Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN FARMAKOLOGI
“OBAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP SISTEM SARAF, SISTEM
PERNAFASAN DAN SISTEM KARDIOVASKULER”

Anggota Kelompok 3 :

1. Levina Frederika Aulele (01.2.22.00822)


2. Maria Eka Febriantiska (01.2.22.00823)
3. Mariani Widoweni (01.2.22.00824)
4. Mia Priatiningsih (01.2.22.00825)
5. Mirna Sari Dwi Agustina (01.2.22.00826)
6. Natanael Dwi Pandu Firmanto (01.2.22.00827)
7. Peby Indrawati Thius (01.2.22.00828)
8. Rico Bayu Wijaya (01.2.22.00829)
9. Rifka Dwi Ayu Desitasari (01.2.22.00830)
10. Ririne (01.2.22.00831)
11. Satria Anggara Putra (01.2.22.00832)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Obat Dan Dampaknya
Terhadap Sistem Saraf, Sistem Pernafasan Dan Sistem Kardiovaskuler”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah farmakologi yang membahas
tentang dampak obat terhadap sistem saraf, sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh karena keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kami akan
menerima kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberkan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kediri, 11 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Obat ............................................................................................... 5
B. Perjalanan Obat Dalam Tubuh (ADME) ........................................................ 5
C. Obat dan Dampak Terhadap Sistem Saraf ...................................................... 6
D. Obat dan Dampak Terhadap Sistem Pernafasan ........................................... 10
E. Obat dan Dampak Terhadap Sistem Kardiovaskuler .................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan
penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. Setiap obat
punya manfaat, namun juga mempunyai efek samping yang merugikan.
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, perawat berperan penting dalam
memberikan obat-obatan secara aman dan rasional sebagai hasil kolaborasi dengan
dokter kepada pasien. Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari
perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau
tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara
hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan
dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan
klien. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang
diperkirakan akan. Agar dapat memberikan obat secara rasional dan aman, perawat
tidak hanya perlu memahami tentang penggolongan obat saja, akan tetapi mereka juga
perlu mengetahui efek samping, serta bahaya penggunaan obat-obatan.
Oleh sebab itu dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu para
perawat untuk lebih mengerti dan memahami tentang obat dan dampaknya terhadap
sistem saraf, sistem pernafasan, dan sistem kardiovaskuler.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat?
2. Bagaimana Perjalanan Obat Dalam Tubuh?
3. Apa obat dan dampaknya terhadap sistem Saraf?
4. Apa obat dan dampaknya terhadap sistem Pernafasan?
5. Apa obat dan dampaknya terhadap sistem Kardiovaskuler?

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat
2. Untuk mengetahui perjalanan obat dalam tubuh.
3. Untuk mengetahui obat dan dampaknya terhadap sistem Saraf
4. Untuk mengetahui obat dan dampaknya terhadap sistem Pernafasan
5. Untuk mengetahui obat dan dampaknya terhadap sistem Kardiovaskuler

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Obat
Obat merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan
penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. Setiap
obat punya manfaat, namun juga mempunyai efek samping yang merugikan.
(BPOM, 2015)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2014 yaitu obat termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
Menurut (Sari Kartika, 2013) farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat)
dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya sistem biologis.

B. Perjalanan Obat Dalam Tubuh (ADME)


Obat yang diberikan pada pasien, akan banyak mengalami proses sebelum
tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar proses-proses ini
dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu fase biofarmasetik atau farmasi,
fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik. Untuk menghasilkan efek
farmakologi atau efek terapi, obat harus mencapai tempat aksinya dalam
kosentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon. Tercapainya kosentrasi obat
tergantung dari jumlah obat yang diberikan, tergantung pada keadaan dan
kecepatan obat diabsorbsi dari tempat pemberian dan distribusinya oleh aliran
darah ke bagian lain dari badan. Oleh karena itu sangat penting diketahui
bagaimana cara badan telah menangani obat dengan proses absorbs, distribusi,
metabolism dan ekskresi.
Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh badan.
Dalam peredarannya, kebanyakan obat-obat di distribusikan melalui membrane
badan. Distribusi adalah proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan

5
aliran darah dan masuk ke interstisium cairan ekstrasel dan atau ke sel-sel
jaringan. Factor-faktor penting yang berhubungan dengan distribusi obat antara
lain perfusi darah melalui jaringan perfusi darah melalui jaringan dan organ
bervariasi sangat luas. Perfusi yang tinggi adalah pada daerah paru-paru, hati,
ginjal, jantung, otak dan daerah yang perfusinya rendah adalah lemak dan tulang.
Sedangkan perfusi pada otot dan kulit adalah sedang. Perubahan dalam aliran
kecepatan darah akan mengubah perfusi organ seperti hati, ginjal dan berpengaruh
terhadap kecepatan eliminasi obat

C. Obat dan Dampaknya Pada Sistem Saraf


Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,
cahaya, dan suara mulamula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak
dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit
di otak besar. Obat–obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan
efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu: merangsang atau
menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas
otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya dan menghambat atau
mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses
tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
1. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat
Banyak obat yang dapat merangsang syaraf pusat, tetapi pemakaiannya
yang disetujui secara medis terbatas . Kelompok utama dari perangsang SSP
adalah amfetamin dan kafein yang merangsang korteks cerebri otak, analeptic
dan kafein yang bekerja pada batang otak dan medulla untuk merangsang
pernafasan, dam obat-obat yang menimbulkan anoreksia. Pemakaian
amfetamin yang panjang dapat menimbulkan ketergantungan psikologis dan
toleransi .Obat perangsang sistem saraf pusat menurut (Sari Kartika, 2013) :
a. Amfetamin
Indikasi : untuk nekolepsi, gangguan penurunan perhatian.

6
Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak perlu tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskular (tachicardia, palpitasi,
aritmia, dll)
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin
basa.
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem
saraf pusat, kardiovaskular, gatrointestinal dan endokrin.
Dosis : Dewasa = 5-20 mg, Anak = >6 tahun 2,5-5 mg/hari
b. Metilfenidat
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP,
syndrom hiperkinetik pada anak.
Efek samping : insomnia, mual iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
tachicardia.
Kontraindikasi : Hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetika : Diabsorbsikan melalui saluran cema dan diekskresikan
melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.
Farmakodinamik : Mula-mula : 0,51 jam P: 1-3jam, L: 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan : Takikardia, palpitasi, meningkatkan merugikan
hiperaktivitas.
Dosis pemberian : Anak : 0.25 mg/kgBB/hr, Dewasa : 10 mg 3x/hr.
c. Kafein
Indikasi : Menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan
pada apnea bayi premature.
Efek samping : Sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih
cepat.
Kontraindikasi : Diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren,
sering gelisah (anxious)
Farmakokinetik : Kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan
dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan
melalui urin.

7
Reaksi yang merugikan: dalam jumlah yang lebih dari 500mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung
Dosis pemberian: apnea pada bayi: 2,5-5mg/kgBB/hr.
Keracunan obat-obatan: 0,5-1gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)
2. Obat-Obat Penekan Sistem Saraf Pusat
a. Obat Anestetik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dalam bermacan-macam tindakan operasi.
Anestetik Lokal: Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-
impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal sehingga
dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Anestetika umum: Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi
pada pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible (ditidurkan dan bisa
dibangunkan)dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
b. Obat Hipnotik dan Sedatif
Hipnotik atau obat tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam
dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur,
mempermudah atau menyebabkan tidur.
Sedangkan sedative adalah obat-obat yang menimbulkan depresi
ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan
mencegah kejang-kejang.
Tidak disarankan untuk pasien dengan gangguan fungsi liver bisa
menyebabkan metabolisme obat akan lama. (Nilai SGOT/SGPT)
c. Analgetik-Antipiretik
Merupakan obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan
panas disebut Antipiretika.
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu: analgetik perifer non-narkotik dan analgetik narkotik.
Analgetik Perifer (non narkotik), memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu
menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral.

8
Analgetik Narkotik bekerja pada syaraf pusat. Obat ini tidak hanya
menekan nyeri, tetapi juga menekan pernafasan dan batuk. Banyak narkotik
mempunyai efek antitusif dan anti diare selain kemampuannya meredam
nyeri(cth codein bisa membuat sembelit).Contoh : Codein, fentanyl
mendepresi susunan saraf pusat sehingga menyebabkan kantuk
Contoh obat : Paracetamol
d. Obat Psikofarmaka
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental dan perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.
Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :
1) Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat
a) Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan
sedative yang dikenal dengan Mayor Tranquilizer (penekanannya
lebih tinggi)
Digunakan pada bermacam - macam psikosis, seperti
schizophrenia, maniak dan sebagainya.
b) Atraktika/ anksiolitika merupakan kelompok obat anti ansietas,
yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti konvulsi
yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress
dan gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.
2) Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat
a) Anti Depresiva adalah obat yang dapat memperbaiaki suasana jiwa
(mood) dan menghilangkan atau meringankan murung dan putus
asa.
b) Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan
kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan kadang
perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
3) Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu
Golongan obat yang dapat mengacaukan fungsi mental tertentu
antara lain psikodisleptika seperti zat- zat halusinasi : LSD dan

9
Fenasklidin. Halusinogen adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan
daya khayal (halusinasi ) yang kuat yang menyebabkan salah persepsi
tentang lingkungan dan dirinya. Dengan kata lain, obat jenis halusinogen
memutarbalikkan daya tangkap kenyataan obyektif.

e. Obat Anti Konvulsi (Anti Kejang)


Obat yang dapat menghentikan penyakit epilepsi, yaitu suatu penyakit
gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya
disertai perubahan-perubahan kesadaran. Penggunaan obat antikonvulsi
untuk untuk menghindari sel-sel otak, mengurangi beban social dan
psikologi pasien maupun keluarganya serta profilaksis/pencegahan
sehingga jumlah serangan berkurang.
Contoh : Difalprot, levepirazetam(neurotam),
3. Obat Yang Bekerja Terhadap Saraf Otonom(obat kerja sendiri)
Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf
otonom, mulai dari sel syaraf sampai sel efektor. Obat ini berpengaruh secara
spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom dapat
diperkirakan jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls syaraf
otonom diketahui. Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohormonal
dengan cara menghambat atau mengintensifkannya. Terdapat beberapa
kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system kolinergik dan adrenergic,
yaitu menghambat sintesis atau pelepasan transmitor, menyebabkan
penglepasan transmitor, berikatan dengan reseptor dan menghambat destruksi
transmitor.

D. Obat Dan Dampaknya Pada Sistem Pernafasan


Saluran Pernafasan dibagi dalam 2 golongan utama : saluran pernapasan atas,
terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring, dan saluran pernafasan
bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveouler –
kapiler. Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas
dengan udara.

10
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara lain
hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar obstruktif
menahun, kanker paru, tuberkolosis, pneumonia, hiperreaksitivitas bronchi
(HRB), Asma, Alergi, Bronchitis Kronis.
Beberapa obat yang bekerja pada sistem pernafasan dengan bentuk sediaan
antara lain tablet/kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes
hidung, nebulizer. Berikut adalah obat-obatan yang bekerja pada sistem
pernafasan.
1. Antihistamin
Antihistamin merupakan salah satu komponenn yang umum terdapat
dalam obat - obat flu, antihistamin digunakan karena adanya efek
antikolinergik, yang antara lain dapat mengurangi sekresi mukus. Obat ini
digunakan untuk mengatasi gejala bersin, rhinorrhoea, dan mata berair.
Antihistamin generasi pertama yang banyak digunakan antara lain adalah
CTM, difenhidramin, feniramin. (kara kerjanya dengan mengurangi sekresi
mukus).
Hasil uji klinik acak terkontrol RCT (ramdomized clinical trial)
antihistamin generasi pertama menunjukkan hasil yang positif untuk mengatasi
gejala flu, namun tidak terbukti mencegah,mengobati atau mempersingkat
serangan flu (Gitawati, 2014). Histamin merupakan substansi yang diproduksi
oleh tubuh sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya
benda asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa
gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin. Selain berfungsi melawan alergi,
antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk, terutama
difenhidramin dan doksilamin. Efek samping, obat golongan ini bisa
menyebabkan mengantuk sehingga bahaya pada saat mau bepergian saat
mengendari kendaraan sendiri.
2. Bronkodilator
Bronkodilator (obat yang melebarkan saluran nafas), terbagi dalam 3
golongan yaitu:
a) Simpatomimetik / adrenergik

11
Bekerja pada reseptor beta 2 (beta 2 agonis), contoh obat
antara lain : orsiprenalin, Fenoterol, Terbutalin, Salbutamol.
Obat - obat golongan ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan
dan semprotan. Contoh produk :
Berupa semprotan: MDI ( metered dose inhaler )
Berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan bricasma
turbuhaler).
Berupa cairan broncodilator (alupent,berotec, brivasma serta ventolin),
Obat ini dengan alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel - partikel
yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup. Contoh: Nebulezer
b) Antikolinergika
Antikolinergik mengikat dan memblok reseptor muskarin dari
saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf
adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi. Contoh obat
: Ipratropium : Atrovent pulmicort
c) Xantin (teofilin)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda, sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Nama obat antara lain
aminofilin supp, Aminofilin retard, Teofilin.
Cara pemakaian dengan bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dengan disuntikan perlahan -lahan
langsung ke pembuluh darah. Bentuk tablet dan sirup dengan efek
merangsang lambung, sehingga sebaiknya diminum sesudah makan.
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati - hati bila minum obat ini. Teofilin terdapat juga dalam bentuk
supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering)
3. Mukolitik dan Ekspektoran (pemberian tidak dibarengkan diberi mukolitik
dulu 3 hari baru ekspektoran)

12
Tujuan penggunaan obat ini adalah untuk mengurangi kekentalan mucus
(mengencerkan mucus) di saluran pernapasan agar memudahkan pengeluaran
lender dalam kasus infeksi tenggorokan dan dada. Contoh : vectrin, mucylin,
acetylcystein
Kaliumiodida, menstimulasi sekresi mukus di cabang tenggorokan dan
mencairkannya, tetapi sebagai obat batuk hampir tidak efektif. Efek samping
kuat berupa gangguan tiroid, struma, urtikaria dan hiperkalemia.
Amonium klorida (contoh: sydiaryl), berdaya diuresis lemah yang
menyebabkan asidosis. Senyawa ini sering digunakan dalam sediaan sirup
batuk, misalnya obat batuk hitam. Efek samping hanya terjadi pada dosis tinggi
berupa asidosis dan gangguan lambung mual muntah karena kerjanya
merangsang mukosa.
Minyak terbang/atsiri seperti minyak kayu putih, minyak permen dan
minyak adas, berkhasiat menstimuli sekresi dahak dan bersifat bakteriostatik
lemah.
Succus Liquirriti: Obat batuk hitam. Obat ini banyak digunakan sebagai
salah satu komponen dari sediaan obat batuk hitam guna mempermudah
pengeluaran dahak. Efek samping pada dosis lebih tinggi dari 3 gram sehari
berupa nyeri kepala , udema dan gangguan keseimbangan elektrolit akibat efek
mineral lokortikoit dan hipernatremia.
4. Antitusif (Obat Penekan Batuk)
Batuk merupakan respons fisiologis tubuh untuk mengeluarkan sesuatu
yang mengganggu saluran pernafasan atau paru-paru. Meskipun demikian,
pasien dengan batuk kronik dan berat akan sulit beristirahat dan merasa lelah,
terutama pada pasien usia lanjut sehingga diperlukan obat yang dapat
mengurangi frekuensi dan intensitas batuk. Antitusif (obat batuk) dibagi atas
antitusif yang bekerja di perifer ( lidokain, demulcent) dan antitusif yang
bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan
narkotik seperti Kodein dan hidrokodon dan non narkotik Dekstrometorfan,
Butamirat sitrat dan Noskapin serta Difenhidramin. Efek samping obat
narkotika adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan
muntah, serta efek adiksi

13
5. Anti inflmasi
Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar
infeksi tidak terulang / kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin,
Sefradin dan Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri –
bakteri di atas. Penggunaan anti inflamsi disesuaikan dengan jenis bakteri
dan tingkat keparahan penyakit
6. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan
dan gatal - gatal. Penggunaannya terutama bermanfaa pada serangan asma
akibat infeksi virus, selain itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi
peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat – zat ini dapat
diberikan perinhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama
hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat
mengakibatkan osteoporosis. Contoh obat : hidrokortison, deksamethason,
beklometason, budesonid

E. Obat dan Dampaknya Pada Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler atau sistem peredaran darah adalah salah satu sistem
tubuh manusia yang bertanggungjawab mengsirkulasikan darah dari jantung ke
seluruh tubuh dan sebaliknya melalui kinerja dua organ sistem yaitu organ jantung
dan pembuluh darah (Kuntoadi, 2019).
Efek terapeutik obat adalah meningkatkan kontraksi jantung, meningkatkan
sirkulasi dan meningkatkan perfusi jaringan, sedangkan efek sampingnya adalah
anoreksia dan mual. Sedangkan reaksi yang merugikan : muntah, aritmia, ilusi
penglihatan dan penglihatan kabur.
Macam-macam Obat kardiovaskuler Ada beberapa jenis obat pada sistem
kardiovaskuler, yaitu
1. Obat Anti angina;
• Anti angina adalah obat untuk ketidak seimbangan antara permintaan
(demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian
jantung.

14
• Cara kerja Anti angina: Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen
dengan jalan menurunkan kerjanya → (penyekat reseptor beta),
Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah
(vasodilator), Kombinasi keduanya.
• Obat Antiangina :
➢ Nitrat organik (cth : nitrat(nitrokaf), ISDN)
Farmakodinamik : Dilatasi pembuluh darah → dapat
menyebabkan hipotensi → sinkop, Menghilangkan nyeri dada →
bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena menurunya kerja
jantung
Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan
dilatasi arteriole perifer → tekanan sistol dan diastol menurun,
curah jantung menurun dan frekuensi jantung meningkat
(takikardi). Efek Samping : sakit kepala, hipotensi, meningkatnya
daerah ischaemia
➢ Beta bloker (cth : bisoprolol, propanolol) menyebabkan
peningkatan suplay oksigen. Tidak disarankan untuk pasien dengan
gangguan pernafasan (ppok)
Beta bloker, bekerja pada reseptor Beta jantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung. Beta Bloker
menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut jantung
menurun. Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard →
perfusi subendokard meningkat.
Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal
jantung, bronkospasme, pada saluran cerna: mual, muntah, diare,
konstipasi, pusat otak Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi,
rasa capai, pusing, depresi, Alergi; rash, demam dan purpura, Dosis
lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi
2. Obat Anti aritmia;
Obat anti aritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik
lebih daripada nodus sinoatrial. Karena itu, obat ini menghambat aktifitas
listrik apabila ada takikardia yang cepat.

15
3. Obat Anti hipertensi;
Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat
antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan
efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi
TD. Efek samping akibat anti hipertensi: batuk, kulit kemerahan,
konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur, myalgia, , rasa lelah,
nyeri sendi, bingung.
4. Diuritika;
Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
air. Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen
tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle ( mereabsorbsi
garam kembali ke tubulus).
Efek samping : pusing, Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang obat
khususnya yang berkaitan dengan pengaruh sifaf fisika-kimiawinya terhadap tubuh,
respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat, nasib yang dialami obat dalam
tubuh, dan kegunaan obat bagi kesembuhan. Selain itu obat memberikan dampak
terhadap sistem pada tubuh manusia diantaranya pada sistem saraf, pernafasan dan
kardiovakuler. Dampak pada sistem pernafasan tergantung pada jenis penggunaan
obat seperti disritmia, palpitasi, hipotensi berat hiperreflek dan kejang. Dampak obat
pada sistem saraf dapat merangsang atau menstimulasi secara langsung maupun
tidak langsung aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya dan
menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung
memblokir proses proses tertentu padatrrrrr aktivitas otak, sumsum tulang belakang
dan saraf- sarafnya. Sedangkan dampak pada sistem kardiovaskuler yaitu
meningkatkan kontraksi jantung, meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan perfusi
jaringan, sedangkan efek sampingnya adalah anoreksia dan mual.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan metode prospektif untuk mengevaluasi obat
yang diberikan dengan mencegah kemungkinan terjadinya interaksi obat yang
bermakna secara klinis. Sebagai seorang perawat dan calon perawat harus mengerti

17
dan memahami bagaimana dampak obat dalam sistem tubuh manusia. Karena
memiliki pembahasan yang luas, oleh sebab itu perlu dipelajari dan dimengerti
sebagai dasar mata kuliah farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Siti. 2016. Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM.


Nuryati. 2017. Farmakologi. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia.
Fikriana, Riza. 2018. Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Deepublish.
Sunaryo, Hadi, Dwitiyanti, Lusi Putri Dwita, Siska. 2020. Farmakologi Obat Sistem
Saraf. Jakarta Selatan: UHAMKA PRESS.
Wijayaningsih, 2013. Farmakologi Dasar untuk mahasiswa Keperawatan. Jakarta Timur:
Trans Info Media.
Gitawati, R. 2014. Bahan aktif dalam kombinasi obat flu dan batuk pilek, dan pemilihan
obat flu yang rasional. Makalah Litbangkes. 24(1).
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.pom.go.id/files
/016/cdew.pdf
https://www.google.com/url=https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12414
/05.2%2520bab%25202.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai