Anda di halaman 1dari 35

Gagal Jantung

Hipertensi
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah
tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80
mmHg.

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (hipertensi sedang) 160-170 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Triyanto,2014)
Etiologi

 Hipertensi primer : hipertensi yang belum diketahui


penyebabnya dengan jelas
 Hipertensi sekunder : umumnya berupa penyakit atau
kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh
Faktor Resiko

Faktor dapat dikontrol Faktor tak dapat dikontrol


 Kegemukan (obesitas)  Keturunan (Genetika)

 Kurang olahraga  Jenis kelamin


 Konsumsi garam  Umur
berlebihan
 Merokok dan mengonsumsi
alkohol
 Stres
Patofisiologi

Tekanan darah meningkat ketika darah di setiap denyutan


jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat saat
kontriksi . Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekananan darah. Hal ini terjadi
jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Manifestasi Klinis

 Detak jantung keras atau tidak beraturan


 Keringat berlebihan
 Nyeri pada kepala
 Penglihatan kabur
 Disfungsi ereksi
 Pusing
Komplikasi

 Stroke
 Infark miokard
 Gagal ginjal
 edema
Pemeriksaan Penunjang

General check up yakni wawancara untuk mengetahui ada


tidaknya riwayat keluarga penderita. Pemeriksaan fisik,
pemeriksan laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu
pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG
jantung), CT Scan, dan lain-lain
Penatalaksanaan

 Terapi non-farmakologi : pembatasan asupan garam /


natrium, olahraga teratur, menghindari stress
 Terapi farmakologi : obat golongan diuretik, beta bloker,
antagonis kalsium
 Terapi herbal : contohnya daun seledri
Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan / cairan
6. Naurosensori
7. Nyeri / ketidaknyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10. Pembelajaran / penyuluhan
11. Rencana pemulangan
Diagnosa

 DX 1 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah


jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
 DX 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
 DX 3 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral
Intervensi dx 1

 Cardiac Care  Vital sign monitoring


- Evaluasi adanya nyeri dada  Monitor TD, nadi, suhu,
- Monitor adanya perubahan dan RR
tekanan darah  Monitor suara paru, pola
 Catat tanda dan gejala pernafasan abnormal,
penurunan cardiac output siaonis perifer, cushing
triad
 Monitor status
kardiovaskuler
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
 dst
Intervensi dx 2

 Energy management  Activity therapy


 Observasi adanya pembatasan  Bantu untuk mendapatkan alat
klien dalam melakukan bantuan aktivitas seperti kursi
aktivitas roda, krek
 Kaji adanya factor yang  Bantu klien untuk membuat
menyebabkan kelelahan jadwal latihan diwaktu luang
 Monitor pola tidur dan lamanya  Kolaborasi dengan tenaga
tidur/istirahat pasien rehabilitasi medik dalam
 Monitor respon kardiovaskuler merencanakan program terapi
terhadap aktivitas  dst
 dst
Intervensi dx 3

 Pain management  Analgesic administration


 Lakukan pengkajian nyeri secara  Tentukan lokasi, karakteristik,
komprehensif termasuk lokasi, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
karakteristik, durasi, frekuensi, pemberian obat
kualitas dan faktor presipitasi  Cek instruksi dokter tentang jenis
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk obat, dosis, dan frekuensi
menentukan intervensi  Cek riwayat alergi
 dst  Dst
Intervensi dx 3

 Pain management  Analgesic administration


 Lakukan pengkajian nyeri  Tentukan lokasi,
secara komprehensif karakteristik, kualitas,
termasuk lokasi, dan derajat nyeri sebelum
karakteristik, durasi, pemberian obat
frekuensi, kualitas dan  Cek instruksi dokter
faktor presipitasi tentang jenis obat, dosis,
 Kaji tipe dan sumber nyeri dan frekuensi
untuk menentukan  Cek riwayat alergi
intervensi
 Dst
 dst
Implementasi

Tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien. Pelaksanaan pada klien dengan
Hipertensi antara lain meningkatkan curah jantung,
mengurangi skala nyeri, dan mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara mandiri
Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan : resiko penurunan curah jantung
a. Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda dispnea, angina
dan disritmia.
2. Diagnose keperawatan : intoleransi aktivitas
a. Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
b. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi
aktivitas.
3. Diagnose keperawatan : nyeri akut
a. Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri
b. Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
c. Klien mendemonstrasikan ketrampilan teknik relaksasi dan distraksi
sesuai indikasi
Gagal Jantung

Gagal Jantung didefenisikan sebagai


ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh.(Smeltzer et al., 2010).
Menurut Crawford (2009) gagal Jantung adalah
sindrom klinis yang kompleks yang
dikarakteristikkan sebagai disfungsi ventrikel kanan,
ventrikel kiri atau keduanya, yang menyebabkan
perubahan pengaturan neuruhormonal.
Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung
kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi
eksterna maupun interna, sebagai berikut:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung)
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
3. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria
Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi
mitral.
4. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart
block.
5. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
6. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
Patofisiologi

Patofisiologi Gagal Jantung diuraikan berdasarkan tipe Gagal


Jantung yang dibedakan atas Gagal Jantung Akut dan Kronik,
Gagal Jantung kiri dan kanan, Gagal Jantung dengan output
yang tinggi dan output yang rendah, Gagal Jantung dengan
kemunduran dan kemajuan, serta Gagal Jantung sistolik dan
diastolik (Crowford, 2009 didalam Yuliana 2012).
Manifestasi Klinik

Adapun manifestasi klinis yang ditemui pada pasien gagal


jantung berdasarkan tipe gagal jantung itu sendiri. terdiri
dari Gagal Jantung kiri dan Gagal Jantung kanan.
Gagal Jantung kiri

a) Penurunan cardiac output: kelelahan, oliguri, angina,


konfusi dan gelisah, takikardi dan palpitasi, pucat, nadi
perifer melemah, akral dingin.
b) Kongesti pulmonal: batuk yang bertambah buruk saat
malam hari (paroxysmal noctural dyspnea), dispnea,
krakels, takipnea dan orthopnea.
Gagal Jantung kanan

manifestasi klinisnya adalah kongesti sistemik yaitu berupa:


Distensi vena jugularis, pembesaran hati dan lien, anoreksia
dan nausea, edema menetap, distensi abdomen, bengkak
pada tangan dan jari, poliuri, peningkatan berat badan,
peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah
karena kegagalan pompa jantung.
komplikasi pada gagal jantung

1) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri


2) Syok kardiogenik.
3) Episode trombolitik.
4) Efusi pericardial dan tamponade jantung.
Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thorak
2. Laboratorium
3. Ultrasonography (USG)
4. EKG
Penatalaksanaan

1. Terapi non farmakologi


a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Oksigenasi
c. Dukung dieit : pembatasan natrium untuk mencegah,
mengontrol atau menghilangkan odema
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung
b. Terapi deuritic
c. Terapi vasodilator
Tinjauan Asuhan Keperawatan

Pengkajian Primer Pengkajian Sekunder


 Pengkajian Sekunder
 Airway
 Breathing
 Aktifitas/istirahat
 Circulation
 Integritas ego
 Eliminasi
 Makanana/cairan
 Hygiene
 Neurosensori
 Nyeri/kenyamanan
 Interaksi social
Diagnosa

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan: perubahan kontraktilitas


miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, perubahan structural
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan: ketidakseimbangan antar suplai
oksigen, kelemahan umum, tirah baring lama atau immobilisasi
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium atau air
Intervensi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan: perubahan kontraktilitas


miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, perubahan struktural.
1. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia,
perubahan gambaran pola EKG
2. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
3. Bunyi ekstra (S3 & S4)
4. Penurunan keluaran urin
5. Nadi perifer tidak teraba
6. Kulit dingin kusam
7. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri
dada
Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan pasien dapat menunjukkan tanda vital dalam
batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang)
dan bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan
epiode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas yang
mengurangi beban kerja jantung.
A. Auskultasi nadi apical: kaji frekuensi, iram jantung
 Rasional:Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
B. Catat bunyi jantung
 Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah keserambi yang disteni. Murmur
dapat menunjukkan Inkompetensi atau stenosis katup.
C. Palpasi nadi perifer
 Rasional:Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
D. Pantau Tekanan Darah
 Rasional: Pada gagal jantung kronis, dini, ataupun sedang, tekanan darah dapat
meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan
hipotensi tidak dapat norml lagi.
E. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
 Rasional: Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder
terhadap tidak adekutnya curah jantung; vasokontriksi dan anemia.
Sianosis dapat terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
F. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker
dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
 Rasional: Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek hipoksia atau iskemia. Banyak obat dapat
digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
Implementasi

Tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien
Pelaksanaan pada klien dengan CHF antara lain
meningkatkan cardiac output, memandirikan klien untuk
melakukan aktifitas, mengotrol keseimbangan cairan,
mencegah terjadinya gangguan pertukaran gas, mencegah
terjadinya kerusakan integritas kulit, memberikan informasi
tentang kondisi dan program pengobatan.
Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan


CHF yaitu :
1) Tidak terjadi penurunan cardiac output,
2) Mampu melakukan aktifitas secara mandiri,
3) Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan,
4) Tidak terjadi gangguan pertukaran gas,
5) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit,
6) Memahami tentang kondisi dan program pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai