DISUSUN OLEH :
1. Agnes Rahayu Putri ( PO.71.1.18.0001 )
2. Lasro Theresia Siburian ( PO.71.1.18.0013 )
3. Muhammad Rasyid Ridha ( PO.71.1.18.0018 )
4. Nur Fadilla Bahri ( PO.71.1.18.0020 )
5. Regina S.Turnip ( PO.71.1.18.0026 )
6. Vina Febriyola ( PO.71.1.18.0036 )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, berkat
dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Asuhan keperawatan lansia dengan penyakit hipertensi ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Keperawatan Gerontik. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas makalah ini dan pihak yang telah membagi pengetahuannya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dinantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
(Kelompok 1)
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)............................................................................6
2.1.1 Definisi lanjut usia (lansia)..................................................................................6
2.1.2 Karakteristik Lansia.............................................................................................6
2.2 Konsep Dasar Hipertensi.............................................................................................8
2.2.1 Pengertian.............................................................................................................8
2.2.2 Etiologi Hipertensi...............................................................................................8
Tabel 1.1 klasifikasi hipertensi...............................................................................................9
Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi.............................................................................................10
Tabel 1.3 klasifikasi hipertensi.............................................................................................10
2.2.3 PATHWAY HIPERTENSI................................................................................11
2.2.4 MANIFESTASI KLINIS...................................................................................12
2.2.5 Pemeriksaan diagnostic......................................................................................12
2.2.6 Penatalaksanaan medis.......................................................................................13
Tabel 2.4 contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan........................................15
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi.........................................19
2.3.1 Pengkajian Keperawatan....................................................................................19
2.3.2 Diagosa Keperawatan.........................................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................................21
2.3.4 Intervensi Keperawatan......................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................28
TINJAUAN KASUS................................................................................................................28
BAB IV....................................................................................................................................45
PENUTUP................................................................................................................................45
3
4.1 Kesimpulan................................................................................................................45
4.2 Saran..........................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................46
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
berisiko menjadi hipertensi.
Bedasarkan uraian latar belakang tersebut kami tertarik untuk membahas
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi.
6
j. Untuk mengetahui penyelesaian kasus pada lansia dengan hipertensi
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Manfaat bagi meneliti yaitu dapat menambah pengetahuaan dalam mengembangkan
wawasan
hipertensi pada lansia.
b. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat dijadikan salah satu bagian
dari pembelajaran asuhan keperawatan pada pada lansia dengan Hipertensi
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dari gambaran asuhan
keperawatan selanjutnya pada kasus Hipertensi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)
8
4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia Dan Implikasi Klinik
a. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsursering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan,
namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada
dewasa muda, kecepatan jantung dibawah tekanan yaitu,180-200 x/menitkecepatan
jantung pada usiam70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.
1) Perubahan Struktur
Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan
merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi
kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait.
Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung,
yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan
amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan
pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan
ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun.
Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem kardiovaskular
akibat proses menua :
(a) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan kontraktil.
(b) Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his
kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.
(c) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial
arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan
penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
9
(d) Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga
mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan penumpukan
darah.
2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
(NANDA,2015). Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok,
alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
10
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output (CO)
dengan tahanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol ≥ 140 < 90
terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Tabel 1.1 klasifikasi hipertensi
11
Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi
12
2.2.3 PATHWAY HIPERTENSI
13
2.2.4 MANIFESTASI KLINIS
14
6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
15
(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan
dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:
16
alcohol
Tabel 2.4 contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan
b. Olahraga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara
teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk
mencegah kemungkinan komplikasi.
c. Terapi Obat
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan
darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang
menjalani terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni:
Tabel 2.5 Terapi Obat
17
Keterangan: TOD/CCD (Target Organ Damage/Clinical Cardiovascular
Disease) menunjukkan adanya kerusakan organ target atau penyakit
kardiovaskuler klinis.
Jenis anti hipertensi tersebut yaitu:
d. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume
plasma (dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga
meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi
kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi
vaskuler perifer. Contoh obat pada golongan ini adalah hidroklortiazid,
klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.
e. Agen Penghambat Beta Adrenergik
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung,
kemudian juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi
dengan aktivitas rennin plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang
berusia lebih muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau
memperburuk gagal ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan,
letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat dalam golongan ini adalah: acebutolol,
atenolol, betaksolol, labetalol, dll.
f. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang.
Aksi kerja utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-
aldosteron, tetapi juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin dan kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.
Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek samping yang menggangu.
Contoh obat golongan ini yaitu:
benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.
g. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami
batuk jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini
adalah:
eprosartan, irbesartan, losartan, valsartan, dll.
h. Agen Penghambat saluran Kalsium
18
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang berkaitan
dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi cairan daripada
vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni nyeri kepala,
edema perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam
golongan ini diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.
i. Antagonis Adrenoseptor Alfa
Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca sinaptik,
membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata
dan sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan dosis
kecil dan diberikan pada saat akan tidur.
j. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral
Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan tekanan darah
dengan cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat,
sehingga mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian
obat dan beberapa efek samping lainnya.
k. Dilator Arteriolar
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan
menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan gangguan
gastrointestinal dan dapat menginduksi sindroma menyerupai lupus. Minoksidil
menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada
pasien yang refrakter.
l. Penghambat Simpatetik Perifer
Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena efek samping
obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan efek samping lainnya seperti
sedasi, hidung tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat
ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis
yang rendah.
19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi
20
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
9) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).
2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum
5) Kalium serum
6) Kolesterol dan trygliserid
7) Urin analisa
8) Foto dada
9) CT Scan
10) EKG
21
d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.
22
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Klien menunjukkan peningkatan berat badan
2) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi
1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai
indikasi.
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan
dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir..
3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan.
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada
factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan
kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
23
1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan 2)
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan.
R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas
dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh :
penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
2) menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi
24
3) mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari dan mengubahnya.
Intervensi
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.
4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam
regiment teraupetik.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri /
keluarga.
R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
25
2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
26
3) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien.
Intervensi
1) Observasi tekanan darah
R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat
palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan kongesti vena.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi
atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
6) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
R/ Menurunkan tekanan darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi. Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
2) Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
3) Meminta bantuan bila diperlukan.
27
Intervensi:
1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
(a) Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
(b) Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
(c) Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien
terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan
alat bantu.
R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
regangan atau jatuh.
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera
4. Evaluasi
a. Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?
b. Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?
c. Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. K
Alamat : Gebang, Mojosongo
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Riwayat Kesehata
a. Keluhan Utama : Sulit tidur
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat klien datang ke posyandu lansia dilakukan pemeriksaan tekanan
darah dengan hasil TD /110mmHg. Ny.K mengatakan 2 malam
160
terakhir ini sulit tidur, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun
karena memikirkan anak di perantauan yang sudah lama tidak pulang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya,
dan belum penah MRS.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
29
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun seperti hipertensi, demam berdarah
II. POLA FUNGSI GORDON
1. Persepsi terhadap kesehatan
a. Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila
ada salah satu keluarga yang sakit langsung dibawa kerumah sakit.
Menurut pasien sehat adalah ia dapat melakukan aktivitasnya dengan
nyaman, dan sakit adalah ketika pasien merasakan segala sesuatu yang
membuat aktivitasnya tidak nyaman.
b. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit mering biasanya kerikan dan meminum
obat yang ada di warung didekat rumahnya.
c. Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
1) Faktor resiko penurunan curah jantung
2) Resiko Stroke
2. Pola Aktivitas dan Latihan
Pengkajian Katz Index
Kemampuan Perawatan Sebelum Sakit Selama Sakit
Diri
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di Tempat Tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan :
0. = mandiri
1. = dibantu dengan alat
30
2. = dibantu orang lain
3. = di bantu orang lain dengan alat
4. = tergantung total.
31
Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat warna
kuning kecoklatan
2) Selama Sakit
Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat warna
kuning kecoklatan tetapi hanya sedikit
6. Pola Kognitif Perceptual
Benar Salah No pertanyaan
32
c. Identitas diri : klien sebagai seorang janda mempunyai 5 orang anak,
tinggal bersama anak nomor 3 dan 4, anak pertama dan kedua merantau
mencari uang, dan anak ke 5 kuliah di luar kota
d. Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh anggota
badannya dan mensyukurinya
e. Peran diri : klien seorang anak yang setiap harinya bertugas
mengasuh cucunya dan ke sawah untuk berkebun
8. Pola Koping
Sebelum sakit : klien mengatakan senang berinteraksi dengan tetangga sekitar
dan ketika klien mengalami masalah selalu berdoa kepada Allah semoga
diberi jalan keluar
Setelah sakit : klien mengatakan masih berinteraski dengan tetangga dan
orang-orang sekitar serta mengikuti kegiatan yang ada di posyandu lansia dan
klien ketika mengalam sakit klien berdoa kepada Allah semoga diberi jalan
keluar.
9. Pola Seksual Reproduksi
Klien seorang janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya 8 tahun yang
lalu, klien memiliki 5 orang anak.
10. Pola Peran Hubungan
Klien mengikuti kegiatan yang ada di posyandu lansia dan mengikuti
mengajian disetiap minggunya.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Sebelum dan selama sakit klien setiap hari menjalankan solat 5 waktu
dirumah dengan rutin.
III. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Luas Rumah
Luas tanah ± 200meter, luas bangunan ± 120meter, dan memiliki tipe rumah
yang modern.
2. Keadaan Lingkungan Dalam Rumah
a. Penerangan
33
Penerangan yang ada di rumah Ny. K menggunakan lambu disetiap
ruangan.
b. Kebersihan dan Kerapihan
Rumah yang ditempati klien selalu dibersihkan setiap 2x sehari dan
membersihkan alat rumah tangga setiap hari serta ditata pada
tempatnya.
c. Pembagian Ruangan
Didalam rumah Ny. K terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi
d. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara rumah Ny. K sudah cukup baik, jendela dan pintu
dibuka setiap hari.
e. Keamanan
Di lingkungan rumah Ny. K diadakan ronda setiap malamnya dan ada
giliran jaga untuk setiap malamnya sesuai jadwal.
f. Sumber Air Minum
Sumber air yang dipakai keluarga Ny. K adalah sumur. Setiap hari air
sumur digunakan untuk mandi, makan, dan kebutuhan sehari-hari,
kondisi air sumur bersih, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
Terkadang keluarga Ny. K menggunakan air galon untuk minum. Jarak
sumber mata air dan septic tank 6m.
g. Ruang Pertemuan
Klien memiliki ruang tamu yang terdapat kursi dan meja tamu serta
ditata rapi dan dibersihkan setiap hari.
3. Keadaan Luar Rumah
a. Pemanfaatan halaman
Rumah Ny. K halaman ditanami pohon mangga, dan beberapa jenis
bunga
b. Pembuangan Air Limbah
Limbah Ny. K di buang di aliran air selokan
c. Pembungan Sampah
34
Klien mengatakan Ny. K membuang sampah pada tong sampah lalu
diambil oleh petugas TPA
d. Sanitasi
Sanitasi lingkungan lancar, jarak sumber air dan septic tank jauh
e. Sumber Pencemaran
Klien mengatakan tidak ada pencemaran karena jauh dari pabrik, jalan,
dan ternak unggas.
IV. PELAYANAN KESEHATAN
1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas yang digunakan Ny. K apabila sakit datang ke Klinik terdekat, dan
melakukan pemeriksaan di posyandu lansia setiap bulannya.
2. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Klien dan keluarga untuk mencegah selalu membersihkan rumah, dan
melakukan pola hidup yang sehat.
3. Jenis Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
Posyandu lansia yang ada setiap bulannya.
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Muskuloskeletal
Atas
Kekuatan otot ka/ki : otot kuat 4/4
ROM kanan dan kiri : gerakan normal
Perabaan akral : dingin
Pitting edema : tidak ada
Bawah
Kekuatan otot ka/ki : otot kuat 4/4
ROM kanan dan kiri : gerakan normal
Perabaan akral : dingin
Pitting edema : tidak ada
2. Sistem Kardiovasculer
Inspeksi : tidak nampak retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa
35
Perkusi : redup, konfigurasi jantung dalam batasan normal
Auskultasi : saura jantung reguler, tidak terdengar gallop
Frekuensi Nadi : 84x/menit
Irama : teratur
Kekuatan : kuat, cepat
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
3. Sistem Respirasi
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak whezing, tidak ronkhi
Frekuensi : 24x/menit
Irama : teratur
4. Sistem Integumen
Warna : Coklat
Bentuk : Keriput
Analisa data : Tidak ada gangguan
5. Sistem Urinaria
Klien mengatakan BAK 4-5 kali perhari dengan warna urine kuning
bening, tidak berbau, dan urine banyak
6. Sistem Gastrointestinal
Terdapat tukak lambung, ada nyeri tekan
36
ANALISA DATA
Nama : Ny. K
Usia : 68 tahun
No. Hari/Tanggal/Jam Data Etiologi Masalah
1. Rabu, 07 April 2021 Data Subjektif : Peningkatan Penurunan Curah
Klien mengeluh beban kerja Jantung
pusing, merasa jantung
tegang pada
punggung dan leher
Data objektif
Tekanan Darah :
160/100 mmHg
37
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,8OC
RR : 20x/menit
2. Rabu, 07 April 2021 Data Subjektif : Pola tidur Gangguan pola
Klien mengatakan tidak tidur
sudah 2 malam sulit menyehatkan
tidur, tidur pu tidak karena
nyenyak terfikirkan
Klien mengatakan anaknya yang
tidur hanya 4-5 jam tidak pulang
Data Objektif :
Tampak
konjungtiva pucat
Tampak kantung
mata
Klien tampak lemah
3. Rabu, 07 April 2021 Data subjektif : Factor Ketidakseimbangan
Klien mengatakan psikologiss nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
Klien mengatakan
badannya terasa
lelah
Klien mengatakan
dirumah sehari
makan 2x
Data objektif :
Tampak mukosa
pucat
Klien tampak lemah
Berat Badan
sebelum sakit : 60
kg
Berat badan setelah
38
sakit : 55 kg
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja
jantung.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis
INTERVENSI
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Perbandingan
keperawatan 3x 24 jam pada Ny. K setiap hari dari tekanan
diharapkan tidak terjadi penurunan terutama tekanan yang meningkat
curah jantung dengan kriteria hasil : darah. adalah
1. Pasien dapat beristirahat dengan 2. Observasi warna gambaran dari
tenang. kulit kelembaban, keterlibatan
2. Irama dan frekuensi jantung stabil dan suhu. vaskuler.
dalam batas normal 3. Berikan posisi 2. Untuk
(80-100x/menit) yang nyaman. mengidentifikasi
3. Tekanan darah dalam batas normal 4. Ajarkan teknik penurunan curah
39
TD kurang dari 140/80mmHg, N : relaksasi nafas jantung.
80x/menit, RR : 16-20x/menit, dalam. 3. Penurunan
Suhu : 36,5º-37,5ºC 5. Kolaborasi dengan resiko
dokter pemberian peningkatan
diuretik dan ahli intrakranial.
gizi diit natrium. 4. Memberikan
kenyamanan
dan
memaksimalkan
ekspansi paru.
5. Mengurangi
beban jantung.
22
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sleep Enchancement 1. Agar pola tidur
223x 24 jam pada Ny. K diharapkan tidak 1. Jelaskan pasien tetap
22terjadi gangguan pola tidur dengan pentingnya tidur stabil
22kriteria hasil : yang adekuat. 2. Untuk
221. Jumlah jam tidur dalam batas normal 2. Instruksikan mengetahui pola
22 6-7jam/hari untuk memonitor tidur pasien
2.2. Pola tidur, kualitas dalam batas tidur pasien 3. Untuk
normal 3. Monitor/catat mengetahui
3. Perasaan segar sesudah tidur dan kebutuhan tidur pasien tidur
istirahat pasien setiap hari dalam satu hari
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal dan jam berapa jam
yang meningkatkan tidur Kolaborasi Untuk
pemberian obat mencegah
tidur jika perlu gangguan tidur
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intake pasien 1. Cara khusus
keperawatan 3x 24 jam pada Ny. K 2. Sajikan makanan untuk
diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat dalam kondisi meningkatkan
dengan kriteria hasil : hangat nafsu makan
1. Nafsu makan meningkat. 3. Jaga kebersihan 2. Meningkatkan
2. Pasien mampu menghabiskan mulut intake makanan
makanan 1 porsi. 4. Berikan makanan 3. Mulut yang
40
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan- sedikit tapi bersih
kebutuhan nutrisi. sering/makanan meningkatkan
4. Tidak terjadi penurunan berat badan. ringan nafsu makan
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi. 5. Berikan informasi 4. Agar kebutuhan
tentang kebutuhan nutrisi terpenuhi
nutrisi 5. Agar
Kolaborasi pasien/keluarga
dengan dokter mengerti tentang
dan ahli gizi pentingnya
nutrisi
Agar
mempermudah
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien
IMPLEMENTASI
Diagnosa Hari/Tgl/ Implementasi TTD
Jam
Resiko penurunan 1. Mengobservasi
curah jantung TTV setiap hari
berhubungan terutama tekanan
dengan darah.
peningkatan beban 2. Mengobservasi
kerja jantung. warna kulit
kelembaban, dan
suhu.
3. Memberikan posisi
41
yang nyaman.
4. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam.
5. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian diuretik
dan ahli gizi diit
natrium.
Gangguan pola Sleep Enchancement
tidur berhubungan 1. Menjelaskan
dengan pola tidur pentingnya tidur
tidak menyehatkan yang adekuat.
2. Menginstruksikan
untuk memonitor
tidur pasien
3. Memonitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
4. Berkolaborasi
pemberian obat
tidur jika perlu
Ketidakseimbangan 1. Mengkaji intake
nutrisi kurang dari pasien
kebutuhan tubuh 2. Menyajikan
berhubungan makanan dalam
dengan faktor kondisi hangat
psikologis 3. Menjaga
kebersihan mulut
4. Memberikan
makanan sedikit
tapi
42
sering/makanan
ringan
5. Memberikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Berkolaborasi dengan
dokter dan ahli gizi
EVALUASI
Nama : Ny.K Umur : 68 Tahun
NO HARI/ EVALUASI TTD
DX TANGGAL/ JAM
1 Rabu,07 April S : Klien mengatakan pusing pada bagian
2021 belakang
11.30 wib O : - Klien tampak pucat, lemah
- Klien terlihat memegangi kepalanya
- TD : 160/110 mmHg, N: 84x/Mnt, RR:
16x/Mnt, Suhu : 36,6 Celcius
A : Masalah belum teratasi
43
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV setiap pagi, terutama
tekanan darah
- Observasi warna kulit, kelembaban, dan
suhu
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian diuretic dan ahli gizi diit Na
44
Nama : Ny.K Umur : 68 Tahun
NO HARI/ EVALUASI TTD
DX TANGGAL/ JAM
1 Kamis,08 April S : Klien mengatakan kepalanya pusing , nyut-
2021 nyutan dan badannya terasa dingin
11.30 wib O:
- TD : 150/90mmHg, N: 82x/Mnt, RR:
18x/Mnt, Suhu : 36,2 Celcius
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV setiap pagi, terutama
tekanan darah
- Observasi warna kulit, kelembaban, dan
suhu
45
-
46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Hardwiyanto, & Setiabudhi, T. (2005). Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para
Lanjut Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Selemba
Medika.
Smeltzer, B. C., & Bare, B. G. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Sunaryo. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Triyanto, E. (2014). Pelayana Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
48