Anda di halaman 1dari 17

MENGANALISIS ISU PENGELOLAAN OBAT DI HOME CARE,

HERBAL AND DIETARY SUPPLEMENT THERAPY

Disusun oleh:
Kelompok 1
Agnes Rut Darmayanti (01.2.22.00800)
Agustin Tri Ratnasari (01.2.22.00801)
Anatalia Intan Pawestri (01.2.22.00802)
Bethania Sella Kurneus (01.2.22.00803)
Bio Yanti Sarulina Gultom (01.2.22.00804)
Celia Kristiana Putri (01.2.22.00805)
Daniel Dwi Adventa P (01.2.22.00806)
Desi Rahma Wati (01.2.22.00807)
Devina Della Indriani (01.2.22.00808)
Dian Fajaring Tyas (01.2.22.00809)
Dimitro Destio (01.2.22.00810)

Dosen Pengajar:
Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep
Debby Christanti Tjahjono, S.Farm., Apt., M.Sc

PRODI KEPERAWATAN S1 (ALIH JENJANG)


STIKES RS BAPTIS KEDIRI
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuna-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Farmakologi yang berjudul
“MENGANALISIS ISU PENGELOLAAN OBAT DI HOME CARE;
HERBAL AND DIETARY SUPPLEMENT THERAPY”. Kami berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita mengenai mata kuliah farmakologi. Bersama
dengan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Stikes RS Baptis Kediri yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan di STIKES RS
Baptis Kediri.
2. Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Debby Christiani Tjahjono, S.Farm., Apt.,
M.Sc selaku dosen pengajar materi Farmakologi yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
3. Teman-teman Prodi Keperawatan S1 Alih Jenjang dan teman-teman Kelompok 1 yang
telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Kiranya Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan keperawatan.

Kediri, 8 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5

1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Obat di Home Care ................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian ........................................................................................................... 7

2.1.2 Tujuan Home Pharmacy Care ............................................................................ 7

2.1.3 Manfaat Home Pharmacy Care .......................................................................... 8

2.1.4 Pasien seperti apa yang memerlukan Home Pharmacy Care ............................. 8

2.2 Herbal dan Dietary Supplement Therapy ..................................................................... 8

2.2.1 Pengertian Herbal ............................................................................................... 8

2.2.2 Penggolongan Obat Herbal ................................................................................. 9

2.2.3 Pengolahan Obat Herbal ..................................................................................... 9

2.3 Supplement ................................................................................................................... 11

2.3.2 Pengertian Supplement .................................................................................... 11


3
2.3.2 Penggolongan Supplement Makanan.................................................................. 11

2.3.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen ......................... 12

2.4 Isu Pengelolaan Obat di Home Care, Herbal and Dietary Supplement Therapy .... 13

2.4.1 Isu Konsumsi Obat Tradisional / Herbal Saat Panemi Covid-19 ....................... 13

2.4.2 Isu Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral pada Atlet ................................ 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 16

3.2 Saran ............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi dengan dokter kepada pasien. Pemberian
obat merupakan tanggung jawab dari seorang dokter, namun perawat memiliki tugas untuk
mendelegasikan obat kepada pasien secara aman dengan menerapkan prinsip-prinsip enam
benar dalam pemberian obat (Hura, 2014). Mereka bertanggung
jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman dan mengawasi efek dari pemberian obat
tersebut kepada pasien. Agar dapat memberikan obat secara rasional dan aman, perawat tidak
hanya perlu memahami tentang penggolongan obat saja, akan tetapi mereka juga perlu
mengetahui efek samping, serta bahaya penggunaan obat-obatan.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa di negara mana pun, pelayanan kesehatan biasanya
dilakukan oleh dua jenis kelompok praktik pengobatan. Keduanya yakni praktik pengobatan
dengan mengamalkan asas-asas ilmu kedokteran modern dan praktik pengobatan berdasarkan
cara-cara tradisional atau budaya setempat.
Kemampuan masyarakat untuk mengobati diri sendiri, mengenal gejala penyakit, dan
upaya memelihara kesehatan menjadi pertanda berjalannya budaya pengobatan tradisional.
Bahkan di zaman modern seperti saat ini, budaya pengobatan tradisional dan obat tradisional
masih terus ada. Penggunanya pun tidak hanya masyarakat pedesaaan, tetapi juga masyarakat
di kota-kota besar. Ini menandakan pengobatan tradisional telah menyatu dengan masyarakat
dan digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Melihat kenyataan tersebut,
pelayanan kesehatan tradisional terbukti berpotensi besar untuk dikembangkan terus-
menerus. Selain sudah familier di masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional lebih mudah
diperoleh dan relatif lebih murah dibandingkan obat modern (Putri & Rachmawati, 2018).

1.2 Rumusan masalah


1) Bagaimana pengelolaan obat di home care?
2) Apa pengertian dari herbal dan dietary supplement therapy?
3) Bagaimana isu pengelolaan obat di home care, Herbal and dietary supplement
therapy?

5
1.3 Tujuan
1) Mengetahui cara pengelolaan obat di home care
2) Mengetahui tentang pengertian dari herbal dan dietary supplement therapy
3) Menambah wawasan tentang isu pengelolaan obat di home care, Herbal and dietary
supplement therapy.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan obat di Home Care


2.1.1 Pengertian
Home Care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinabungan dan
komperhensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka
yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Departement Kesehatan RI,
2002). Dalam mendirikan sebuah Home Care segala tenaga medis yang ikut terlibat
didalam nya harus mengetahui ilmu dasar dalam melakukan tindakan perawatan,
dalam hal ini ialah seseorang yang berpendidikan dalam bidang kesehatan, khususnya
dibidang keperawatan.
Home Pharmacy Care atau pelayanan kefarmasian di rumah adalah salah satu
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui pelayanan
kepada pasien yang dilakukan di rumah khususnya untuk kelompok pasien lanjut usia,
pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu lama seperti penggunaan obat-
obat kardiovaskuler, diabetes, TB, asma dan obat-obat untuk penyakit kronis lainnya.
Pelayanan ini utamanya untuk pasien yang tidak atau belum menggunakan
obat atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki kemungkinan
mendapatkan resiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karakteristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan obat atau alat kesehatan agar tercapai efek yang baik

2.1.1 Tujuan Home Pharmacy Care


1. Tercapainya keberhasilan terapi
2. Terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung
efektifitas, keamanan dan kesinambungan pengobatan
3. Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan keluarga
dalam penggunaan obat dan atau alat kesehatan yang tepat
4. Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga

7
2.1.2 Manfaat Home Pharmacy Care

1. Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya pengobatan

2. Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat dan/atau


alat kesehatan

3. Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan

4. Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan/atau alat kesehatan

2.1.3 Pasien seperti apa yang memerlukan Home Pharmacy Care?

1. Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus


tentang penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat

2. Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS, DM dll

3. Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan
salah satu kriteria atau lebih regimen obat sebagai berikut:

4. Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari.

5. Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari.

6. Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih

2.2 Herbal dan Dietary Supplement Therapy


2.2.1 Pengertian Herbal
Herbal adalah jenis tanaman yang berkhasiat guna menyembuhkan berbagai
penyakit. Selain itu, herbal dapat di gunakan sebagai pencegahan dan perawatan
guna meningkatkan kesehatan tubuh serta menjaga kebugaran. Dilihat dari aspek
lora, iklim, tanah, maupun industry obat dan kosmentik tradisional di indonesi
prospek pengembangan tumbuhan herbal sangat baik. Secara empiris, selain
mempunyai keunggulan kimiai (sebagai bahan obat), beberapa tumbuhan obat
juga memiliki keunggulan fisik, yaitu sebagai tanaman hias serta tanaman yang
dibudidayakan.

8
2.2.2 Penggolongan obat herbal
1) Jamu
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
2) OHT
Obat herbal tersandar adalah obat berbahan alam yang telah diuji secra ilmiah
(penelitian praklinik menggunakan hean uji), yang meliputi uji khasiat,
manaat, dan bahan baku. Kriteria obat herbal terstandar antara lain
a) Aman
b) Khasiatnya dpat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
c) Bahan baku yang digunakan telah mengalami standart
d) Memenuhi persyaratan mutu
3) Fitoarmaka
Fitoarmaka adalah obat yang berbahan dari alam serta telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis menggunakan
hean percobaan.selain itu, fitofarmaka sudah melalui uji klinis pada manusia
serta bahan baku dan produknya terstandarisasi melalui persyaratan yang
berlaku. Syarat produk jenis itofarmaka adalah:
a) Khasiatnya telah dibuktikan secara klinik
b) Menggunakan bahan baku terstandar
c) Memenuhi persyaratan mutu.
2.2.3 Pengolahan obat herbal
Pengelolaan obat herbal secara sederhana (tradisional) dapat dilakukan oleh
keluarga di rumah. Masyarahat mempunyai peran yang sangat penting dalam
memanfaatkan potensi lingkungan yang tersedia, salah satunya pemanfaatan
tanaman obat keluarga (TOGA). Pengelolaan secara sederhana dapat dilakukan
melalui beberapa tahap antara lain sebagai berikut.

9
1) Mengidentifikasi jenis herbal
Cara mengidentifikasi jenis tanaman herbal adalah dengan mengetahui
khasiatnya dalam mengobati penyakit tertntu. Berpedoman pada khasiatnya
dan zat aktif yang terkandung pada jenis tanaman herbal tersebut, maka
penyusun ramuan bisa dilakukan. Klarifikasi tanaman herbal diurutkan
sebagai berikut : kerajaan, divisi, kelas, ordo, family, genius dan spesies.
2) Waktu pemetikan dan pengumpulan
Dalam memetik dan mengumpulkan tanaman herbal harus menggunakan
teknik tertentu. Hal tersebut bertujuan menjaga kualitas dan kuantitas zat aktif
yang terkandung di dalam tanaman herbal. Masing-masing tumbuhan
memiliki sifat farmakognisi yang berbeda. Maka, ketika akan memetik daun
tanaman herbal harus mengetahui petunuk pemetikkannya. Umumnya, daun
yang sering digunakan sebagai obat herbal ialah seaktu tanaman berbunga dan
buahnya belum masak. Sedangkan, buah dan bijinya didapatkan ketika telah
masak di pohon. Dan, jenis rimpang, akr, dan umbi diambil saat tumbuhan
telah selesai pertumbuhannya.
3) Penyortiran
Hendaknya, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan obat herbal disortir
terlebih dahulu guna membebaskannya dari bahan asing atau kotoran.
Penyotiran berfungsi untuk mendapatkan simplisia secara homogen, yang
meliputi jenis, ukuran, tingkat kematanagn, dan lain-lain.
4) Penyucian
Pencucian simplisia dilakukan menggunakan air bersih yang mengalir atau
dibersihan dengan cara cepat, sehingga bersih dan terbatas dari mikroba
pathogen, kapang, khamir, serta pencemar lainnya. Jika menghendaki
simplisia yang segar, maka setelah dicuci dapat segera diproses menjadi jamu.
5) Pengeringan
Pengeringan simplisia bisa dilakukan dengan cara diangin-angin di tempat
yang teduh dan memiliki aliran udara baik atau menggunakan oven dengan
pengaturan suhu yang telah disesuaikan. Simplisia dengan ukuran besar dapat
dipotong seperlunya guna mengurangi kadar air di dalamnya. Kadar air yang
dipersyaratkan adalah 10%, sehingga dapat mencegah pembususkan yang
diakibatkan oleh jamur atau bakteri.
10
2.3 Sumplement
2.3.1 Pengertian supplement
“Dietary supplements”, “nutritional ergogenic aids”, “sports supplements”,
“sports foods” dan “therapeutic nutritional supplemenst”- merupakan beberapa
istilah untuk menggambarkan cakupan jenis produk yang dihasilkan oleh
industri suplemen. Perbedaan istilah tersebut bukan berarti memiliki definisi
yang berbeda (Burke, et all dalam Burke & Deakin, 2006).
Menurut Geoffrey P.Webb (2006) definisi suplemen makanan secara
umum, yaitu:
a. Sesuatu yang dikonsumsi secara oral dalam dosis tertentu dalam bentuk pil,
kapsul,bubuk, atau cairan.
b. Sesuatu yang diharapkan dapat ditambahkan ke dalam pola makan yang
normal.
c. Sesuatu yang telah dinyatakan dapat memengaruhi kesehatan pada label
kemasan maupun pada media promosi (brosur atau katalog), dan sesuatu
yang termasuk ke dalam tiga kategori:
1. Mengandung zat gizi penting, seperti vitamin, makro mineral, mikro
mineral, asam lemak esensial dan asam amino
2. Mengadung zat metabolit alami dan atau secara alami terkandung di
dalam makanan tetapi tidak termasuk ke dalam zat gizi utama.
3. Beberapa tambahan yang berasal dari ekstrak tumbuhan ataupun hewan
yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau secara farmakologi
dinyatakan dapat memberikan efek bagi kesehatan seperti bawang putih,
ginseng, gingko biloba, dan royal jelly
2.3.2 Penggolongan Supplement Makanan
Terdapat beberapa jenis suplemen makanan yang beredar di masyarakat.
Penggolongan suplemen makanan berdasarkan fungsinya terdiri dari (Vita Health,
2006):
a. Obat metabolit menghambat nafsu makan (anoreksigenikum) :
anoreksigenikum memiliki fungsi untuk menghambat nafsu makan sehingga
sering di-klaim dapat menurunkan berat badan seseorang.
b. Obat menurunkan lemak dan kolesterol (antilipidemikum) : antilipidemikum
berfungsi untuk menurunkan lemak dan kolesterol, suplemen makanan ini
11
sering digunakan untuk mencegah penyakit-penyakit yang timbul akibat
tingginya kadar lemak dan kolesterol di dalam tubuh.
c. Obat untuk memperbaiki status gizi (dietikum) : dietikum memiliki fungsi
memperbaiki status gizi, suplemen makanan dietikum sering digunakan untuk
menambah berat badan ataupun untuk meningkatkan nafsu makan.
d. Pembangkit tenaga dan semangat : suplemen makanan pembangkit tenaga dan
semangat pada umumnya mengandung vitamin, mineral dan sari-sari
tumbuhan (herbal) seperti gingseng dan jahe.
e. Obat untuk memperbaiki sistem metabolik organ tertentu : suplemen makanan
yang berfungsi untuk memperbaiki sistem metabolik organ tertertentu antara
lain seperti membantu metabolik karbohidrat, lemak, pembentukan struktur
kolagen dan lain-lain.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Suplemen
a. Umur : mempunyai perbandingan lurus dengan konsumsi suplemen. Semakin
bertambahnya usia maka konsumsi suplemen semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan semakin tua seseorang, fungsi organ tubuhnya semakin menurun
dan berakibat menurunnya penyerapan zat gizi, oleh karena itu diperlukan
suplemen (Karyadi 1998).
b. Jenis Kelamin : pada umumnya wanita cenderung memiliki asupan kalsium,
besi dan riboflavin serta asam folat yang rendah dibandingkan laki-laki. Hal
ini diperberat dengan adanya siklus alami pada wanita seperti menstruasi dan
kehamilan yang kemudian dapat mengarah kepada kejadian osteoporosis dan
anemia (Bean, 1995).
c. Tingkat Pendidikan : suatu studi menunjukkan bahwa pengguna dari suplemen
makanan berasal dari golongan dengan tingkat pendidikan tinggi (Williams,
2002).
d. Status Ekonomi : studi menunjukkan bahwa pengguna dari suplemen makanan
berasal dari golongan dengan ekonomi yang tinggi (Williams, 2002).
e. Aktivitas fisik atau aktivitas eksternal adalah sesuatu yang menggunakan
tenaga atau energi untuk melakukan kegiatan fisik. Pengguna suplemen
makanan lebih banyak diantaranya orang-orang yang aktif secara fisik.
Individu yang memiliki kebiasaan olahraga teratur lebih cenderung
menggunkan suplemen (Lyle et.al 1998).
12
f. Keterpaparan Terhadap Promosi : saat ini maraknya iklan yang ditawarkan
melalui media cetak, maupun media elektronik tentang food supplement secara
tidak langsung memberikan pengaruh. Banyaknya jumlah masyarakat terpapar
dengan iklan tersebut akan semakin memudahkan akses mereka untuk
mengonsumi suplemen makanan (YLKI, 2002).

2.4 Isu Pengelolaan Obat di Home Care, Herbal and Dietary Supplement Therapy
2.4.1 Isu Konsumsi Obat Tradisional / Herbal Saat Panemi Covid-19
Pada tanggal 12 Mei 2022, dalam chanel Youtube Narasi Newsroom,
menanyangkan sebuah Video dengan judul “Obat Herbal Dicari Saat Pandemi,
Memang Ampuh Lawan Corona?”. Dalam video tersebut tertulis Presiden
Madagaskar Andry Rajoelina meluncurkan obat herbal untuk tangkal SARS-
COV-2. Presiden Madagaskar juga mengklaim bahwa obat herbal tersebut bisa
menyembuhkan COVID-19. Akan tetapi WHO menampik klaim itu karena
belum diuji secara klinis kebenarannya. Selain Madagaskar, banyak negara
lain juga mengenalkan obat herbal, termasuk Indonesia. Dalam pidatonya,
Presiden Jokowi juga mengenalkan empon-empon serta menganjurkan
masyarakat untuk minum ramuan jahe dan kunyit setiap hari untuk tangkal
penyakit Corona. Meski begitu belum ada bukti klinis jahe dan kunyit bisa
mencegah dan mengobati corona. Menurut dr. Hardhi Pranata Ketua Umum
Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia, ramuan jahe dan kunyit bukan
untuk mengobati corona tetapi hanya sebagai supplemen saja.
Perlu diketahui saat video tersebut ditayangkan, vaksin corona belum
resmi diluncurkan, dan saat itu Indonesia sedang mengalami masa kedaruratan
Kesehatan akibat dari penderita Covid yang terus meningkat dan seluruh
pelayanan Kesehatan maupun tempat karantina terisi penuh. Oleh karena itu
tidak sedikit masyarakat Indonesia memanfaatkan obat herbal untuk
meningkatkan daya tahan tubuh mereka.
Pengelolaan obat herbal secara sederhana diturunkan dari generasi ke
generasi baik lisan maupun tulisan, dan dapat dilakukan oleh masyarakat
dirumah. Faktanya kebanyakan masyarakat yang ada di daerah pedesaan lebih
memilih pengobatan secara tradisional dibanding mengkonsumsi obat yang
mengandung bahan kimia. Banyak penyebab obat herbal mengalami tren
13
kenaikan cukup pesat. Pertama, obat herbal diyakini lebih aman. Ditunjang
dengan tradisi minum jamu, para konsumen merasa lebih cocok dengan obat
herbal dibanding mengonsumsi obat modern. Kedua, bahan baku obat herbal
di Indonesia melimpah, sehingga mendorong semakin banyaknya perusahaan
farmasi yang ikut memproduksi dan memasarkan obat herbal. Ketiga, obat
herbal lebih terjangkau atau lebih murah harganya. Bahan baku melimpah dan
proses produksi yang relatif mudah membuat harga produk obat herbal
menjadi lebih murah di pasaran ketimbang obat modern (Putri & Rachmawati,
2018).
Bahkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan
Surat Edaran dengan nomor HK.02.02/IV/2243/2020 tentang Pemanfaatan
Obat Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan
Perawatan Kesehatan, yang di dalamnya tertulis berbagai macam resep
tradisional sederhana agar masyarakat dapat melakukan perawatan kesehatan
secara mandiri dan benar melalui pemanfaatan tanaman obat berupa jamu dan
OHT. Hal ini membuktikan bahwa selain kepercayaan masyarakat untuk obat
herbal yang tinggi, juga ada dukungan dari Pemerintah Indonesia untuk terus
mengembangkan dan memanfaatkan obat tradisional demi meningkatkan
derajad Kesehatan masyarakat di Indonesia. Maka tidak heran dari dimulainya
pandemi COVID-19 sampai sekarang, masyarakat Indonesia masih banyak
yang gemar mengkonsumsi obat herbal seperti ramuan jahe dan kunyit atau
ramuan yang lain.
2.4.2 Isu Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral pada Atlet
Pada Atlet, mikronutrien (vitamin dan mineral) sangat penting bagi
kehidupan manusia. Keseimbangan pola makan dipercaya dapat memenuhi
kebutuhan untuk semua mikronutrien pada orang sehat. Namun demikian,
suplemen vitamin dan mineral (termasuk vitamin C, vitamin B kompleks,
vitamin E dan besi) sering dikonsumsi oleh atlet. Motivasi utama penggunaan
suplemen vitamin adalah untuk meningkatkan kesembuhan dan memperbaki
performa olahraga (Burke & Deakin, 2006).
Suplementasi vitamin dan mineral merupakan hal umum yang
dilakukan oleh praktisi olahraga. Pada kenyataanya, tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa performa olahraga dapat meningkat jika menerapkan
14
pola makan yang baidan ditambah dengan mengonsumsi suplemen vitamin
dan mineral dalam jangka waktu tertentu (Greg Mclatchie et al dalam Burke,
2006).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Froiland et al tahun 2004 pada
atlet NCAA (National Collegiate Athletic Association) Divission I university,
23% atlet pada umumnya mengonsumsi suplemen makanan. 39% tidak
mengonsumsi suplemen makanan, 6% atlet dilaporkan menggunakan variasi
produk pengganti kalori atau cairan, 73% mengonsumsi energy drink, 61.4%
menggunakan produk peramping, 47% dilaporkan mengonsumsi suplemen
multivitamin. Dimana studi yang dilakukan di NCAA pada tahun sebelumnya
menunjukkan 43.5% atlet mengonsumsi suplemen.
Para ahli gizi olahraga profesional merekomendasikan multivitamin
dan mineral dengan kualitas baik sebagai jaminan bahwa asupan zat gizi atlet
dalam sehari telah terpenuhi. Namun yang perlu diperhatikan adalah vitamin
dan mineral apapun jika dikonsumsi dalam dosis tinggi diharapakan dapat
meningkatkan performa tetapi kenyataanya justru menimbulkan efek
sebaliknya (Heather H Fink et al dalam Burke, 2006). Tsalis et.al (2004)
melakukan evaluasi status besi terhadap eksperimen yang dilakukan pada atlet
renang remaja (dalam kondisi sehat) dalam waktu 6 bulan masa pelatihan.
Hasil yang diperoleh dari eksperimen tidak ada perbedaan status besi dan
peningkatan performa yang signifikan antara atlet yang diberikan suplemen Fe
dengan atlet yang diberikan modifikasi makanan tinggi Fe ataupun dengan
atlet yang tidak mendapat perlakuan apapun. Penelitian yang dilakukan oleh
Bryant et.al tahun 2004, melaporkan adanya penyusutan membran pada atlet
sepeda (pada saat latihan) yang mengonsumsi vitamin E dengan dosis 400 UI/
hari, dan konsumsi 1 gr/ hari vitamin C dapat mempercepat kerusakan sel.
Walaupun beberapa penelitian tidak menunjukkan efek yang positif
dalam hal pemberian suplemen terhadap status gizi dan performa atlet, status
gizi dari atlet tersebut kemungkinan menjadi faktor utama penyebab
eksperimen yang dilakukan tidak efektif. Atlet dengan kondisi terpenuhi
asupan zat gizi dalam sehari dapat dipastikan tidak membutuhkan tambahan
zat gizi dari suplemen (Williams. 2002; Webb. 2006).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari ulasan diatas maka dapat dirumuskan Home Care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinabungan dan komperhensif yang diberikan kepada individu
dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit. Herbal adalah jenis tanaman yang berkhasiat guna menyembuhkan
berbagai penyakit, sedangkan Supplement adalah beberapa tambahan yang berasal
dari ekstrak tumbuhan ataupun hewan yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau
secara farmakologi dinyatakan dapat memberikan efek bagi kesehatan.
Faktanya kebanyakan masyarakat yang ada di daerah pedesaan lebih memilih
pengobatan secara tradisional dibanding mengkonsumsi obat yang mengandung bahan
kimia. Banyak penyebab obat herbal mengalami tren kenaikan cukup pesat. Pertama,
obat herbal diyakini lebih aman. Kedua bahan baku obat herbal di Indonesia
melimpah. Ketiga obat herbal lebih terjangkau atau lebih murah harganya.
Suplementasi vitamin dan mineral merupakan hal umum yang dilakukan oleh
praktisi olahraga. Pada kenyataanya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
performa olahraga dapat meningkat jika menerapkan pola makan yang baidan
ditambah dengan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral dalam jangka waktu
tertentu.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulkan tersebut, diharapkan :
1) Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran
serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer
2) Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan
budaya bangsa, tetapi perlu pula membatasi praktik-praktik yang membahayakan
kesehatan.
3) Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan
penelitian, pengujian dan pengembangan obat-obatan dan cara-cara pengobatan
tradisional.

16
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Budhi. 2016. Obat Herbal Andalan Keluarga. Yogyakarta : FlashBook


Tambayong, Jan. 2014. Farmakologi Keperawatan, Ed.2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Parellangi, Andi. 2012. Home Care Nursing: Aplikasi Praktik Berbasis Evidence – Based.
Jakarta: Penerbit Andi.
Putri, D. M., & Rachmawati, N. (2018). Antropologi Kesehatan : Konsep dan Aplikasi
Antropologi dalam Kesehatan. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

17

Anda mungkin juga menyukai