Anda di halaman 1dari 17

Universitas Faletehan

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN HIPERTENSI

NINDA RIZKY NUR UTAMI


5022031081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2022
A. Pengertian
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-
75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan
tua (Nugroho, 2008).

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu menghilangnya secara


perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
menyebabkan penyakit degenerative misalnya hipertensi (Nurrahmani,
2012).

2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95
mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun
memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia (Stockslager , 2008).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah
140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah
(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer) ataupun alat
digital lainnya (Herlambang, 2013).

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-


data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
1. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti


Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

C. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak Ada Gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

b. Gejala Yang Lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
PATHWAY
E. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2


golongan besar yaitu :
a. Hipertensi Essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi Sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Tigkat Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Secara Umum
1) Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2) Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi  
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3) Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.  
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4) Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.  
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan  pekerjaan).
5) Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang  berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.  
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6) Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)  
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Tanda Mayor : Hipertensi Nyeri Akut

DS : Kerusakan vaskuler
- Mengeluh nyeri pembuluh darah

DO :
Perubahan struktur
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Penyumbatan pembuluh
(mis. Waspada, darah
posisi menghindari
nyeri) Vasokontriksi

- Gelisah
Gangguan sirkulasi otak
- Frekuensi nadi
meningkat
Resistensi pembuluh darah
- Sulit tidur
otak meningkat

Tanda Minor : Nyeri Akut

DS :

-
DO :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan
berubah
- Proses berfikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis

Tanda Mayor : Hipertensi Intoleransi Aktivitas

DS : Kerusakan vaskuler
- Mengeluh lelah pembuluh darah

DO : Perubahan struktur
- Frekuensi jantung
meningkat >20% Penyumbatan pembuluh
dari kondisi istirahat darah

Vasokontriksi
Tanda Minor :

DS : Gangguan sirkulasi pembuluh


- Dispnea setelah darah sistemik
aktivitas
- Merasa tidak Vasokontriksi

nyaman setelah
Afterload meningkat
beraktivitas
- Merasa lemah
Fatique

DO :
Intoleransi Aktivitas
- Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukkan
aritmia
- Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia
- Sianosis

Tanda Mayor : Hipertensi Defisit Pengetahuan

DS : Perubahan status kesehatan


- Menanyakan
masalah yang Kurang terpapar informasi
dihadapi kesehatan

DO : Defisit Pengetahuan
- Menunjukkan
perilaku tidak sesuai
anjuran
- Menunjukkan
persepsi yang keliru
terhadap masalah

Tanda Minor :
DS :
-

DO :
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
- Menunjukkan
perilaku
berlebihan (mis.
Apatis,
bermusuhan,
agitasi, histeria)

3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Vaskular


2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
3. Defisit Pengetahuan berhubungnya dengan Kurang Terpapar Informasi

4. Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
Tujuan Dan Kriteria Hasil
No Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
Observasi :
dengan maka Tingkat Nyeri teratasi,
Peningkatan dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi nyeri
Tekanan Vaskular - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun
- Identifikasi faktor yang
- Meringis menurun
memperberat dan
- Anoreksia menurun
memperingan nyeri
- Frekuensi nadi membaik
- Pola nafas membaik
Terapeutik :
- Tekanan darah membaik
- Pertimbangkan jenis dan
- Nafsu makan membaik
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

2. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


Aktivitas keperawatan selama 2x24 jam
berhubungan Toleransi Aktivitas teratasi, Observasi :
dengan Kelemahan dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan
- Frekuensi nadi menurun fungsi tubuh yang
- Keluhan lelah menurun mengakibatkan kelelahan
- Perasaan lemah menurun - Monitor kelelahan fisik dan
- Sianosis menurun emosional
- Tekanan darah membaik
Terapeutik :
- Frekuensi nafas membaik
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan

Edukasi :

- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi :

- Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3. Defisit Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan keperawatan selama 2x24 jam
berhubungnya Tingkat Pengetahuan teratasi, Observasi :
dengan Kurang dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan
Terpapar Informasi - Perilaku sesuai anjuran kemampuan menerima
meningkat informasi
- Kemampuan menjelaskan - Identifikasi faktor-faktor
pengetahuan tentang suatu yang dapat meningkatkan
topik meningkat dan menurunkan motivasi
- Perilaku sesuai dengan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan meningkat sehat
- Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi Terapeutik :
menurun - Sediakan materi dan media
- Persepsi yang keliru pendidikan kesehatan
terhadap masalah - Berikan kesempatan untuk
menurun bertanya
- Perilaku membaik
Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan

Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan

gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek

Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.

Little Brown and Company. Boston

Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT

Gramedia, Jakarta.

Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.

EGC. Jakarta

Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri

Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta


Nurrahmani.(2012).Stop Hipertensi. Yogyakarta:Familia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai