PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyakit hipertensi dan segala yang berkaitan dengan
hipertensi
2. Mengetahui asuhan keperawatan untuk penyakit hipertensi
3. Mengetahui penyakit gagal jantung
4. Mengetahui asuahn keperawatan untuk penyakit gagal jantung
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa keperawatan, dapat menambah pengetahuan mengenai
asuhan keperawatan mengenai hipertensi dan gagal jantung
2. Bagi tenaga pengajar, meningkatkan referensi dalam proses belajar
mengajar
3. Bagi masyarakat, dapat mengetahui pengetahuan mengenai penyakit
hipertensi dan gagal jantung
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan
menjadi dua yaitu:
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan
cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan
kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung.
2.1.4 Patofisiologi
4
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena
perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
5
masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan,
cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara
berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut
(Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala,
mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya
pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
pathway
6
2.1.6 Komplikasi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal..
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita
hipertensi antara lain:
a. General check up jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan
beberapa pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya
riwayat keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium,
pemeriksaan ECG, jika perlu pemeriksaan khusus, seperti USG,
Echocaediography (USG jantung), CT Scan, dan lain-lain. Tujuan
pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang ditimbulkan.
Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan darah
agar tetap normal.
b. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:
1. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera
setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.
2. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan
terapi.
2.1.8 Penatalaksanaan
7
cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani perilaku hidup sehat seperti : Pembatasan asupan garam dan
natrium, Menurunkan berat badan sampai batas ideal, Olahraga secara
teratur, Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol, Mengurangi/
tidak merokok, Menghindari stress, menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-
farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-obatan anti
hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-obatan
golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat
konfersi enzim angiotensi.
c. Terapi herbal. Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai obat hipertensi contohnya dauns seledri
8
4. Eliminasi
a. Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi)atau riwayat
penyakit ginjal pada masa lalu
5. Makanan/cairan
a. Gejala:
Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol
Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
Riwayat pengguaan diuretic
b. Tanda :
Berat badan normal
Adanya edema
Glikosuria
6. Naurosensori
a. Gejala :
Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilan secara spontan sete;ah
beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistakis
b. Tanda :
Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi biara,
efek, proses piker
Penurunan kekuatan genggaman tangan
7. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
8. Pernafasan
a. Gejala :
Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea,
ortopnea,dispnea
Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum
Riwayat merokok
b. Tanda :
Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
Bunyi nafas tambahan (crakles/mengi)
Sianosis
9
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hpotensi postural
10. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala :
a. Factor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes melitus
b. Factor lain, seperti orang Afrika Amerika, Asia Tenggara, penggunaan
pil KB atau hormone lain, penggunaanalkohol/obat
11. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/perubahan dalam tercapai
obat
RENCANA KEPERAWATAN
N DIANGOSA
O KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX DAN KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah
v Cardiac Pump Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness § - Evaluasi adanya nyeri dada
denganpeningkatan v Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
afterload, vasokonstriksi,
v Vital Sign Status § - Catat adanya disritmia jantung
hipertrofi/rigiditas Kriteria Hasil: § - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
ventrikuler, iskemia
§ - Tanda Vital dalam cardiac putput
10
miokard rentang normal
§ - Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah,
§ - Monitor status pernafasan yang
Nadi, respirasi) menandakan gagal jantung
§ - Dapat mentoleransi
§ - Monitor abdomen sebagai indicator
aktivitas, tidak ada penurunan perfusi
kelelahan § - Monitor balance cairan
§ - Tidak ada edema
§ - Monitor adanya perubahan tekanan darah
paru, perifer, dan
§ - Monitor respon pasien terhadap efek
tidak ada asites pengobatan antiaritmia
§ - Tidak ada
§ - Atur periode latihan dan istirahat untuk
penurunan kesadaran menghindari kelelahan
§ - Monitor toleransi aktivitas pasien
§ - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
§ - Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
§ - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§ - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§ - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
§ - Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
§ - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
§ - Monitor kualitas dari nadi
§ - Monitor adanya pulsus paradoksus
§ - Monitor adanya pulsus alterans
§ - Monitor jumlah dan irama jantung
§ - Monitor bunyi jantung
§ - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§ - Monitor suara paru
§ - Monitor pola pernapasan abnormal
§ - Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
§ - Monitor sianosis perifer
§ - Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
11
peningkatan sistolik)
§ - Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
12
diwaktu luang
§ - Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
§ - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
§ - Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
§ - Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
13
§ -- Tanda vital dalam
§ - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
rentang normal menentukan intervensi
§ - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§ - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§ - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ - Tingkatkan istirahat
§ - Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§ - Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
§ - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§ - Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
§ - Cek riwayat alergi
§ - Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
§ - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
§ - Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
§ - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
§ - Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
§ - Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
§ - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2.2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien.
14
Pelaksanaan pada klien dengan Hipertensi antara lain meningkatkan curah
jantung, mengurangi skala nyeri, dan mampu melakukan aktivitas sehari hari
secara mandiri
2.2.5 Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan : resiko penurunan curah jantung
a. Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda dispnea, angina
dan disritmia
2. Diagnose keperawatan : intoleransi aktivitas
a. Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
b. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi
aktivitas
3. Diagnose keperawatan : nyeri akut
a. Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri
b. Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
c. Klien mendemonstrasikan ketrampilan teknik relaksasi dan distraksi
sesuai indikasi
15
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda
retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti
objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
2.3.2 Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF)dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
Menurut Lilly, 2011; Black & Hawks, 2009 didalam Yuliana, 2012.
Penyebab Gagal jantung dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang terdiri dari:
(1) kerusakan kontraktilitas ventrikel, (2) peningkatan afterload, dan (3)
kerusakan relaksasi dan pengisian ventrikel (kerusakan pengisian diastolik).
Kerusakan kontraktilitas dapat disebabkan coronary arteri disease (miokard infark
dan miokard iskemia), chronic volume overload (mitral dan aortic regurgitasi) dan
cardiomyopathies. Peningkatan afterload terjadi karena stenosis aorta, mitral
regurgitasi, hipervolemia, defek septum ventrikel, defek septum atrium, paten
duktus arteriosus dan tidak terkontrolnya hipertensi berat. Sedangkan kerusakan
pengisian diastolik pada ventrikel disebabkan karena hipertrofi ventrikel kiri,
restrictive cardiomyopathy, fibrosi miokard, transient myocardial ischemia, dan
kontriksi perikardial.
16
Gagal Jantung disebabkan oleh disfungsi miokardial dimana jantung tidak
mampu untuk mensuplai darah yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan
metabolik jaringan perifer dan organ tubuh lainnya. Gangguan fungsi miokard
terjadi akibat dari miokard infark acut(MCI), Prolonged Cardiovaskular Stress
(hipertensi dan penyakit katup), toksin (ketergantungan alkohol) atau infeksi
(Crawford,2009).
2.3.3 Patofisiologi
Patofisiologi Gagal Jantung diuraikan berdasarkan tipe Gagal Jantung
yang dibedakan atas Gagal Jantung Akut dan Kronik, Gagal Jantung kiri dan
kanan, Gagal Jantung dengan output yang tinggi dan output yang rendah, Gagal
Jantung dengan kemunduran dan kemajuan, serta Gagal Jantung sistolik dan
diastolik (Crowford, 2009 didalam Yuliana 2012).
Gagal Jantung Akut adalah timbulnya gejala secara mendadak, biasanya
selama bebarapa hari atau beberapa jam. Gagal Jantung kronik adalah
perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai bebarapa tahun. Jika
penyebab atau gejala gagal jantung akut tidak reversibel, maka gagal jantung
menjadi kroni011).
Gagal Jantung kiri adalah kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengar benar. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam
ventrikel dan kongesti pada sistem vaskular paru. Gagal Jantung kiri dapat lebih
lanjut dklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diatolik. Disfungsi sistolik
didefinisikan sebagai fraksi ejeksi kurang dari 40% dan disebabkan oleh
penurunan kontraktilitas. Ventrikel tidak dikosongkan secara adekuat karena
pemompaan yang buruk, dan hasil akhirnya adalah penurunan curah jantung.
Sedangkan disfungsi diastolik sering disebut dengan Gagal Jantung dengan
fungsi ventrikel kiri yang dipertahankan. Pemompaan normal atau bahkan
meningkat, dengan fraksi ejeksi kadang-kadang setinggi 80%. Disfungsi diastolik
disebabkan oleh gangguan relaksasi dan pengisian (Hudak & Gallo, 2011). Gagal
Jantung kanan adalah kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara adekuat
(Hudak & Gallo, 2011).
Kegagalan jantung kanan sering kali mengikuti kegagalan jantung kiri
tetapi bisa juga disebabkan oleh karena gangguan lain seperti atrial septal defek
corpulmonal (Lilly, 2011 didalam Crawford, 2009). Pada kondisi kegagalan
jantung kanan terjadi afterload yang berlebihan pada ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan vaskular pulmonal sebagai akibat dari disfungsi ventrikel
17
kiri. Ketika ventrikel kanan mengalami kegagalan, peningkatan tekanan diastolik
akan berbalik arah ke atrium kanan yang kemudian menyebabkan terjadinya
kongesti vena sistemik (Lilly, 2011).
Pada beberapa kasus gagal jantung ditemukan kondisi penurunan output.
Dan sebaliknya peninggian output pada gagal jantung sangat jarang terjadi,
biasanya dihubungkan dengan kondisi hiperkinetik sistem sirkulasi yang terjadi
karena meningkatnya kebutuhan jantung yang disebabkan oleh kondisi lain seperti
anemia atau tiroksikosis. Vasokontriksi dapat terjadi pada kondisi gagal jantung
dengan penurunan output sedangkan pada gagal jantung dengan peningkatan
output terjadi vasodilatasi. Pada tipe gagal jantung dengan kemunduran
merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan dalam sistem pengosongan satu
atau kedua ventrikel. ( Crawford, 2009).
18
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan
tekanan vena sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung
terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat
perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin
ginjal).(Niken Jayanthi, 2010)
2.3.5 Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada aggal jantung yaitu :
Menurut Wijaya & Putri (2013) pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai
berikut :
1. Foto thorak
2. Laboratorium
3. Ultrasonography (USG)
4. EKG
2.3.7 Penatalaksanaan
19
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung
b. Terapi deuritic
c. Terapi vasodilator
Pathway
1. Pengkajian Primer
20
Circulation :Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub
jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama
jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung,
kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau
ronchi, oedema
2 Pengkajian Sekunder
21
a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
d. Penurunan keluaran urin
e. Nadi perifer tidak teraba
f. Kulit dingin kusam
g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien dapat menunjukkan tanda vital dalam batas
yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas
gejala gagal jantung, melaporkan penurunan epiode dispnea,
angina, ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Intervensi:
a. Auskultasi nadi apical: kaji frekuensi, iram jantung
Rasional: Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.
Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah keserambi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi atau stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional: Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya
nadi radial, popliteal, dorsalis pedis dan posttibial. Nadi
mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulse alternan.
d. Pantau Tekanan Darah
Rasional: Pada gagal jantung kronis, dini, ataupun sedang, tekanan
darah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu
lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat norml lagi.
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional: Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder
terhadap tidak adekutnya curah jantung; vasokontriksi dan
anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refrakstori GJK. Area
22
yang sakit sering berwarna biru atau belang karena
peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker dan obat
sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional: Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek hipoksia atau iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
23
perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung
tidak dapat membaik kembali
24
Rasional: Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi gaster atau intestinal
f. Konsul dengan ahli diet.
Rasional: Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
2.4.4 Implementasi
Tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien
Pelaksanaan pada klien dengan CHF antara lain meningkatkan cardiac
output, memandirikan klien untuk melakukan aktifitas, mengotrol keseimbangan
cairan, mencegah terjadinya gangguan pertukaran gas, mencegah terjadinya
kerusakan integritas kulit, memberikan informasi tentang kondisi dan program
pengobatan.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan CHF yaitu :
1) Tidak terjadi penurunan cardiac output,
2) Mampu melakukan aktifitas secara mandiri,
3) Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan,
4) Tidak terjadi gangguan pertukaran gas,
5) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit,
6) Memahami tentang kondisi dan program pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas
normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yakni hipertensi
25
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi disebabkan oleh beberapa factor
yaitu genetic, obesitas, gaya hidup tidak sehat, dll. Tanda yang sering muncul
pada penderita hipertensi adalah nyeri pada kepala. Pemeriksaan penunjang
untuk hipertensi dapat menggunakan laboratorium. Komplikasi yang mungkin
terjadi adlah stroke, gagal ginjal, infark miokard, dan odema.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu terlebih untuk kita
selaku mahasiswa keperawatan dapat paham dan mengerti akan penyakit
hipertensi dan gagal jantung serta asuhan keprawatan untuk kedua penyakit
tersebut. Dengan adanya makalah ini diharapkan kita dapat menerapkan ilmu ini
ketika praktik di Rumah Sakit.
26