Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEBUTUHAN PADA ORANG DEWASA YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENYAKIT KRONIS PADA KASUS HIPERTENSI

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Promosi Kesehatan yang di bina oleh Ns. Rani Diana Balqis, S.Kep

Disusun Oleh :

1. Auliya Wanda Wandita (2018.02.006)


2. Gigih Agung Wibowo (2018.02.019)
3. Nabila Nareswari Azaria (2018.02.029)
4. Nadhiroh Ayuswara (2018.02.030)
5. Rizki Indrawangi (2018.02.043)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Kebutuhanpada Orang Dewasa
yang Berhubungandengan Penyakit Kronis pada Kasus Hipertensi.

Makalah ini tentunya tidak luput dari berbagai bantuan oleh berbagai pihak, baik
bantuan moral maupun material, untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan
yang sudah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk semua orang terutama
mahasiswa perawat dalam memberikan kebutuhan hidup sehat pada kasus hipertensi dengan
baik dan tepat kepada pasien.Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
memberi semangat supaya penulis bisa memperbaiki di makalah selanjutnya.

Banyuwangi, 2 Desember 2019

Tim Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang dibuat berjudul “Kebutuhan pada Orang Dewasa yang Berhubungan
dengan Penyakit Kronis pada Kasus Hipertensi” telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,

Ns. Rani Diana Balqis, S.Kep


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………....
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………….....
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang………………………………………………
1.2.  Rumusan Masalah …………………………………………..
1.3 Tujuan………………………………………………….
BAB 2 KONSEP TEORI
2.1. Definisi Hipertensi………………………………………….
2.2. Klasifikasi Hipertensi…………………………............
2.3. Etiologi Hipertensi………………………………...
2.4. Manifestasi Klinis…………………………………
2.5. Patofisiologi…………………………….
2.6. Komplikasi……………….
2.7. Penatalaksanaan……………………..
2.8. Pengobatan dan perawatan………………………………
2.9. Pemeriksaan Penunjang……………….
2.10 Pencegahan..............
2.11 Pathway...........
BAB 3 STUDI KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Gabungan dari Konsep Teori dan Studi Kasus..............
BAB 5 PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………...
3.2 Saran ……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan
lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit-
penyakit tersebut, hipertensi dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh
lain, diabetes mellitus dan lain-lain.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular
yang menyebabkan kematian nomor tiga terbanyak didunia dan merupakan penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari seluruh populasi pada usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal ginjal, dan terjadi kebutaan (Kemenkes
RI, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun
adalah penderita hipertensi.Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun.
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).
Berdasarkan paparan di atas tingginya angka penyakit hipertensi yang terjadi
di masyarakat khususnya pada masyarakat usia lanjut, sehingga diharapkan dengan
dilakukanya peyuluhan tentang penyakit hipertensi di kecematan kembaran kabupaten
banyumas dapat memberikan informasi kepada masyarakat sehingga dapat mengurangi
angka kesakitan serta kematian karena hipertensi dalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Hipertensi?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Hipertensi?
1.2.3 Apa saja etiologi dari Hipertensi?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis dari Hipertensi?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari Hipertensi?
1.2.6 Apa saja komplikasi dari Hipertensi?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari Hipertensi?
1.2.8 Bagaimana cara pengobatan dan perawatan dari Hipertensi?
1.2.9 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Hipertensi?
1.2.10 Bagaimana cara mencegah Hipertensi?
1.2.11 Bagaimana pathway dari Hipertensi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap penderita Hipertensi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari Hipertensi
2. Mengetahui klasifikasi dari Hipertensi
3. Mengidentifikasi etiologi dari Hipertensi
4. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari Hipertensi
5. Menjelaskan patofisiologi dari Hipertensi
6. Mengetahui komplikasi dari Hipertensi
7. Menjelaskan penatalaksanaan dari Hipertensi
8. Menjelaskan cara pengobatan dan perawatan dari Hipertensi
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Hipertensi
10. Menjelaskan cara mencegah Hipertensi
11. Mengetahui pathway dari Hipertensi
BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Definisi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal
(Triyanto, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan
pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah
yang kembali ke jantung (Anies, 2006).
Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan salah
satu penyakit pada sistem peredaran darah dimana pada kondisi cukup istirahat dan
tenang tekanan darah sistol lebih dari 140 mmHg, tekanan darah diastol lebih dari 90
mmHg yang diukur 2 kali dengan selang waktu 5 menit (Kemenkes RI, 2014). Penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular tetapi keberadaannya merupakan
salah satu penyebab kematian tertinggi di beberapa kota di Indonesia.
Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi adalah usia, faktor genetik
dan perilaku. Faktor perilaku ini memegang peranan yang sangat penting. Beberapa
orang terdiagnosis hipertensi di usia muda dan tanpa adanya riwayat keluarga yang
hipertensi. Perilaku yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi adalah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi makanan tinggi lemak, konsumsi garam yang berlebih,
minum minuman beralkohol, overweight, stress dan kurangnya aktivitas fisik atau
olahraga (Kemenkes RI, 2014; Sudarsono dkk., 2017; Sartik dkk., 2017).
2.2 Klasifikasi

2.3 Etiologi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan menjadi dua
yaitu:
1. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab dengan
jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam
kategori ini.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa
penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya
ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung.
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi umumnya
tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi mungkin
merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual, masalah
pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah,
detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi
ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti, 2011) gejala klinis yang
dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa pengelihatan kabur karena
kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema
dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi sangat kompleks. Walaupun belum diketahui secara pasti,
pada hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat
mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal
hingga menimbulkan peningkatan tekanan darah kronik.Terkait faktor genetik,
polimorfisme lokus-lokus gen yang terlibat dalam regulasi reseptor angiotensin I dan
aldosterone synthase berisiko menimbulkan hipertensi. Dalam suatu studi, pada pasien
hipertensi dengan partisipan etnis Cina didapatkan mutasi gen α-adducin yang berperan
dalam aktivitas enzimatik pompa ion Na+/K+/ATPase terkait absorpsi sodium di ginjal
mengakibatkan peningkatan sensitivitas terhadap garam.
Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat
berperan.Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung
yang berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan
terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan peningkatan akitivitas
saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor natriuretik, dan
endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular.Kelainan pada ginjal
berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-
angiotensin-aldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal.Gangguan pada tekanan
natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga mengakibatkan
retensi garam dan cairan. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II atau
endotelin berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer dan tekanan darah.
Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas garam yang
tinggi berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi.Pola hidup yang tidak
sehat seperti inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan
obesitas.Obesitas juga berperan dalam meningkatkan risiko hipertensi esensial
sebagaimana suatu studi menunjukkan penurunan berat badan diikuti penurunan
tekanan darah. Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa mekanisme di
antaranya kompresi ginjal oleh lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak
visceral terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena
dan parenkim renal sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis
tekanan hingga mengakibatkan hipertensi.
Selain itu peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat dipicu oleh leptin.Studi
menunjukkan ikatan leptin pada reseptornya terutama pada neuron
proopiomelanocortin (POMC) di hipotalamus dan batang otak berperan dalam
peningkatan tersebut. Perangsangan saraf simpatis menyebabkan peningkatan kadar
angiotensin II dan aldosterone. Pada obesitas, peningkatan jaringan lemak dan laju
metabolik meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan
aliran darah.Tak hanya itu, obesitas juga berkaitan dengan sindroma metabolic.
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan
perubahan struktural pembuluh darah. Perubahan struktur meliputi perubahan struktur
makro dan mikrovaskular.Perubahan makrovaskular berupa arteri menjadi kaku serta
perubahan amplifikasi tekanan sentral ke perifer.Perubahan mikrovaskular berupa
perubahan rasio dinding pembuluh darah dan lumen pada arteriol besar, abnormalitas
tonus vasomotor serta ‘structural rarefaction’ (hilangnya mikrovaskular akibat aliran
darah tidak mengalir di semua mikrovaskular demi mempertahankan perfusi ke kapiler
tertentu).
Perubahan struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena tu
dalam jangka waktu lama dapat timbul kerusakan organ target. Walaupun autoregulasi
tubuh terhadap tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolik, kemampuan regulasi tersebut menurun pada pasien
hipertensi. Organ target yang dapat  rusak meliputi jantung, ginjal, mata serta otak.
2.6 Komplikasi
Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebaga
berikut :
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.Arteri-arteri otak mengalami arterosklerosis dapat menjadi
lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentukya aneurisma.Gejala tekena
struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah
laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas)
serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak.Demikian
juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
4. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung
dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan jaringan lain
sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,
timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema.Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat).Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad, 2011) Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani
dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi
kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target
kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke

b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan

c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung)

d. Ginjal: Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal


2.7 Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-obatan
yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah
diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium

2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal

3. Olahraga secara teratur

4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

5. Mengurangi/ tidak merokok

6. menghindari stres

7. menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (Terapi dengan obat)
Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama.
Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain
obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat
konfersi enzim angiotensi.
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan air.
Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam
pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.

2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.

3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah sehingga


bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan pembuluh


darah.
c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat
hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak dengan
ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas,
identik dengan sayur sub.Bentung batangnya bersegi, bercabang, memiliki ruas,
dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai payung, dan
majemuk.Buahnya berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut.Daunnya
memiliki pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai.Tangkai
daun yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan
sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air

b.)Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar, rebus seledri
hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air rebusannya sehari dua
kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan tekanan darah
(hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh darah
menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang
berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek
hipotensif herbal seledri berhubungan dengan integritas sistem saraf simpatik
(Mun’im dan hanani, 2011).
2.8 Pengobatan dan Perawatan

2.8.1 Pengobatan

Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa menjadi
langkah efektif untuk mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah dan risiko pasien
terserang komplikasi, seperti serangan jantung dan stroke, akan menentukan
pengobatan yang akan dijalani. Secara umum, terdapat 2 prinsip dari pengobatan
hipertensi, yaitu:
1. Perubahan gaya hidup
Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan tekanan darah
dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain:
a. Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu
pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu rendah
lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan
makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
b. Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
c. Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
d. Menurunkan berat badan.
e. Berhenti merokok.
f. Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
g. Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
h. Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan
stres.
Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti
hipertensi. Meski demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat
penderita terhindar dari konsumsi obat anti hipertensi.
2. Penggunaan Obat-obatan
Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat untuk
seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis atau menghentikan
pengobatan jika tekanan darah penderita sudah terkendali dengan mengubah gaya
hidup. Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah
ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang muncul.
Beberapa jenis obat hipertensi antara lain:
a. Diuretik
Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.Di
antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
b. Antagonis kalsium
 Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh
darah.Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan nifedipine.
c. Beta blocker
Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh dan
memperlambat detak jantung.Contoh obat golongan beta-blocker adalah atenolol
dan bisoprolol.
d. ACE inhibitor
 ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril dan
ramipril.
e. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB)
Fungsi obat ini hampir sama dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding
pembuluh darah menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh
diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan.
f. Penghambat rennin
Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu enzim yang dihasilkan ginjal
dan berfungsi menaikkan tekanan darah.Contoh obat penghambat renin adalah
aliskiren.
2.8.2 Perawatan
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1,2016) sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume caira (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti; hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti; batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Foto rontgen dada : menunjukkandestruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

2.10 Pencegahan

1. Menjaga berat badan ideal.


Berat badan berlebih bias membuat seseorang lebih beresiko terserang hipertensi.
2. Berolahraga secara rutin
Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih terhindar dari resiko terserang
hipertensi. Lakukan jalan cepat atau bersepeda dua sampai tiga jam setiap minggu.
3. Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat
Misalnya roti dan biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
4. Kurangi garam
Batasi dalam makanan, tidak lebih dari 1 sendok teh.

5. Kurangi konsumsi alkohol


Mengkonsumsi lebih dari takaran alcohol yang disarankan, bias meningkatkan resiko
hipertensi.
6. Berhenti merokok
Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara langsung, tetapi rokok bisa
membuat arteri menyempit sehingga meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke.
7. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan
Meminum lebih dari 4 cangkir kopi sehari bisa meningkatkan resiko hipertensi.

BAB 3
STUDI KASUS

Tn. A berumur 56 tahun,dengan berat badan 90 kg dengan tinggi 160 cm datang ke


klinik dengan keluhan seminggu terakhir ini ia mengalami sakit yang hebat di tengkuk. Hasil
pemeriksaan laboratorium adalah tekanan darah adalah 180/130 mmHg, kreatinin serum 2,8
mg/dL, K serum 4,5 mEq/L (3,4 – 5,2) dan kadar kolestrol 230 mg/dL. Tn. A adalah seorang
perokok berat karena ia bekerja di klub malam sebagai bartender dan juga minum alcohol
dalam jumlah yang tidak sedikit. Sebelumnya Tn. A belum pernah menggunakan terapi
hipertensi. Resep yang diberikan dokter :

RESEP ASLI COPY RESEP


dr. benny Apotek Permata
SIP : 33511/111/109 Apoteker : Dwi Cahaya P, S.Farm., Apt
Jl. Babakan sari No. 25 cimahi SIK : 3003/20/2015
Jl. Lewi Panjang No.35 Bandung

SALINAN RESEP
Cimahi, 25 juni 2015
Untuk : Tn. A
R/ captopril 12,5 mg tab. No. XX
S 2dd 1 pc
R/ Bisoprolol fumarat 5 mg tab. No. X
S dd 1 pc
R/ Simvastatin 10 mg tab. No. X
S dd 1 pc
R/ aspirin 81 mg tab. No. X
S dd 1 pc

Nama Obat :

1. Captopril 12,5 mg
 Mekanisme :
Kaptopril merupakan obat antihiprtensi dan efektif dalam penanganan gagal jantung
dengan cara supresi sistem rennin angiotensin aldosteron. Rennin adalah enzim yang
dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I
yang bersifat inaktif. Angiotensin Conferting Enzyme” (ACE) akan merubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan merupakan
vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron
dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi kalium. Dalam
kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin
II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal
mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan
menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik
“afterload” maupun “pre-loud”, sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.
 Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung congestive, masalah
ginjal yang disebabkan oleh diabetes, dan untuk menigkatan kelangsungan hidup
setelah serangan jantung.
2. Bisiprolol Fumarat 5 mg
 Mekanisme kerja :
Penyekat –β menurunkan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup jantung.
Obat ini juga menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan reni
dari ginjal, karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi rennin.
 Indikasi :
Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bias digunakan sebagai monoterapi atau
atau dikombinasikan dengan antihipertensi lain
3. Simvastatin 10 mg
 Mekanisme kerja :
Simvastatin adalah senyawa antilipermic derivate asam mevinat yang mempunyai
mekanisme kerja menghambat 3-hidroksi-3-metila-glutaril-koenzim A (HMG-CoA)
reduktase yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan
kolesterol.HMG-CoA reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA
menjadi asam mevalonat.
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa
kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor low Density Lipoprotein (LDL) yang
terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan
banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High
Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.

 Indikasi:
Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer,
bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non farmakologik saja tidak memadai.
Seimvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan rasio
LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL.
4. Aspirin 81 mg
 Mekanisme kerja :
Mekanisme kerja aspirin dalam antiinflamasi adalah sebagai penghambat non selektif
COX-1 dan COX-2.Aspirin menghambat COX secara irreversible, menstabilkan
lisosom dan menghambat kemotaksis leukosis PMN dan makrofag.Efek analgesiknya
dicapai dengan menghambat rangsangan nyeri pada tingkat subkorteks.Efek
analgesiknya dapat dicapai pada dosis yang lebih rendah daripada dosis
antiinflamasinya.Efek antipiretik dari aspirin dengan menghambat IL-1 yang dilepas
makrofag selama inflamasi.Selain efek analgesic, antipiretik dan antiinflamasi.Aspirin
juga memiliki antitrombotik pada dosis 80 mg/hari. Pada dosis tepat, obat ini akan
menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A-2 (TXA-2) di dalam
trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.
 Indikasi :
Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, nyeri karena haid, migren, sakit kepala
dan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat.

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Gabungan dari Konsep Teori dan Studi Kasus


Persamaan dari konsep teori dan studi kasus, pada studi kasus klien mengalami nyeri
pada tengkuk hal tersebut sama dengan tanda dan gejala yang terdapat pada konsep teori.
Untuk tekanan darah dari studi kasus ini adalah 180/130 mmHg sesuai dengan konsep teori
yang menyebutkan bahwa tekanan darah tinggi adalah 140/100 mmHg. Pada pemeriksaan
laboratorium diketahui kadar kolestrol 230 mg/dL dan di konsep teori disebutkan bahwa
normal dari kadar kolesterol adalah kurang dari 200 mg/dL. Selanjutnya, di dalam studi kasus
klien seorang perokok aktif, mengkonsumsi alkohol, dan bekerja di club malam sebagai
bartender dan semua penyebab ini sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam konsep teori.
Perbedaan dari konsep teori dan studi kasus, pada studi kasus tidak tercantum tanda dan
gejala mual dan muntah sedangkan pada konsep teori tanda dan gejala orang hipertensi
terdapat mual dan muntah. Selanjutnya, dalam studi kasus tidak ada keluhan seperti keringat
berlebihan, kulit pucat atau merah, cemas, dan detak jantung keras atau tidak beraturan,
sedangkan dalam konsep teori telah dijelaskan tanda gejala seperti diatas.

BAB 5

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Bisa disimpulkan tanda dan gejala dari hipertensi yaitu pusing, tengkuk tegang,
keringat dingin, gelisah, mual muntah, dan nafsu makan menurun. Dampak dari
hipertensi seperti kerusakan ginjal, stroke, jantung, glaukoma, dan disfungsi ereksi.
Sedangkan gaya hidup sehat yang harus diterapkan adalah berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari stres, dan kontrol berat badan.

5.2 Saran

Apabila terjadi gejala seperti di atas maka kita harus menjaga 3 pola diantaranya
pola makan, pola pikir serta pola hidup.

Anda mungkin juga menyukai