Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT


HIPERTENSI “

DOSEN PENGAMPU : Ns. Sovia, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. Agnes Rahayu Putri ( PO.71.1.18.0001 )
2. Lasro Theresia Siburian ( PO.71.1.18.0013 )
3. Muhammad Rasyid Ridha ( PO.71.1.18.0018 )
4. Nur Fadilla Bahri ( PO.71.1.18.0020 )
5. Regina S.Turnip ( PO.71.1.18.0026 )
6. Vina Febriyola ( PO.71.1.18.0036 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, berkat
dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Asuhan keperawatan lansia dengan penyakit hipertensi ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Keperawatan Gerontik. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas makalah ini dan pihak yang telah membagi pengetahuannya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dinantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 07 April 2021

(Kelompok 1)

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)............................................................................6
2.1.1 Definisi lanjut usia (lansia)..................................................................................6
2.1.2 Karakteristik Lansia.............................................................................................6
2.2 Konsep Dasar Hipertensi.............................................................................................8
2.2.1 Pengertian.............................................................................................................8
2.2.2 Etiologi Hipertensi...............................................................................................8
Tabel 1.1 klasifikasi hipertensi...............................................................................................9
Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi.............................................................................................10
Tabel 1.3 klasifikasi hipertensi.............................................................................................10
2.2.3 PATHWAY HIPERTENSI................................................................................11
2.2.4 MANIFESTASI KLINIS...................................................................................12
2.2.5 Pemeriksaan diagnostic......................................................................................12
2.2.6 Penatalaksanaan medis.......................................................................................13
Tabel 2.4 contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan........................................15
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi.........................................19
2.3.1 Pengkajian Keperawatan....................................................................................19
2.3.2 Diagosa Keperawatan.........................................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................................21
2.3.4 Intervensi Keperawatan......................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................28
TINJAUAN KASUS................................................................................................................28
BAB IV....................................................................................................................................45
PENUTUP................................................................................................................................45

3
4.1 Kesimpulan................................................................................................................45
4.2 Saran..........................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................46

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya
kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk
hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi
menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi,
baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas
dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama
untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih
besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007).
Di era globalisasi ini terlalu banyak penyakit yang bermunculan namun penyakit
sudah lama ditemukan masih menjamur diberbagai belahan dunia salah satunya
hipertensi bahkan hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap karena termasuk
penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya.
Sampai saat ini menurut catatan WHO tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi dan dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah- sedang. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan
terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di
seluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi
cukup tinggi. Data dari Riskesdas Kemenkes RI tahun 2011, angka kejadian hipertensi di
Indonesia pada 7 tahun terakhir sebanyak 31.7%. Sementara kasus hipertensi yang belum
berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76%. Seseorang yang berusia 50
sampai 59 tahun dengan tekanan darah sistolik lebih dari > 140 mmHg lebih berisiko
menderita penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi diastolik. Risiko menderita
penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali
pada setiap penambahan 20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah normal
pada usia 55 tahun, 90% nya

5
berisiko menjadi hipertensi.
Bedasarkan uraian latar belakang tersebut kami tertarik untuk membahas
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimana konsep dasar pada lansia ?
2. Apa definisi dari hipertensi ?
3. Bagaimana etiologi dari hipertensi ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari hipertensi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari hipertensi ?
6. Bagaimana pathway dari hipertensi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan kepada pasien dengan hipertensi ?
8. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hipertensi ?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi ?
10. Bagaimana penyelesaian kasus pada lansia dengan hipertensi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mendapatkan gambaran asuhan
keperawatan gerontik pada pasien
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui konsep dasar pada lansia
b. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi
c. Untuk mengetahui etiologi dari hipertensi
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipertensi
f. Untuk mengetahui pathway dari hipertensi
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan kepada pasien dengan hipertensi
h. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hipertensi
i. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

6
j. Untuk mengetahui penyelesaian kasus pada lansia dengan hipertensi
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Manfaat bagi meneliti yaitu dapat menambah pengetahuaan dalam mengembangkan
wawasan
hipertensi pada lansia.
b. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat dijadikan salah satu bagian
dari pembelajaran asuhan keperawatan pada pada lansia dengan Hipertensi
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dari gambaran asuhan
keperawatan selanjutnya pada kasus Hipertensi.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)

2.1.1 Definisi lanjut usia (lansia)


Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi.
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan
bahwa kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia
kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan
status fungsional seseorang.
Proses menua merupakan suatu hal yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13
tahun 1998 adalah 60 tahun. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa
lansia adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran
sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang, serta ditandai
ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi.
Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut menurut Depkes RI (2015)
a. Usia lanjut presenilis yaitu abtara usian45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.

2.1.2 Karakteristik Lansia


Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasiProses Penuaan Pada Lansia.

8
4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia Dan Implikasi Klinik
a. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsursering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan,
namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada
dewasa muda, kecepatan jantung dibawah tekanan yaitu,180-200 x/menitkecepatan
jantung pada usiam70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.
1) Perubahan Struktur
Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan
merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi
kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait.
Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung,
yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan
amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan
pembuluh darah, dan peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan
ukuran jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun.
Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem kardiovaskular
akibat proses menua :
(a) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan kontraktil.
(b) Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his
kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.
(c) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial
arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan
penumpulan respon terhadap panas dan dingin.

9
(d) Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga
mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan penumpukan
darah.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
(NANDA,2015). Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok,
alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
chusing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2.2.2 Etiologi Hipertensi


Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

10
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output (CO)
dengan tahanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol ≥ 140 < 90
terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Tabel 1.1 klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7


Kategori Sistol Dan/atau Diastole
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

11
Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole
(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi
Tabel 1.3 klasifikasi hipertensi

12
2.2.3 PATHWAY HIPERTENSI

13
2.2.4 MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun

2.2.5 Pemeriksaan diagnostic


c. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM
5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

14
6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung

2.2.6 Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan medis atau penanganan yang tepat bagi penderita hipertensi
sebagai berikut:
a. Terapi
Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan
gaya hidup dan pengaturan diet.
1) Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan
konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak
mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh
(diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang
perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:
(a) Kurangi berat badan jika berlebih
(b) Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal
24 oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap
hari atau 0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang
dengan berat badan yang lebih ringan
(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam
satu minggu)
(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida)
(e) Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90
mmol/hari)
(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet
untuk kesehatan secara umum

15
(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan
dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:

Sumber Bahan Makanan yang Makanan yang Harus


Makanan Diperbolehkan Dihindarkan

Protein nabati Tahu, tempe, kacang Keju, kacang tanah,


hijau, kacang kedelai, kacang asin, tauco,
kacang tolo, kacang tahu asin
tanah, kacang kapri, dan
kacang lain yang segar
Lemak Santan encer, minyak Salad dressing,
mentega tanpa garam mentega
margarine, lemak
hewan

Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang


diawetkan: sawi
asin, acar, asinan,
sayuran dalam
kaleng
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah yang
segar diawetkan
menggunakan zat
pengawet: buah
kering, buah kaleng

Bumbu Semua bumbu dapur Garam dapur, MSG,


kecap, saus tomat
botol, saus cabai,
pengempuk daging,
maggi, terasi, soda
kue, petis, saus tiram
Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein,

16
alcohol
Tabel 2.4 contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan
b. Olahraga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara
teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk
mencegah kemungkinan komplikasi.
c. Terapi Obat
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan
darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang
menjalani terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni:
Tabel 2.5 Terapi Obat

Derajat tekanan Kelompok risiko Kelompok risiko Kelompok


darah (mmHg) A (tidak ada B (Paling sedikit risiko C
faktor risiko; 1 faktor risiko, (TOD/CCD
tidak ada tidak termasuk dan/atau
TOD/CCD) diabetes; tidak diabetes
ada TOD/CCD) dengan atau
tanpa faktor
risiko
lainnya

Normal tinggi Modifikasi gaya Modifikasi gaya Terapi obat


(130-139/85-89) hidup hidup

Derajat 1 (140- Modifikasi Modifikasi Terapi obat


159/80-99) gaya hidup gaya hidup
(sampai dengan (sampai 6
Derajat 2 dan 3 12 bulan) bulan) Terapi obat
(≥160/≥100) Terapi obat Terapi obat

17
Keterangan: TOD/CCD (Target Organ Damage/Clinical Cardiovascular
Disease) menunjukkan adanya kerusakan organ target atau penyakit
kardiovaskuler klinis.
Jenis anti hipertensi tersebut yaitu:
d. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume
plasma (dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga
meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi
kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi
vaskuler perifer. Contoh obat pada golongan ini adalah hidroklortiazid,
klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.
e. Agen Penghambat Beta Adrenergik
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung,
kemudian juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi
dengan aktivitas rennin plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang
berusia lebih muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau
memperburuk gagal ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan,
letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat dalam golongan ini adalah: acebutolol,
atenolol, betaksolol, labetalol, dll.
f. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang.
Aksi kerja utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-
aldosteron, tetapi juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin dan kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.
Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek samping yang menggangu.
Contoh obat golongan ini yaitu:
benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.
g. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami
batuk jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini
adalah:
eprosartan, irbesartan, losartan, valsartan, dll.
h. Agen Penghambat saluran Kalsium

18
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang berkaitan
dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi cairan daripada
vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni nyeri kepala,
edema perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam
golongan ini diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.
i. Antagonis Adrenoseptor Alfa
Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca sinaptik,
membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata
dan sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan dosis
kecil dan diberikan pada saat akan tidur.
j. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral
Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan tekanan darah
dengan cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat,
sehingga mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian
obat dan beberapa efek samping lainnya.
k. Dilator Arteriolar
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan
menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan gangguan
gastrointestinal dan dapat menginduksi sindroma menyerupai lupus. Minoksidil
menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada
pasien yang refrakter.
l. Penghambat Simpatetik Perifer
Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena efek samping
obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan efek samping lainnya seperti
sedasi, hidung tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat
ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis
yang rendah.

19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi

2.3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk
itu, di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga
dapat memberi arah terhadap tindakan keperawatan.
a. Anamnesis.
Anamnesis di lakukan untuk mengetahui:
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di
gunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan giagnosis medis.
2) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
3) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas,
bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis
4) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara
5) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal ), obstruksi.
6) Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan
diuretic.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
7) Neurosensori

20
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
9) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).
2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum
5) Kalium serum
6) Kolesterol dan trygliserid
7) Urin analisa
8) Foto dada
9) CT Scan
10) EKG

2.3.2 Diagosa Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.

21
d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.

2.3.3 Intervensi Keperawatan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler
serebral Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
1) Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.
R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada
adanya peningkatan vaskuler serebral.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
memperberat kondisi klien.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

22
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Klien menunjukkan peningkatan berat badan
2) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi
1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai
indikasi.
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan
dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir..
3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan.
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada
factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan
kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil :

23
1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan 2)
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan.
R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas
dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh :
penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak
terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
2) menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi

24
3) mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari dan mengubahnya.
Intervensi
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.
4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam
regiment teraupetik.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri /
keluarga.
R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.

25
2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

2.3.4 Intervensi Keperawatan


1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudah dalam menentukan intervensi.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang
dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih
dari 60 cc/hari dengan teratur).
R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
3) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat
untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak
menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui penkes.
R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit
hipertensi.
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
1) Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban
kerja jantung
2) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.

26
3) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien.
Intervensi
1) Observasi tekanan darah
R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat
palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan kongesti vena.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi
atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
6) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
R/ Menurunkan tekanan darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi. Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
2) Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
3) Meminta bantuan bila diperlukan.

27
Intervensi:
1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
(a) Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
(b) Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
(c) Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien
terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan
alat bantu.
R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
regangan atau jatuh.
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera
4. Evaluasi
a. Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?
b. Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?
c. Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?

28
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. K
Alamat : Gebang, Mojosongo

Umur : 68 tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Riwayat Kesehata
a. Keluhan Utama : Sulit tidur
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat klien datang ke posyandu lansia dilakukan pemeriksaan tekanan
darah dengan hasil TD /110mmHg. Ny.K mengatakan 2 malam
160

terakhir ini sulit tidur, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun
karena memikirkan anak di perantauan yang sudah lama tidak pulang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya,
dan belum penah MRS.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

29
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun seperti hipertensi, demam berdarah
II. POLA FUNGSI GORDON
1. Persepsi terhadap kesehatan
a. Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila
ada salah satu keluarga yang sakit langsung dibawa kerumah sakit.
Menurut pasien sehat adalah ia dapat melakukan aktivitasnya dengan
nyaman, dan sakit adalah ketika pasien merasakan segala sesuatu yang
membuat aktivitasnya tidak nyaman.
b. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit mering biasanya kerikan dan meminum
obat yang ada di warung didekat rumahnya.
c. Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
1) Faktor resiko penurunan curah jantung
2) Resiko Stroke
2. Pola Aktivitas dan Latihan
Pengkajian Katz Index
Kemampuan Perawatan Sebelum Sakit Selama Sakit
Diri
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilitas di Tempat Tidur  
Berpindah  
Ambulasi/ROM  
Keterangan :
0. = mandiri
1. = dibantu dengan alat
30
2. = dibantu orang lain
3. = di bantu orang lain dengan alat
4. = tergantung total.

3. Pola Istirahat Tidur


a. Jam berapa kebiasaan tidur
Sebelum Sakit : jam 20.00 – jam 04.00
Selama Sakit : jam 10.00 – jam 04.00
b. Kualitas dan Kuantitas tidur
Sebelum Sakit : klien mengatakan tidur nyenyak, tidak pernah terbangun
di malam hari
Selama Sakit : klien mengatakan sulit untuk tidur, dan sering terbangun
dimalam hari
4. Pola Nutrisi Metabolic
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan makan sehari 3x secara teratur jenis makanan nasi,
sayur, lauk pauk dan air minum
b. Selama sakit
Klien mengatakan makan hanya 2x porsi sedikit jenis makanan nasi,
sayur, lauk pauk, dan air minum
5. Pola Eliminasi
a. BAK
1) Sebelum Sakit
Klien mengatakan BAK 7-9 kali perhari dengan warna urine
putih bening, tidak berbau, dan urine banyak
2) Selama Sakit
Klien mengatakan BAK 4-5 kali perhari dengan warna urine
kuning bening, tidak berbau, dan urine banyak
b. BAB
1) Sebelum Sakit

31
Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat warna
kuning kecoklatan
2) Selama Sakit
Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat warna
kuning kecoklatan tetapi hanya sedikit
6. Pola Kognitif Perceptual
Benar Salah No pertanyaan

1 Tanggal berapa hari ini ?


2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama temapt ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden pertama Indonesia ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua cara menurun !

Salah 0-2 : fungsi intelektual utuh


Salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : kerusakan intelektual berat

7. Pola Konsep/Persepsi Diri


a. Harga diri : klien mengatakan tabah dengan cobaan yang diberikan
Tuhan kepadanya
b. Ideal diri : klien mengatakan sudah bahagia dengan kehadiran anak-
anaknya

32
c. Identitas diri : klien sebagai seorang janda mempunyai 5 orang anak,
tinggal bersama anak nomor 3 dan 4, anak pertama dan kedua merantau
mencari uang, dan anak ke 5 kuliah di luar kota
d. Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh anggota
badannya dan mensyukurinya
e. Peran diri : klien seorang anak yang setiap harinya bertugas
mengasuh cucunya dan ke sawah untuk berkebun
8. Pola Koping
Sebelum sakit : klien mengatakan senang berinteraksi dengan tetangga sekitar
dan ketika klien mengalami masalah selalu berdoa kepada Allah semoga
diberi jalan keluar
Setelah sakit : klien mengatakan masih berinteraski dengan tetangga dan
orang-orang sekitar serta mengikuti kegiatan yang ada di posyandu lansia dan
klien ketika mengalam sakit klien berdoa kepada Allah semoga diberi jalan
keluar.
9. Pola Seksual Reproduksi
Klien seorang janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya 8 tahun yang
lalu, klien memiliki 5 orang anak.
10. Pola Peran Hubungan
Klien mengikuti kegiatan yang ada di posyandu lansia dan mengikuti
mengajian disetiap minggunya.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Sebelum dan selama sakit klien setiap hari menjalankan solat 5 waktu
dirumah dengan rutin.
III. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Luas Rumah
Luas tanah ± 200meter, luas bangunan ± 120meter, dan memiliki tipe rumah
yang modern.
2. Keadaan Lingkungan Dalam Rumah
a. Penerangan

33
Penerangan yang ada di rumah Ny. K menggunakan lambu disetiap
ruangan.
b. Kebersihan dan Kerapihan
Rumah yang ditempati klien selalu dibersihkan setiap 2x sehari dan
membersihkan alat rumah tangga setiap hari serta ditata pada
tempatnya.
c. Pembagian Ruangan
Didalam rumah Ny. K terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi
d. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara rumah Ny. K sudah cukup baik, jendela dan pintu
dibuka setiap hari.
e. Keamanan
Di lingkungan rumah Ny. K diadakan ronda setiap malamnya dan ada
giliran jaga untuk setiap malamnya sesuai jadwal.
f. Sumber Air Minum
Sumber air yang dipakai keluarga Ny. K adalah sumur. Setiap hari air
sumur digunakan untuk mandi, makan, dan kebutuhan sehari-hari,
kondisi air sumur bersih, jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
Terkadang keluarga Ny. K menggunakan air galon untuk minum. Jarak
sumber mata air dan septic tank 6m.
g. Ruang Pertemuan
Klien memiliki ruang tamu yang terdapat kursi dan meja tamu serta
ditata rapi dan dibersihkan setiap hari.
3. Keadaan Luar Rumah
a. Pemanfaatan halaman
Rumah Ny. K halaman ditanami pohon mangga, dan beberapa jenis
bunga
b. Pembuangan Air Limbah
Limbah Ny. K di buang di aliran air selokan
c. Pembungan Sampah

34
Klien mengatakan Ny. K membuang sampah pada tong sampah lalu
diambil oleh petugas TPA
d. Sanitasi
Sanitasi lingkungan lancar, jarak sumber air dan septic tank jauh
e. Sumber Pencemaran
Klien mengatakan tidak ada pencemaran karena jauh dari pabrik, jalan,
dan ternak unggas.
IV. PELAYANAN KESEHATAN
1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas yang digunakan Ny. K apabila sakit datang ke Klinik terdekat, dan
melakukan pemeriksaan di posyandu lansia setiap bulannya.
2. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Klien dan keluarga untuk mencegah selalu membersihkan rumah, dan
melakukan pola hidup yang sehat.
3. Jenis Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
Posyandu lansia yang ada setiap bulannya.
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Muskuloskeletal
 Atas
Kekuatan otot ka/ki : otot kuat 4/4
ROM kanan dan kiri : gerakan normal
Perabaan akral : dingin
Pitting edema : tidak ada

Bawah
Kekuatan otot ka/ki : otot kuat 4/4
ROM kanan dan kiri : gerakan normal
Perabaan akral : dingin
Pitting edema : tidak ada
2. Sistem Kardiovasculer
Inspeksi : tidak nampak retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa

35
Perkusi : redup, konfigurasi jantung dalam batasan normal
Auskultasi : saura jantung reguler, tidak terdengar gallop
Frekuensi Nadi : 84x/menit
Irama : teratur
Kekuatan : kuat, cepat
Tekanan Darah : 160/110 mmHg
3. Sistem Respirasi
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak whezing, tidak ronkhi
Frekuensi : 24x/menit
Irama : teratur
4. Sistem Integumen
Warna : Coklat
Bentuk : Keriput
Analisa data : Tidak ada gangguan
5. Sistem Urinaria
Klien mengatakan BAK 4-5 kali perhari dengan warna urine kuning
bening, tidak berbau, dan urine banyak
6. Sistem Gastrointestinal
Terdapat tukak lambung, ada nyeri tekan

36
ANALISA DATA

Nama : Ny. K
Usia : 68 tahun
No. Hari/Tanggal/Jam Data Etiologi Masalah
1. Rabu, 07 April 2021 Data Subjektif : Peningkatan Penurunan Curah
Klien mengeluh beban kerja Jantung
pusing, merasa jantung
tegang pada
punggung dan leher
Data objektif
Tekanan Darah :
160/100 mmHg

37
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,8OC
RR : 20x/menit
2. Rabu, 07 April 2021 Data Subjektif : Pola tidur Gangguan pola
Klien mengatakan tidak tidur
sudah 2 malam sulit menyehatkan
tidur, tidur pu tidak karena
nyenyak terfikirkan
Klien mengatakan anaknya yang
tidur hanya 4-5 jam tidak pulang
Data Objektif :
Tampak
konjungtiva pucat
Tampak kantung
mata
Klien tampak lemah
3. Rabu, 07 April 2021 Data subjektif : Factor Ketidakseimbangan
Klien mengatakan psikologiss nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
Klien mengatakan
badannya terasa
lelah
Klien mengatakan
dirumah sehari
makan 2x
Data objektif :
Tampak mukosa
pucat
Klien tampak lemah
Berat Badan
sebelum sakit : 60
kg
Berat badan setelah

38
sakit : 55 kg

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja
jantung.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis

INTERVENSI
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Perbandingan
keperawatan 3x 24 jam pada Ny. K setiap hari dari tekanan
diharapkan tidak terjadi penurunan terutama tekanan yang meningkat
curah jantung dengan kriteria hasil : darah. adalah
1. Pasien dapat beristirahat dengan 2. Observasi warna gambaran dari
tenang. kulit kelembaban, keterlibatan
2. Irama dan frekuensi jantung stabil dan suhu. vaskuler.
dalam batas normal 3. Berikan posisi 2. Untuk
(80-100x/menit) yang nyaman. mengidentifikasi
3. Tekanan darah dalam batas normal 4. Ajarkan teknik penurunan curah

39
TD kurang dari 140/80mmHg, N : relaksasi nafas jantung.
80x/menit, RR : 16-20x/menit, dalam. 3. Penurunan
Suhu : 36,5º-37,5ºC 5. Kolaborasi dengan resiko
dokter pemberian peningkatan
diuretik dan ahli intrakranial.
gizi diit natrium. 4. Memberikan
kenyamanan
dan
memaksimalkan
ekspansi paru.
5. Mengurangi
beban jantung.
22
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sleep Enchancement 1. Agar pola tidur
223x 24 jam pada Ny. K diharapkan tidak 1. Jelaskan pasien tetap
22terjadi gangguan pola tidur dengan pentingnya tidur stabil
22kriteria hasil : yang adekuat. 2. Untuk
221. Jumlah jam tidur dalam batas normal 2. Instruksikan mengetahui pola
22 6-7jam/hari untuk memonitor tidur pasien
2.2. Pola tidur, kualitas dalam batas tidur pasien 3. Untuk
normal 3. Monitor/catat mengetahui
3. Perasaan segar sesudah tidur dan kebutuhan tidur pasien tidur
istirahat pasien setiap hari dalam satu hari
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal dan jam berapa jam
yang meningkatkan tidur Kolaborasi Untuk
pemberian obat mencegah
tidur jika perlu gangguan tidur
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intake pasien 1. Cara khusus
keperawatan 3x 24 jam pada Ny. K 2. Sajikan makanan untuk
diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat dalam kondisi meningkatkan
dengan kriteria hasil : hangat nafsu makan
1. Nafsu makan meningkat. 3. Jaga kebersihan 2. Meningkatkan
2. Pasien mampu menghabiskan mulut intake makanan
makanan 1 porsi. 4. Berikan makanan 3. Mulut yang

40
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan- sedikit tapi bersih
kebutuhan nutrisi. sering/makanan meningkatkan
4. Tidak terjadi penurunan berat badan. ringan nafsu makan
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi. 5. Berikan informasi 4. Agar kebutuhan
tentang kebutuhan nutrisi terpenuhi
nutrisi 5. Agar
Kolaborasi pasien/keluarga
dengan dokter mengerti tentang
dan ahli gizi pentingnya
nutrisi
Agar
mempermudah
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien

IMPLEMENTASI
Diagnosa Hari/Tgl/ Implementasi TTD
Jam
Resiko penurunan 1. Mengobservasi
curah jantung TTV setiap hari
berhubungan terutama tekanan
dengan darah.
peningkatan beban 2. Mengobservasi
kerja jantung. warna kulit
kelembaban, dan
suhu.
3. Memberikan posisi

41
yang nyaman.
4. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam.
5. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian diuretik
dan ahli gizi diit
natrium.
Gangguan pola Sleep Enchancement
tidur berhubungan 1. Menjelaskan
dengan pola tidur pentingnya tidur
tidak menyehatkan yang adekuat.
2. Menginstruksikan
untuk memonitor
tidur pasien
3. Memonitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam
4. Berkolaborasi
pemberian obat
tidur jika perlu
Ketidakseimbangan 1. Mengkaji intake
nutrisi kurang dari pasien
kebutuhan tubuh 2. Menyajikan
berhubungan makanan dalam
dengan faktor kondisi hangat
psikologis 3. Menjaga
kebersihan mulut
4. Memberikan
makanan sedikit
tapi

42
sering/makanan
ringan
5. Memberikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Berkolaborasi dengan
dokter dan ahli gizi

EVALUASI
Nama : Ny.K Umur : 68 Tahun
NO HARI/ EVALUASI TTD
DX TANGGAL/ JAM
1 Rabu,07 April S : Klien mengatakan pusing pada bagian
2021 belakang
11.30 wib O : - Klien tampak pucat, lemah
- Klien terlihat memegangi kepalanya
- TD : 160/110 mmHg, N: 84x/Mnt, RR:
16x/Mnt, Suhu : 36,6 Celcius
A : Masalah belum teratasi

43
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV setiap pagi, terutama
tekanan darah
- Observasi warna kulit, kelembaban, dan
suhu
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian diuretic dan ahli gizi diit Na

2 Rabu, 07 April S : Klien mengatakan tadi malam tidak bisa


2021 tidur nyenyak, setiap amalam terbangun dan
11.35 wib tidur hanya 4 – 5 jam
O : - Tampak adanya kantung mata pada klien
- Tampak hitam pada sekitar mata
- Konjungtiva anemis, mata tampak sayu
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor/ catat kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam
- Kolaborasi pemberian obat tidur jika
perlu
3 Rabu,07 April S : Klien mengatakan tidak nafsu makan
2021 O : konjungtiva anemis,
11. 40 wib - Klien tampak lemah, mukosa mulut
kering
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Sajikan makanan dalam kondisi hangat
- Berikan makanan sedikit tapi sering
- Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi

44
Nama : Ny.K Umur : 68 Tahun
NO HARI/ EVALUASI TTD
DX TANGGAL/ JAM
1 Kamis,08 April S : Klien mengatakan kepalanya pusing , nyut-
2021 nyutan dan badannya terasa dingin
11.30 wib O:
- TD : 150/90mmHg, N: 82x/Mnt, RR:
18x/Mnt, Suhu : 36,2 Celcius
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV setiap pagi, terutama
tekanan darah
- Observasi warna kulit, kelembaban, dan
suhu

2 Kamis, 08 April S : Klien mengatakan tadi malam tidurnya


2021 sudah nyenyak, tetapi kadang masih terbangun
11.35 wib O : - klien mulai tampak segar
- Konjungtiva tampak merah muda
A : Masalah teratasi sebagain
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor/ catat kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam

3 Kamis,08 April S : Klien mengatakan tadi pagi jam 09.00


2021 menghabiskan roti ½ potong, dan
11. 40 wib menghabiskan nasinya setengah porsi
O : Klien mulai tampak bertenaga
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Sajikan makanan dalam kondisi hangat
- Berikan makanan sedikit tapi sering
- Kaji intake makanan pasien

45
-

Nama : Ny.K Umur : 68 Tahun


NO HARI/ EVALUASI TTD
DX TANGGAL/ JAM
1 Jum’at ,09 April S : Klien mengatakan kepalanya sudah tidak
2021 pusing
11.30 wib O : - Klien tampak segar
- Konjungtiva merah muda
- TD : 120/80 mmHg, N: 84x/Mnt, RR:
16x/Mnt, Suhu : 36,6 Celcius
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2 Jum’at , 09 April S : Klien mengatakan tidurnya sudah nyenyak,


2021 tidur dari jam 21.00 – 05.00 wib
11.35 wib O : - Klien tsmpak segar
- Tidak ada kantung mata/mata panda
- Konjungtiva merah muda
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 Rabu,07 April S : Klien mengatakan menghabiskan 1 porsi
2021 makannya
11. 40 wib O : - Mukosa mulut tampak lembab
- Klien tampak segar
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

47
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Hardwiyanto, & Setiabudhi, T. (2005). Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para
Lanjut Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Selemba
Medika.
Smeltzer, B. C., & Bare, B. G. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Sunaryo. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Triyanto, E. (2014). Pelayana Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

48

Anda mungkin juga menyukai