Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

“PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL DALAM PENATALAKSANAAN


MASALAH KARDIOVASKULER”

Dosen Pembimbing :

Tasman, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom

OLEH :

NURUL FATIHA SARI

(193110144)

KELAS 2A

D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesainkan makalah “Pemanfaatan Obat
Trdisional Dalam Penatalaksanaan Masalah Kardiovaskuler” dengan tepat pada waktumya.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun
berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Dosen sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah  ini. 
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini,
di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Padang , 05 Februari 2021

Penyusun

(Nurul Fatiha
Sari )

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5
.................................................................................................................................

Bab II Pembahasan

A. Defenisi Obat Tradisional....................................................................................... 6


B. Program Pemerintah Mengenai Tanaman Obat...................................................... 7
C. Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat Indonesia...................................... 8
D. Hasil Riskesdas Tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga........................... 9
E. Obat Tradisional Dalam Penatalaksanaan Masalah Kardiovaskuler......................
.............................................................................................................................11

Bab III Penutup

A. Kesimpulan.............................................................................................................
.............................................................................................................................20

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah merupakan


salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini
menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Sejaktahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.
Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian
dini yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan
tinggi, dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh
penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Di
Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah ini terus meningkat dan akan
memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga
penderita, masyarakat, dan negara. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5%. Sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter gejala sebesar1,5%. Sementara itu, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.13%(Kemenkes, 2014)

Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan telah diupayakan sebagai alternatif


untuk penyembuhan penyakit. Namun demikian penelitian dan pengembangan obat
tradisionaldirasakan belum maksimal. Dalam upaya pengembangan tanaman obat
tradisional diperlukan penelitian mengenai kandungan kimia dan efek farmakologisnya.
Dengan adanya penelitian tersebut akan didapatkan data ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dari penggunaan tumbuhan tersebut (Azwar, 1992).

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berubahnya pola


hidup masyarakat berdampak munculnya berbagai penyakit degeneratif yang
membahayakan. Salah satu yang paling utama yakni penyakit kardiovaskuler
sepertijantung koroner dan hipertensi. Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh

4
kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner karena aterosklerosis yang
merupakan proses degeneratif, disamping faktor-faktor lainnya(Handajani, 2009).
Kelebihan jumlah kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia)sangat berperan terhadap
gangguan kardiovaskuler, terutama terjadinya aterosklerosis(penumpukan lemak pada
pembuluh darah). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan
kardiovaskular pada manusia dan keparahan aterosklerosis pada hewan coba berhubungan
dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah (Miller, 1990).

Berbagai pengembangan dan penelitian dibidang kesehatan telah dilakukan untuk


mengurangi angka kejadian penyakit ini. Di samping menggunakan obat- obat modern
yang popular untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler, akhir-akhir ini juga
banyak produk-produk obat tradisional yang beredar dipasaran dengan indikasi sebagai
obat penyakit kardiovaskuler. Obat dan pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia
sejak ribuan tahun lalu, jauhsebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat obatan
modernnya dikenal masyarakat (Wijayakusuma, 2002). Obat tradisonal yang berasal dari
tumbuhan selain murah dan mudah di dapat, memiliki efek samping yang jauh lebih
rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Bukti-bukti empiris dan
dukungan ilmiah yang semakin banyak menyebabkan obat herbal semakin populer di
kalangan masyarakat dunia (Kendran dkk., 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi Dari Obat Tradisional ?
2. Bagaimana Program Pemerintah Mengenai Tanaman Obat Tradisional ?
3. Bagaimana Hasil Riskesdas Tentang Pemanfaatan Obat Keluarga ?
4. Bagaimana Pemanfaatan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Indonesia ?
5. Apa Saja Obat Tradsional Yang Berguna Dalam Penatalaksanaan Masalah
Kardiovaskuler ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Defenisi Dari Obat Tradisional
2. Untuk Mengetahui Program Pemerintah Mengenai Tanaman Obat Tradisional
3. Untuk Mengetahui Hasil Riskesdas Tentang Pemanfaatan Obat Keluarga
4. Untuk Mengetahui Pemanfaatan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Indonesia
5. Untuk Mengatahui Obat Tradsional Yang Berguna Dalam Penatalaksanaan
Masalah Kardiovaskuler

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Obat Herbal

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun
zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai
dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,
yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor246/Menkes/Per/V/1990, tentang
Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun,


berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat,
baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-
obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatandan saat ini penggunaannya cukup
gencar dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna
oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di
masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Seperti misalnya akar
alang-alangdipergunakan untuk obat penurun panas. Rimpang temulawak dan rimpang
kunyitbanyak dipergunakan untuk obat hepatitis. Batang kinadipergunakan untuk obat
malaria. Kulit batang kayu manis banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi.
Buah mengkudubanyak dipergunakan untuk obat kanker. Buah belimbingbanyak
dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Daun bluntasuntuk obat menghilangkan
bau badan. Bunga belimbing Wuluhuntuk obat batuk.

6
B. Program Pemerintah Mengenai Tanaman Obat

Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang tergolong


berpenghasilan rendah sampai sedang. Bahkan dibeberapa negara berkembang obat
tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan
kesehatan strata pertama. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan disebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yangberupa
bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), dapat digunakan secara turun
temurun untuk pengobatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 131/MENKES/SK/II/2004, mengenai Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) disebutkan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar
diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji
secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh
masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.
Dengan kebijakan yang dibuat pemerintah tersebut diharapkan terjadi
pengembangandan peningkatan produksi pada industri obat tradisional sebagai bagian
integral dari pertumbuhan ekonomi nasionalyang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 381/MENKES/SK/III/2007.
Selain itu pemerintah juga mengharapkan pengobatan komplementer alternatif
dilakukan sebagai upaya pelayanan yang berkesinambungan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat mulai dari peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang mana
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1109/Menkes/Per/IX/2007.
Dalam mendukung pemanfaatan tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan pada
masyarakat Indonesia, pemerintah juga menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
9 Tahun 2016 mengenai upaya pengembangan kesehatan melalui asuhan mandiri
pemanfaatan tanaman obat keluarga dan ketrampilan budidaya serta pengolahannya.
Asuhan mandiri kesehatan tradisional adalah upaya untuk mencegah, memelihara,
meningkatkan kesehatan, danmengatasi gangguan kesehatan ringan yang dialami
individu, keluarga, maupun kelompok, serta masyarakat dengan memanfaatkan tanaman

7
obat keluarga dan keterampilan dalam mengelolannya. Pemanfaatan tanaman obat dalam
keluarga di masyarakat Indonesia diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
meningkatkan kesehatan.
C. Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat Indonesia
Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat sebagian besar
hanya sebatas pengetahuan turun temurun sebagai bentuk interaksi antara masyarakat
dengan lingkungannya khususnya tumbuhan (etnobotani) (Atmojo, 2015). Saat ini
tanaman obat atau tanaman herbal telah banyak digunakan dalam bidang medis atau
kesehatan. Masyarakat sekarang ini lebih memilih untuk menggunakan produk yang
berasal dari alam dengan alasan keamanan. Tanaman obat atau yang dikenal dengan
tanaman herbal secara umum dapat diartikan semua jenis tanaman yang mengandung
senyawa kimia alami yang memiliki efek farmakologis dan bioaktivitas penting terhadap
penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif(Suryanto & Setiawan, 2013).
Bangsa Indonesia mengenal jamu dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)(Suryanto &
Setiawan, 2013). Setiap daerah memiliki sistem pemanfaatan tumbuhan yang khas dan
berbeda dengan daerah lainnya. Sistem pemanfaatan ini berkaitan dengan
keanekaragaman tumbuhan di masing-masing daerah. Pemanfaatan tanaman obat di kota
Bogor sudah dimasukan dalam program pembinaan kesejahteraan keluarga, sedangkan di
kota Karang Anyar, Gianyar, dan Sumenep dimasukan dalam program ekonomi dan
program tanaman obat yang berasal dari tanaman hias(Sariet al., 2015). Pendekatan
penduduk lokal terhadap manajemen pemanfaatan ekosistem alam merupakan model
jangka panjang dalam menopang kebutuhan hidup manusia. Selain itu, manajemen
sumber daya alam tradisional mampu mempertegas hubungan antara sistem konservasi
dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati (Kandowangko et al., 2011).
Masyarakat mengenal jamu sebagai bentuk pemanfaatan tanaman obat. Jamu meliputi
segala bahan alam yang diolah atau diracik, menurut cara tradisional manfaat dari jamu
sendiri adalah untuk memperkuat badan manusia, mencegah penyakit atau
menyembuhkan manusia yang menderita penyakit. Biasanya jamu digunakan dalam
pengobatan komplementer alternatif yaitu pengobatan non konvensional yang bertujuan
untuk upaya preventif, promotif, dan kuratif dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat perkotaan dan pedesaan (Ahmad,2012). Ada beberapa cara pengunaan
tanaman obat. Tanaman obat yang diolah dengan direbus (jamu godok) telah banyak
digunakan untuk pengobatan, karena manfaatnya sudah dirasakan dan efek samping yang
ringan, serta mudah didapatkan. Cara pemanfaatan lainnya secara turun temurun yang
8
dilakukan oleh masyarakat dengan dimakan langsung (dilalap), direbus, dibuatteh, di
jus(Hadiet al., 2015). Hal ini karena masyarakat meyakini bahwa tanaman obat yang
mengandung senyawa kimia alami, memiliki efek farmakologis dan bioaktivitas yang
penting terhadap penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif. Saat ini informasi
mengenai klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan tanaman obat sudah
banyak terutama di puskesmas (Ahmad, 2012).
D. Hasil Riskesdas Tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga
Hipertensi adalah salah satu masalah kardovaskuler yang paling tinggi terjadi
Berdasarkan data dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan) (2018), diketahui bahwa 8,8%
penduduk di Indonesia terdiagnosa hipertensi. Penderita hipertensi di Indonesia
mengalami peningkatan sebanyak 8,3% dari tahun 2007-2018. Pada tahun 2018,
prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter di provinsi Jateng sebesar 8,4%.
Menurut data SRS (Sample Registration System) Indonesia tahun 2014, hipertensi dengan
komplikasi merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua umur. Data BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi
pada tahun 2018 mencapai 3 triliun rupiah (Kemenkes, 2019). Sebanyak 611.358 orang
dari 5.292.052 (11,55%) penduduk berisiko (> 18 tahun) dinyatakan hipertensi/tekanan
darah tinggi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
2016).
Salah satu upaya untuk mengendalikan tekanan darah dapat dilakukan baik dengan
terapi modern maupun tradisional salah satunya menggunakan obat herbal.Obat herbal
dapat digunakan untuk terapi komplementer di fasilitas pelayanan kesehatan dan
dijadikan pilihan masyarakat jika mereka menginginkan untuk mengonsumsi jamu saja
sebagai subyek dalam upaya preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
(Aditama, 2014). Terapi komplementer adalah terapi pelengkap dari terapi konvensional
untuk penyembuhan (Martin dan Ponia, 2016). Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan
Dasar) (2010), sebanyak 59,12% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas pernah
minum jamu dan 95,6% di antaranya merasakan manfaat minum jamu. Hasil Susenas
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) (2008) menunjukkan penduduk Indonesia yang
mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan sebelum survey sebanyak 30,0% dimana
65,01% diantaranya memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat
tradisional. Hasil Riskesdas (2013) yang menunjukkan bahwa sejumlah 89.753 dari
294.962 (30,4%) rumah tangga di Indonesia memanfaatkan yankestrad (pelayanan
kesehatan tradisional) dalam satu tahun terakhir. Riset Tumbuhan Obat dan Jamu I

9
(RISTOJA) Kementerian Kesehatan tahun 2012 berhasil memperoleh data 1.889 spesies
tumbuhan obat, 15.671 ramuan untuk kesehatan dan 1.183 penyembuh/pengobat
tradisional dari 20% etnis (209 dari total 1.128 etnis) Indonesia non Jawa dan Bali. Untuk
menjamin tersedianya jamu yang aman, berkhasiat dan bermutu, Pemerintah Indonesia
melakukan langkah dan upaya untuk menjamin keamanan jamu. Pemerintah Indonesia
melaksanakan program saintifikasi jamu, yaitu penelitian berbasis pelayanan yang
mencakup pengembangan tanaman obat menjadi jamu saintifik. Dewasa ini sudah
tersedia dua jamu saintifik, yaitu untuk hipertensi ringan dan untuk hiperurisemia.
Formula jamu saintifik untuk hipertensi ringan adalah herba seledri, daun kumis kucing,
herba pegagan, rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran (Aditama, 2014).
Pegagan, seledri, kumis kucing merupakan tanaman obat yang sering digunakan oleh
masyarakat (Triyono dkk, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
jenis obat herbal yang digunakan dan alasan penggunaanya oleh pasien hipertensi.
Hasil Riskesdas Tahun 2018 Tentang Proposi Pemanfaatan Tanaman Obat
keluarga

10
E. Obat Tradisional Dalam Penatalaksanaan Masalah Kardiovaskuler
1. Kunyit

Kurkumin merupakan senyawa utama yang ada pada kunyit dan bertanggung
jawab atas warna kuning kunyit.10-11Kunyit mengandung 28% glukosa, 12%
fruktosa, 8% protein, 52% minyak atsiri yang terdiri 25% keton seskuiterpen, 25%
zingiberina dan 50% kurkumin berserta turunannya. Berikut disajikan struktur kimia
dari kurkumin. Kunyit sudah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
berbagai penyakit seperti batuk, ulkus diabetes, penyakit hati, gangguan empedu,
rematik, sinusitis dan anoreksia.Saat ini, kurkumintelah dipelajari karena manfaatnya
bagi kesehatan, yaitu penyembuhan luka, kanker, penyakit neurodegeneratif, penyakit
artritis dan penyakit jantung.Studi menunjukkan bahwa kurkuminmemiliki peran
protektif dalam menekan perkembangan hipertrofijantung, gagal jantung,

11
kardiotoksisitas yang diinduksi obat, infark miokard, aterosklerosis, aneurisma aorta,
stroke dan komplikasi kardiovaskular

Kurkumin memiliki efek hipolipidemik, aktivitas antioksidan, anti-inflamasi


dan dapat berkontribusi untuk mengurangi kejadian aterosklerosis. Kandungan
antioksidan yang luar biasa dari kurkumin mengurangi peroksidasi lipid dan
pembentukan oxLDL, dan akibatnya, mengurangi respons peradangan serta
perkembangan aterosklerosis.

Penelitian yang dilakukan oleh Olszanecki (2005) menjelaskan bahwa efek


kurkumin pada aterosklerosis dengan 0,3 mg/hari/tikusselama 4 bulan secara
signifikan melemahkan kejadian dan perkembangan aterosklerosis, walaupun tanpa
efek pada trigliserida, konsentrasi kolesterol atau berat badan hewan. Studi lain yang
dilakukan pada tikus yang diberi makan dengan kurkumin (0,2mg/hari dalam 4 bulan)
melaporkan perubahan signifikan dalam ekspresi gen yang terkait dengan adhesi
leukosit dan migrasi transendotelial dalam jaringan aorta.19-20Efek kurkuminini
dimediasi oleh peningkatan ekspresi inhibitor protein NF-κB (IκB) dan penurunan
ikatan NF-κB dan aktivitas transkripsi setelah stimulasi dengan tumor necrosis factor-
α (TNF-α). Selain itu, dibuktikan bahwa kurkumin(0,1%dalam makanan, 16 minggu)
menurunkan regulasi aktivasi toll-like receptor 4 (TLR4) yaitu sebuah reseptor yang
mengenali pola molekul eksogen atau endogen dan memodulasi respon imun dan
inflamasi pada tikus. Penghambatan TLR4akan mengurangi aktivasi NF-κB dan
produksi mediator proinflamasi, yang melindungi terhadap atherogenesis

Pemberian kurkumin (200 mg/kg/hari, selama 8 minggu) mengurangi lesi


aterosklerotik, memperbaiki peningkatan sel Th2 dan Th17, meningkatkan sel T
regulatori dan menghambat ekspresi dari mediator pro inflamasi pada makrofag M1
yang diisolasi dari limpa).Kurkumin memiliki kemampuan untuk mengurangi
akumulasi kolesterol dalam pengembangan sel busa atau foam cel. Peningkatan
penyerapan lipid dan penurunan efluks kolesterol berkontribusi terhadap
pembentukan sel busa.Penelitian lain secarain vivo dan in vitro membuktikanbahwa
peran kurkumin terhadap aterosklerosis dan steatohepatosis pada tikus dapat
mengurangi penyerapanoxLDL pada makrofag THP-1.

12
Pemberiankurkumin (500, 1000 dan 1500 mg/kg) selama 16 minggu
memberikan efek antiinflamasi yang signifikan dan juga menekan protein adiposit 2
(aP2) dan klaster diferensiasi 36 (CD36) level dalam makrofag yang merupakan
faktor sentral dalam pengendapan lipid sertapembentukan sel busa

Studi lain menunjukkan bahwa kurkumin(20 μM) secara signifikan


menghambat adhesi monosit pada EA.hy926 sel endotel dengan menurunkan regulasi
P-selectin dan fractalkine, mengurangi kadar spesies oksigen reaktif intraseluler
(ROS) dan aktivasi nikotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADPH). Pada sel
endotel mikrovaskuler manusia (HMEC-1) yang distimulasi oleh partikel
(diameter≤2,5 μm) pengobatan kurkumin (50μM) mampu mengurangi apoptosis, OS
dan peradangan pada HMEC-1 dengan mengurangi produksi spesies reaktif, level
ICAM-1 dan VCAM-1, dan pengatur NF-B yang turun Selain itu, peran kurkumin
terhadap aterosklerosis adalah proliferasi dan migrasi sel otot polos (smoot muscle cel
/ SMC). Sintesis kolagen terlibat dalam perkembangan aterosklerosis. Efek
kurkumin(1-25 μM) pada fungsi SMC diuji pada sel-sel otot aorta thoracic tikus yang
distimulasi dengan faktor pertumbuhan turunan trombosit (PDGF) yang disekresikan
ketikamengalami cedera. Kurkuminsecara signifikan mengurangi migrasi, proliferasi,
dan produksi kolagen dalam proses yang dimediasi dengan memblokir pengikatan
PDGF dan transduksi sinyal. Selain itu, kurkuminjuga mengurangi pembentukan
neointima pada tikus dengancedera arteri karotis. Selain itu, kurkumin menstabilkan
p53, protein yang dapat mengaktifkan p21, menyebabkan penghentian siklus seldan
kurkumin(12.5, 25 dan 50 μM) dapatmenghambat akumulasi kolesterol yang
diinduksi ox-LDL dalam SMCs tikus dengan menghambat translokasi nuklir protein-
elemen pengikat elemen respon sterol (SREBP-1) yang terkait dengan katabolisme
kolesterol, dan merangsang ekspresi caveolin-1

Kurkumin adalah antioksidan yang dapat menjadi salah satu tatalaksana


penyakit jantung koroner dikarenakan mampu mnekan pembentukan atersklerosis dan
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini berkaitan dengan salah satu
fungsinya yaitu dapat menghambat kinerja enzim Hmg CoA dan pembentukan
kolesterol dari asam lemak bebas sehingga sintesis lemak dapat berjalan dengan baik.

2. Teh Biji Semangka

13
Semangka merupakan tanaman men-jalar yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh kita. Buah yang bernama lain Citrul-lus lanatus merupakan
tanaman yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika Selatan. Buah semangka
memiliki kulit yang keras semangka juga mengandung 6% gula alami dan 92% air.
Selain itu, buah semangka kaya akan vitamin A, C, B6, B12 sumber senyawa
thiamin, kalium, magnesium, lemak, sodium, kalium, zeaxanthin, protein 30-40%,
kalori yang bermanfaar bagi kesehatan, enzim ure-ase dan sejumlah citrulline atau
asam amino yang sangat baik untuk tubuh kita. Tidak hanya itu saja, biji buah
semangka juga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Khasiatnya dapat dijadikan
penyembuh penyakit jantung. Zat yang terkandung dalam biji semangka mam-pu
membantu megatur tekanan darah. Se-lain itu juga dapat dijadikan sebagai peluruh
kencing, menyejukan radang kandung ke-mih, melembabkan usus, dan
menyehatkan ginjal dan anti kanker. Lycopene merupakan suatu zat yang terdapat
didalam semangka dan biji se-mangka, yang berfungsi sebagai obat zat anti kanker.
Artinya, zat lycopene dapat membas-mi bibit kanker dan memperbaharui jaringan
yang rusak sel kanker dalam tubuh.
Selain bagi penderita tersebut, biji semangka juga bermanfat bagi para lansia
yaitu dapat memu-lihkan kesehatan setelah sakit dan berkhasiat menajamkan daya
ingat. Bahkan menurut se-buah penelitian, biji semangka mempunyai protein yang
setara dengan kedelai.

Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan adalah biji semangka dari buah semangka (Citrullus
lanatus) yang ditanam secara men-jalar. Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah loyang, pisau, oven. Proses Pembuatan Teh Biji Semangka :

a. Proses Pemisahan Bahan


Menyiapkan bahan yang dibutuhkan yaitu buah semangka. Kemudian
memisah-kan antara biji dan daging semangka. Sekitar 100 gram biji
semangka me-nyediakan sekitar 600 kalori yang sama dengan 10 potong roti.
Sekitar 400 kal-ori berasal dari lemak dalam biji se-mangka. Kadar lemak
dalam 100 gram biji semangka adalah sekitar 80% dari kebutuh an makanan
per hari lemak. Sekitar se pertiga dari biji semangka adalah protein, protein
yang sangat esensial seperti lisin. Kuaci biji semangka adalah sumber yang
14
baik dari vitamin B seperti thiamin, niasin, mineral dan folat yang penting
untuk gerakan usus yang sehat dalam pencernaan. Selanjutnya memi-lah dan
mengambil biji yang berkualitas baik. Kemudian untuk daging buah akan
diolah untuk dijadikan sumber produk alternatif rumahan lainnya.
b. Proses Penjemuran
Sebelum melakukan proses pemanggangan, biji semangka sebaiknya
dicuci terlebih dahulu agar bersih dan terhindar dari kuman. Pada tahap ini biji
semangka diletakkan diatas loyang, kemudian dimasukkan kedalam oven.
Kemudian biji semangka dipanggang dengan suhu 3250C selama 10-15 menit.
Atau bisa juga dijemur dengan sinar matahari hingga biji semangka kering.
Proses pemanggangan ini dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam biji
semangka serta un-tuk memudahkan proses selanjutnya yai-tu pada proses
penggilingan.
c. Proses Penggilingan
Selanjutnya biji semangka yang telah dikeringkan masuk pada tahap
penggilingan. Pada tahap ini, biji semangka akan digiling untuk memecah sel-
sel biji semangka. Biji semangka digiling halus hingga menjadi serbuk.
d. Proses Oksidasi
Serbuk teh biji semangka yang telah digiling disimpan pada tempat
atau ruangan yang sejuk dan kering. Pada tahap ini, serbuk teh biji semangka
dibiarkan mengalami oksidasi. Enzim dalam teh akan bekerja dan membentuk
warna, rasa, dan aroma teh biji yang khas.
e. Proses Pengeringan
Serbuk teh biji semangka selanjutnya dikeringkan. Pengeringan serbuk
the biji semangka menggunakan mesin agar suhu yang dihasilkan stabil dan
meng-hasilkan kualitas teh yang baik. Serbuk teh biji semangka dikeringkan
oleh mesin pengering dengan suhu sekitar 49°C kurang lebih selama 20 menit
sampai kadar air dalam teh mencapai 2-3 persen.
3. Daun Seledri
Mekanisme umum tanaman obat dalam mengontrol tekanan darah antara lain,
memberikan efek dilatasi pada pembuluh darah dan menghambat angiotensin
converting enzym (ACE). Penghambatan sistem renin-angiotensin dapat
menurunkan kemampuan ginjal dalam meningkatkan tekanan darah.Banyak jenis
tanaman obat yang dilaporkan mempunyai efek untuk menurunkan tekanan darah

15
tinggi dan salah satunya adalah seledri.Seledri memiliki efek yang baik untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi
(hipertensi).Tekanan darah umumnya mulai turun sehari setelah pengobatan yang
diikuti dengan membaiknya subjektif seperti tidur terasa nyaman, dan jumlah urin
yang dikeluarkan meningkat.
Dalam ilmu botani, daun seledri dikatakan memiliki kandungan Apigenin
yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat
mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang
mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan
mengurangi tekanan darah. Pada pemberian jus seledri dengan cara peras atau di
rebus.
Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat
memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga
aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.
Manitol dan apiin,bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan
cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan
menurunkan tekanan darah
Potasium (kalium) yang terkandung dalam seledri akan bermanfaat
meningkatkan cairan intraseluler dengan menarik cairan ekstraseluler, sehingga
terjadi perubahan keseimbangan pompa natrium–kalium yang akan menyebabkan
penurunan tekanan darah. Salah satu strategi dalam penanganan hipertensi adalah
mengubah keseimbangan Na+.Perubahan keseimbangan Na+biasanya dilakukan
dengan pemberian diuretik secara oral.
Magnesium dan zat besi yang terkandung dalam seledri bermanfaat memberi
gizi pada sel darah, membersihkan dan membuang simpanan lemak yang berlebih,
dan membuang sisa metabolisme yang menumpuk, sehingga mencegah terjadinya
aterosklerosis yang dapat menyebabkan kekakuan pada pembuluh darah yang akan
mempengaruhi resistensi vaskuler. Salah satu senyawa flavonoid yang turut
berperan sebagai kandungan aktif antihipertensi adalah apigenin, suatu flavon
dengan gugus hidroksi bebas pada atom karbon nomor 5,7 dan 4’8.
Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vasorelaksatoratau
vasodilator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme penghambatan
kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium (mekanisme kerja seperti
kalsium antagonis).Antagonis kalsium bekerja dengan menurunkan tekanan darah
16
dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel
otot, maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari
pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan
lancar dan tekanan darah akan menurun.
Seledri juga memiliki kandungan vitamin C. Vitamin C memegang peranan
penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosisyaitu mempunyai hubungan
dengan metabolisme kolesterol.

Cara Pengolahan Seledri

a. Dengan Cara dijus


1) Tambahkan bahan-bahan lain seperti bayam, buah pir, atau air perasan
lemon. Potong kecil-kecil seledri dan bahan lain, lalu masukkan ke
dalam blender.
2) Tambahkan air perasan lemon dan es batu. Kemudian saring jus yang
sudah diblender, sebelum diminum.
b. Sebagai Minuman Segar
Masukkan daun seledri dan daun ketumbar serta gula cair ke dalam
gelas. Tambahkan air perasan lemon atau soda, lalu tambahkan es batu.
c. Sebagai Cemilan
Siapkan batang seledri segar. Potong dengan ukuran sedang, lalu belah
menjadi dua. Tambahkan dua sendok selai kacang pada batang seledri dan
camilan seledri pun siap untuk dinikmati.
4. Buah Mahkota Dewa
Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tanaman asli
yang berasal dari Indonesia yang akhir-akhir ini popular sebagai tanaman yang
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman ini memiliki 1,5-2,5
meter, daunnya tunggal berbentuk lonjong, dan berujung lancip. Buahnya bulat dan
berwarna merahtua jika matang. Tanaman ini berasal dai wilayah timur Indonesia
yaitu Irian dan tumbuh subur pada ketinggian 10-1200 meter di atas permukaan laut
(Azwar Agoes, 2010)
Kandungan Tanaman mahkota dewa mengandung senyawa saponin,flavonoid,
dan saponin.Saponinsebagai fitonutrien,yang sering disebut juga deterjen alam,
bersifat antibakteri dan antivirus. Selain itu, tanaman mahkota dewa dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kadar gula darah, serta
17
mengurangi penggumpalan darah. Kandungan flavonoidpada Buah mahkota dewa
dapat digunakan sebagai antihipertensi sedangkan polifenolberfungsi sebagai
antihistamin (Pranata, 2014),
Menurut Albinur (2011), senyawa yang terkandung di dalam buah mahkota
dewa adalah senyawa flavonoidyaitu senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan, lebih dari 2000 flavonoidyang berasal dari
tumbuhan telah di identifikasi. Hasil penelitian Sudewa (2014) tersebut diketahui
bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolikpada kelompok
intervensi setelah diberikan buah mahkota dewa.Mengkonsumsi buah mahkota
dewa, secara rutin satu kali sehari selama tujuh hari dapat menurunkan tekanan
darah tinggi pada penderita hipertensi. Hal ini membuktikan bahwa buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) efektif untuk menurunkan tekanan darah tinggi(ragil
2011)
Cara pengolahan buah mahkota dewa ini cukup direbus dan diminum setiap
hari.
5. Bawang Putih
Bawang putih mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder yangsecara
biologi sangat berguna bagi tubuh. Asam amino non-volatil γ-glutamil-Salk(en)il-L-
sistein dan minyak atsiri Salk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin merupakan dua
senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu dan menjadi
prekursor sebagian besar senyawa organosulfur lainnya dengan kadarnya
mencapai82% dari keseluruhan(Lachhiramka, 2016).Asam amino non-volatil γ-
glutamil-S-alk(en)il-L-sistein merupakan senyawa intermediet biosintesis dan ini
dibentuk dari jalur biosintesis asam amino. γ-glutamil-Salk(en)il-L-sistein
akanmengalami reaksi enzimatis yang menghasilkan senyawa turunan dengan
melalui dua jalur reaksi, yaitu S-allilsistein (SAC) dan pembentukan thiosulfinat.
Jalur pembentukan thiosulfinat menghasilkan senyawa allisin. Kemudian melalui
jalur ini akan dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin, ajoene, dan senyawa sulfur
lain. Allisin merupakan prekursor pembentukan allil sulfida, misalnya diallil
disulfida (DADS), diallil trisulfida (DATS), diallil sulfida (DAS), metallil sulfida,
dipropil sulfida, dipropil disulfida, allil merkaptan, dan allil metil sulfida. Kelompok
alllil sulfida memilikisifat dapat larut dalam minyak (Kojur J, Vosoughi AR, 2007).
Bawang putih telah banyak diteliti secara in vivo (dengan hewan percobaan)
dan in vitro (dalam tabung kultur). Penelitian yang telah dikembangkan
18
menunjukkan bahwa bawang putih mempunyai efek farmakologis dlam
antitumorigenesis, antibiosis, penghambatan pertumbuhan kanker dan
antianterosklerosis(Mathew BC, 2008).Aterosklerosis merupakan akumulasi
kolesterol, lemak,dan substansi lain yayang menebal didinding pembuluh darah
arteri,sehingga lubang dari pembuluh darah tersebut menyempit dan akan
menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran
darah pada pembuluh darah coroner yang fungsinya memberi oksigen (O2) ke
jantungmenjadi berkurang dan hal inimenyebabkanotot jantung menjadilemah, sakit
dada, serangan jantungbahkan kematian.Penelitian menunjukkanbahwa resiko
terjadinya aterosklerosis atau PJK akan meningkat bila kadar kolesterol darah
meninggi(Ebrahimi Teatall,2015). Bawang putih dapat membantu memperbaiki
fungsi kardiovaskuler karena dapat mengatasi artherosklerosis, hiperlipidemia
,hiperkolesterolemia yang disebabkan adanya radikal bebas. Bawang putih memiliki
antioksidan yang dapat mengimbangi radikal bebas ini (Imelda, M., 2013).
Penelitian menunjukkan bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah yang telah dilakukan pada hewan percobaan dan manusia. Penelitian
menunjukkan pemberian ekstrak umbi bawang putih dengan kandungan 10 mg
alliindan atau 4000 μg allisin dapat menurunkan kadar kolesterol total serum antara
10-12%; kolesterol LDL turun sekitar 15%; kolesterol HDL naik sekitar 10%; dan
trigliserida turun 15%.15-18 Senyawa SAC, SPC dan SEC pada konsentrasi 2–4
mmol/litermampu menghambat kecepatan sintesis kolesterol antara 40–
60%,sedangkan γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein mampu menghambat kecepatannya
hingga 20–35%. Kelompok senyawa allil sulfida, yakni DADS, DATS, DAS,
dipropil sulfida, dipropil disulfida, dan allil meti sulfide pada konsentrasi 0,05–
0,5mmol/liter mampu menghambat 10–15%. Sedangkan alliintidak menunjukkan
aktivitaspenghambatan.18 Ekstrak segar umbi bawang putih 1 g/L
menunjukkan50% inhibitory concentrasi(IC50)pada aktivitas enzimsqualene mono-
oksigenase. Enzim tersebut merupakan enzim yang berperan dalam biosintesis
kolesterol. Senyawa yang menunjukkan aktivitas penghambatanadalah selenosistein
(IC50 = 65 mmol/L), SAC, (IC50 = 110 mmol/L), alliin (IC50 = 120 mmol/L),
DATS (7) (IC50 = 195 mmol/L), dan DADS (IC50 = 400 mmol/L). Reaksi
penghambatan kerja enzim tersebut bersifat irreversibel(Kojur J, Vosoughi AR,
2007). Penelitian lainnya yang dilakukan secara in vitro menggunakan hepatosit
menunjukkan senyawa organo sulfur bawang putih menghambat biosintesis
19
kolesterol.Kemungkinan mekanisme penghambatannya melalui duacara, yaitu:
penghambatan padareaksi enzim hydroxymethylglutaryl-CoAreduktasedan
penghambatan pada reaksi enzimlain,seperti squalene mono-oksigenase dan
lanosterol-14-demethylase(Kojur J, Vosoughi AR, 2007).
Cara pengolahan bawang putih untuk masalah kardiovaskuler ini bisa dikukus
atau direbus. Kukus bawang putih kemudian makan setiap hari atau rebus bawang
putih selama 5 menit, dan konsumsi bersama makanan lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah merupakan salah
satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi
penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Sejaktahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Lebih dari 3 juta
kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun
Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan telah diupayakan sebagai alternatif
untuk penyembuhan penyakit. Namun demikian penelitian dan pengembangan obat
tradisionaldirasakan belum maksimal. Dalam upaya pengembangan tanaman obat
tradisional diperlukan penelitian mengenai kandungan kimia dan efek farmakologisnya.
Dengan adanya penelitian tersebut akan didapatkan data ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dari penggunaan tumbuhan tersebut (Azwar, 1992).

20
DAFTAR PUSTAKA

Harijati, S., Sadjati, I. M., Handayani, S. K., &Dkk. (2017).Optimalisasi Peran Sains&
Teknologi untuk Mewujudkan Smart City.In Universitas Terbuka (Issue June).
http://repository.ut.ac.id/7068/1/UTFMIPA2017-ALL.pdf#page=226

Dwisatyadini, M. (2010).Pemanfaatan tanaman obat untuk pencegahan dan pengobatan


penyakit degeneratif. OptimalisasiPeranSains Dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart
City, 237–270.

Wardhani, R. P., Ningsih, R. R., Ramadhona, R., Astuti, H. P., &Fitriyani, N. (2013).Teh Biji
Semangka (CitrullusLanatus) Sebagai Obat Herbal Alternatif Jantung Dan Anti
Kanker.Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, Vol. 4 No. 2, Juli 2013. http://jurnal.stikes
kusuma husada.ac.id/index.php/JK/article/view/65

Firmansyah, A., &Wahab, M. (2019).Pengaruh Rebusan Buah Mahkota Dewa


(PhaleriaMacrocarpa) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di DesaSendanaKecamatanMambiKabupatenMamasa.Bina Generasi :
Jurnal Kesehatan, 10(2), 95–103. https://doi.org/10.35907/jksbg.v10i2.110

Elidiya, A., Ayu, P. R., Graharti, R., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2019).Efek Curcumin
Sebagai Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. JurnalMedula, 9(1), 244–248.

21
Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201

Chairunnisa, O. P. (2019). LITERATUR REVIEW Efek Bawang Putih( AlliumSativum L )


Sebagai Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. 10(2), 250–254.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.160

Saputra, O., &Fitria, T. (2016).Khasiat Daun Seledri( Apiumgraveolens ) TerhadapTekanan


Darah Tinggi Pada Pasien Hiperkolestrolemia. Majority, 5(April), 1–6.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1087/927

Kementrian Pertanian. (2019). Tanaman obat warisan tradisi nusantara untuk kesejahteraan
rakyat. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat, 1–112.
http://balittro.litbang.pertanian.go.id

22
Lampiran

23
24

Anda mungkin juga menyukai