan pesisir terjadi apabila jumlah
limbah telahmelebihi kapasitas daya dukungnya.

Secara normal, laut memiliki daya asimilasi untuk memproses dan mendaur
ulang bahan-bahan pencemar yang masuk kedalamnya. Tetapi konsentrasi akumulasi
bahan pencemar yang semakin tinggi mengakibatkan daya asimilatif laut sebagai
³gudang sampah menjadi menurun dan menimbulkan masalah lingkungan.
Pencemaran oleh limbah pabrik-pabrik mengakibatkan kerugian cukup besar
baginelayan. Laut tak lagi jernih dengan aneka hasilnya yang kian menyusut, jadi
indikasi betapa buramnya potret kehidupan nelayan kita. Aktivitas di laut yang
mengancam terumbu karangantara lain pencemaran dari pelabuhan, tumpahan
minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas kapal, dan akibat
langsung dari pelemparan jangkar kapal. Dampak pencemaran ini mempengaruhi
kehidupan manusia, organisme lain sertalingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
pencemaran harus dikendalikan secara dini, sehinggatidak merusak lingkungan laut,
menurunkan keanekaragaman hayati dan tidak mengganggukeseimbangan ekosistem
laut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kriteria rumah sehat


2. Apa saja karakteristik lingkungan perumahan di wilayah daerah perairan
3. Apa saja jenis-jenis penyakit akibat perumahan tidak sehat
4. Bagaimana penatalaksanaan penyakit dampak rumah yang tidak sehat
5. Bagaimana cara merawat rumah di daerah perairan

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kriteria rumah sehat


2. Untuk mengetahui karakteristik lingkungan perumahan di wilayah daerah
perairan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit akibat perumahan tidak sehat
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit dampak rumah yang tidak sehat
5. Untuk mengetahui cara merawat rumah di daerah perairan

D. Manfaat

1. Memberikan wawasan lebih mendalam mengenai kesehatan perumahan pada


daerah perairan baik dalam hal kriteria rumah sehat, karakteristik lingkungan
perumahan di wilayah daerah perairan, jenis-jenis penyakit akibat perumahan
tidak sehat, penatalaksanaan penyakit dampak rumah yang tidak sehat, cara
merawat rumah di daerah perairan.
2. Sebagai landasan teori terkini mengenai kesehatan perumahan pada daerah
perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai landasan teori bagi pembaca mengenai
kesehatan perumahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Sehat

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,


dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO
dalam Keman, 2005).

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat
dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu: (1) memenuhi kebutuhan fisiologis
meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari
kebisingan yang mengganggu; (2) memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy
yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah; (3)
memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar
matahari pagi; (4)memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang
tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir (Notoatmodjo, 2003).

Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat


kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI,
2003). Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial,
sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang
optimal

Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum
komponen rumah dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan
perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi
kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut: (1) minimum
dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar
tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan
pencahayaan; (2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih,
jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan
sarana pembuangan sampah; (3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang
digunakan (Dinas Kesehatan, 2005).
B. Syarat-Syarat Rumah Sehat

Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health


Association) harus memiliki syarat, antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan


(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang
mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi
masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang
memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah


dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup
sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul


karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini
antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak
menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain
sebagainya.

C. Indikator Penilaian Rumah Sehat

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah


sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3
lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,


sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang
sampah pada tempat sampah.

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah :
1. Lantai
Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen
atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang
penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek
pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang
penyakit. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai
ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.
2. Atap
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun
di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.
Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping
mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.
Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat
menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata
kerangka atap serta mudah dibersihkan.
3. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri,
beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul
beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air
agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah,
lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
4. Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan
fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
a. Ruang untuk istirahat/tidur
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua
dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya
jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan
dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi
kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
b. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil
pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan.
Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari
dapur dapat teralirkan keluar.
c. Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang
ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.
5. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan
dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk
yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus
mempunyai syarat-syarat, diantaranya :
a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.
Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai
ruangan.
b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.
c. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua
lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga
proses aliran udara lebih lancar.
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi.
a. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang
berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi
proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-
bakteri penyebab penyakit).
b. Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh
udara akan selalu mengalir.
c. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap
di dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut


terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-
lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah
ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada
usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk
tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di
pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi
harus dijaga agar udara tidak berhenti atau berbalik lagi, harus
mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan
keluarnya udara.
6. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan
rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan
media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit
penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan
menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya
baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai
jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Sinar matahari dapat langsung masuk
melalui jendela ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca.
b. Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
7. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini
berdampak kurang baik terhadap kesehaan penghuninya, sebab disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi
syarat jika ≥ 8 m2 / orang.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut :

1. Sarana Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes
RI No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009). Dikatakan air bersih jika
memenuhi 3 syarat utama, antara lain :
a. Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu
udara sehingga menimbulkan rasa nyaman.
b. Syarat kimia
Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama
yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai
petunjuk bahwa air telah dicemari oleH faces manusia adalah adanya
E. coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faces manusia baik
yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan
dengan pemanasan air.
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga
atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja,
prinsipnya yaitu :
a. Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
b. Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah.
c. Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
d. Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
e. Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
Ada 4 cara pembuangan tinja (Azwar, 1996), yaitu :
a. Pembuangan tinja di atas tanah
Pada cara ini tinja dibuang begitu saja diatas permukaan tanah,
halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara
demikian tentunya sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat
mengganggu kesehatan.
b. Kakus lubang gali (pit privy)
Dengan cara ini tinja dikumpulkan kedalam lubang dibawah
tanah, umumnya langsung terletak dibawah tempat jongkok. Fungsi
dari lubang adalah mengisolasi tinja sehingga tidak memungkinkan
penyebaran bakteri. Kakus semacam ini hanya baik digunakan
ditempat dimana air tanah letaknya dalam.
c. Kakus Air (Aqua pravy)
Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang
kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak
langsung dibawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan
peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank
adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta
melindunginya dari lalat dan serangga lainnya.
d. Septic Tank
Septic Tank merupakan cara yang paling dianjurkan. Terdiri
dari tank sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air masuk dan
mengalami proses dekomposisi yaitu proses perubahan menjadi
bentuk yang lebih sederhana (penguraian).
3. Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat
yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan (Chandra, 2007). Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi
oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat
kehidupan masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah
yang ditemui. Air limbah adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat
yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan
lazimnya karena hasil perbuatan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari,
sumber air limbah yang lazim dikenal adalah :
a. Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.
b. Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.
c. Limbah industri.
4. Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat
aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat. Entjang (2000)
berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka
perlu pengaturan pembuangannya, seperti tempat sampah yaitu tempat
penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk
dibuang (dimusnahkan). Syarat tempat sampah adalah :
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak
mudah bocor, kedap air.
b. Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatang-
binatang lainnya seperti tikus, kucing dan sebagainya.

D. Karakteristik Perumahan di Kawasan Pesisir


Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir
merupakan bagian penting dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia serta
masyarakat pesisir pada khususnya. Kawasan pesisir memiliki potensi
yang besar dan merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan
perekonomian bangsa. Salah satunya adalah Kendari. Kendari adalah ibu kota
Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kota Kendari merupakan dataran yang
berbukit dan dilewati oleh sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga
teluk ini kaya akan hasil lautnya.

1. Masa bangunan
Masa bangunan terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Bangunan di darat. Bangunan yang terletak di darat, ditata mengikuti
bentuk pola jalan lingkungan. Pada lingkungan RW 01, pola masa
bangunan berbentuk linier. Bangunan menghadap ke arah jalan
lingkungan, bangunan yang berada di sisi laut menutupi pandangan
ke laut. Untuk RW 02, bangunan mengikuti pola jalan utama berbentuk
kurvelinier, sedangkan jalan lingkungan berbentuk grid. Tata bangunan
yang ada di darat pada RW 02 sudah teratur.
b. Bangunan di atas air laut. Bangunan ditata dengan bentuk tidak teratur,
jaringan jalan untuk akses juga tidak teratur.

2. Penampilan bangunan
Penampilan bangunan terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu :
a. Bangunan langsung berdiri di atas tanah, jenis ini kebanyakan
berada di dara atau tepi pantai.
b. Bangunan panggung, jenis ini kebanyakan berada di atas
permukaan air laut.
Kebanyakan atap bangunan berbentuk pelana, dinding luar
dilengkapi dengan bukaan seperti pintu dan jendela.Untuk rumah
panggung yang berada di atas permukaan air laut,
untuk mencapainya melalui jembatan yang dibuat dari bahan
kayu, dan dilengkapi dengan tangga untuk turun ke air laut.
3. Struktur dan bahan bangunan
Struktur bangunan terdiri dari
a. Struktur bawah atau pondasi. Bangunan yang berada di darat
menggunakan pondasi langsung berupa pondasi lajur batu kali.
Sedangkan bangunan yang berada di atas permukaan air laut
menggunakan tiang kayu, atau umpak yang dibuat dari pasangan batu
atau batu bata.
Secara umum perumahan pesisir telah terlayani oleh sarana dan
prasarana utama pemukiman seperti, air bersih, sanitasi, persampahan,
jaringan jalan, listrik, dan drainase. Namun permasalahannya adalah tingkat
pelayanan tidak begitu baik, adapun permasalahannya seperti :
1. Sanitasi
Pada permukiman diatas ai, sebagian besar warga belum memiliki
sanitasi yang memadai,warga telah memiliki WC pribadi, namun
pengelolaan septic-tank masih belum baik,warga membuang limbah
sseptic-tank di perairan, sehingga mecemari laut.
2. Air Bersih

Ekonomi masyarakat yang sebagian berpenghasilan rendah dari


hasil melaut dan ketidakpastian status hukum kepemilikan lahan
menyebabkan sebagian masyarakat tidak dapat menikmati layanan
PDAM. Sehingga untung mengatasi hal tersebut,masyarakat setempat
membeli air dari pedagang keliling ataupun menyimpan air hujan di
tandon.

3. Persampahan

Pada umumnya atau rata-rata telah terlayani oleh pasukan


kebersihan. Namun terdapat warga yang masih mengolah sendiri dengan
cara membakar, maupun langsung membuangnya ke laut. Hal ini
dikarenakan alasan ekonomi untuk menguranggi pengeluaran biaya
untuk membayar petugas kebersihan.

4. Jamban

Masyarakat RW IV Kelurahan Bandengan umumnya membuang


hajat besar disungai. Selain itu warga tidak terbiasa memakai jamban
yang ada di dalam rumah dan warga menganggap itu tidak menjadi suatu
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi karena masih ada kebutuhan
pokok yang harus di penuhi setiap harinya. Selain di sungai adabeberapa
rumah yang sudah menggunakan jamban kelurga, jamban keluarga
tersebut secara fisik kondisinya kurang terawat. Sedangkan untuk MCK
Umum di RW IV Kelurahan Bandengan tidak ada karena mereka belum
mampu untuk membuat MCK di RW IV Kelurahan Bandengan. Pada
tahun 2005 pernah terdapat jamban umum namun jamban tersebut
mengalami penggusuran pada saat jalan inspeksi yang berada di tepi
sungai Kendal akan dilebarkan (disampaikan oleh Ketua RT 2), sehingga
sampai saat ini belum ada usaha kembali untuk membuat jamban umum.

5. Pengelolaan Limbah Cair


Saluran drainase yang sudah ada umumnya bersifat permanen dan
mengikuti jaringan jalan yang sudah di paving. Selain itu ada jaringan
drainase yang sudah permanen, namun kondisinya tertutup dengan tanah
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik, hal ini disebabkan
rendahnya kesadaran masyarakat untuk merawat drainase. Drainase yang
tertutup ini yang menyebabkan terjadinya banjir di RW IVKelurahan
Bandengan. Selain itu terdapat jaringan drainase (saluran pembuangan
limbah cair) hanya berupa galian tanah saja. Kondisi yang ada, selain
saluran tersebut lebih mirip tempat tampungan genangan limbah cair
yang berwarna hitam dan terdapat sampah, sempitnya galian
menyebabkan saluran tersebut tidak mampu menampung air saat musim
penghujan. Masyarakat membuat galian tersebut hanya sementara
mengingat kondisi jalan yang belum baik yaitu masih terbuat dari tanah.

E. Jenis Jenis Penyakit Akibat Perumahan Tidak Sehat

1. Alergi bulu binatang

Anda suka menghabiskan waktu istirahat dengan bermain bersama si


Meong? Jangan lupa bersihkan sofa, karpet, lantai, atau tempat tidur dari bulu
binatang peliharaan Anda. Ada beberapa orang mengidap alergi bulu binatang
dan tak jarang juga mereka tidak menyadarinya. Alergi bulu binatang bisa
memicu gangguan kesehatan lain, jadi waspadalah!

2. Keracunan makanan

Kulkas adalah perabot elektronik di dapur yang wajib dibersihkan dan


ditata setiap hari. Hindari menyimpan makanan terlalu lama dalam kulkas. Saat
Anda sedang tidak ada di rumah, anak-anak atau anggota keluarga lain
mungkin mengkonsumsi makanan yang sudah lama menghuni kulkas.
Akibatnya, mereka jatuh sakit karena keracunan makanan.

3. Bronkitis

Bronkitis memang bisa disembuhkan, tapi bisa juga mengakibatkan


kompilkasi bila dibiarkan. Bila si kecil atau Anda sering menderita penyakit
ini, coba periksa jendela Anda. Tirai yang telah lama tidak dicuci atau kerai
jendela yang berdebu bisa menjadi penyebabnya. Debu yang menempel di tirai
atau kerai akan menyebar ke seluruh ruangan ketika angin bertiup dari jendela.
Akibatnya, udara dalam ruangan pun mengandung bakteri.

4. Flu

Kita seringkali menyalahkan cuaca sebagai penyebab flu. Padahal, flu


disebabkan oleh virus dan penyebarannya bisa melalui udara atau barang yang
terkontaminasi virus flu. Oleh karena itu, bila salah seorang anggota keluarga
menderita flu, anggota keluarga lainnya akan ketularan. Jauhkan keluarga
Anda dari penyakit ini dengan cara membersihkan benda-benda yang biasa
disentuh penghuni rumah ketika sampai di rumah, yaitu pegangan pintu.

5. Sinusitis

Sama seperti flu, sinusitis sebenarnya tidak berbahaya. Namun bisa


berubah menjadi penyakit kronis bernama meningitis bila tak segera ditangani.
Sinusitis biasanya muncul setelah seseorang menderita flu, atau bisa juga
karena terpapar debu. Selain perabotan rumah dan jendela, jangan lupa
bersihkan plafon Anda dari debu. Debu di plafon kamar tidur bisa masuk ke
saluran pernafasan saat Anda sedang tidur. Akibatnya, Anda akan bersin-bersin
ketika bangun tidur.

6. Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit saluran pernafasan akut yang bisa


menyebabkan kematian. Pneumonia bisa diderita oleh siapa saja, mulai anak-
anak sampai lanjut usia. Penyebab penyakit ini sepertinya sepele, yaitu
infeksi pada saluran pernafasan (batuk dan pilek). Namun bila tubuh sedang
tidak fit, kurang gizi, dan lingkungan sekitar tidak sehat, infeksi saluran
pernafasan bisa menimbulkan peradangan paru-paru yang berisiko kematian.
Kenop dan kepala shower bisa menjadi tempat bersarangnya virus penyebab
batuk pliek, sehingga harus dibersihkan secara teratur.

7. Diare

Di dapur kita menyiapkan makanan untuk konsumsi sehari-hari. Bau amis


daging sapi atau ikan mentah mungkin akan menggoda lalat hijau masuk ke
dapur dan hinggap di makanan atau peralatan makan. Kita tidak tahu si lalat
sudah hinggap di mana saja, dan kuman yang menempel di kakinya bisa
masuk ke tubuh saat kita makan makanan atau menggunakan peralatan
makan yang dihinggapi lalat. Cegah kunjungan si lalat dengan segera
membersihkan sisa bahan makanan mentah, terutama daging hewan.

8. Penyakit Cholera

Kolera adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan karena


mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi dengan
bakteri vibrio cholerae (v. cholerae). Sebagian orang yang terkena kolera
akan mengalami diare dalam jumlah berlebih dan mengalami dehidrasi hebat
hingga menyebabkan kematian. Umumnya orang akan terkena kolera setelah
menelan bakteri vibrio cholerae yang sudah mengontaminasi sumber
makanan atau air.
Bakteri vibrio cholerae biasanya ditemukan pada air kotor atau
pasokan air minum yang terkontaminasi dengan pembuangan kotoran. Kolera
jarang sekali ditularkan dari orang ke orang. Bakteri ini ini akan masuk ke
tubuh melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi olehnya.
Bakteri vibrio cholerae sering mengontaminas

9. malaria

Malaria merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan


kematian. Penyakit malaria disebabkan bibit penyakit yang disebut
plasmodium, plasmodium adalah bibit penyakit yang merusak sel darah
merah manusia. hewan pembawa penyakit malaria adalah nyamuk anopheles.

10. Tifus Abdominalis

Tifus adalah penyakit peradangan usus yang disebabkan oleh bakteri


salmonella tyrhi/paratyphi, bagian yang diserang dinding-dinding usus halus.
Penyakit tifus termasuk penyakit menular.

11. Disentri.

Disentri adalah penyakit yang biasanya menyerang usus besar,


disentri merupakan diare yang akut. Mengkonsumsi makanan atau minuman
yang telah terkontaminasi oleh tinja maupun terdapat bakteri dan amoeba
dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit disentri. Penyakit ini berawal
dari kebiasaan makan yang tidak bersih, anda akan mengalami diare akut dan
biasanya diare tersebut akan mengeluarkan darah ketika sedang bab.

Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan


setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum
makan. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya
dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya


penyakit berbasis lingkungan, diantaranya :
1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui
Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan
kualitas air, dan Pembinaan kelompok pemakai air.
(2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat
pengelolaan sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)
meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan
pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon
kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
(3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan
lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.
(4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk
melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB
keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
(5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama
kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi
perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.

F. Penataksanaan dari Dampak Perumahan Tidak Sehat


Beberapa yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak dari perumahan
tidak sehat, yaitu:
1. Program Perumahan Rakyat
Perumahan yang jumlahnya memadai, harganya terjangkau oleh
masyarakat berpenghasilan rendah, dengan lingkungan pemukiman yang
sehat merupakan tujuan pembangunan perumahan rakyat. Kegiatan program
ini meliputi perbaikan kampung, pengadaan perumahan rakyat, dan
pemberian informasi kepada masyarakat mengenai bagaimana caranya
membangun perumahan dan lingkungan yang layak, aman, sehat, dan tertib.
a. Perbaikan Kampung
Kegiatan perbaikan kampung dan perbaikan lingkungan
perumahan kota mencakup berbagai usaha peningkatan prasarana
lingkungan. Kegiatan ini meliputi usaha-usaha perbaikan mutu jalan-
jalan lingkungan, perbaikan sistem pembuangan sampah, perbaikan
saluran pembuangan air hujan dan air kotor atau limbah, pengadaan
sarana "Mandi Cuci Kakus" (MCK), dan peningkatan pelayanan air
bersih. Selain itu, dengan keterkaitan kerja sama dengan sektor-sektor
lainnya, juga diusahakan peningkatan berbagai sarana lingkungan,
seperti pembangunan gedung Sekolah Dasar, Puskesmas, penyediaan
listrik, kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kegiatan
industri rumah tangga. Hal ini diperlukan karena tujuan perbaikan
kampung bukan hanya perbaikan aspek fisiknya saja, melainkan juga
aspek kesejahteraan penduduknya.
b. Pemugaran Perumahan Desa
Usaha pemugaran perumahan desa bertujuan agar semakin
banyak rakyat di pedesaan yang menempati rumah layak dalam
lingkungan yang sehat. Usaha ini dilaksanakan melalui kegiatan
penyuluhan, pembuatan rumah-rumah contoh, perbaikan rumah-rumah
penduduk secara gotong royong, perbaikan jalan lingkungan, pengadaan
sarana "Mandi Cuci Kakus" (MCK), dan pengadaan sarana air bersih.
Selain itu bagi keluarga atau pemilik rumah yang terpilih pada tahun
tertentu diberikan stimulan atau perangsang berupa bahan-bahan
bangunan yang diperlukan untuk dapat digunakan memperbaiki rumah
mereka sesuai dengan persyaratan teknis dan kesehatan. Pemberian
stimulan diusahakan untuk dirantaikan oleh keluarga bersangkutan
melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) untuk
diteruskan dan dimanfaatkan oleh keluarga lain di desa bersangkutan.
Dengan cara seperti ini diharapkan jumlah rumah yang dapat dipugar di
dalam suatu desa akan semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Selama lima tahun pelaksanaan Repelita IV jumlah desa yang
telah dicakup adalah sebanyak 7.243 desa, dengan jumlah rumah yang
terpugar kurang lebih 108.000 rumah, termasuk hasil usaha dari swadaya
masyarakat sendiri yang dibantu dari hasil pengembalian stimulan.
Dalam tahun 1988/89 kegiatan pemugaran desa ini telah
dilaksanakan di lebih dari 2.500 desa yang tersebar di 26 Daerah Tingkat
I (Tabel XIII-2). Dibandingkan dengan hasil pelaksanaan tahun
sebelumnya maka hasil pelaksanaan tahun 1988/89 ini lebih tinggi
113%. Kegiatan tersebut di atas termasuk penanggulangan khusus, yaitu
perbaikan rumah-rumah penduduk yang terkena bencana alam, seperti
gempa bumi, banjir dan tanah longsor.
Selanjutnya dalam Repelita IV sudah mulai dirintis pula
pembentukan wadah usaha bersama di pedesaan yang diharapkan dapat
merantaikan stimulan yang sekaligus dapat menghimpun dan
memanfaatkan dana masyarakat dalam usaha peningkatan mutu
perumahan desa. Wadah itu diusahakan dapat melembaga dan
berkesinambungan kegiatannya. Selain dilakukannya usaha-usaha
peningkatan mutu rumah di daerah pedesaan, dilakukan pula usaha-usaha
perbaikan lingkungan perumahan, termasuk di lingkungan-lingkungan
perumahan baru, di daerah-daerah transmigrasi, daerah pemukiman
masyarakat terasing dan pemukiman kembali desa (resettlement).
2. Program Penyediaan Air Bersih
Usaha untuk meningkatkan penyediaan air bersih dilakukan melalui
kegiatan peningkatan kapasitas produksi, peningkatan dan perluasan
pelayanan, dan peningkatan pembinaan pengelolaan badan-badan usaha air
bersih, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.
Pembangunan prasarana air bersih pada tingkat pelayanan di bawah
tingkat kebutuhan dasar (60 liter/orang/hari) masih dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan pengelolaannya untuk sementara dilaksanakan oleh
Badan Pengelola Air Minum (BPAM). Untuk kebutuhan air di atas 60
liter/orang/hari, pembangunannya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yang
pengelolaannya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Peningkatan kapasitas produksi air bersih dan peningkatan
pelayanannya secara keseluruhan selama Repelita IV mencapai 13.728,5/liter
per detik, dengan penambahan sambungan rumah sebanyak 662.150 buah dan
hidran umum sebanyak 10.354 buah.
Dalam tahun 1988/89 di daerah perkotaan terjadi peningkatan
kapasitas produksi air bersih sebanyak 4.447,5 liter per detik. Peningkatan itu
juga disertai dengan penambahan sambungan rumah sebanyak 288.822 buah
dan hidran umum sebanyak 4.829 buah. Penambahan kapasitas dan jaringan
distribusi ini, walaupun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk kota, telah berhasil meningkatkan jangkauan penduduk kota yang
dapat menikmati air bersih. Dengan tambahan jangkauan penduduk sebanyak
3.353.931 orang pada tahun 1988/89 (Tabel XIII-5), jumlah penduduk
perkotaan yang telah dapat menikmati air bersih, baik dengan sistem
perpipaan maupun dari usahanya sendiri, pada akhir Repelita IV diperkirakan
mencapai 65%. Di samping adanya kenaikan kapasitas produksi, peningkatan
jangkauan pelayanan air bersih pada tahun 1988/89 yang cukup besar itu,
disebabkan karena terjadinya lonjakan yang cukup besar dalam penambahan
sambungan rumah dan hidran umum yang masing-masing meningkat sebesar
96% dan 250% sebagai hasil dari usaha perluasan dan perbaikan jaringan
distribusi yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
Untuk pembangunan di tahun-tahun berikutnya, dalam tahun kelima
Repelita IV telah selesai dilaksanakan perencanaan umum untuk 3 kota dan
perencanaan teknis untuk 336 kota.
Sama halnya dengan Repelita-repelita sebelumnya, penyediaan dan
peningkatan pelayanan air bersih dalam Repelita IV juga dilaksanakan untuk
penduduk yang tinggal di kawasan semi perkotaan atau yang lazimnya
disebut ibu kota-ibu kota kecamatan (IKK), dan daerah-daerah pedesaan.
Kawasan semi perkotaan yang sudah berhasil ditangani pelayanan air
bersihnya selama Repelita IV berjumlah 836 IKK. Sebagian sudah berfungsi
dengan baik, dan sebagian lags masih memerlukan penyempurnaan-
penyempurnaan.
Untuk daerah-daerah pedesaan, penyediaan dan pelayanan air bersih
dilakukan melalui Program Inpres Bantuan Sarana Kesehatan. Salah satu
komponen dari Inpres Bantuan Sarana Kesehatan ini adalah penyediaan air
bersih. Pelaksanaannya diutamakan pada daerah-daerah pemukiman yang
banyak terdapat penyakit menular, khususnya diare ataupun kolera dan
penyakit-penyakit lainnya, yang disebabkan oleh kurang baiknya mutu air.
Kepada daerah-daerah tersebut diberikan bantuanberupa pompa tangan,
pembuatan sumur gali, bak-bak penampungan air hujan, dan apabila keadaan
memungkinkan diberi bantuan untuk pembangunan sarana air minum
perpipaan sederhana. Semua kegiatan ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan bimbingan Pemerintah Pusat.
Peningkatan kapasitas dan jangkauan pelayanan air bersih telah
diusahakan pula melalui peningkatan efisiensi pengelolaan pengusahaan air
minum, baik yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
maupun yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM). Unit
pengelola BPAM bersifat sementara atau merupakan peralihan sebelum
PDAM dapat dibentuk. Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV, jumlah
PDAM yang ada adalah sebanyak 137 buah dan BPAM sebanyak 148 buah.
Dalam rangka usaha meningkatkan efisiensi kedua unit pengelola air
bersih tersebut di atas, selama Repelita IV telah dilaksanakan latihan-latihan
keterampilan bagi para pengelola PDAM dan BPAM, terutama mengenai
bidang-bidang teknis, manajemen dan keuangan. Selama Repelita IV
sebanyak 543 orang telah dididik dan dilatih dalam pengelolaan air minum.
3. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Peningkatan program penyehatan lingkungan pemukiman
dilaksanakan terutama melalui usaha pembangunan dan perbaikan saluran-
saluran air hujan (drainase), penanganan persampahan dan air limbah serta
peningkatan keselamatan bangunan umum.
Perbaikan sistem saluran air hujan dimaksudkan untuk menangani
masalah genangan air hujan yang dapat menyebabkan banjir setempat atau
rusaknya jalan dan prasarana lingkungan lainnya yang telah dibangun.
Sampai dengan tahun kelima pelaksanaan Repelita IV telah
dilaksanakan perbaikan saluran air hujan di 205 kota di berbagai propinsi.
Dalam tahun 1988/89 telah dilaksanakan perbaikan saluran air hujan di 90
kota dan perencanaan teknis drainase untuk 100 kota. Di samping itu pada
tahun tersebut juga dididik dan dilatih sebanyak 56 orang untuk bidang
drainase. Selain itu telah banyak usaha penanganan dan pengelolaan air.

Penatalaksanaan penyakit akibat rumah tidak sehat

1. Sakit Kepala

Informan berpendapat bahwa sakit kepala dapat dibedakan antara


nyeri kepala (bahasa Sunda = rieut atau nyeri sirah), kepala terasa
berputar/pusing (bahasa Sunda = lieur), dan sakit kepala sebelah/migrain
(bahasa Sunda = rieut jangat).

Menurut mereka penyebab sakit kepala adalah stress, kehujanan, keletihan,


sakit gigi, kurang tidur, perubahan cuaca, kebanyakan nonton televisi, atau
kurang darah. Pencegahan sakit kepala adalah dengan menghindari kerja
terlalu lelah, makan teratur, tidur teratur, olahraga cukup, menghindari
terkena sinar matahari langsung, dan jangan banyak pikiran. Pengobatan
sendiri sakit kepala dapat dilakukan dengan obat warung, yaitu Paramex atau
puyer Bintang Tujuh Nomor 16. “Sakit kepala bisa macam-macam, ada rieut
atau nyeri sirah, ada lieur yaitu pusing tujuh keliling, dan ada rieut jangat,
yaitu sakit kepala sebelah, obatnya sama saja, Paramex atau Bintang Tujuh”
(Is, Kader).

2. Sakit Demam
Ketika informan ditanyakan tentang istilah daerah dan tandatanda
demam, mereka berpendapat bahwa sakit demam (bahasa Sunda = muriang
atau panas tiris) ditandai dengan badan terasa pegal-pegal, menggigil,
kadang-kadang bibir biru. Penyebab sakit demam adalah udara kotor,
menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan lemah, kehujanan,
kepanasan cukup lama, dan keletihan. Pencegahan sakit demam adalah
dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap, makan teratur, olahraga
cukup, tidur cukup, minum cukup; kalau badan masih panas/berkeringat
jangan langsung mandi; jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau
buah. Pengobatan sendiri sakit demam dapat dilakukan dengan obat
tradisional, yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo, daun cabe,
atau daun singkong, atau dapat juga dengan obat warung, yaitu Paramex atau
puyer Bintang Tujuh Nomor 16. “Kalau di daerah sini, demam biasanya
disebut muriang atau panas tiris, tanda-tandanya badan terasa pega-pegal,
menggigil, kadang-kadang bibir biru. Penyebabnya, kehujanan, terkena sinar
matahari yang lama, pergantian cuaca, dan kalau kondisi badan kita sedang
lemah, misalnya kurang tidur atau terlalu cape. Pencegahannya, kalausedang
berkeringat jangan langsung mandi, menjaga kebersihan, jangan kehujanan,
dan makan yang cukup. Pengobatannya pakai obat warung, misalnya
Paramex atau puyer Bintang Tujuh. Boleh juga dengan mengompres pakai
daun Melinjo, daun Cabe atau daun Singkong” (MH, ketua RW).

3. Sakit Batuk

Menurut informan di daerah ini dikenal adanya batuk TBC, yaitu


batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut, batuk biasa (bahasa
Sunda = gohgoy), dan batuk yang terus menerus dengan suaranya
melengking (bahasa Sunda = batuk bangkong) dengan gejala tenggorokan
gatal, terkadang hidung mampet, dan kepala sakit. Penyebab batuk TBC
adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru, sedangkan
penyebab batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah
kering yang baru tertimpa hujan, alergi salah satu makanan, makan makanan
basi, masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak yang tidak
baik, atau tersedak makanan/keselek. Pencegahan sakit batuk dilakukan
dengan menjaga badan agar jangan kedinginan, jangan makan makanan basi,
tidak kebanyakan minum es, menghindari makanan yang merangsang
tenggorokan, atau menyebabkan alergi.

Pengobatan sendiri sakit batuk dapat dilakukan dengan obat warung,


misalnya Konidin atau Oskadryl. Bila sakit batuk ringan dapat minum obat
tradisional, yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap, daun sirih 5 lembar
diseduh dengan air hangat setengah gelas; atau rebusan jahe dengan gula
merah. “Kita di sini mengenal tiga macam batuk, yaitu batuk TBC, batuk
biasa atau sering disebut gohgoy dan batuk melengking atau disebut batuk
bangkong. Batuk TBC adalah batuk berat, harus berobat ke dokter atau
rumah sakit. Batuk gohgoy atau batuk bangkong terjadi karena menghirup
debu, masuk angin, kehujanan, alergi makanan. Pencegahannya misalnya
dengan makan yang bergizi, hindari makan makanan yang menimbulkan
alergi. Pengobatannya pakai Konidin atau Oskadryl, atau ke puskesmas” (Dg,
guru SD).

4. Sakit Pilek

Informan dapat membedakan antara sakit pilek ringan (bahasa Sunda


= salesma), yaitu hidung tersumbat atau berair, dan pilek berat, yaitu pilek
yang disertai sakit kepala, demam, badan terasa pegal, dan tenggorokan
kering. Menurut mereka, penyebab sakit pilek adalah kehujanan, menghisap
debu kotor, menghisap asap rokok, menghisap talk. Pencegahan sakit pilek
adalah jangan kehujanan, kalau badan berkeringat jangan langsung mandi.
Apabila muka mulai terasa panas (bahasa Sunda = sing hareab), jangan
mandi, langsung minum obat, banyak minum air, dan istirahat. Pengobatan
sendiri sakit pilek dapat dilakukan dengan obat warung, yaitu Mixagrip
diminum 3 kali sehari sampai keluhannya hilang. Dapat juga digunakan obat
tradisional untuk mengurangi keluhan, misalnya minyak kelapa dioleskan di
kanan dan kiri hidung agar tidak mampet. “Saya biasanya kalau salesma,
susah napas lewat hidung dan kepala pusing, minum saja Mixagrip, beli dari
warung sebelah rumah” (Dh, ibu rumah tangga).

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya


penyakit berbasis lingkungan, diantaranya :
1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui
Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih,
Pemeriksaan kualitas air, dan Pembinaan kelompok pemakai air.
(2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan
jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan
tempat pengelolaan sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum
(TTU) meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang
dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum,
salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
(3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan
lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.
(4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk
melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan
penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit
bawaan makanan.
(5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah
bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi
puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang
mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.

G. Cara merawat rumah sehat daerah pesisir

1. Mulai Dari Lingkungan Rumah

Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan adalah dengan menjaga kebersihan rumah dan halaman.
Karena kebersihan rumah dan halaman akan membuat kita menjadi lebih terbiasa
untuk membersihkan lingkungan lainnya. Pastikan kita selalu menyapu rumah
setidaknya 2 kali sehari. Sapu juga halaman rumah setidaknya 2 kali dalam
seminggu.

2. Mendaur Ulang

Ada banyak jenis sampah yang akan mengotori lingkungan sekitar yang
sebenarnya bisa didaur ulang dengan baik. Misalnya saja memanfaatkan kaleng dan
botol bekas untuk dijadikan wadah apapun. Kaleng bekas bisa dirubah menjadi
sebuah pot bunga dan kita bahkan bisa menghiasnya. Ini akan menjadi hal yang
positif dibandingkan membiarkannya menjadi sampah yang menumpuk.

3. Pembuatan Pupuk Kompos

bisa dibuat dari sampah organik. Daripada membiarkannya terbengkalai


dan membusuk hingga menimbulkan bibit penyakit, lebih baik jika diolah menjadi
pupuk kompos yang berguna bagi pertanian dan perkebunan.

4. Tidak Membuang Sampah Sembarangan

Hal terpenting dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah untuk tetap


membiasakan hal-hal baik seperti kebiasaan membuang sampah apada tempatnya.
Jangan membiarkan sampah bertebaran dimana-mana tanpa peduli untuk
membuangnya ditempatnya. Bahkan, jika memungkinkan selalu menanamkan pada
diri kita masing-masing untuk tetap menjaga kebersihan dengan memungut sampah
yang berserakan di jalanan. Membuangnya pada tempat yang seharusnya walaupun
kita bukanlah petugas kebersihan.

5. Memisahkan Jenis Sampah


Menggunakan jenis tong sampah yang berbeda untuk sampah an organik
dan sampah organik adalah hal yang baik. Karena sampah organik adalah sampah
yang bisa diolah dan dijadikan pupuk. Sedangkan sampah an organik sebagian dari
sampah tersebut juga bisa dijadikan furniture tertentu. Memisahkan kedua jenis
sampah ini akan membantu dalam proses pengolahan.

6. Kegiatan Gotong Royong

Hal penting lainnya adalah untuk selalu rutin membiasakan kebiasaan


gotong royong sesama warga. Ini tidak hanya membantu membersihkan lingkungan
sekitar, namun juga akan membantu dalam mempererat jalinan kerja sama antar
warga.

Biasanya kegiatan gotong royong ini akan dilakukan setidaknya sekali


dalam seminggu agar lingkungan benar-benar bersih dari sampah. Jadi, sangatlah
penting untuk menjaga kekompakan antar warga agar bisa sama-sama untuk
mewujudkan kebersihan lingkungan yang dibutuhkan oleh semua orang.

7. Meremukkan Sampah

Kebanyakan sampah anorganik seperti botol plastik maupun kedus dan


lainnya akan membuat volume sampah menjadi lebih banyak. Jadi, hal penting yang
bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah volume sampah adalah dengan
meremukkannya. Meremukkan sampah ini tidak hanya mengurangi volume sampah
yang ada, namun juga berperan untuk meminimalisir penggunaan ulang sampah
yang merugikan. Misalnya saja oknum yang menggunakan sampah botol minuman
untuk digunakan kembali tanpa proses sterilisasi.

8. Penghijauan

Siapa sangka untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, rindang dan asri
bisa dilakukan dengan mudah. Salah satunya adalah dengan proses penghijauan.
Ajaklah tetangga untuk menanam banyak bibit pohon di lingkungan sekitar. Dengan
banyaknya pepohonan yang ada maka lingkungan akan menjadi makin bersih dan
asri. Tanaman akan mendaur ulang udara yang tidak sehat menjadi lebih sehat dan
membuat kita menjadi lebih mudah mendapatkan udara yang bersih.

9. Penutupan Saluran Air

Menutup saluran-saluran air yang ada juga merupakan tindakan yang bisa
dilakukan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Karena biasanya saluran air
yang terbuka akan memicu banyak orang membuang sampah sembarangan dan
menjadikan saluran tersebut sebuah sarang sampah dan sumber berbagai penyakit.

10 Buat Lubang Sampah

Anda bisa emmbuat lubang khusus yang disediakan untuk memasukan


sampah organik, hingga nantinya bisa terdaur ulang dan meminimalisir bau. Kita
tahu bahwa sampah organik akan emmbusuk dan akan menimbulkan bau yang tak
sedap, oleh karena itu masukan kedalam lubang dan timbun kembali.
11. Memperbanyak Tong Sampah

Orang-orang seringkali membuang sampah semabarangan dikarenakan


kurangnya jumlah tong sampah yang tersedia. Jadi, perbanyaklah jumlah tong
sampah di jalanan maupun di sekitar lingkungan perumahan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung,


dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.

Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association)
harus memiliki syarat, antara lain: Memenuhi kebutuhan fisiologis seperti
pencahayaan, Memenuhi kebutuhan psikologis seperti cukup aman dan nyaman bagi
masing-masing penghuni rumah, Memenuhi persyaratan pencegahan penularan
penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, Memenuhi persyaratan
pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun
dalam rumah.

Jenis Jenis Penyakit Akibat Perumahan Tidak Sehat, yaitu : Alergi bulu binatang,
Keracunan makanan, Bronkitis, Flu, diare, malaria, dan lainnya. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis lingkungan,
diantaranya :

1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.

2) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan


pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan.

3) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama


kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan
tumbuhnya jentik.

B. Saran

Sebagai masyarakat sudah seharusnya untuk menjaga kesehatan lingkungan baik


lingkungan bagian dalam maupun bagian luar rumah. Banyaknya penyakit yang bisa
timbul akibat dari lingkungan rumah yang tidak sehat, sepatutnya membuat kita
semua sebagai masyarakat lebih giat dalam menjaga kebersihan rumah, dan
mengetahui cara agar lingkungan rumah terhindar dari sumber penyakit.
DAFATAR PUSTAKA

Syafrudin, Damayani, & Delmaifanis. (2011). Himpunan penyuluhan kesehatan: pada


remaja, keluarga, lansia dan masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Rahmah,U. D. M. N. (2015). Hubungan karakteristik kepala keluarga dengan rumah sehat


di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Artikel publikasi ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diperoleh dari
http://eprints.ums.ac.id/34793/1/Naskah%20Publikasi.PDF pada 3 Mei 2019.

Ikhsani, A. H. (2016). Hubungan cemaran mikroba dengan pengelolaan rumah sehat pada
rumah tipe menengah sebagai sumber belajar biologi. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang. Diperoleh dari
http://eprints.umm.ac.id/35046/1/jiptummpp-gdl-aditiahuda-47406-1-pendahul-n.pdf
pada 3 Mei 2019.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No. 829/MENKES/SK/VII/1999. Persyaratan


Kesehatan Perumahan. Diperoleh dari
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KEPMENKES_829_1999.pdf
pada 3 Mei 2019.

Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC Budiman


Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC

Dinkes RI – Ditjen PPM dan PL (2005) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan Perumahan.

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:pustaka sinar harapan.

Chandra, budiman. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit buku


kedokteran EGC.

Chandra, budiman. 2009. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC.

Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan


Kesehatan Perumahan.

Dirjen Cipta Karya, DepPU, Rumah dan Lingkungan Perumahan Sehat, Jakarta: Oktober
1993 - INTISARI, Rumahku Sehat Bumiku Selamat. Desember 2001

Kepmenkes RI No:829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan


http:www.kompas.com Memilih Rumah Sehat Lingkungan, jumat 13 juni 2014

Djumkio, (2008). Identifikasi Ciri-Ciri Perumahan Di Kawasan Pesisir Kasus Kelurahan


Sambuli Dan Todonggeukecamatan Abeli Kota Kendari.
Djiwowijoto, R.N. 2016. Pembangunan dan Pemberdayaan. Majalah Percik –Media
Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai