Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
Kelompok 2
Bismillahirrahmanirrohim, Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, daninayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat me-
nyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN PPOK DAN HIPERTENSI“ ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga
kami dapat memperbaiki makalah kami di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Sekenario.........................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................
1.4 Tujuan Penulisan...............................................................................................
1.5 Manfaat Penulisan............................................... ..............................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Terminologi......................................................................................................
2.2 Learning Isues..................................................................................................
2.3 Brainstroming...................................................................................................
2.4 Mind Mapping...................................................................................................
2.5 Laerning Objectif...............................................................................................
2.6 Pembahasan Learning Objectif...........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Skenario
Kakek kenapa ya, Kok sering sesak nafas dan kepala pusing?
Ners muda melakukan anamnesis pada seorang lansia dan diperoleh data bahwa
kakek g (73 tahun) dulunya merupakan seorang pengusaha. Gaya hidup waktu muda
biasa makan makanan junkfood, seafood, dan makanan enak lainnya yang cenderung
tinggi akan kolesterol. Kakek g juga memilki riwayat merokok dua bungkus sehari
selama lebih dari 30 tahun. Saat anamnesis kakek g mengeluh sesak nafas, terkadang
nyeri dada saat sesak bernafas, disertai batuk berdahak yang berulang, sesak membu-
ruk saat beraktifitas dan sesak berkurang saat beristirahat, selain itu kakek g juga
mengeluh tengkuk kepala sering kaku (kaku kuduk) dan kepala pusing. Yang dil-
akukan selama ini untuk mengatasi keluhannya adalah berobat ke rumah sakit dan
mengkonsumsi obat tradisional berupa rebusan daun salam, minum jus mentimun, dan
terkadang minum seduhan ketumbar.
2.1 Terminologi
1. Kaku kuduk
a. Rasa kaku dibelakang leher (kuduk) menyebabkan leher menjadi pegal se-
hingga tidak bisa digerakkan
b. Kaku kuduk biasanya terjadi pada 70% pasien meningitis bakteri pada de-
wasa.
2. Kelenjar getah bening
a. Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh individu
b. Tubuh memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, tetapi hanya
di daerah submandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada
orang sehat
3. Status generalis
a. Pengkajian umum (keadaan, kesadaran, tandatanda vital)
b. Pemeriksaan fisik individu secara umum
4. Vesikuler positif
Suara nafas normal, terdengar saat dilakukan auskultasi
5. Hipersonor
a. Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong
b. Bunyi perkusi yang kepadatannya mulai berkurang
6. Fremitus
a. Fremitus adalah bunyi yang ditransmisikan ke seluruh tubuh
b. Pemeriksaan fremitus adalah pemeriksaan resonansi vokal
2.3 Brainstroming
1. Penyebab tingginya kadar kolesterol:
a. Gaya hidup yang tidak sehat
b. Kurangnya olahraga
c. Kurangnya aktivitas pada lansia, minimal lansia beraktivitas 30 menit dalam
sehari
d. Merokok
e. Riwayat diabetes pada lansia
f. obesitas
2. Kadar normal kolesterol: Kurang dari 100, rendah kolesterol. Kurang dari 200,
kadar kolesterol normal. Lebih dari 240, kadar kolesterol tinggi.
3. Kolesterol yang tinggi, dan riwayat hipertensi pada pasien, menyebabkan pasien
mengalami sakit tengkuk. Kadar kolesterol yang tinggi membuat aliran darah
pasien terganggu sehingga pasien mengeluhkan sakit dan sesak nafas.
4. Daun salam dan jus mentimun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien dengan hipertensi. Seduhan ketumbar bermanfaat untuk menurunkan kadar
kolesterol dalam tubuh.
5. Obat kimia : efek samping obat tinggi
Tradisional : efek samping rendah. Tergantung dengan kadar obat tradisional, su-
lit untuk menentukan kadar obat tradisional.
Penggunaan obat kimia dan obat tradisional secara bersamaan dapat menyebab-
kan overdosis, karena kandungan yang dimiliki obat sama.
6. Tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien:
a. Posisi semi fowler
b. Kepada agak condong kedepan agar pasien tidak sesak nafas
c. Ajarkan teknik batuk efektif kepada pasien
7. Masalah keperawatan yang mungkin muncul:
a. Gangguan pola nafas
b. Gangguan jalan nafas
c. Ketidakseimbangan nutrisi
8. Perbesaran dada pada pasien diakibatkan oleh penggunaan otot bantu nafas yang
terlihat dari retraksi dinding dada, hipertropi otot bantu nafas, serta pelebaran sela
iga.
9. Penyakit yang kemungkinan di derita oleh kakek adalah penyakit paru obstruksi
akut dengan gambaran klinis terjadi pada usia pertengahan, gejala progresif lam-
bat, riwayat merokok, sesak saat beraktivitas, adanya hambatan aliran udara.
10. Penyebab tanda tanda vital tinggi bisa karena gaya hidup yang tidak sehat.
2.4 Mind Mapping
Kakek G
Konsumsi obat rebusan daun salam, jus mentimun, seduhan ketumbar untuk me-
ringankan sakit
2. Etiologi
Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (en-
dogen) hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi
dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua,
sehingga produksi hormon, enzim, dan zat-zat yang diperlukan untuk keke-
balan tubuh menjadi berkurang. Usia memiliki pengaruh penting bagi fungsi
paru. Bukti menunjukkan bahwa penurunan fungsi paru terkait dengan
penurunan drive napas neural namun lebih berkaitan lagi dengan perubahan
struktural pada sistem pernapasan terkait usia. Perubahan struktur dan anato-
mis pada paru antara lain: gangguan dan hilangnya serabut elastin, perubahan
cross-linking matriks (elastin dan kolagen), pengecilan diameter bronkiolus
kecil, pembersaran airspace terminal, penambahan jumlah pori-pori Kohn,
pengurangnan total alveolar, dan pengurangan jumlah kapiler per alveolus
(Hasan dan Arusita, 2017).
Pada sistem kardiovaskuler, katup jantung menebal dan kaku, kemampu-
an memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas
pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah pe-
rifer sehingga tekanan darah meningkat; Perubahan sistem kardiovaskuler me-
nyebabkan terjadinya penyakit jantung. Penyakit jantung adalah penyakit yang
melibatkan pembuluh jantung atau darah (arteri dan vena) dengan faktor resiko
yaitu usia, jenis kelamin, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol serum, mero-
kok tembakau, konsumsi alkohol yang berlebihan, riwayat keluarga, obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, faktor psikososial, diabetes melitus, dan polusi udara
(Suiraoka, 2012 dalam Hapsari, 2016).
a. PPOK
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) dalam Rahmadi
(2015) adalah :
1) Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas
kimiawi.
2) Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya
fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3) Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma
orang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4) Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim
yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan
orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia
yang relatif muda, walau pun tidak merokok.
Menurut Muttaqin Arif (2008) dalam Hapsari (2016), penyebab dari
PPOK adalah:
1) Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronchitis dan
emfisema.
2) Adanya infeksi: Haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
3) Polusi oleh zat-zat pereduksi.
4) Faktor keturunan.
5) Faktor sosial-ekonomi: keadaan lingkungan dan ekonomi yang membu-
ruk.
Pengaruh dari masing –masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK
adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling domi-
nan.
b. Hipertensi
Penyakit pada sistem kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia
yaitu, hipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik diatas 160 mmHg
dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Faktor resiko hipertensi adalah
umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak
dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, kon-
sumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman be-
ralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Ke-
menkes RI, 2013 dalam Rabbaniyah, 2016).
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat ba-
dan lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai resiko
yang lebih besar terkena hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau
berat badan berlebih dikarenakan pola hidup yang tidak sehat (Rahajeng &
Tuminah, 2009 dalam Rabbaniyah, 2016). Faktor yang berpengaruh ter-
hadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara ber-
sama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial. Teori esen-
sial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh faktor yang
saling mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam patofisi-
ologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu
asupan garam, stres, dan obesitas (Dwi & Prayitno, 2013 dalam Rabbani-
yah, 2016).
Faktor-faktor yang berperan dalam hipertensi pada lanjut usia adalah:
(Hadi & Martono, 2010) dalam Rabbaniyah (2016):
1) Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Semakin usia ber-
tambah makin sensitif terhadap peningkatan dan penurunan kadar na-
trium.
2) Penurunan elasitisitas pembuluh darah perifer akibat proses penuaan
yang akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada
akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik saja.
3) Perubahan ateromatous akibat proses penuaan yang menyebabkan
disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin-
sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan re-
sorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pem-
buluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan
tekanan darah.
4) Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat
proses penuaan. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus:
hipertensi-glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus
menerus.
3. Manifestasi Klinis
a. PPOK
Manifestasi klinis akan mengarah pada dua tipe perokok (Smaltzer &
Bare, 2007) dalam Hapsari (2016):
1) Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2) Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
1) Kelemahan badan
2) Batuk
3) Sesak nafas
4) Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi
5) Mengi atau wheezing
6) Ekspirasi yang memanjang
7) Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
8) Penggunaan obat bantu pernafasan
9) Suara nafas melemah
10) Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11) Edema kaki, asietas dan jari tabuh.
Obstruksi
bronliolus awal
Fase ekspirasi
Udara ter-
perangkap da-
lam alveolus
PaO2 rendah
Suplay O2 jaringan, Sesak nafas, Pola nafas
rendah PaO2 tinggi nafas pendek tidak efektif
2) Macam-macam Hipertensi
Hipertensi dapat terbagi menjadi dua golongan
Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Sekitar 95% kasus hipertensi primer atau esensial merupakan
hipertensi yang sampai saat ini masih belum diketahui penyebab-
nya secara pasti ( Rudianto, 2013).
Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah hipertensi
yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan
vaskuler, kerusakan ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).
3) Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya
Kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektifi-
tas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang PPOK
Berdasarkan PDPI (2011), Kemenkes RI (2008), dan Somantri (2009),
pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah sebagai berikut:
1) Chest X- Ray : dapat menunjukkan hyperinflation paru, flattened diafrag-
ma, peningkatan ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vascular /
bullae ( emfisema ), peningkatan suara bronkovaskular ( bronchitis ), nor-
mal ditemukan saat periode remisi ( asma ).
2) Pemeriksaan fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau re-
striksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan mengevaluasi efek dari tera-
pi, misalnya bronkodilator.
3) Total lung capacity (TLC) : meningkat pada bronkitis berat dan biasanya
pada asma, namun menurun pada emfisema.
4) Kapasitas inspirasi : menurun pada emfisema.
5) FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan ka-
pasitas vital (FVC) menurun pada bronkitis dan asma.
6) Arterial blood gasses (ABGs) : menunjukan prose penyakit kronis, sering
kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkatkan (bronkitis kronis
dan emfisema), terapi sering kali menurun pada asma, Ph normal atau asi-
dosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (em-
fisema sedang atau asma).
7) Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolabs
bronkial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mucus
(brokitis).
8) Darah lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan eo-
sinophil (asma).
9) Kimia darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema
perimer.
10) Sputum kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi
pathogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan
penyakit keganasan/ elergi.
11) Electrokardiogram (ECG) : diviasi aksis kanan, glombang P tinggi ( asma
berat), atrial disritmia (bronkitis), gelombang P pada leads II, III, dan AVF
panjang, tinggi (pada bronkitis dan efisema) , dan aksis QRS vertical (em-
fisema).
12) Exercise ECG , stress test :membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
pernafasan, mengevaluasi keektifan obat bronkodilator, dan merencana-
kan/ evaluasi program.
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hb/Ht : untuk megkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diaki-
batkan oleh pengeluaran kadar katekolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dam ada DM.
2) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelom-
bang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5) Photo dada : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pem-
besaran jantung.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1) Bronkodilator
Pada eksaserbasi bronkodilatol digunakan untuk penanganan
yang cepat yaitu sering digunakan short-acting ß2-agonists dosis
tinggi dan dapat dikombinasi dengan antikolinergik. Bronkodilator
digunakan dengan MDI atau dengan nebulasi untuk pasien dengan
gejala sesak nafas yang parah (Dipiro et al, 2008)
2) Kortikosteroid
Kortikosteroid oral atau intravena digunakan untuk terapi
PPOK eksaserbasi akut dalam jangka yang pendek (9 hingga 14 hari)
untuk meminimalkan risiko efek samping yang ditimbulkan. Dosis
dapat diturunkan secara bertahap untuk pemakaian kortikosteroid lebih
dari 2 minggu dan disesuaikan dengan kondisi klinis pasien (Dipiro et
al, 2008).
3) Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N-asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksa-
serbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia).
4) Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik
dengan sputum yang viscous (misalnya ambroksol, erdostein). Mengu-
rangi eksaserbasi pada PPOK bronchitis kronik, tetapi tidak dianjurkan
sebagai pemberian rutin (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia).
5) Antibiotik
Antibiotik diberikan bila terdapat 2 atau lebih dari gejala di
bawah ini :
Peningkatan sesak nafas
Peningkatan jumlah sputum
Sputum berubah menjadi purulen (perubahan warna sputum)
Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat
dan komposisi antibiotik yang mutakhir. Antibiotik bermanfaat untuk
pasien PPOK eksaserbasi dengan tanda klinis infeksi saluran napas.
Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur re-
sistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih
antibiotik yang tepat (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011).
b. Nonfarmakologis
Terapi non farmakologi bisa dilakukan dengan menghentikan kebia-
saan merokok, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan
pernapasan secara teratur serta memperbaiki asupan nutrisi. Edukasi
mengenai PPOK kepada pasien merupakan hal penting dalam pengel-
olaan jangka panjang pada PPOK stabil. Pada umumnya, edukasi pada
PPOK berbeda dengan edukasi pada asma PPOK adalah penyakit kronik
yang bersifat irreversible dan progresif, inti dari edukasi adalah me-
nyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan
penyakit (Budweiser et al., 2008).
9. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli
udara vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
b. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ven-
tilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah
normal akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
3) Peningkatan tekanan intra kranial
4) Gangguan kesadaran
5) Gangguan tidur.
d. Pada sistem gastrointestinal
1) Distensi lambung, ileus
2) Perdarahan lambung
e. Gangguan lainnya
1) Obstruksi jalan nafas
2) Hipertensi
3) Tension pneumotoraks
c. Intervensi
d. Evaluasi
P: intervensi
dihentikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPOK merupakan peradangan atau inflamasi pada saluran pernafasan dan paru-
paru yang diakibatkan oleh adanya partikel dan gas yang berbahaya yang ditandai
adanya sesak nafas pada saat melakukan aktivitas dan terganggunya aliran udara
masuk dan keluar dari paru-paru. Selain itu penyebab PPOK ini adanya kebiasaan
merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi, faktor usia dan jenis
kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat
gejala penyakit tidak dirasakan.
Sedangkan Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi ini ketika seseorang yang memiliki berat badan lebih atau
obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai resiko yang lebih besar terkena
hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan
pola hidup yang tidak sehat. Pada lansia hipertensi terjadi karena faktor penurunan
elasitisitas pembuluh darah perifer akibat proses penuaan yang akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi
sistolik saja. Masalah PPOK pada lansia memiliki tingkatan dari tingkat 0 (beresiko)
sampai tingakt IV (sangat berat). Sedangkan hipertensi memiliki jenis yaitu hipertensi
esensial atau hipertensi primer, hipertensi sekunder.
Banyaknya Evidance Based Practice yang sudah dilakukan penelitiannya dan
diuji manfaatnya untuk mengatasi masalah kesehatan terutama hipertensi khususnya
pada lansia, seperti pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia hipertensi, pemberian jus mentimun untuk menurunkan tekanan darah
pada lansia, dan pemberian seduhan ketumbar untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia dan banyak lagi.
3.2 Saran
Sebelum kita menyampaikan ramuan tradisional yang baik untuk setiap lansia,
sebaiknya kita harus melihat apakah ramuan tradisional tersebut sudah termasuk
dalam evidance based practice atau telah diuji dan memberikan manfaat nya seperti
apa, sehingga sebagai mahasiswa Ilmu Keperawatan tidak salah dalam melakukan
praktik di komunitas nantinya. Selain itu, sebagai mahasiswa Ilmu Keperawatan
memegang peran penting dalam memberikan Asuhan Keperawatan Lansia, karena
setiap tindakan yang diberikan harus memperhatikan semua aspek terutama psikologis
para lansia, dan paling penting meningkatkan kesejahteraan lansia dan membantu
semangat hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Ekanto, B., Istiqomah, I., Anisa U. (2015). Pemberian Mentimun Terhadap Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik pada Wanita Lansia Hipertensi. Jurnal Keperawatan Karya
Bhakti, 1(1):25–31.
Fikri. (2008). Mentimun, Murah dan Menyegarkan. Tabloid Cempaka, hlm 28-30.
Hapsari, E. R. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronik. Naskah Publikasi. Diperoleh dari
http://repository.ump.ac.id/1077/5/ENDAH%20RETNO%20HAPSARI%20BAB%20
II.pdf pada 18 Oktober 2019.
Hasan, H, & Arusita, R. M. (2017). Perubahan fungsi paru pada usia tua. Jurnal Respirasi.
Vol.3, No.2. diperoleh dari https://e-
journal.unair.ac.id/JR/article/download/12323/7120 pada 18 Oktober 2019.
Hidayat, S., Hasanah, L., dan Susantin D. H. (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam ter-
hadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Wiraraja Medika8(2):14-21. Diakses melalui
https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/FIK/article/view/647 pada 17 oktober
2019
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). KEMENKES RI. Jakarta
Nurarif, H., Amin., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diag-
nosa medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.
PDPI. (2011). PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik): Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Rahmadi, Y. (2015). Asuhan keperawatan pada Tn. W dengan gannguan sistem pernapasan:
Penyakit paru obstruktif kronik di ruang Anggrek Boungenvile RSUD Pandan Arang
Boyolali. Naskah Publikasi. Diperoleh dari
http://eprints.ums.ac.id/34292/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf pada 18 Oktober
2019
Rabbaniyah, F. (2016). Hubungan senam lansia terhadap kualitas hidup lansia yang men-
derita hipertensi di Klinik HC Ummi Kedaton Bandar Lampung. Diperoleh dari
http://digilib.unila.ac.id/20717/ pada 18 Oktober 2019.
Rudianto, F. (2013). Menaklukan hipertensi dan diabetes. Yogyakarta: Hak Cipta
Somantri, I. (2009) .Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Suresh CJ. Nindi S, & Pretti S. (2012). Antioxidant and Lipid Lowering Effect Coriandrum
Sativum In Cholesterol Fed Rabbits. International Journal Of Pharmachy Volume 4,
No 3, 231-234. Di akses pada tanggal 17 oktober 2019www.ijppsjournal.com/Vol4
Suppl3/3694.pdf
Touhy, T. A & Jett, K. F. (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy Ag-
ing (4thEd).Missouri: Elsevier Mosby
Wijoyo, M. Padmiarso. (2008). Sehat Dengan Tanaman Obat. Jakarta: Bee Media Indonesia
Zauhani, K. ( 2012). Efek Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah.
Akper Bahrul Ulumdan stikes Bahrul Ulum. diakses tanggal 17 oktober 2019
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/view/173