Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA

DENGAN HIPERTENSI

OLEH :

RATIH SAPUTRI

20131059

KELOMPOK E1

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2020/2021
I. KONSEP DASAR LANSIA
a. Pengertian Lansia
Lansia atau disebut juga dengan Lanjut usia merupakan tahap akhir dari
perkembangan hidup manusia. Masa lansia ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual [ CITATION
Ind18 \l 1057 ].
Adapun menurut Warner (2014) mengatakan bahwa lansia merupakan salah
satu kelompok populasi yang beresiko (population at risk) yang semakin
meningkat jumlahnya. Dimana yang dimaksud dengan populasi populasi yang
beresiko (population at risk) adalah kumpulan orang-orang yang masalah
kesehatannya memiliki kemungkinan akan berkembang lebih buruk karena
adanya faktor-faktor resiko yang mempengaruhi [ CITATION Kii18 \l 1057 ].

b. Proses Menua
Proses menua pada lansia dapat disebabkan oleh faktor biologi ([ CITATION
Sit18 \l 1057 ]
 Faktor biologi
Pada faktor biologi ini yang menyebabkan terjadinya penuaan yaitu
terjadinya pembelahan sedikit sel di dalam tubuh dan tidak mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki diri untuk tumbuh, kemudian hal tersebut
akan menyebabkan kehilangan elastisitas pada jaringan kulit, kemudian
menua juga disebabkan karena turunnya sistem imun pada lansia dan
terjadinya penurunan pengeluaran hormon yang merangsang perfusi sel
misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.

c. Perubahan Yang Terjadi pada Lansia


Perubahan yang terjadi pada lansia [ CITATION Afr18 \l 1057 ] adalah sebagai
berikut :
1. Menurunnya daya tahan fisik.
2. Terjadinya masa pensiun bagi lanjut usia yang menyebabkan terjadinya
penurunan pendapatan.
3. Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua.
4. Kurangnya dukungan keluarga terhadap lansia.
5. Akan ada terjdinya kematian pada pasangan hidup.

II. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN

Hipertensi secara umum dapat didefenisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari
140 mmgh dan tekanan distolik lebih dari 90 mmhg. Tekanan darah manusia secara
alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila
tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi
dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang
(Palmer, 2005 dalam Manuntang, 2018)
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmhg tekanan
sistolik dan 80-90 mmhg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap
hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmhg. Sedangkan menurut JNC VII 2003
tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun diklasifikasikan
menderita hipertensi stadium 1 apabila tekanan sistoliknya 140-159 mmhg dan
tekanan diastoliknya 90-99 mmhg. Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II
apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmhg dan diastoliknya lebih dari 100 mmhg.
Sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmhg
dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmhg. Hipertensi pada lansia didefenisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diasstolik 90 mmhg .(Smeltzer, 2001
dalam Manuntang, 2018)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diatolik). Tekanan darah kurang dari 120/80
mmhg didefenisikan sebagai “Normal” pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan
darah 140/90 mmhg atau ke atas diukur dikedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan keadaan
tekanan darah yang sama atau melebihi 140mmhg sistolik dan/atau sama atau
melebihi 90 mmhg diastolik. (Manuntang, 2018)
B. ETIOLOGI

Secara umum hipertensi disebabkan oleh dua penyebab yaitu hipertensi


esensial (hipertensi primer) jika dari patoofisiologi etiologi yang tidak
diketahui, dan hipertensi sekunder jika mempunyai penyebab hipertensi yang
spesifik. Keadaan hipertensi sekunder jika mempunyai penyebab hipertensi
yang spesifik . keadaan hipertensi esensial tersebut tidak dapat disembuhkan,
namun dapat dikontrol. Sebagian kecil pasien mempunyai penyebab hipertensi
yang spesifik (hipertensi sekunder) seperti keadaan medis peyerta ataupun
induksi endogen. Pada keadaan hipertensi spesifik, bila penyebabnya dapat
diindentifikasikan maka hipertensi pada pasien dapat disembuhkan. (Suhardi,
2016)
1. Hipertensi esensial
Lebih dari 90% individu dengan hipertensi mempunyai hipertensi ensial.
Banyak mekanisme yang telah diidentifikasikan berperan dalam
patogenesis hipertensi esensial, sehingga tidak mungkin untuk
mengdentifikasi secara tepat faktor yang menyebabkan abnoormalitas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi sensial seperti genetik,
defek ekskresi natrium, pelepasan nitrit oksid, ekskresi aldosteron, renal
steroid, dan sistem renin angiotensin. Secara umum, hipertensi esensial
merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik .
prevelensi hipertensi esensial meningkat dengan umur. Pada individu usia
muda dengan tekanan darah yang relatif tinggi akan meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi.
2. Hiperetensi sekunder
Kurang dari 10% pasien mengalami hipertensi sekunder. Hipertensi ini
disebabkan oleh penyakit penyertamaupun obat bertanggung jawab
terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah pada sebagian besar kasus,
gangguan ginjal yang disebabkan oleh penyakit gagalginjal kronik atau
penyakit vaskuler di renal merupakan penyebab utama terjadinya
hipertensi sekunder

C. MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderitahipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan
yag bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut (Manuntung, 2018) :

 sakit kepala
 kelelahan
 mual
 muntah
 sesak napas
 gelisah

Manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi

1. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur
2. Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D. PATOFISIOLOGI

Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
dan atau diastolik yang tidak normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti.
Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin (sistolik 140-160
mmhg ; diastolik 90-95 mmhg). Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
tekanan perifer dan tekanan atrium kanan didalam tubuh terdapat system yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah
dalam jangka panjang reflek kardiovaskuler melalui system saraf termasuk system
control yang beraksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan
oleh system yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ
terutama ginjal. Berbagai faktor seperti factor genetic yang menimbulkan perubahan
pada ginjal dan membrane sel. Aktivitas saraf simpatis dan system rennin-angiotensin
yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme kalium
dalam ginjal, serta obesitas dan faktor endotel mmempunyai peran dalam peningkatan
tekanan darah. Stress dengan peninggian saraf simpatis menyebabkan kontruksi
fungsional dan hipertensi struktural.

E. PATWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang Hipertensi (Manuntang ,2018) :

1. Hemoglobin : mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia
2. Bun/kreatinin memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3. Glukosa dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
4. Kalium serum hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik
5. Kalsium serum peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
6. Kolesterol
7. EKG dapat menunjukan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
catatan: luas peninggian gelombang P adalah salah satu tandadini penyakit jantung
hipertensi
8. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi

G. KOMPLIKASI

Komplikasi dari hipertensi (Manuntang, 2018)


1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Gagal jantung
4. Ensefalopi

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas


yang berhubungan dengan hipertensi
Pengobatan hipertensi primer (Yulanda, 2017) :
Terapi nonfarmakologi meliputi pengurangan berat badan untuk individu yang obes
atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH yang kaya akan kalium dan kalsium diet
rendah natrium , aktifitas fisik.
Terapi farmakologi dengan menggunakan obat obatan anthihipertensi yangdapat
dimulai dengan satu obat atau kombinasi obat
Pengobatan hipertensi sekunser (Manuntang, 2018) :
Pengobatan hipertensi sekunder tergantung penyebabnya, mengatasi penyakit ginjal
kadang dapat mengembalikan tekanan darah, penyempitan arteri bisa diatasi dengan
memasukan slang yang pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan atau
bisadilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas

I. PENGKAJIAN FOKUS

a. Identitas
Biasanya hipertensi sering terjadi saat seseorang sudah menua atau lanjut usia.
Biasanya terjadi pada usia 50 tahun lebih. Berdasarkan jenis kelamin,
perempuan memiliki resiko tinggi tekena hipertensi
b. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien penah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
d. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluhkan nyeri hebat di bagian kepala, nyeri dirasakan
terus menerus dapat menganggu aktivitas pasien
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
pasien
f. Pola nutrisi
Biasanya nutrisi pasien baik, namun terkadang jika pasien mengeluhkan nyeri
membuat klien menjadi kehilangan nafsu makan dan lebih berfokus pada nyeri
yang dirasakan
g. Pola eliminasi
Biasanya pola eliminasi BAB dan BAK klien normal, tidak ada keluhan
h. Pola istirahat/tidur
Biasanya pola tidur terganggu yang diakibatkan karena nyeri bisa datang di
waktu kapan saja.
i. Pola aktivitas/latihan
Biasanya jika nyeri sudah dirasakan pasien, dapat menghambat aktivitas
pasien, karena takut nanti tiba-tiba jatuh
j. Pola keyakinan
Biasanya pasien memiliki keyakinan yang mana berharap agar penyakit nya
dapat disembuhkan
k. Pemeriksaan fisik

Gambaran
Tingkat kesadaran Biasanya pasien memiliki tingkat kesadaran
penuh/composmentis, dan terlihat lemah
TTV Biasanya TTV pasien diatas batas normal
Kepala Biasanya kepala simetris, rambut sudah mulai keputihan,
tidak teraba adanya benjolan
Mata Biasanya mata simetris kiri kanan, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, biasanya sudah ada yang mengalami
gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur
Hidung Biasanya hidung simetris, tidak adanya penyumbatan
Mulut Biasanya mulut simetris, kelengkapan gigi sudah berkurang,
mukosa bibir sedikit lembab
Telinga Biasanya telinga simetris, tidak ada sumbatan, biasanya fungsi
pendengaran sudah mulai berkurang
Leher Biasanya leher simetris, tidak ada pembesaran pada area leher
Dada
 Paru I : Biasanya dada tampak simetris, pergerakan dinding dada
simetris
P : Biasanya tidak ada nyeri tekan, fremitus taktil sama
P : Biasanya terdengar sonor
A : Biasanya suara napas normal

I : Biasanya ictus cordis tidak tampak


 Jantung
P : Biasanya ictus cordis teraba
P : Biasanya terdengar sonor
A : Biasanya suara jantung normal
Abdomen I : Biasanya perut datar
A : Biasanya suara bising usus terdengar
P : Biasanya tidak ada nyeri tekan
P : Biasanya tympani
Ekstemitas Biasanya ektremitas simetris. Biasnaya terdapat kelemahan
pada ekstremitas yang terserang RA
Integument Biasanya kulit sudah mulai keriput, turgor kulit berkurang
Neurologis Biasanya terdapat keluhan seperti kesemutan pada tangan
maupun kaki
Payudara Biasanya tidak ada keluhan
Genitalia Biasanya tidak ada keluhan

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis b.d Agen Pencedara Fisiologis
2. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
3. Resiko Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload
4. Defisit Nutrisi b.d Peningkatan Kebutuhan Metabolik
5. Koping Tidak Efektif b.d Kondisi Perawatan Kritis
6. Defisit Pengetahuan tentang Manajemen Hipertensi b.d Kurang Terpapar
Informasi

K. Intervensi
No  SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Kronis b.d Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Agen Pencedara  Melaporkan nyeri  Identifikasi lokasi,
Fisiologis terkontrol  karakteristik, durasi, frekuensi,
 Kemampuan kualitas, Intensitas nyeri 
mengenali onset  Identifikasi skala nyeri
nyeri   Idenlifikasi respons nyeri non
 Kemampuan verbal
mengenali penyebab  Identifikasi faktor yang
nyeri  memperberat dan memperingan
 Kemampuan nyeri
menggunakan teknik  Identifikasi pengetahuan dan
non-farmakologis  keyaninan tentang nyeri 
 Dukungan orang  Identifikasi pengaruh budaya
terdekat  terhadap respon nyerl 
 Keluhan nyeri   Identifikasi pengaruh nyeri
 Penggunaan pada kualitas hídup 
analgesik  Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan 
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik 
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri 
 Fasilitasi istirahat dan tidur 
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri 

2 Intoleransi Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas


Aktivitas b.d  Frekuensi nadi   Identifikasi defisit tingkat
Kelemahan  Saturasi oksigen  aktivitas 
 Kemudahan dalam  Identifikasi kemampuan
melakukan aktivitas berpartisipasi dalam aktivitas
sehari-hari  tertentu 
 Kecepatan berjalan  Identifikasi sumber daya
Jarak berjalan  untuk aktivitas yang diinginkan 
 Kekuatan tubuh  Identifikasi strategi
bagian atas  meningkatkan partisipasi dalam
 Kekuatan tubuh aktivitas 
bagian bawah   Identifikasi makna aktivitas
 Toleransi dalam rutín (mis. bekerja) dan waktu
menaiki tangga  luang 
 Keluhan lelah   Monitor respons emosional,
 Dispnea saat fisik, sosial, dan spiritual
aktivitas  terhadap aktivitas 
 Dispnea setelah  Sepakati komitmen untuk
aktivitas  meningkatkan 
 Perasaan lemah frekuensi dan rentang aktivitas 
Aritmia saat   Fasilitasi memilih aktivitas
 aktivitas Aritmia dan tetapkan tujuan aktivitas
setelah aktivitas  yang konsisten sesuai
 Sianosis Wama kemampuan fisik, psikologis,
kulit  dan sosial 
 Tekanan darah   Koordinasikan pemilihan
 Frekuensi napas aktivitas sesuai usia 

3 Resiko Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung


Curah Jantung b.d  Kekuatan nadi  Identifikasi tanda/gejala
Perubahan perifer  primer penurunan curah jantung 
Afterload  Gambaran EKG  Identifikasi tanda/gejala
aritmia  sekunder penurunan curah
 Lelah Edema  jantung 
 Dispnea   Monitor tekanan darah 
 Pucat/sianosis   Monitor intake dan output
 Paroxysmal cairan 
nocturnal dyspnea  Monitor berat badan setiap
(PND)  hari pada waktu yang sama 
 Batuk   Monitor saturasi oksigen atau
 Murmur jantung  keluhan nyeri dada 
 Berat badan   Monitor EKG 12 sadapan 
 Hepatomegali   Monitor aritmia 
 Tekanan darah   Monitor fungsi alat pacu
 Capillary refill jantung 
time (CRT)   Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas 
 Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat 

DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2018). Permasalahan Yang dialami Lansia Dalam Menyesuaikan

Terhadap Penugasan Tugas-Tugas Perkembangannya . Jurnal Bimbingan

dan Konseling Islam .

Alfeus Manuntang, (2018) Terapi Perilaku Kognitif Pada Paien

Hipertensi.Malang. Wineka Media

Glenys Ylands, Rika lisiswanti, (2017) Penatalaksanaan Hipertensi Primer.

Medical Jurnal Of lampung University

Indrayani. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup

Lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2017. Jurnal

Kesehatan Reproduksi , 69-78.

Mendes, K. S. (2018 ). Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia (LANSIA) di

Kota Depok dengan Latihan Keseimbangan . Jurnal Keperawatan

Indonesia , 109-116.

Rita Suhadi, P,Y,D,T. (2016). Seluk Beluk Hipertensi: Peningkatan

Kompetensi Klinis Untuk pelayanan kafarmasian

Siti, K. N. (2018 ). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan .

Anda mungkin juga menyukai