Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI SEKUNDER

Mata Kuliah Askep Wound Care


Dosen Pengampu: Ns. Naziyah, S.Kep., M.Kep.CWCCA

Disusun Oleh:

1. Atika Putri Setiawan (214201516033)


2. Afrelia Bintang Tri Wulandari (214201516048)
3. Desfara Anggreani (214201516062)
4. Erina Dewy Pramesti (214201516059)
5. Estu Diah Rahayu (214201516043)
6. Maahirah Irchamna Hartanti (214201516061)
7. Mutiara Afra Nabila Prumusda (214201516053)
8. Nadarita Putri Purwanta (214201516029)
9. Neneng Nurazizah (214201516005)
10. Syifa Nur Khoirunnisa (214201516028)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hipertensi Sekunder” pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan
dari penulisan tugas ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Askep Wound Care.
Dalam penulisan tugas ini, kami banyak mengalami kesulitan dan kendala.
Namun berkat adanya arahan, dorongan moril dan material serta bimbingan dari Ibu Ns.
Naziyah, S.Kep., M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Askep Wound Care yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini tidak terlepas dari segala
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan saran kritik dari pembaca sebagai bahan masukan sehingga dapat berguna
baik bagi penulis dikemudian hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih, semoga mendapatkan balasan pahala
dari Allah SWT, dan semoga penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Jakarta, 17 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan tanda klinis ketidak seimbangan hemodinamik suatu sistem
kardiovaskular, dimana penyebab terjadinya disebkan oleh beberapa faktor/multi faktor sehingga
tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal. Yang terbagi menjadi dua tipe yaitu
hipertensi esensial yang paling sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyakit renal atau penyebab lainnya, sedangkan hipertensi maligna merupakan hipertensi yang
berat. . Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan
penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang menandakan bahwa
adanya perubahan pada curah jantung.

Hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%. Hipertensi primer,
tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini
bersifat multifaktor. Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan
terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan
hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap
selama bertahun-tahun

Hipertansi sekunder dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan yang melibatkan ginjal, arteri
jantung, atau sistem edokrin pada tubuh. Salah satu penyebab pada ginjal adalah gagal ginjal
kronik, gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel
dimana tubuh mengalami kegagalan untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan
dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia. Hemodialisis adalah sebuah usaha atau tindakan
membersihkan darah dari bahan-bahan beracun yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dari
dalam tubuh. Dampak gagal ginjal kronik jika tidak segera ditangani adalah hipertensi, anemia,
edema paru, tamponade jantung, proteinuria, hematuria, penurunan sel darah putih, gangguan
perdarahan, fetor uremik, osteodistrofi ginjal, gejala psikotik kejang dan koma, memar, eksoriasi,
menstruasi tidak teratur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi hipertensi?
2. Apa saja jenis-jenis Hipertensi?
3. Apa saja faktor-faktor hipertensi?
4. Apa saja klasifikasi hipertensi?
5. Apa saja Manifestasi klinis pada hipertensi?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada hipertensi?
7. Apa saja komplikasi pada hipertensi?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada hipertensi?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang hipertensi
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui jenis-jenis dalam hipertensi
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui faktor-faktor penyebab hipertensi
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui klasifikasi dalam hipertensi
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui manifestasi klinis pada hipertensi
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan penunjang pada hipertensi
7. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui komplikasi pada hipertensi
8. Mahasiswa mampu memhami dan mengetahui penatalaksanaan dalam hipertensi
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca dalam hal mempelajari tentang
penyakit hipertensi, jenis-jenis hipertensi, faktor-faktor hipertensi, klasifikasi hipertensi,
manifestasi hipertensi, pemeriksaan penunjang dalam hipertensi, komplikasi dalam
hipertensi, dan penatalaksanaan dalam hipertensi. Sehingga makalh ini dapat digunakan
dengan baik
BAB II
ISI
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, biasa disebut juga dengan hipertensi arteri dimana
kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah
melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolic
tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut
(diastole ).
Menurut WHO penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekana sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diatoliknya sama atau lebih besar 95 mmHg.
Hipertensi di kategorikan ringan apabila tekanan diastolik antara 95-104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknnya antara 105 dan 114 mmHg dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknnya 115 mmHg atau lebih. Pembagain ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastoliknya karena di anggap lebih serius dari peningkatan sistolik.

2.2 Jenis Hipertensi


1. Tekanan darah tinggi primer
Hampir 95% dari semua kasus hipertensi yang ditemukan adalah tekanan darah tinggi
primer atau disebut juga hipertensi esensial. Penyebabnya adalah gabungan dari
beberapa faktor yakni gen, gaya hidup, berat badan, dan lainnya. Biasanya, dokter
menyarankan untuk melakukan modifikasi pada gaya hidup dan pola makan. Jika
perubahan gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah, dokter biasanya akan
memberikan obat-obatan untuk menormalkan tekanan darah.
2. Tekanan darah tinggi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor penyebab hipertensi
sekunder yang paling umum adalah kerusakan dan disfungsi ginjal. Penyebab lainnya
adalah tumor, masalah pada kelenjar tiroid, kondisi selama kehamilan, dan lain-lain.
Biasanya, hipertensi jenis ini bisa disembuhkan jika penyebabnya lebih dulu
disembuhkan.
3. Tekanan darah tinggi maligna
Tekanan darah tinggu maligna adalah jenis hipertensi yang paling parah dan cepat
berkembang. Hipertensi maligna sangat cepat untuk merusak organ dalam tubuh. Jika
dalam lima tahun hipertensi maligna tidak diobati, konsekuensinya adalah kematian
yang disebabkan oleh kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi
jenis ini dapat diobati dengan catatan pengobatan dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan. Seseorang yang menderita hipertensi jenis ini merasakan kebas di
sekujur tubuh, penglihatan kabur, kecemasan, dan sangat kelelahan.
4. Tekanan darah tinggi sistolik terisolasi
Jenis hipertensi ini disebabkan oleh umur, mengonsumsi tembakau, diabetes, dan diet
yang salah. Pada hipertensi ini, arteri menjadi kaku sehingga menyebabkan sistolik
(tekanan darah saat jantung berkontraksi) sangat tinggi sedangkan diastolik (tekanan
darah saat jantung istirahat) normal.
2.3 Faktor Resiko Hipertensi
Menurut Yunita Indah Prasetyaningrum (2014). Beberapa karakteristik, kondisi, dan
kebiasaan seseorang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
1) Usia
Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sebanyak
65% orang amerika berusia 60 tahun atau lebih mengalami hipertensi.
2) Jenis kelamin
Laki-laki atau perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk memgalami
hipertensi. Namun, laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi diabndingkan
dengan perempuan saat berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya saat berusia 65 tahun
keatas, perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki.
Kondisi ini dipengaruhi oleh hormon. Wanita yang memasuki masa menopause, lebih
beresiko mengalami obesitas yang akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
3) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh yang membutuhkan energi
atau pergerakan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan, aktifitas fisik juga
menyehatkan pembuluh darah dan mencegah hipertensi, usaha pencegahan hipertensi
akan optimal jika aktif beraktivitas fisik dan menjalankan diet sehat dan berhenti
merokok.
4) Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol
Merokok merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang paling bisa dicegah,
pasalnya zat kimia yang dihasilkan dari tembakau berbahaya bagi sel darah dan organ
tubuh lainnya, seperti jantung, pembuluh darah, mata, paru-paru. Selain itu, konsumsi
minuman beralkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian
menunjukkan bahwa resiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika mengkonsumsi
minuman beralkohol.
5) Faktor lain
Riwayat keluarga penderita hipertensi turut meningkatakan resiko kejadian hipertensi.
Sementra itu, stress berkepanjangan dapat meningkatkan resiko seseorang untuk
mengalami hipertensi.

2.4 Klasifikasi Hipertensi


Menurut Joint National Comitte on Prevention Detection, Evaluation and Treatment or High
Pressure VII/JNC-VII, 2003

Kategori Sistol Diastol


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 >160 >100
Hipertensi >140 <90
sistolik terisolasi

Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson

Kategori Sistol Diastol


(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi tingkat 3 (berat) >180 >110

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut Padila (2013) Manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan mejadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa, hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan, dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul :
 Sakit kepala saat terjaga
 Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
 Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

 Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi


glomerulus

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Padila (2013) pemeriksaan penunjang meliputi :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : regogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
2.7 Komplikasi
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009) komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
Hipertensi adalah :
1) Stroke, dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak
yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma
2) Infark Miokard, dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melewati pembuluh darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis
dan hipertensi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distrimia, hipoksia jantung, dan peningkatkan resiko pembentukan
bekuan
3) Gagal ginjal, dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal,
yaitu nefron akan terganggu 15 dan akan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering
dijumpai pada hipertensi kronis.
4) Ensefalopati (kerusakan otak), dapat terjadi erutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatkan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang intertisial
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolpas dan terjadi koma serta
kematian

2.8 Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi,
biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
Ada 2 terapi yang di terapkan yakni,
 Terapi nonfamakologis Modifikasi gaya hidup :
1. Penurunan berat badan
2. pengurangan asupan alkohol
3. aktifitas fisik teratur
4. pengurangan asupan natrium
5. penghentian rokok
 Terapi farmakologis, Penatalaksanaan farmakologis Yunita Indah Prasetyaningrum
(2014) merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1. Diuretik (Hidroklorotiazid) Obat antihipertensi jenis ini menurunakan tekanan
darah dengan mengeluarkan kelebihan air dan garam dari dalam tubuh melalui
ginjal
2. Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol) Obat ini membantu organ
jantung memperlambat detaknya sehingga darah yang dipompa jantung lebih
sedikit dibandingkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun
3. ACE Inhibitor Obat jenis ini mencegah tubuh membentuk hormon amiotensin II
yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Alhasil, tekanan darah akan
segera turun
4. Angiotensin II Reseptor Blokers Obat ini memberikan perlindungan terhadap
pembuluh darah dari hormon angiontensin II dan mengakibatkan pembuluh darah
rileks serta melebar.
5. Klasium Channel Bloker Obat jenis ini bertugas untuk mengatur kalsium agar
masuk kedalam sel otot jantung dan pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menjadi rileks dan tekanan darah turun. 17
6. Alpha Bloker Obat antihipertensi ini bertugas mengurangi impuls saraf yang
mengakibatkan pembuluh darah mengencang sehingga aliran darah lancar dan
tekanan darah turun.
7. Inhibitor sistem saraf Obat jenis ini bertugas meningkatkan impuls saraf dari otak
untuk bersantai dan memperlebar pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat
turun
8. Vasodilatator Obat antihipertensi jenis ini berfungsi untuk mengendurkan otot-
otot dinding pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun
DAFTAR PUSTAKA

Telaumbanua, Arniat Christiani dan Yanti Rahayu. 2021. Penyuluhan Dan Edukasi Tentang Penyakit
Hipertensi. JuRNAL Abdimas Saintika Volume 3 Nomor 1. Stikes Syedza Saintika.

Anda mungkin juga menyukai