Anda di halaman 1dari 34

BAB I

SEMENTARA

1.1 Latar Belakang

Penyakit ini di Indonesia telah mengalami transisi epidemiologis dalam dua

dekade terakhir, tidak ada penyakit menular yang awalnya merupakan beban utama dan

kemudian berubah menjadi penyakit tidak menular. Tren ini meningkat pada usia muda

dan mulai mengancam. Penyakit tidak menular utama termasuk hipertensi, diabetes

mellitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronis (Sudarsono, 2017).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik

lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg.

Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik> 160 mmHg dan

tekanan diastolik> 90 mmHg. Hipertensi adalah suatu kondisi di mana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yang mengarah pada

peningkatan morbiditas (morbiditas) dan mortalitas (Sudarsono, 2017).

Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik> 160 mmHg dan

tekanan diastolik> 90 mmHg. Ini sesuai dengan penjelasan (Sudarsono, 2017).

Dukungan sosial untuk keluarga: Dampak dukungan sosial terhadap kesehatan dan

kesejahteraan bekerja bersama.

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah dan mencegah timbulnya penyakit

melalui deteksi dini dan pengobatan sejak awal (Sudarsono, 2017).


Menurut data WHO, sekitar 972 juta orang atau 26,4% dari populasi dunia menderita

tekanan darah tinggi. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% pada

tahun 2025. Dari 972 juta orang menderita hipertensi

Hipertensi: 333 juta orang di negara maju, termasuk Indonesia. Hipertensi dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu hipertensi esensial, yang diketahui menyebabkan

hipertensi sekunder dan diketahui menyebabkan penyakit ginjal, ketidakseimbangan

hormon, dll. Jumlah pasien dengan hipertensi esensial adalah 90-95% sedangkan

jumlah pasien dengan hipertensi sekunder adalah 5-10% (Prayitno, 2013).

Proporsi pasien dengan penyakit kardiovaskular yang dirawat di rumah sakit di

Indonesia meningkat dari 2,1% pada tahun 1990 menjadi 6,8% pada tahun 2001. The

Misbach (2001) Investigasi Faktor Risiko untuk Penyakit Kardiovaskular Akibat

Hipertensi 120 mmHg Meningkatkan Risiko Kematian dari Penyakit Kardiovaskular

sebesar 6,1%, sedangkan Tekanan Darah Antara 120 dan 139 mmHg Meningkatkan

Risiko hingga 16,3% , 140159 mmHg meningkat hingga 22,7% dan ≥ 160 mmHg dapat

meningkatkan risiko hingga 8 kali lipat n adalah 49,2% (Prayitno, 2013).

Berdasarkan data profil kesehatan di provinsi Jawa Timur pada 2010, kasus hipertensi

dipertahankan pertama untuk penyakit tidak menular dan ketiga untuk penyakit secara

keseluruhan dengan prevalensi 12,41% (Prayitno, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan di Pusat Kesehatan Masyarakat Dampit pada 5 Oktober

2018 bahwa kejadian di Malang adalah 36,3% dari populasi di atas 15, sementara desa
Dampit berusia lebih dari 15 tahun (50.129 penduduk) Data berdasarkan rekapulasi

pada tahun 2016 1,66%, pada tahun 2017 mencapai 1,89%, 2018 2,21%.

Setelah tekanan darah pasien ini perlu dipantau secara berkala karena hipertensi adalah

kondisi seumur hidup Keluarga upaya manajemen dapat berasal dari unit terkecil

masyarakat, keluarga sebagai unit terkecil masyarakat memiliki peran, peran ini

dipromosikan dengan mendukung anggota keluarga Secara khusus, untuk menjaga dan

meningkatkan kesehatan, berusaha mengembangkan teknik untuk menemukan

masalah secepat mungkin sehingga pengobatan segera mungkin dilakukan. Dengan

dukungan sosial keluarga, anggota keluarga akan mengembangkan motivasi dalam

dirinya, sesuatu yang lebih menguntungkan dengan masuk ke perawatan kesehatan.

Sebagai seorang perawat, kita perlu bekerja dengan keluarga untuk mengurangi tingkat

peningkatan hipertensi dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi

dan mendukung motivasi keluarga dalam membantu keluarga dengan tekanan darah

tinggi.

1.2 Rumusan masalah

Adakah hubungan antara dukungan sosial keluarga dan pencegahan sekunder

tekanan darah tinggi di area kerja Puskesmas Dampit, Kabupaten Dampit, Kabupaten

Malang?
1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Pengetahuan tentang hubungan antara dukungan sosial keluarga dan pencegahan

hipertensi sekunder di tempat kerja di Desa Dampit, Kec. Dampite, Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Identifikasi dukungan sosial keluarga di area kerja Puskesmas Distrik Dampit.

Malang

2. Identifikasi pencegahan hipertensi sekunder di area kerja Puskesmas Distrik Dampit.

Malang

3. Analisis hubungan antara dukungan sosial keluarga dan pencegahan sekunder

hipertensi di area kerja Puskesmas Distrik Dampit. Malang

1.4 Keuntungan penelitian

1.4.1 Untuk peneliti

1. Memberikan pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang bermakna bagi para

peneliti.

2. Sebagai referensi dasar untuk peneliti masa depan.


1.4.2 Untuk institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan referensi tentang hubungan antara dukungan sosial keluarga

dan pencegahan sekunder tekanan darah tinggi di Puskesmas Dampit, Kabupaten

Dampit, Kabupaten Malang.

1.4.3 Untuk perawat

Petugas kesehatan, terutama perawat, dapat meningkatkan keterampilan dan layanan

perawat untuk pasien hipertensi dalam perawatan.

1.4.4 Untuk Puskesmas

Membantu petugas kesehatan di Puskesmas, khususnya perawat, untuk menghadapi

masalah sebagai bahan bacaan dan referensi tentang hubungan antara dukungan sosial

keluarga dan pencegahan sekunder tekanan darah tinggi di Pusat Kesehatan Dampit,

Kabupaten Dampit, Kabupaten Malang

1.4.5 Untuk keluarga atau pelanggan

Membantu mengatasi masalah sebagai bahan dan bukti hubungan antara dukungan

sosial dan pencegahan sekunder tekanan darah tinggi di area kerja Puskesmas Dampit

di Kabupaten Malang.

1.5 Batasan penelitian

Masalah ini terbatas pada hubungan antara dukungan sosial keluarga dan pencegahan

sekunder tekanan darah tinggi di wilayah kerja Puskesmas Distrik Dampit. Dampite,

Kabupaten Malang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Hipertensi

2.1.1 Definsi Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan

konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada

peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.(Baradero,2008)

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempumyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi

sebagai respon curah jantung atau tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor

adanya hipertensi :

1. Genetic : respon neurologi erhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport

Na.

2. Obesitas : terkait dengan insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah

meningkat.

3. Stress Karena lingkungan

4. Hilangnya elektisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua sekitar

pelebaran pembuluh darah.


Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya dinding aorta

menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,kemampuan jantung memompa

darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meninglatkan resistensi pembuluh

darah perifer. Setelah usia 20 th kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun sehingga menyebabka menurunya kontraksi dan volume. Elastsitas

pembuluh darah menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi. (Aspiani, 2014)

Hipertensi secaran etiologi dibagi menjadi dua, yaitu hiprtensi sekunder dan hipertensi

essensial. Terdapat sekitar 5% kasus hipertensi yang di sebabkan adanya kelainan pada

fungsi organ,yaitu hipertensi sekunder dan 95% tidak diketahui penyebabnya,yaitu

hipertensi esensial. (Anggraieni,2014)

2.1.3 Tanda Gejala Hipertensi

Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala hingga bertahun-

tahun. Gejala jika ada menunjukkan adanya kerusakan vascular, dengan manifiestasi

yang khas dengan system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah

bersangkutan. Perubahan atau patologis pada ginjal dapat bermanifiestasi sebagai

nokturia (peningkatan urinasipada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen

urea darah dan kreatinin).

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tingi, tetapidapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat,
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada dikus

optikus)

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan setrok atau serangan iskemik

trensien (transient ischemic attek, TIA) yang bermanefestasi sebagai paralisis

sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam pengelihatan (Aspiani,

2014)

Gejala umum yang di timbulkan akibat penderita hipertensi pada setiap orang, bahkan

terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang diperlukan oleh penderita

hipertensi sebagai berikut.

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputas seperti 7 keiling teras ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jatung terasa lebih cepat

5. Telinga berdengung

Menurut Crowin (dalam Aspiani,2014) menyebutkan bahwa sebagian gejala klinis

timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual, akibat peningkatan tekanan

darah intrakanial

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi


3. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat

4. Nocturia karena peningkatan aliran darah ginal dan filtrasi glomerulus

5. Edema dependen akibat tekanan kapiler

Gejala lain yang umumnya terjadi akibat hipertensi, yaitu pusing, muka merah,

sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa tebal dll.

(Aspiani, 2014)

Tanda dan gejala hipertensi antara lain frekuensi jantung meningkat, perubahan

iraa jantung, takipnea, kenaikan tekanan darah, muntah, gelisah, adanya edema, DVJ

(Distensi Vena Jagularis), hipoteensi posturla berhubungan dengan regimen obat,

frekuensi atau irama : takikadi, beeberapa disaritmia,mur mur stenosis vaskuler. Gejala

yang timbul sakit kepala, kelelahan, nafas pendek, mudah marah, gelisah, sulit tidur,

rasa berat ditengkuk, nyeri di dada (Fauziyah, 2013).

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Efendi (2017) membagi hipertensi kedalam beberapa klasifikasi:

1. Hipertensi primer merupakan keadaan hipertensi yang penyebab utamanya

bersifat idiopatik

2. Hipertensi sekunder diakibatkan oleh suatu penyakit lain yang mendasari,

misalnya penyakit ginjal. Hipertensi primer memiliki faktor risiko yang menyebabkan

seseorang lebih mudah terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut dibagi menjadi faktor

yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak dapat
diubah antara lain riwayat keluarga, usia, ras, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor-

faktor yang dapat diubah antara lain obesitas, kurang gerak, merokok, sensitivitas

natrium, kalium rendah, minum minuman berakohol secara berlebihan, dan stress.

Hipertensi sekunder lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan

darah tinggi. Hipertensi sekunder

Tabel Klasifikasi Hipertensi

2.1

No Kriteria Sistolik Diastolic

Normal <130 <85

Perbatasan (high normal) 130-139 85-89

Hipertensi

Derajat 1 : ringan 140-159 90-90

Derajat 2 : sedang 160-179 100-109

Derajat 3 : berat 180-209 110-119

Derajat 4 : sangat berat >210 >120

2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh volume stroke dan resistensi perifer total. Jika ada

peningkatan pada salah satu variabel yang tidak dikompensasi, itu dapat menyebabkan

hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi untuk mencegah perubahan akut

pada tekanan darah yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah dan menjaga
stabilitas tekanan darah jangka panjang. Sistem kontrol tekanan darah sangat

kompleks. Kontrol dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskular

melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respons terhadap iskemia, sistem saraf

pusat yang berasal dari atrium, dan arteri paru otot polos.

Mekanisme hipertensi disebabkan oleh pembentukan angiotensin II dari angiotensin I

oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memainkan peran fisiologis yang

penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang

diproduksi di hati. Lebih lanjut, oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) ingin

dikonversi menjadi angiotensin I. Dengan ACE di paru-paru, angiotensin I dikonversi

menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah peran kunci dalam meningkatkan tekanan

darah melalui dua tindakan utama. Peningkatan konsentrasi NaCl diharapkan akan

meningkat dengan meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang meningkatkan

volume dan tekanan darah hipertensi selama bertahun-tahun.

Goyangan langkah karena kerusakan pada sistem saraf, nokturia (peningkatan buang

air kecil di malam hari) karena peningkatan tekanan darah. Keterlibatan pembuluh

darah otak dapat menyebabkan stroke iskemik transien atau serangan yang

bermanifestasi sebagai kelumpuhan sementara di satu sisi atau hemiplegia atau

gangguan ketajaman visual. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, lekas

marah, telinga berdengung, berat di tengkuk, sulit tidur, dan mata kuning. (Nuraini,

2015)
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Secara umum hipertensi tidak memiliki penyebab spesifik. Hipertensi terjadi sebagai

respons terhadap peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Namun

ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, antara lain:

1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

memiliki risiko menderita hipertensi. Ini terkait dengan peningkatan kadar natrium

intraseluler dan rasio rendah antara kalium terhadap natrium. Orang dengan orang tua

dengan hipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar dari hipertensi dibandingkan

orang yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu, ditemukan

bahwa 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

2. Obesitas: berat badan merupakan faktor penentu tekanan darah pada sebagian besar

kelompok etnis di segala usia. Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara

kelebihan berat badan dan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan perubahan

fisik pada ginjal.

3. Gender: prevalensi hipertensi pada pria mirip dengan wanita. Tetapi wanita

dilindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause, salah satunya adalah

penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai


penjelasan untuk keberadaan imunitas wanita pada usia premenopause. Pada wanita

premenopause mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang telah

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini berlanjut di mana hormon

estrogen mengubah jumlahnya sesuai dengan usia wanita secara alami, yang umumnya

mulai terjadi pada wanita berusia 45-55 tahun.

4. Stres: Stres bisa meningkatkan tekanan darah saat. Hormon adrenalin akan

meningkat ketika kita stres, dan itu dapat menyebabkan jantung memompa darah lebih

cepat sehingga tekanan darah meningkat.

5. Kurang olahraga: banyak olahraga yang berhubungan dengan manajemen penyakit

tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat mengurangi resistensi perifer

yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung untuk

menjadi terbiasa jika jantung harus melakukan pekerjaan lebih berat karena kondisi

tertentu. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko tekanan darah tinggi karena

meningkatnya risiko menjadi gemuk. Orang yang tidak aktif cenderung memiliki detak

jantung yang lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi, semakin keras dan seringkali jantung harus memompa lebih banyak

kekuatan yang memaksa arteri.

6. Pola asupan garam dalam makanan: badan kesehatan dunia, Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

hipertensi. Tingkat natrium yang disarankan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar

2,4 gram natrium atau 6 gram garam) per hari. Konsumsi natrium yang berlebihan

menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk


menormalkan cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler

meningkat. Peningkatan volume cairan ekstraseluler menyebabkan peningkatan

volume darah, yang mengakibatkan timbulnya hipertensi.

7. Kebiasaan merokok: merokok menyebabkan tekanan darah tinggi. Merokok berat

dapat dikaitkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko stenosis

arteri ginjal atriumosklerosis. (Nuraini, 2015)

2.1.7 Pencegahan Hipertensi

Pengobatan hipertensi penting tetapi tidak lengkap jika tidak ada tindakan pencegahan

yang diambil untuk mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular akibat hipertensi.

Upaya untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi didasarkan pada perubahan pola

makan dan gaya hidup. Langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil termasuk:

1. Perubahan pola makan

2. Batasi penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang mengandung soda

kue, perasa dan pengawet makanan.

3. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (daging organ, kuning

telur, cumi-cumi, kerang, kepiting, cokelat, mentega, dan margarin).

4. Berhenti merokok, minum alkohol Olahraga teratur

5. Hindari stres. (Nuraini, 2015)


2.1.8 Pencegahan primer

Konseling anak usia dini, di mana konseling hipertensi dilakukan, terutama pada

kelompok berisiko tinggi

2.1.9 tujuan pencegahan primer

Mengurangi timbulnya penyakit dengan mengatasi penyebab penyakit dan faktor risiko

(Dewi, 2013)

2.1.10 Pencegahan sekunder hipertensi

Tahap ini adalah pencegah kedua yang dapat dilihat dari permulaan masalah dalam

masalah yang bertahan lama melalui deteksi dini dan perawatan dini, mis. Pemeriksaan

kesehatan, deteksi dini masalah kesehatan. Deteksi dini dapat mencakup pengukuran

berkala Posyandu yang lebih tua atau upaya pengobatan alternatif dengan terapi

biologis berdasarkan terapi alami (Nurrahimah, 2014).

2.1.11 tujuan pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dengan tujuan:

1. Kenali dan campur tangan segera untuk menghentikan penyakit pada tahap ini

2. Mencegah penyebaran penyakit mengurangi intensitas penyakit ketika penyakit ini

adalah penyakit menular

3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, mencegah orang sakit dan

mencegah timbulnya komplikasi kecacatan. Keterbatasan kecacatan pada tahap ini


mengarah pada penanggulangan cacat, khususnya untuk mencegah penyakit menjadi

berkelanjutan, yang mengarah ke cacat yang lebih buruk (Dewi, 2013)

2.1.12 Penilaian Pencegahan Sekunder

Penilaian pencegahan sekunder dengan kuesioner pencegahan sekunder ini berisi 15

pertanyaan. Setiap jawaban dari setiap titik pertanyaan diberi peringkat 0-3. Hasil

tindakan pencegahan sekunder jatuh ke dalam tiga kategori: pencegahan sekunder

dengan skor> 31, pencegahan sekunder dengan skor 30-16, dan pencegahan sekunder

dengan skor <15 (Mariyanto, 2008).

2.1.13 Upaya pertahanan sekunder

Dalam proses pencegahan penyakit sekunder, ada beberapa upaya untuk mencegah

penyakit. Upaya-upaya ini meliputi:

1. Penegakan deteksi dini dan perawatan yang cepat dan tepat (diagnosis dan

pengobatan dini) untuk mengurangi keparahan penyakit dan memungkinkan klien

untuk kembali ke kesehatan normal. Itu bisa dilakukan oleh

a. Cari penderita di komunitas dengan investigasi. Misalnya, tes tekanan darah

b. Menjelaskan riwayat keluarga pasien hipertensi yang perlu dipantau untuk

mengembangkan penyakit dapat segera diobati.

c. Tingkatkan keteraturan perawatan bagi penderita.

2. Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di rumah sakit atau fasilitas

kesehatan lain dengan fasilitas yang memadai.


3. Keterbatasan kecacatan, termasuk pencegahan komplikasi dan kecacatan (Dewi,

2013)

2.1.14 Pencegahan tersier

Upaya mencegah komplikasi atau kematian yang lebih parah. Upaya pada penyakit

Tersier ini itu bisa memperparah hipertensi. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan

tindak lanjut untuk menentukan kemungkinan pengurangan dosis atau pengisian obat

(Dewi, 2013)

2.2 Konsep dasar bantuan sosial keluarga

2.2.1 Dukungan sosial untuk keluarga adalah suatu proses

Hubungan antara keluarga dan lingkungan sosial. Dampak dukungan sosial terhadap

kesehatan dan kesejahteraan bekerja bersama. Secara khusus, telah ditunjukkan bahwa

keberadaan dukungan sosial yang memadai terkait dengan penurunan angka kematian,

yang dapat lebih mudah pulih dari penyakit, fungsi kognitif, kesehatan fisik dan

emosional. Selain itu, pengaruh positif dukungan sosial keluarga adalah beradaptasi

dengan peristiwa yang ada dalam kehidupan yang penuh tekanan. Di semua tahap,

dukungan sosial untuk keluarga memungkinkan keluarga untuk bekerja dengan

berbagai kecerdasan dan alasan untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka

dalam kehidupan (Nuniek 2016).

2.2.2 Sumber dukungan sosial

Menurut Goetlieb (dalam Maslihah, 2011), ada dua jenis hubungan dengan dukungan

sosial, yaitu, pertama, hubungan profesional yang berasal dari para ahli di bidangnya,
seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter dan pengacara. Kedua, hubungan non-

profesional, yaitu Orang yang paling dekat dengan teman, keluarga

2.2.3 Jenis dukungan sosial

Menurut Sarafino dalam Oktavia, L (dalam Kumalasari et al., 2012) dukungan sosial

terdiri dari empat jenis, yaitu:

1 Dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan ekspresi empati dan perhatian pada

individu, sehingga individu merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan. Dukungan ini

mencakup perilaku seperti memberi perhatian dan kasih sayang setelah mau

mendengarkan keluhan orang lain.

2 Dukungan penghargaan. Dukungan ini melibatkan ekspresi dalam bentuk pernyataan

yang menyetujui dan evaluasi positif dari ide, perasaan, dan kinerja orang lain.

3 Dukungan instrumental. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung,

misalnya dalam bentuk bantuan keuangan atau bantuan dalam melaksanakan tugas-

tugas tertentu.

4 Dukungan informasi. Jenis dukungan informasi ini bisa dalam bentuk saran, arahan

dan umpan balik tentang cara menyelesaikan masalah.

2.2.4 Faktor-faktor yang membentuk dukungan sosial

Myers (dalam Maslihah, 2011) mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga faktor

penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan positif, termasuk:


Sebuah. Empati, yaitu untuk berbagi kesusahan orang lain dengan tujuan

mengantisipasi emosi dan motivasi perilaku untuk mengurangi kesusahan dan

meningkatkan kesejahteraan orang lain.

b. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk

melaksanakan kewajiban dalam kehidupan.

c. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik dari perilaku sosial antara cinta,

pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi

hubungan interpersonal yang memuaskan.

2.5 komponen dukungan sosial

Ke enam komponen dukungan sosial:

Sebuah. dukungan instrumen

1. Aliansi yang dapat diandalkan adalah pengetahuan seseorang yang bisa diandalkan

untuk bantuan tulus saat dibutuhkan. Orang yang menerima bantuan ini akan merasa

tenang karena mereka menyadari bahwa ada orang yang dapat mereka andalkan ketika

menghadapi masalah dan kesulitan.

2. Panduan (guide) adalah dukungan sosial dalam bentuk saran dan informasi dari

sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat berupa umpan balik (feedback)

tentang sesuatu yang telah dilakukan oleh individu


b. Bantuan emosional

1. Jaminan nilai. Dukungan sosial ini berupa pengakuan atau penghargaan atas

kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat orang merasa diterima

dan dihargai. Contoh dari dukungan ini memuji individu, misalnya, karena mereka

melakukan sesuatu yang baik.

Pabrik ke-2; Dukungan ini mengambil bentuk ekspresi cinta dan cinta yang diterima

oleh individu yang dapat memberikan rasa aman kepada mereka yang menerimanya.

Kedekatan dan keintiman adalah bentuk dukungan karena kedekatan dan keintiman

dapat memberikan keamanan.

3. integrasi sosial; Dukungan ini mengambil bentuk kepentingan dan kepedulian

bersama serta menjadi milik suatu kelompok.

4. Kemungkinan untuk diurus; Dukungan ini adalah dalam bentuk perasaan individu

yang dibutuhkan oleh orang lain. (Maslihah, 2011)

2.2.6 Evaluasi dukungan sosial keluarga

Dukungan sosial keluarga diukur dengan kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan

yang menunjukkan bentuk dukungan untuk pasien di mana setiap komponen dukungan

keluarga terdiri dari 4 pernyataan. Peringkat tersebut menggunakan skala Likert yang

menggunakan pernyataan positif. Pernyataan positif dengan 4 pilihan (SL) selalu 3,

sering (S) 2. Terkadang (KK) adalah 1, tidak pernah (TP) 0. Nilai serendah mungkin

adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 36. (Nursalam, 2013) kategorikan dukungan

keluarga ke dalam 3 kategori, yaitu dukungan keluarga yang baik dengan skor total>
25, dukungan keluarga yang memadai dengan skor 13-24, dan dukungan keluarga di

bawah skor <12. (Nursalam, 2013)


2.1 Kerangka Konsep

Pasien Hipertensi

Factor yang mempengaruhi:


1. Genetik Upaya pencegahan sekunder:
2. Obesitas
Pencegahan primer 1. Penegakan diagnose secara
3. Jenis kelamin dini dan pengobatan yang
4. Stress Pencegahan tersier cepat dan tepat
5. Kurang olah raga
6. Pola asupan garam Pencegaan sekunder 2. Pencegahan komplikasi
dalam diet 3. Pembatasan kecacatan
7. Kebiasaan merokok

Factor yang Dukungan Sosial Keluarga


mempengaruhi: terdiri dari :

1. Empati -Dukungan emosional 1.Baik


2. Norma dan -Dukungan penghargaan 2.cukup
nilai social
-Dukungan instrumental 3.kurang
3. Pertukaran
sosial -Dukungan informasi
]

1 .Baik
2. Cukup
3. Kurang

Keterangan :
: Di teliti : Tidak di teliti
Bagan 2.1
2.2.3 Jenis dukungan sosial

Menurut Sarafino dalam Oktavia, L (dalam Kumalasari et al., 2012), dukungan sosial

terdiri dari empat jenis, yaitu:

1 dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan ekspresi empati dan perhatian pada

individu sehingga individu merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan. Dukungan ini

termasuk perilaku, seperti perhatian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pengaturan penelitian penting yang memungkinkan kontrol

beberapa faktor yang dapat memengaruhi validitas suatu hasil. (Nursalam, 2013).

Penelitian ini menggunakan metode korelasi deskriptif. Metode deskriptif yang etis

digunakan, yaitu Hubungan antar variabel digunakan untuk menunjukkan korelasi

antar variabel. Dengan melakukan penelitian ini, Anda akan melihat untuk menentukan

antara dukungan sosial keluarga dan pencegahan sekunder hipertensi. Penelitian ini

menggunakan desain cross-sectional. Ini adalah desain penelitian di mana pengukuran

atau pengamatan dilakukan secara bersamaan antara variabel independen dan

dependen. Studi Di Studs melakukan pengukuran dukungan sosial keluarga dan

pencegahan hipertensi sekunder secara bersamaan dengan mendistribusikan kuesioner

dan responden. (Nursalam, 2013)

3.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019 di ruang kerja Dampit Pusat

Kesehatan Masyarakat.
3.3 kerangka kerja

Dapatkan informasi lebih lanjut tentang bingkai, urutan langkah-langkah penelitian set.

Frame di mempelajari ini sebagai gambar. (Notoatmojo, 2012)

Populasi
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 45 orang dari
Puskesmas Dampit

Sampling
Probability dengan tekhnik simple random sampling

Sampel
Besar sampel yaitu keseluruhan populasi yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 40 orang

Tekhnik pengumpulan data


Pengumpulan data dengan menggunakan kuisoner dukungan
sosial keluarga dan kuisoner pencegahan

Analisa data
Uji statistik untuk hubungan dukungan sosial keluarga dengan
pencegahan sekunder hipertensi menggunakan sperman rho

Penyajian hasil penelitian


Diagram 3.1. Kerangka Kerja untuk Hubungan antara dukungan keluarga sosial dan

pencegahan hipertensi sekunder

3.4 Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2010) penerapannya Beich dari populasi sekitar koleksi benda

yang komprehensif, yang menarik perhatian peneliti. Populasi penelitian ini adalah

semua pasien hipertensi yang memiliki diri di Pusat Kesehatan Dampit. Populasi

penelitian ini adalah 45 orang.

Lemari pakaian

Sampel diambil sebagian dari seluruh objek penelitian dan mewakili seluruh populasi

(Sugiyono, 2010). Dalam studi kematian penelitian adalah pasien meninggal

hipertensi, dan pemeriksaan diri datang atau berada di Dampit Health Center hipertensi

melihat-lihat.

a. kriteria inklusi

1. Pasien hipertensi, datang untuk pemeriksaan diri dan mendapatkan perawatan di

Pusat Kesehatan Dampit.

2. Pasien hipertensi, meninggal harus menjadi responden

3. Pasien Hipertensi, mati usus tetapi bisa menyegel

4. Tekanan darah> 140/90 mmHg


b. kriteria eksklusi

1. Pasien dengan hipertensi kooperatif

2. Prosedur pengambilan sampel

Dapatkan di proses pemilihan bagian-bagian populasi, maka setelah itu Anda akan

melihat metode pengambilan sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk

mendapatkan sampel dan

bejemuchtergeremuchtergeremuchtergeremuchtergeremuchtergeremuchtergeremucht

ergeremuchtergeremuchtergeremuchtergeremuchtergeremememengambil sampel

yang diambil secara acak. H. Teknik pengambilan sampel anggota populasi yang

dilakukan secara acak, setiap anggota populasi menjadi peluang Topi yang sama untuk

dipilih juga sampel (Nursalam, 2013).

5. Ukuran sampel

Ukuran sampel penelitian ini adalah pasien hipertensi yang mengunjungi Pusat

Kesehatan Dampit yang memenuhi kriteria inklusi. Pasien hipertensi yang diperiksa

pada kunjungan berikutnya tidak lagi diperiksa. Penentuan sampel dengan rumus

Nursalam (2013), yaitu:

n=N

1 + N (d²)

Informasi:

n: ukuran sampel
N: populasi besar

d: tingkat signifikan (5%)

n = 45

1 + 45 (0,052)

n = 45

1,1125

n = 40.44

n = 40

Jumlah sampel dalam penelitian ini juga 40 orang

3,5 variabel dan operasi variabel

1. Variabel penelitian

Menurut (Nursalam, 2013) variabel adalah perilaku atau fitur yang memberikan

sesuatu (objek, orang, dll) nilai yang berbeda. Anda mungkin menyukai konsep dari

berbagai tingkatan abstrak, dan Einsteinungen yang mengukur sumber daya keuangan

atau untuk memanipulasi penelitian harus didefinisikan. Variabel dalam penelitian ini

dibagi menjadi:

a. Variabel bebas dan bebas

Variabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang menentukan nilainya. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga.


b. Variabel dependen atau terikat

Variabel yang dipengaruhi oleh nilai ditentukan oleh variabel lain. Setelah itu, Variabel

untuk faktor faktor lain, seperti menentukan, Anda akan menemukan memberikan

hubungan antara variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

pencegahan sekunder hipertensi.

2. Operasi

Operasional dengan operasi Penjelasan variabel penelitian yang dibuat oleh para

peneliti Fon sehubungan dengan definisi konseptual. Definisi operasi dijelaskan seperti

pada tabel di atas

bergabung:
Variable definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala

Dukungan Dukungan Pengisian Kuisioner 1. Baik Ordinal


sosial sosial kuisioner dengan
Keluarga Keluarga yang telah skor
di >25
sediakan 2. Cukup
dengan
skor 13-
24
3. Kurang
dengan
skor<12
Pencegahan Merupakan Pengisian Kuisioner - Baik dengan Ordinal
sekunder upaya pasien kuisioner skor >31
hipertensi hipertensi yang telah - Cukup30-16
disediakan - Kurang <15
untuk
melakukan :
1. Deteksi dini
2. Pencegahan
komplikasi
3.Pembatasan
kecacatan
3.6 Jenis dan Teknik Akuisisi Data

3.6.1 Jenis data yang dikumpulkan

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari komisioner untuk

mengetahui dukungan sosial keluarga. Pencegahan sekunder hipertensi diukur dengan

kuesioner. Kuesioner dukungan keluarga dan pencegahan hipertensi sekunder

diselesaikan oleh responden hipertensi.

3.6.2 Kumpulkan data

1. Mengajukan permohonan izin penelitian.

2. Buat pemulihan hubungan formal dengan Pusat Kesehatan Dampit.

3. Tentukan populasi dan sampel.

4. Mentor informal dari sampel yang diteliti, menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian.

5. Berikan orang yang diwawancarai formulir persetujuan. Jika orang yang

diwawancara siap untuk ujian, ia harus menandatangani formulir persetujuan.

6. Berikan kuesioner untuk pencegahan sekunder dengan hipertensi dan dukungan

keluarga untuk sampel yang diperiksa

7. Setelah hasil kuesioner tentang prevalensi pencegahan hipertensi sekunder dan

dukungan sosial untuk keluarga diperoleh, data dianalisis dengan komputer.


3.6.3 Alat pengumpulan data

Prinsip penelitian adalah pengukuran. Maka harus ada ukuran yang bagus. Alat ukur

dalam penelitian biasanya disebut sebagai instrumen penelitian. Oleh karena itu

instrumen penelitian adalah instrumen untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang

diamati (nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini dengan beberapa alat penelitian sebagai berikut:

1. Dukungan sosial keluarga

Dukungan sosial keluarga diukur dengan kuesioner yang terdiri dari 12 pernyataan

yang menunjukkan bentuk dukungan apa yang diterima pasien, dengan masing-masing

komponen dukungan keluarga terdiri dari 4 pernyataan. Dukungan dan Penghargaan

Emosional (# 1-4), Bantuan Instrumental (# 5-8), Bantuan Informasi (# 9-12).

Peringkat tersebut menggunakan skala Likert yang menggunakan pernyataan positif.

Pernyataan positif dengan 4 pilihan jawaban, yaitu selalu 3, sering 2, terkadang 1, tidak

memiliki nilai 0. Nilai terendah yang dapat diperoleh adalah 0 dan nilai tertinggi adalah

3. Nilai akhir dihitung dengan menjumlahkan hasil dari masing-masing jawaban

dapatkan setiap pernyataan. Setelah skor tercapai, dukungan keluarga dibagi menjadi

tiga kategori, dukungan keluarga yang baik dengan skor ≥25, dukungan keluarga yang

memadai dengan skor 13-24, dan dukungan keluarga kurang dari skor ≤12.
2. Pencegahan sekunder hipertensi

Pencegahan sekunder hipertensi dinilai menggunakan kuesioner 15-kuesioner. Setiap

pernyataan memiliki empat jawaban. Jika jawaban selalu diberi peringkat 3, respons

sering diberikan sebagai 2, kadang-kadang 1, 0, dan 0. Kuesioner ini diuji di Pusat

Kesehatan Dampit untuk 40 responden sama dengan sampel penelitian. Riwidikdo

(2008) menyatakan bahwa kuesioner dianggap dapat diandalkan jika memiliki nilai

alpha minimal 0,7. Dengan demikian, kuesioner tentang pencegahan hipertensi

sekunder diperoleh dengan merangkum semua peringkat dari jawaban untuk setiap

pernyataan. Ini kemudian dibagi menjadi tiga kategori: pencegahan sekunder, baik

dengan peringkat> 31, pencegahan sekunder cukup dengan peringkat 30-16 dan

pencegahan sekunder dengan skor total lebih rendah <15.

3.7 Uji validasi memiliki uji reliabilitas

3.7.1 Validitas

Validasi adalah indeks yang menunjukkan bahwa meter benar-benar mengukur apa

yang sedang diukur. Demikian juga, kuesioner harus mengukur apa yang diukur

sebagai alat ukur; itu harus diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) setiap poin

(pertanyaan) dan skor keseluruhan kuesioner. Jika valid, itu berarti bahwa semua

elemen (pertanyaan) dalam kuesioner mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo,

S, 2012).
3.8.2 Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisis yang di lakukan secara

sistematik terhadap data yang telah di kumpulkan (Nursalam). Menurut Arikunto

(2010) kekuatan hubungan antara dukungan social keluarga dengan pencegahan

sekunder hipertensi diketahui berdasarkan interpretasi nilai koefisien (r) dari hasil

analisis korelasi Rank Sperman dengan menggunakan computer. Ada tidaknya

korelasi dinyatakan dalam angka koefisien tersebut sangat kecil, jika bukan 0,000

dapat diartikan bahwa kedua variable yang di korelasikan masih mempunyai

hubungan yang bermakna.

Anda mungkin juga menyukai