Anda di halaman 1dari 18

“PRAKTIK KEFARMASIAN DAN RUAG LINGKUP PEKERJAANNYA”

PENGANTAR ILMU FARMASI

Disusun Oleh :
Kelompok VI
1. Marsya Dwi Putpitasari 012224063
2. Cecilya caroline 012224017
3. Dhita Aulia Ramadhani 012224021
4. Claudiah Anastasia 012224019
5. Irma 012224052
6. Humayra 012224048
7. Asti Ferdian 012224011

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)
PELITA MAS
PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukurn atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang
tepat. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Farmasi. Terimakasih penulis ucapakan kepada bapak “Dr. apt. Joni Tandi.,
M.Kes’ selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas makalah ini.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu sebagian


mahasiswa dan mahasiswi Farmasi dan memudahkan dalam pembelajaran mata
kuliah Pengantar ilmu farmasi. Kami juga mengharapkan makalah ini sudah
tersusun dengan baik dan benar. Walaupun kami menyadari masih banyak
kekurangan yang harus kami perbaiki di makalah ini. Tidak lupa juga saya
ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
proses pengerjaan makalah ini.

Palu, 13 November
2022

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
I.1 Latar Belakang.......................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
I.3 Tujuan Penulisan....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
II.1 Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia....................................................6
II.1.1 Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan....6
II.1.2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014...6
II.1.3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. .7
II.1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian............................................................8
II.1.5 Sumpah/Janji Apoteker..........................................................10
II.1.6 Kode Etik Asosiasi Farmasi....................................................10
II.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia......................10
II.2.1 Farmasi Industri......................................................................10
II.2.2 Bidang Klinik/Rumah Sakit....................................................11
II.2.3 Bidang Pemerintahan..............................................................12
II.2.4 Bidang Pengawasan Obat dan Makanan...............................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
III.1 Kesimpulan...........................................................................................17
III.2 Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, darisumber alamatau sintetikyang sesuai, untuk
disalurkandan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
meliputi pengetahuan tentang, pemilahan, aksi farmakologis, pengawetan,
penggabungan, analisis,dan pembakuan bahan obat(narkoba)dan sediaan obat
(obat-obatan). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula distribusi dan
penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep(preskripsi) dokter
berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yangsah,
misalnya dengan cara mengalirkan atau menjual langsung kepada pemakai.

Perkembangan farmasi sangat penting oleh perkembangan orientasi di bidang


kesehatan. "Dunia Kesehatan Organisasi" (WHO) yang beranggotakan negara
-negara di dunia, termasuk Indonesia, pada tahun 80-sebuah mencanangkan
semboyan "Kesehatan untuk Semua ole tahun 2000, yang merupakan tujuan
sekaligus proses yang melibatkan seluruh negara untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya, suatu derajat kesehatan yang memungkinkan
anggota seluruh masyarakat memperoleh kehidupan yang produktif secara
sosial maupun ekonomis. Semboyan tadi dirumuskan melalui suatu konsep
bernama "Primary Health Care" dalam konperensi internasional di Alma Atta
1978, sehingga konsen itu dikenal dengan nama Deklarası Alma Atta.
Deklarasi ini merupakan kunci dalam Cita-cita pengembangan sosio-ekonomi
masyarakat dengan semangat barang dagangan dan keadilan sosial.
Perkembangan terakhir pengembangan di bidang kesehatan pada milenium
baru ini adalah konsep "Paradigma Schar Paradigma schat, bukan paradigma
sakit, berorientasi pada bagaimana mempertahankan keadaan selmt, bukan
adalah pada manusia sakit yang sudah menjadi tugas rutin bidang kesehatan
Jadi jelas perkembangan farmasi yang menjadi bagian dari bidang kesehatan,
juga harus mengikut perkembangan yang terjadi di bidang kesehatan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahu Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia
2. Mengetahui Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia
Seperti halnya negara-negara lain, Indonesia juga telah memiliki banyak
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan
secara umum dan bidang farmasi/obat-obatan secara lebih khusus. Berikut
adalah Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur
kefarmasian di Indonesia (Happy Elda Murdiana, 2019).
II.1.1 Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan
1. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika (PP RI, 2009)
2. Obat radisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes RI,
2012).
3. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/ atau
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh (Departemen Kesehatan RI, 2017).
4. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
II.1.2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Aturan mengenai kesehatan juga terdapat dalam undang- undang.
Dalam undang-undang ini terdapat penjelasan mengenai tenaga
kesehatan. Berikut uraiannya:
Pasal 11
1. Tenaga kesehatan terdiri atas:
a. Tenaga medis,
b. Tenaga psikologi klinis,
c. Tenaga keperawatan,
d. Tenaga kebidanan
e. Tenaga lefarmasian,
f. Tenaga kesehatan masyarakat,
g. Tenaga kesehatan lingkungan,
h. Tenaga gizi,
i. Tenaga keterapian fisik,
j. Tenaga teknisian medis,
k. Tenaga teknik biomedika,
l. Tenaga kesehatan tradisional,
m. Tenaga kesehatan lain.
2. Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis.
3. Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
II.1.3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Bidang kesehatan di Indonesia dibahas dan diatur dalain Undang-
undang Nomor 36 Taluum 2009 tentang Kesehatan.
1. Perbekalan kesehatan.
2. Pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
(supaya aman, bermanfaat, dan bermutu).
3. Pengembangan dan pemeliharaan sediaan farmist d. Standar dan
persyaratan untuk produksi, penyimpanan,
4. pengadaan, serta peredaran narkotika, dan psikotropika.
5. Praktik kefarmasian.
6. Pengamanan makanan dan minuman. g. Pengamanan zat aditif.
Maksud dari praktik kefarmasian dalan Undang-undang ini adalah
tentang pembuatan dan menjaga mutu sediaan farmasi yang
merupakan kewenangan dari ahli farmasi (apoteker). Hal ini sesuai
dengan pasal 98 ayat 2 dari Undang- Undang tersebut yang berbunyi
"Setiap orang yang tidale memiliki keahlian dan kewenangan
dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan
mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat

II.1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian
Peraturan ini dibuat setelah munculnya Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009. Peraturan ini memiliki tujuan seperti yang telali
dijabarkan dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
2009 sebagai berikut.
1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan tarmasi dan jasa
pelayanannya.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penye- lenggaraan
pekerjaan kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien dan masyarakat serta
tenaga kefarmasian sebagai tenaga pelaksana teknisnya.
Menurut PP Nomor 51 taliun 2009, pekerjaan kefarmasian meliputi
beberapa hal berikut.
1. Pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi.
2. Pengamanan.
3. Pengadaan, penyimpanan, dan distribusi
4. Pengelolaan obat.
5. Pelayanan obat atas resep dokter.
6. Pelayanan informasi obat.
7. Pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Peraturan-peraturan ini memberikan efek atau konsekuensi bagi para
pelaksana teknis contohnya apoteker dan para tenaga teknis
kefarmasian (sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan
tenaga asisten apoteker/ SMK farmasi). Konsekuensi-konsekuensi
tersebut antara lain keharusan memberi pelayanan obat yang aman,
berkhasiat, dan ekonomis kepada pasien. Pelaksana teknis juga harus
mampu memberikan kepastian mengenai hasil terapinya. Selain itu,
terdapat pula pemberlakuan asuhan kefarmasian.
Asuhan kefarmasian adalah satu praktik atau pelayanan kefarmasian
yang berfokus pada pasien. Pelayanan ini termasuk mengadakan
interaksi langsung dengan pasien yang berkaitan dengan masalah
obat dan pengobatan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu
kehidupan serta mendatangkan luaran terapi yang optimal. Asuhan
kefarmasian ini menjadikan pasien sebagai prioritas utama dan tidak
hanya berkonsentrasi pada obat, dengan kata lain, pelayanan untuk
kesembuhan pasien diutamakan. Asulman kefarmasian ini memiliki
beberapa implementasi yang berciri- ciri sebagai berikut:
1. Respons yang cepat dan akurat terhadap tanda dan gejala
penyakit (riwayat penyakit dan efek yang tidak diinginkan).
2. Fokus pelayanan kepada pasien (keamanan obat, peresepan
roional, dan biaya hemat).
3. Monitoring dan manajemen.
4. Pemberdayaan pasien dengan liubungan interpersonal.
5. Pengembangan sistem pelayanan.
Para apoteker dan tenaga kefarmasian yang lain dituntut untuk
menjadi seorang yang profesional dalam bidangnya, Dengan menjadi
tenaga yang profesional, malta tiap tindakan akan lebih efektif dan
efisien serta mengurangi risiko kegagalan. Berikut ini adalah
kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh para apoteker dan tenaga
kefarmasian yang lain
1. Kemampuan dalam memecahkan masalah.
2. Memahami rencana asuhan kefarmasian (pharmaceutical rencana
perawatan)
3. Menjadi komunikator yang baik.
4. Selalu belajar.
II.1.5 Sumpah/Janji Apoteker
Lulusan dari sekolah tinggi farmasi atau apoketer memiki tugas yang
berat saat mereka bertugas nantinya. Keselvatan balikan nyawa para
pasien menjadi hal yang dipertaruhkan dari tiap tindakan yang
diambil. Para farmasis harus memiliki dedikasi yang tinggi dan niat
yang lurus dalam menjalankan tugasnya nanti. Untuk menjaga
kualitas pelayanan dari para farmasis, setiap lulusan apoteker akan
melakukan sebuah sumpah.
II.1.6 Kode Etik Asosiasi Farmasi
1. Seorang farmasis sebagai salah satu ujung tombak petugas
kesehatan harus berpegang teguh kepada janji dan sumpah.
2. Seorang farmasis tidak dapat dimaafkan jika dengan sadar
menyerahkan, memproomosikan, dan atau mengedarkan obat-
obatan atau alkes dengan mutu tidak baik.
3. Seorang apoteker harus berbudi luhur dan memberi contoh yang
baik bagi orang lain.
4. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, seorang apoteker harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak
azasi penderita dan melindungi makhluk hidup.
5. Sesama apoteker haru selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik
apoteker.
II.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia
II.2.1 Farmasi Industri
Farmasi di industri farmasi juga terlibat dalam fungsi pemasaran
produk, risetdan pengembangan produk, pengendalian kualitas,
produksi dan administrasi ataumanajemen. Fungsi perwakilan medis
pelayanan (medical service representative) atau ”detailman” yang
bertugas dan langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker
untuk  memperkenalkan produk yang dihasilkan industri farmasi
mungkin juga dijabat seorangFarmasis atau tenaga ahli lain. Namun
paling ideal apabila fungsi itu dipegang seorangFarmasis atau tenaga
ahli lain. Namun paling ideal apabila fungsi itu dipegang seorang
Farmasis karena latar belakang pengetahuannya. Saat ini memang
tidak banyak Farmasisyang mengisi jabatan inikarena jumlah belum
mencukupi, dan lebih dibutuhkan di tempat pengabdian profesi yang
lain. Peningkatan karir jabatan ini dapat mencapainyangkat
pengawas dalam pemasaran produk, dan direktur pemasaran produk
dalam organisasi industri farmasi.

Pada unit produksi dan pengendalian kualitas industri yang


dipersyaratkanseorang Apoteker. Untuk bidang riset dan
pengembangan (R&D = Research andPembangunan) biasanya
diperlukan lulusan pendidikan pascasarjana, meskipun
bukanmerupakan persyaratan.

II.2.2 Bidang Klinik/Rumah Sakit


Farmasi yang bekerja di rumah sakit bertanggung jawab atas
medikasi klinik pasien.Karena pengobatan yang dilakukan
dirumahsakit cenderung kompleks,sebelum mulai bekerja, farmasis
biasanya diwajibkan untuk mengikuti pelajaran tambahan
dan programpelatihansetelahlulus.sedangkan farmasi klinik melayani
perawatan pasien secara langsung untuk mengoptimalkan obat-
obatan dan melarang atau memberikan pengetahuan tentang
kesehatan dan pencegahan penyakit terhadap masyatakat.Farmasi
Rumah Sakit adalah pekerjaan kefarmasiaan yang dilakukan di
rumah sakit pemerintah maupun swastsebuah. Fungsi kefarmasianini
yangsudah sangatberkembang di negaramaju, juga sudah mulai
dirintis di Indonesia dengan pembukaan program spesialisasi
Farmasi Rumah Sakit. Jumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit di
masa depan akan semakin meningkatmeningkat karena 3 hal :
1. Faktor Pertambahan Penduduk.
2. Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di
rumah sakit.
3. Fungsi dan peranan Farmasis Rumah Sakit akan semakin
meningkat dalam berbagaiaspek mengenai penggunaan dan
pemantauan obat

II.2.3 Bidang Pemerintahan


Departemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling
banyak menyerap tenaga Farmasis, terutama Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Minuman (Ditjen POM) dan jajaran Pusat
Pemeriksaan Obat (PPOM) dan Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan (Balai POM) di daerah. Demikian pula Bidang
Pengendalian Farmasi dan Makanan pada setiap Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan (sekarang dihapus, hanya ada Dinas
Kesehatan Propinsi) dan jajaran Dinas Kesehatan sampai ke Daerah
Tingkat II dan Gudang Farmasi. Fungsi utama Farmasis pada
instansi pemerintah yaitu administrastif. pemeriksaan, bimbingan
dan pengendalian. Sejak tahun 2001, telah terjadi perubahan struktur,
Direktorat Badan POM Jendral tidak lagi bernaung di bawah
Departemen Kesehatan, tetapi menjadi Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden RI. Demikian pula struktur Balai (besar,kecil) POM di
daerah tingkat 1, yang langsung berada di bawah Badan POM, tidak
berada di dalam Dinas Kesehatan Provinsi.
Departemen pendidikan dan Kebudayaan merekrut Farmasi untuk
jabatan dosen di perguruan tinggi. Sesuai Tri Dharma Perguruan
Tinggi, maka fungsi seorang Farmasis yaitu telusur dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Persyaratan untuk diterima menjadi dosen yang akan
ditingkatkan menjadi lulusan Pascasarjana, atau memiliki Sertifikat
Program Mengajar PEKERTI/AA (Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional/Pendekatan Terapan), yaitu program
penataran dosen dalam aktivitas instruksional atau proses belajar
mengajar. Sebagai tenaga kesehatan, seorang Farmasis atau Apoteker
diwajibkan untuk mengabdi pada negara selama 3 tahun setelah lulus
ujian Apoteker sebelum dapat melakukan praktik pribadi. Wajib
kerja sarjana ini dikenal sebagai Masa Bakti Apoteker (MBA) yang
dapat dilaksanakan pada instansi pemerintah seperti tersebut di atas
atau penugasan khusus dari Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan sebagai wakil Menteri Kesehatan di daerah. Dengan
dihapuskannya Kantor Wilayah, tugas ini diambil alih Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi.

II.2.4 Bidang Pengawasan Obat dan Makanan


Ada beberapa aspek dalam bidang ini, yaitu:
1. Produksi
Bagian produksi bertugas menjalankan proses produksi sesuai
prosedur yang telahditetapkan dan sesuai dengan ketentuan
CPOB dan cGMP terbaru dan harus selalu updatekarena obat
merupakan komoditas yang memerlukan perlakuan khusus dari
bahan bakusampai pengemasan obat.
2. Pengawasan mutu (QC)
Bagian pengawasan kualitas (QC) bertanggung jawab penuh
dalam seluruh tugas pengawasan mutu mulai dari bahan
awal,produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.
3. Pemastian mutu (QA) 
Bagian pemastian Bersama (QA) tugas untuk memverifikasi
seluruh pelaksanaan proses produksi,pemastian pemenuhan
persyaratan seluruh sarana penunjang produksi,dan pelulusan
produk jadi. Dalam hal ini,pemastian Bersama adalah suatu
konsep luas yang mencakup semua hal yang akan mempengaruhi
mutu dari obat yang dihasilkan, seperti personel, sanitasi dan
higiene, bangunan, sarana penunjang, dan lain-lain.
4. Penelitian dan pengembangan (Penelitian &
PengembanganR&D)
Bagian penelitian dan pengembangan, baik untuk obat baru
ataupu, saya juga produk  farmasis atau apoteker berperan dalam
menentukan formula, teknik pembuatan, dantentukan spesifikasi
bahan baku yang digunakan, produk antara, dan produk jadi.
Pengembangan produk ini dilakukan mulai dari skala
laboratorium, skala pilot, hingga skala produksi.Dibeberapa
industri, bagian pengembangan produk juga bertanggung jawab
terhadap desain kemasan produk .
5. PPIC (Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan )
Bagian ini bertugas merencanakan produksi dan mengendalikan
keseimbangan antara persediaan dengan permintaan sehingga
tidak terjadi (terlalu banyak menimbun)  maupun kekurangan
stok .BagianPPIC ini biasanya juga bergabung dengan bagian
gudang (gudang bahan baku, bahan kemas,dan produk jadi) dan
dikepalai oleh seoranga poteker.
6. Pembelian
Bagian pembelian melayani pembelian bahan baku dan bahan
kemas yang dibutuhkan baik untuk proses produksi, proses
penelitian dan pengembangan produk, maupun untuk  penguji-
pengujian yang dilakukan QC. Kepala atau manager pembelian
sebaiknya seorang apoteker karena apotekerlah yang mengetahui
tentang bahan baku dan bahan kemas itu sendiri beserta
dokumen-dokumen penyertanya sehingga perusahaan tidak salah
memilih atau tertipu oleh pemasok  (pemasok bahan baku atau
bahan kemas).
7. Registrasi
Dalam Registrasi Obat Ke Badan POM Diperlukan dokumen-
dokumen yang harus disiapkan,seperti dokumen bahan aktif,
formula, proses pembuatan, data uji disolusi terbanding, data
ujisiapa, BA/BE dan lain-lain. Istilah data-datatapi yang mengerti
adalah seorang farmasis.
8. Bidang penanganan dan pengawasan narkotika danpsikoterapika
9. Bidang masyarakat
Apotek menjadi tempat yang paling banyak digunakan farmasis
profesional untuk menerapkan ilmunya. komunitas farmasi yang
lebih mengarah ke bisnis dan hubungandengan pasien Namun
sekarang sebagian farmasis mulai beralih ke perusahaan-
perusahaankeperluan rumah tangga seperti kosmetik, sampo,
makanan, dll.Farmasis atau Apoteker memberikan kesan umum
bahwa tempat kerja seorang farmasidi hanyalah Apotik, yaitu
salah satu tempat pengabdian profesi seorang
Apoteker. SeorangFarmasis di Apotik langsung berhadapan
dengan masyarakat sehingga fungsi tersebutdekat dalam Farmasi
Masyarakat (Apotek Komunitas). Fungsi FarmasiMasyarakat di
Apotik merupakan kombinasi seorang profesional dan
wiraswastawan. Dengandikeluarkannya Peraturan Pemerintah
No. 25/80 tentang Apotik, bahwa Apotik adalah
tempat pengabdian profesiseorang Apoteker,maka semakinbesar
harapa yangdiberikan pemerintahkepada para Farmasis, baik dari
segi jumlah tenaga farmasi maupun dari segi
kemampuan profesionalnya.
10. Bidang akademik 
Semua bentuk pengetahuan dapat dibeda-bedakan atau terlihat
dalam berbagaikategori atau bidang yang terjadi seperti yang
terjadi di bidang ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu yang
menghapus dari kajian filsafat, yaitu Seni (Arts),Etika (Etika),
dan Sains (Ilmu Pengetahuan). Disatu pihak Farmasi tergolong
teknis seni (technical arts) apabila ditinjau dari segi
pelayanandalam penggunaan obat; di pihak lain Farmasi juga
bisa dibilang dalam ilmu - ilmu pengetahuan alam.Dalam
pemulihan pengelompokan bidang ilmuatau kategori diatas
digunakan kriteria 
1. Obyek ontology
Di sini ditinjau obyek apa yang ditelaah sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut.Sebagai contoh obyek
ontology dalam bidang Ekonomisudah ada hubungan
manusia dan benda atau jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup; obyek telaah pada Manajemen menemukan
kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah
disetujui bersama;obyek ontology pada Farmasi sudah ada
obat dari segi kimia dan fisika,segiterapetik, pengadaan,
pengolahan sampai pada penyerahannya ke yang
m emerlukan.
2. Landasan epistemologis, yaitu cara atau metode apa yang
digunakan untuk memperolehnya pengetahuan tersebut.
Contoh landasan Epistemologi Matematika sudah ada
logikadeduktif. Landasan epistemologis kebiasaan sehari-hari
adalah pengalaman dan akal sehat; landasanepitemologis
Farmasi adalah logika deduktif dan logika induktif dengan
pengajuan hipotesis,yang juga dinamakan metode logiso-
hipotetiko-verifikatif.
3. Landasan aksiologis, yaitu membatasi apa nilai kegunaan
pengetahuan tersebut. nilaikegunaan pencak silat, matematika
dan farmasi sudah jelas berbeda. Dalam hal ini nilaikegunaan
atau landasanologis Farmasi dan Kedokteran itu sama karena
kedua-duanya bertujuan untuk kesehatan manusia. Sebagai
ilmu, Farmasi menelaah obat sebagai ”materi”, baik yang
berasal dari alam maupun sintesis (sama dengan bidang
Kimia dan Fisika) dan menggunakan metode logika-
hipotetiko-verifikatif sebagai metode telaah yang sama
seperti yang digunakan pada bidang Ilmu
PengetahuanAlam. Oleh karena itu, Farmasi merupakan ilmu
yang dapat dilihat dalam bidang sains.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Semua ilmu adalah ilmu, tetapi tidak semua ilmu dapat disebut
ilmu.Manusia memiliki perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera,
intuisi, dan mampuKumpulkan gejala-gejala alam lalu
mengabstraksikannya dalam bentuk ketahuan atau pengetahuan;misalnya
kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Apa yang diperoleh dalam
prosesmengetahui itu dilakukan tanpa memperhatikan obyek, cara (cara
mengetahui) dankegunaannya, maka pengetahuan ini ketahuan dalam
ketahuan atau, dalam Bahasa Inggris disebut "knowledge".Ilmu atau
”Science” adalah pengetahuan yang diperoleh melalui”metode ilmiah”,
yaitu suatu cara yang menggunakan syarat-persyaratan tertentu, melalui
langkah yang dilakukan dengan disiplin penuh.

Dari kajian di atas terlihat bahwa di samping sebagai Ilmu atau Sains,
Farmasimeliputi pula pelayanan obat secara profesional. Istilah Profesi
dan Profesional saat inisemakin dikaburkan karena banyak digunakan
dalam shalat kaprah. Semua pekerjaan (pekerjaan,liburan, pekerjaan) dan
keahlian (keterampilan) dimasukkan sebagai profesi. Demikian pula istilah
profesional sering digunakan sebagai lawan kata amatir

III.2 Saran
Diharapkan para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
setelah membaca makalah ini serta pembaca juga disarankan untuk
mencari referensi lebih lanjut mengenai protein serta pemurnian protein.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotik. Kemenkes, 1–36.

Happy Elda Murdiana. (2019). Pengantar Ilmu Farmasi. Pustaka Baru Press.

Permenkes RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Kemenkes.

RI, P. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009


Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pemerintah Republik Indonesia. .

Anda mungkin juga menyukai