Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
Kelompok 2
Bismillahirrahmanirrohim, Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, daninayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat me-
nyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN PPOK DAN HIPERTENSI“ ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga
kami dapat memperbaiki makalah kami di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Sekenario.........................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................
1.4 Tujuan Penulisan...............................................................................................
1.5 Manfaat Penulisan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Terminologi......................................................................................................
2.2 Learning Isues..................................................................................................
2.3 Brainstroming...................................................................................................
2.4 Mind Mapping...................................................................................................
2.5 Laerning Objectif...............................................................................................
2.6 Pembahasan Learning Objectif...........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke atas.
Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh
kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya
penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang umum di derita lansia salahsatunya
adalah hipertensi (Nugroho, 2008). Hipertensi merupakan masalah besar dan serius
di seluruh dunia karena prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang. Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di
dunia. Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun.
Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur (Aro-
ra,2008). Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah. Ke-
banyakan lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih,terutama
makan-makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam
dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin dan gurih berpelu-
ang besar terkena hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebi-
han dapat menahan air retensi sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Aki-
batnya jantung harus bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik.
Maka dari itu bisamenyebabkan hipertensi(Yekti,2011).
Penyebab lain selain polamakan yang sering dialami oleh penderita hipertensi
adalah stres. Dikarenakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun
stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaaan, kelas sosial,ekonomi,dan karakteris-
tik personal (Gunawan,2005).
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah penderita
PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 400 juta jiwa di
tahun 2020 mendatangdan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkem-
bang, termasuk negara Indonesia.Angka kejadian PPOK di Indonesia menempati
urutan kelima tertinggi di dunia yaitu 7,8 juta jiwa. Jumlah penderita PPOK mening-
kat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, asap rokok dan polusi udara.
PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik
dengan lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan
pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan
faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya
dapat terjadi dalam rentang lebihdari 20-30 tahunan.(Smeltzer dan Bare. 2006). Pen-
yakit ini juga mengancam jiwa seseorang jika tidak segera ditangani(Smeltzerdan
Bare,2006). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian.
B. Skenario
Kakek kenapa ya, Kok sering sesak nafas dan kepala pusing?
Ners muda melakukan anamnesis pada seorang lansia dan diperoleh data bahwa
kakek g (73 tahun) dulunya merupakan seorang pengusaha. Gaya hidup waktu muda
biasa makan makanan junkfood, seafood, dan makanan enak lainnya yang cenderung
tinggi akan kolesterol. Kakek g juga memilki riwayat merokok dua bungkus sehari
selama lebih dari 30 tahun. Saat anamnesis kakek g mengeluh sesak nafas, terkadang
nyeri dada saat sesak bernafas, disertai batuk berdahak yang berulang, sesak mem-
buruk saat beraktifitas dan sesak berkurang saat beristirahat, selain itu kakek g juga
mengeluh tengkuk kepala sering kaku (kaku kuduk) dan kepala pusing. Yang dil-
akukan selama ini untuk mengatasi keluhannya adalah berobat ke rumah sakit dan
mengkonsumsi obat tradisional berupa rebusan daun salam, minum jus mentimun,
dan terkadang minum seduhan ketumbar.
D. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui defenisi gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler
(Hipertensi) pada lansia
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler
(Hipertensi) pada lansia
3. Untuk mengetahui manifestasi gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler
(Hipertensi) pada lansia
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan proses penuan gangguan respirasi (PPOK)
dan Kardiovasakuler (Hipertensi) pada lansia
5. Untuk mengetahui perubahan sistem respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler
(Hipertensi) pada lansia
6. Untuk mengetahui masalah kesehatan dan klasifikasi gangguan respirasi (PPOK)
dan Kardiovasakuler (Hipertensi) pada lansia
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gangguan respirasi (PPOK) dan Kar-
diovasakuler (Hipertensi) pada lansia
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasa-
kuler (Hipertensi) pada lansia
9. Untuk mengetahui komplikasi gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler
(Hipertensi) pada lansia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan respirasi (PPOK) dan Kar-
diovasakuler (Hipertensi) pada lansia
11. Untuk mengetahui defenisi gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler
(Hipertensi) pada lansia
12. Untuk mengetahui indeks brigmen
13. Untuk mengetahui kadar obat tradisional (Evident Based Practiced) pada
gangguan respirasi (PPOK) dan Kardiovasakuler (Hipertensi) pada lansia
E. Manfaat Penulis
1. Memberikan wawasan lebih mendalam mengenai penyakit PPOK dan Hipertensi
pada lansia lebih baik dalam defenisi, etiologi, patofisiologi terkini, manifestasi
klinis, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan,
pengkajian, dan lain-lain.
2. Sebagai landasan teori terkini mengenai penyakit PPOK dan Hipertensi pada lan-
sia yang dapat dimanfaatkan sebagai landasan teori bagi pembaca mengenai pen-
yakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terminologi
1. Kaku kuduk
Rasa kaku dibelakang leher (kuduk) menyebabkan leher menjadi pegal se-
hingga tidak bisa digerakkan
Kaku kuduk biasanya terjadi pada 70% pasien meningitis bakteri pada de-
wasa.
2. Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh individu
Tubuh memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, tetapi han-
ya di daerah submandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada
orang sehat
3. Status generalis
Pengkajian umum (keadaan, kesadaran, tandatanda vital)
Pemeriksaan fisik individu secara umum
4. Vesikuler positif
Suara nafas normal, terdengar saat dilakukan auskultasi
5. Hipersonor
Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong
Bunyi perkusi yang kepadatannya mulai berkurang
6. Fremitus
Fremitus adalah bunyi yang ditransmisikan ke seluruh tubuh
Pemeriksaan fremitus adalah pemeriksaan resonansi vokal
B. Learning Isues
1. Penyebab tingginya kadar kolesterol pada seseorang selain makanan
2. Berapakah kadar normal kolesterol?
3. Hubungan makanan yang di konsumsi dengan gejala yang dialami sekarang
4. Manfaat rebusan daun salam, jus mentimun dan seduhan ketumbar
5. Apakah ada efek setelah mengkonsumsi obat kimia dan tradisional?
6. Dengan kondisi pasien RR 30x/ menit, tindakan mandiri apa yang dapat dil-
akukan untuk mengatasi sesak nafas?
7. Masalah keperawatan apa yang mungkin muncul?
8. Apakah penyebab perbesaran dada pada pasien?
9. Penyakit apa yang kemungkinan di derita oleh kakek?
10. Apakah penyebab dari TTV tinggi
C. Brainstroming
1. Penyebab tingginya kadar kolesterol:
Gaya hidup yang tidak sehat
Kurangnya olahraga
Kurangnya aktivitas pada lansia, minimal lansia beraktivitas 30 menit dalam
sehari
Merokok
Riwayat diabetes pada lansia
obesitas
2. Kadar normal kolesterol: Kurang dari 100, rendah kolesterol. Kurang dari 200,
kadar kolesterol normal. Lebih dari 240, kadar kolesterol tinggi.
3. Kolesterol yang tinggi, dan riwayat hipertensi pada pasien, menyebabkan pasien
mengalami sakit tengkuk. Kadar kolesterol yang tinggi membuat aliran darah
pasien terganggu sehingga pasien mengeluhkan sakit dan sesak nafas.
4. Daun salam dan jus mentimun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah pada
pasien dengan hipertensi. Seduhan ketumbar bermanfaat untuk menurunkan kadar
kolesterol dalam tubuh.
Obat kimia : efek samping obat tinggi
Tradisional : efek samping rendah. Tergantung dengan kadar obat tradisional,
sulit untuk menentukan kadar obat tradisional.
Penggunaan obat kimia dan obat tradisional secara bersamaan dapat me-
nyebabkan overdosis, karena kandungan yang dimiliki obat sama.
5. Tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien:
Posisi semi fowler
Kepada agak condong kedepan agar pasien tidak sesak nafas
Ajarkan teknik batuk efektif kepada pasien
6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul:
Gangguan pola nafas
Gangguan jalan nafas
Ketidakseimbangan nutrisi
7. Perbesaran dada pada pasien diakibatkan oleh penggunaan otot bantu nafas yang
terlihat dari retraksi dinding dada, hipertropi otot bantu nafas, serta pelebaran
sela iga.
8. Penyakit yang kemungkinan di derita oleh kakek adalah penyakit paru obstruksi
akut dengan gambaran klinis terjadi pada usia pertengahan, gejala progresif lam-
bat, riwayat merokok, sesak saat beraktivitas, adanya hambatan aliran udara.
9. Penyebab tanda tanda vital tinggi bisa karena gaya hidup yang tidak sehat.
D. Mind Mapping
Kakek G
Konsumsi obat rebusan daun salam, jus mentimun, seduhan ketumbar untuk me-
ringankan sakit
E. Learning Objective
1. Asuhan Keperawatan Lansia dengan PPOK
1.12 Apa defenisi PPOK?
1.13 Apa etiologi PPOK?
1.14 Bagaimana patofisiologi PPOK?
1.15 Bagaimana manifestasi klinis PPOK?
1.16 Jelaskan Derajat PPOK?
1.17 Bagaimana perubahan sistem pernapasan?
1.18 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
1.19 Bagaimana penatalaksanaan pada PPOK?
1.20 Apa saja terkait indeks brinkmen?
1.21 Apa komplikasi pada PPOK?
1.22 Bagaimana ASKEP pada klien PPOK?
Obstruksi
bronliolus awal
Fase ekspirasi
Udara ter-
perangkap da-
lam alveolus
PaO2 rendah
kompensasi
Gg. Metabolisme
jaringan
Kardiovaskuler Gg. Pertukaran gas
Metabolisme
Hipertensi aerob
pulmonal
Produksi ATP
menurun Intoleransi
Gagal
jantung aktivitas
kanan Lelah, lemah
Defisit energi
gg. pola tidur
1.4. Manifestasi Klinis PPOK
Manifestasi klinis akan mengarah pada dua tipe perokok (Smaltzer &
Bare, 2007) dalam Hapsari (2016):
1) Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2) Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
1) Kelemahan badan
2) Batuk
3) Sesak nafas
4) Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi
5) Mengi atau wheezing
6) Ekspirasi yang memanjang
7) Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
8) Penggunaan obat bantu pernafasan
9) Suara nafas melemah
10) Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11) Edema kaki, asietas dan jari tabuh.
Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis, ditandai oleh sesak
nafas dengan atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan purulen,
demam, kesadaran menurun.
b. Infeksi berulang
c. Kor pulmonal
3) Intervensi
5) Evaluasi
No Dx Evaluasi
Bersihan jalan nafas tidak S: klien mengatakan batuk secara efektif
efektif b.d peningkatan O: nadi 116 x/ menit
produksi sekret
Tekanan darah 170/95 mmHg
Pernafasan 30 x/ menit
Suhu 36,2◦C
A: maslah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pernafasan 30 x/ menit
Suhu 36,2◦C
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pernafasan 30 x/ menit
Suhu 36,2◦C
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hb/Ht : untuk megkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi gin-
jal.
Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat dia-
kibatkan oleh pengeluaran kadar katekolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dam ada DM.
2) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian ge-
lombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbai-
kan ginjal.
5) Photo dada : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pem-
besaran jantung.
2.8. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Farmakologi
2) Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti
dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum
sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko perma-
salahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita
hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain,
maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana
tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bu-
lan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan
penurunan tekanan darah yang diharapkan atau
didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka san-
gat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
2) Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arteroskle-
rotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh ter-
sebut. Akibathipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebu-
tuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat ter-
jadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hiper-
trofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya
pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan
air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung,
1995).Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih
besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang
yang tidak mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).
4) Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan ka-
piler dan mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan
saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebab-
kan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian men-
dadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa
hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita hipertensi (Corwin, 2005).
Diagnosa: Resiko tinggi terhadap Tujuan: tidak meningkat, tid- o Pantau TD, ukur pada
penurunan curah jantung berhub- ak terjadi vasokon- kedua tangan, gunakan man-
ungan dengan peningkatan afterload, striksi,tidak terjadi iskemia set dan tehnik yang tepat.
vasokonstriksi, iskemia miokard, miokard.
o Catat keberadaan, kualitas
hipertropi ventrikular.
Kriteria Hasil: berpartisipasi denyutan sentral dan pe-
dalam aktivitas yang rifer.o Auskultasi tonus jan-
menurunkan tekanan darah / tung dan bunyi napas.
beban kerja jan-
o Amati warna kulit, kelem-
tung ,mempertahankan TD
baban, suhu dan masa pen-
dalam rentang individu yang
gisian kapiler.o Catat edema
dapat
umum.o Berikan lingkungan
diterima,memperlihatkan
tenang, nyaman, kurangi ak-
norma dan frekuensi jantung
tivitas.o Pertahankan pem-
stabil dalam rentang normal
batasan aktivitas seperti
pasien.
istirahat ditempat tidur/kursi.
Diagnosa: Intoleransi aktivitas Tujuan: Aktivitas pasien ter- o Kaji toleransi pasien ter-
berhubungan dengan kelemahan penuhi. hadap aktivitas dengan
umum,ketidakseimbangan antara menggunkan parameter:
Kriteria Hasil: dapat ber-
suplai dan kebutuhan O2. frekuensi nadi 20 per menit
partisipasi dalam aktivitas
diatas frekwensi istira-
yang di inginkan
hat,catat pening-
/diperlukan,melaporkan pen-
katanTD,dipsnea, atau nyer-
ingkatan dalam toleransi ak-
idada, kelelahan berat dan
tivitas yang dapat diukur.
kelemahan, berkeringat,pusig
atau pingsan. (Parameter
menunjukan respon fisiologis
pasienterhadap stress, aktivi-
tas dan indicator derajat
pengaruh kelebihan kerja/
jantung).o Kaji kesiapan un-
tuk meningkatkan aktivitas
contoh : penurunan kelema-
han / kelelahan, TD stabil,
frekwensi nadi, peningkatan
perhatian padaaktivitas dan
perawatan diri. (Stabilitas
fisiologis pada istirahatpent-
ing untuk memajukan tingkat
aktivitas individual).o
Dorong memajukan aktivitas
/ toleransi perawatan diri.
(Konsumsioksigen miokardia
selama berbagai aktivitas
dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah
peningkatantiba-tiba pada
kerja jantung).
Diagnosa: Potensial perubahan per- Tujuan: Sirkulasi tubuh tidak o Pertahankan tirah bar-
fusi jaringan: serebral, ginjal, jan- terganggu. ing;tinggikan kepala tempat
tung berhubungan dengan gangguan tidur.
Kriteria Hasil TD dalam ba-
sirkulasi.
tas yang dapat diterima, tidak o Kaji tekanan darah saat
ada keluhan sakit kepala, masuk pada kedua lengan;
pusing, nilai- nilai laboratori- tidur, duduk dengan peman-
um dalam batas normal. tau tekanan arteri jika terse-
dia.o Pertahankan cairan dan
obat- obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi
mendadak.
o Pantau elektrolit,
BUN,kreatinin sesuai pesan-
an.o Ambulasi sesuai ke-
mampuan; hindari kelelahan.
3.3 Pemberian jus mentimun untuk menurunkan tekanan darah pada lan-
sia
Ada 3 cara dalam meramu dan membuat jus mentimun untuk mengurangi
hipertensi:
1) Menurut Khusnul (2012) mentimun sebanyak 100 gram yang di-
blender dengan 100 cc air tanpa tambahan bahan apapun, diberikan
sekali sehari selama satu minggu dan diberikan setiap sore hari.
2) Dua buah mentimun ukuran 100 gram segar dicuci bersih lalu diparut.
Hasil parutannya diperas dan disaring, lalu diminum sekaligus.
Lakukan 2- 3 kali sehari (Wijoyo, 2008).
3) Cara meramu mentimun (Cucumis Sativus) untuk menurunkan
tekanan darah tinggi yaitu ambil sebanyak 2 buah timun ukuran se-
dang. Cuci sampai bersih lalu potong-potong seperlunya. Kemudian
rebus dengan 3-4 gelas air sampai tersisa separuhnya. Dinginkan, sar-
ing. Bagi ramuan menjadi dua. Minum pagi dan malam. Lakukan
pengobatan sampai sembuh (Fikri, 2008)
4) Mengkonsumsi jus mentimun 200 gram dengan air sebanyak 150 cc
setiap hari selama tujuh hari berturut-turut, dapat menurunkan
tekanan darah sistolik setelah minum jus mentimun adalah 136, 82
mmHg (± 9,816), lebih rendah dari tekanan darah sistolik sebelum
minum jus mentimun adalah 167, 7 mmHg (± 6,068) dengan p <
0,01) (Ekanto B, Istiqomah I, Anisa U., 2015)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPOK merupakan peradangan atau inflamasi pada saluran pernafasan dan paru-
paru yang diakibatkan oleh adanya partikel dan gas yang berbahaya yang ditandai
adanya sesak nafas pada saat melakukan aktivitas dan terganggunya aliran udara
masuk dan keluar dari paru-paru. Selain itu penyebab PPOK ini adanya kebiasaan
merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi, faktor usia dan jenis
kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat
gejala penyakit tidak dirasakan.
Sedangkan Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi ini ketika seseorang yang memiliki berat badan lebih atau
obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai resiko yang lebih besar terkena
hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan
pola hidup yang tidak sehat. Pada lansia hipertensi terjadi karena faktor penurunan
elasitisitas pembuluh darah perifer akibat proses penuaan yang akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi
sistolik saja. Masalah PPOK pada lansia memiliki tingkatan dari tingkat 0 (beresiko)
sampai tingakt IV (sangat berat). Sedangkan hipertensi memiliki jenis yaitu hipertensi
esensial atau hipertensi primer, hipertensi sekunder.
Sebelum kita menyampaikan ramuan tradisional yang baik untuk setiap lansia,
sebaiknya kita harus melihat apakah ramuan tradisional tersebut sudah termasuk
dalam evidance based practice atau telah diuji dan memberikan manfaat nya seperti
apa, sehingga sebagai mahasiswa Ilmu Keperawatan tidak salah dalam melakukan
praktik di komunitas nantinya. Selain itu, sebagai mahasiswa Ilmu Keperawatan
memegang peran penting dalam memberikan Asuhan Keperawatan Lansia, karena
setiap tindakan yang diberikan harus memperhatikan semua aspek terutama psikologis
para lansia, dan paling penting meningkatkan kesejahteraan lansia dan membantu
semangat hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Ekanto, B., Istiqomah, I., Anisa U. (2015). Pemberian Mentimun Terhadap Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik pada Wanita Lansia Hipertensi. Jurnal Keperawatan Karya
Bhakti, 1(1):25–31.
Fikri. (2008). Mentimun, Murah dan Menyegarkan. Tabloid Cempaka, hlm 28-30.
Hapsari, E. R. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronik. Naskah Publikasi. Diperoleh dari
http://repository.ump.ac.id/1077/5/ENDAH%20RETNO%20HAPSARI%20BAB%20
II.pdf pada 18 Oktober 2019.
Hasan, H, & Arusita, R. M. (2017). Perubahan fungsi paru pada usia tua. Jurnal Respirasi.
Vol.3, No.2. diperoleh dari https://e-
journal.unair.ac.id/JR/article/download/12323/7120 pada 18 Oktober 2019.
Hidayat, S., Hasanah, L., dan Susantin D. H. (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam ter-
hadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Wiraraja Medika8(2):14-21. Diakses melalui
https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/FIK/article/view/647 pada 17 oktober
2019
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). KEMENKES RI. Jakarta
Nurarif, H., Amin., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diag-
nosa medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.
PDPI. (2011). PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik): Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Rahmadi, Y. (2015). Asuhan keperawatan pada Tn. W dengan gannguan sistem pernapasan:
Penyakit paru obstruktif kronik di ruang Anggrek Boungenvile RSUD Pandan Arang
Boyolali. Naskah Publikasi. Diperoleh dari
http://eprints.ums.ac.id/34292/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf pada 18 Oktober
2019
Rabbaniyah, F. (2016). Hubungan senam lansia terhadap kualitas hidup lansia yang men-
derita hipertensi di Klinik HC Ummi Kedaton Bandar Lampung. Diperoleh dari
http://digilib.unila.ac.id/20717/ pada 18 Oktober 2019.
Rudianto, F. (2013). Menaklukan hipertensi dan diabetes. Yogyakarta: Hak Cipta
Somantri, I. (2009) .Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Suresh CJ. Nindi S, & Pretti S. (2012). Antioxidant and Lipid Lowering Effect Coriandrum
Sativum In Cholesterol Fed Rabbits. International Journal Of Pharmachy Volume 4,
No 3, 231-234. Di akses pada tanggal 17 oktober 2019www.ijppsjournal.com/Vol4
Suppl3/3694.pdf
Touhy, T. A & Jett, K. F. (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy Ag-
ing (4thEd).Missouri: Elsevier Mosby
Wijoyo, M. Padmiarso. (2008). Sehat Dengan Tanaman Obat. Jakarta: Bee Media Indonesia
Zauhani, K. ( 2012). Efek Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah.
Akper Bahrul Ulumdan stikes Bahrul Ulum. diakses tanggal 17 oktober 2019
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/view/173