Anda di halaman 1dari 27

LABORATORIUM FARMAKOLOGI – BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM METODE FARMAKOLOGI


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN V
“DIURETIK”

DISUSUN OLEH:
NAMA : 1. NUR EKASANDRA G 701 18 019
2. MUHAMMAD FAYQHALI BNU MADANI G 701 18 068
3. FITRI ANGGUN SOLEHA MARZUKI G 701 18 085
4. ANJELITA G 701 18 211

ASISTEN : NI GUSTI ATU KADEK SRI HANDAYANI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Diuretik adalah zat-zat yang memperbanyak pengeluaran urine (diuresis)
melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang
menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung
tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat
kontraksi jantung (digoxin, teofilin) memperbesar volume darah (dextran)
atau merintangi sekresi hormon antidiuretik Adh(air, alkohol). Fungsi
utama ginjal adalah memelihara cara pemurnian darah dengan
mengeluarkan darah dari semua zat asing dan sisa pertukaran (Tjay dan
Kirana, 2015).

Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi ion ion Na+


sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja
khusus terhadap tubuli ginjal pada tempat yang berlainan pada tubulus
proksimal di sini 70% ultia filtrat diserap kembali dalam kurung (glukosa,
ureum, ion, Na+ dan Cl-). Pada lengkungan henle (henle’s loop) disini
20% ion Cl- iangkut secara aktif kedalam tubuli dan disususl secara pasif
oleh ion Na+ tetapi tanpa air, sehingga Filtrat menjadi hipotonik terhadap
plasma. Pada tubulus distal bagian depan ujung henle’s loop dalam
korteks, di sini ion Na+ diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air,
sehingga Filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonik. Pada tubulus distal
bagian belakang diserap kembali secara aktif dan terjadi pertukaran ion
K+, H+ dan NH4+.Proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron (Tim MGMP Pati, 2015).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui


efek berbagai dosis obat diuretik dan dapat mengevaluasinya serta dapat
mengetahui metode kerja farmakologi berbagai kelompok diuretik inilah
yang melatarbelakangi percobaan ini.
I.2 Tujuan Percobaan
a. mengetahui berbagi dosis diuretika.
b. mengetahui kerja metode farmakologi berbagi kelompok diuresis.
c. mengetahui cara mengevaluasi efek diuretik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Diuretik adalah senyawa yang dapat meningkatkan volume urin diuretik
bekerja terutama dengan meningkatkan ekskresi ion ion Na + dan CL
minus atau HCO3 - yang merupakan elektrolit utama dalam cairan luar sel.
Diuretik juga menurunkan reabsorpsi elektrolit di tubulus renalis dengan
melibatkan proses transpor aktif. Diuretik terutama digunakan untuk
mengurangi sembab atau edema yang disebabkan oleh meningkatnya
jumlah cairan luar sel pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan
jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligouria sirosis, hepatik keracunan
kehamilan, glaukoma, hiperkalsemi, diabetes insipidus dan sebab yang
disebabkan oleh gangguan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen.
Diuretik juga digunakan sebagai penunjang Pada pengobatan hipertensi
(Siswandono, 2016).

Diuretik Loop bekerja di dalam lumen.ascending Limb dari Loop of henle.


Diuretik Loop merupakan anion organik yang menghambat Na,K, 2Cl
conransporter yang diekspor diekspresikan pada membran apikal sel thick
ascending Limb bagian medula dan korteks ginjal dan segmen macula
densa.Senyawa ini merupakan diuretik yang paten karena sekitar 25%
reabsorpsi natrium terjadi di thick ascending Limbdari Loop of henle dan
collecting ducts. Diuretik Loop juga menghambat reabsorbsi kalium,
kalsium dan magnesium pada Loop of henle di mana sekitar 25% kalium
25% kalsium dan 60% magnesium diabsorbsi secara normal diuretik Loop
diserap cepat (Pikir dkk, 2015).

Menurut (Tim MGMP Pati, 2015) diuretik terbagi menjadi 2 golongan


a. Diuretik kerja umum diuretik kerja umum dapat dibagi menjadi tiga
yaitu berdaya kerja Kuat atau diuretik lengkungan misalnya furosemid
bumetanide dan asam etakrinat diuretik ini bekerja cepat tetapi singkat
hanya 4 sampai 6 jam berdaya kerja sedang (saluretika) misalnya
hidroklorotiazid, chlorthalidone, loperamida, indapamide. Berdaya
kerja Lemah atau diuretik hemat kalium misalnya spironolactone,
amiloride dan triamteren
b. Diuretik dengan kerja khusus dibagi dua kelompok yaitu diuretik
osmotik misalnya manitol sorbitol, gliserol dan ureum. Parintang
karbohidrase misalnya asetazolamid dan diklofenak bekerja dengan
merintangi enzim karbonat anhidrase di sel-sel tubuh.

Agen diuretik merupakan berbagai senyawa yang mampu meningkatkan


volume urine yang menyebabkan tubuh kehilangan kelebihan
cairannya.Diuretik mampu meningkatkan laju pengeluaran urine dan
ekskresi sodium serta digunakan untuk menyesuaikan volume dan
komposisi cairan tubuh pada berbagai situasi klinis seperti hipertensi,
gagal ginjal, gagal jantung, sindrom nefritik dan sirosis.Penelitian
sebelumnya menunjukkan efek diuretik dan infusa daun putri malu
sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap ekstrak daun putri
malu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek diuretik dan mulai
kerja ekstrak etanol daun putri malu 420 gram / 14 mL (Sari dkk, 2015).

Manurut Suri FW 2017 klasifikasi diuretik adalah sebagai berikut


a. Diuretik osmotik manitol sorbitol
b. Penghambat karbohidrase (asetazolamid)
c. Diuretik jerat henle tipe furosemid ( furosemid, bumatamid,
pirentamid)
d. Diuretik jerat henle yang lain ( asam etakrinat)
e. Diuretik tiazid (benzotiadiazin sebagai hidroklortiazid, mefrusid,
xipamid)
f. Diuretik hemat kalium ( dpironolakton)
g. Diuretik hemat kalium tidak bergantung pada aldosteron.
II.2 Spesifikasi Hewan Uji
1. Rattus norvegicus (tikus putih) (Rejeki, 2018)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Maamalia BB : 200-250 gram
Ordo : Rodentia JK : Jantan / betina
Family : Munnane Usia: Dewasa (3-4 bulan)
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus L

II.3 Uraian Bahan


1. Aquadest ( FI III, 1979; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/ 18,02
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak memiliki rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : -
2. Etanol (FI Edisi III, 1979 : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol / Alkohol
RM/BM : C2H6O / 46,07
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap


dam mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
dan mudah terbakar, dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larutdalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Disinfektan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk jauhdari nyala api.
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 94,7 %v/v atau
92,0 % dan tidak lebih dari 95,2 % v/v atau
92,7 % C2H6O.
3. Na CMC (FI Edisi III, 1979 : 620)
Nama Resmi : KARBOKSIMETIL SELULOSA NATRIUM
Nama lain : Carboxymthyl Celullosa sodium
RM/BM : - /-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk atau garam putih hingga krem,
higroskopis
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam etanol dan
membentuk larutan koloidal tidak larut dalam
etanol, eter dan pelarut organik lain.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pensuspensi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak
lebih dari 9,5 % Natrium (Na)
II.3 Uraian Obat
1. Furosemid (Mims, 2020)
Indikasi : Edema terkait dengan gagal jantung dan
edema paru akut

Dewasa PO Edema terkait dengan gagal


Dosis :
jantung awal: 40 mg/ hari, dapat berkurang
menjadi 20 mg/ hari atau 40 mg pada hari-
hari alternative

Furosemide dapat menghambat rearbsorpsi


Mekanisme kerja :
Na dan Cl terutama dibagian dari edulla dari
Loop naik henle. Eksresi kalium dan amonia
juga meningkat. Sementara eksresi asam urat
berkurang. Furosemide meningkatkan
aktifitas plasmarenin, plasma norepinefrin dan
plasma argininfasopresin

Penyerapannya cukup cepat diserap disaluran


GI, ketersediaan hayati sekitar 60-70%.
Farmakokinetik : Ekskresi terutama melalui urin sebagai obat
yang tidak berubah. Waktu paruh hingga
sekitar 2 jam

Dehidrasi, gangguan elektrolit, hipertensi dan


toksisitas jantung, alkaloris hipkloremik,
hypokalemia, pengurangan volume darah
Efek samping :

Obat keras

Diuretic loop

Golongan obat :

Kelas terapi :
2. Hidroklorotiazid (Mims, 2020)
Indikasi : Hipertensi dan Edema

Dosis : Dewasa : PO HTM awal : 12,5 mg/hari,


dapat meningkat menjadi 25-50 mg sekali
sehari, baik tunggal atau dengan
antihipertensi lainnya. Edema : 25-100
mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi

Hydrochlorothiazide menghambat
Mekanisme kerja :
reabsorbsi Na dalam tubulus distal yang
menyebabkan peningkatan ekskresi Na dan
air termasuk ion dan hydrogen

Penyerapan yang cukup cepat dari saluran


Farmakokinetik :
GI makanan mengurangi tingkat penyerapan
waktu untuk memuncak konsentrasi plasma
kira-kira 4 jam. Ketersediaan hayati : sekitar
65-70%. Eksresi melalu urin sebagai obat
yang tidak berubah. Waktu paruh plasma :
kira-kira 5-15 jam.

Kekurangan elektrolit dan dehidrasi

Obat keras
Efek samping :
Derivat tiazid
Golongan obat :

Kelas terapi :
3. Spironolakton (Mims, 2020)
Indikasi : Edema, sirosishepatis dengan ascites dan
edema. Diagnosis hiperaldoteronisme
primer, hipertensi, hipoklasemia.

Dewasa : PO edema awal : 100 mg/hari,


Dosis : dapat menyesuaikan dosis sesuai dengan
respon hingga 400 mg/hari

Spironolaktum bekerja pada tubulus distal


ginjal sebagai antagonis kompetitif
Mekanisme kerja : aldosterone. Spironolaktum meningkat
ekskresi NaCL dan air sambil menghemat
ion K dan hydrogen.

Penyerapannya dengan baik dari saluran GI.


Peningkatan penyerapan bersama makanan,
ketersediaan hayati : 90%. Ekskresi melalui
Farmakokinetik :
urin dan feses sebagai metabolit. Waktu
paruh plasma : 1,3 jam (Spironolaktum) :
2,8-11,2 jam (metabolit aktif).

Mengantuk, mual, muntah, diare, pusing dan


eritematosa

Obat keras
Efek samping :
Hemat kalium

Golongan obat :

Kelas terapi :
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1. Alat dan Bahan


III.1.1. Alat
1. Kandang
2. Dispo
3. Gelas kimia
4. Sonde
5. Lumping dan alu
6. Batang pengaduk
7. Wadah urin (POT)

III.1.2. Bahan
1. Aquadest
2. Ethanol
3. Na-CMC
4. NaCl fisiologis 0,9%
5. Masker
6. Handscoon

III.1.3. Obat Uji/Sampel


1. Furosemid 40 mg/kgBB
2. Furosemid 80 mg/kg/BB
3. Spironolaktum 25 mg/kgBB
4. Hidroklorotiazid 25 mg/kgBB

III.1.3. Hewan Uji


1. Tikus Putih ( Rattus norvegicus)
III.2.Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diberikan aquadest hangat secara oral sebanyak 5 mL pada tikus
3. Diberikan NaCl 0,9% secara IP, furosemide 40 mg/kgBB dan 80
mg/kgBB secara IP, hidroklorotiazid 23 mg/kgBB secara IP, dan
Spiromolakton 25 mg/kgBB secara IP.
4. Dimasukkan tikus kedalam kandang khusus
5. Ditampung urin tikus pada wadah urine
6. Dicatat frekuensi tikus mengeluarkan urine selama 30’, 60’, dan 90’
serta diamati warna urine dan kejernihannya.
7. Dihitung volume kumulatif urine
8. Diolah data menggunakan grafik batang.
III.3.Skema Kerja

Alat dan Bahan

Tikus diberikan aqua hangat


secara PO 5 mL

NaCl 0,9 % Furosemid 40 Furosemid 80 Hidroklorotiazid Spironolakton


IP mg/KgBB IP mg/KgBB IP 25 mg/KgBB IP 25 mg/KgBB IP

Dimasukkan tikus ke
kandang khusus

Tampung urine tikus pada


wadah urine

Catat frekuensi urine selama


30’ 60’ 90’ serta warna dan
kejernihan

Hitung volume kumulatif


tikus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


1. NaCl Fisiologis 0,9% (IP)
Frekuensi %
Volume
Tikus Warna Kejernihan Volume
30’ 60’ 90’ Komulatif
Komulatif
1 1 1 - Bening Jernih 1 ml 20%
2 1 1 2 Kuning Jernih 2,1 ml 40%
Rata-rata % Volume Komulatif 31%

2. Furosemid 40 mg/kg (IP)


Frekuensi %
Volume
Tikus Warna Kejernihan Volume
30’ 60’ 90’ Komulatif
Komulatif
3 2 2 2 Kuning Jernih 3,3 ml 66%
4 1 - 2 Kuning Jernih 2,1 ml 42%
Rata-rata % Volume Komulatif 54%

3. Furosemid 80 mg/kg (IP)


Frekuensi %
Volume
Tikus Warna Kejernihan Volume
30’ 60’ 90’ Komulatif
Komulatif
5 2 1 3 Kuning Jernih 3,2 ml 64%
6 - 2 4 Kuning Jernih 2,8 ml 46%
Rata-rata % Volume Komulatif 60%
4. Hidroklorotiazid 25 mg/kg (IP)

Frekuensi %
Volume
Tikus Warna Kejernihan Volume
30’ 60’ 90’ Komulatif
Komulatif
7 2 2 1 Kuning Jernih 2,8 ml 56%
8 1 1 4 Kuning Jernih 3,5 ml 70%
Rata-rata % Volume Komulatif 63%

5. Spironolakton 25 mg/kg (IP)


Frekuensi %
Volume
Tikus Warna Kejernihan Volume
30’ 60’ 90’ Komulatif
Komulatif
9 3 2 2 Kuning Jernih 3,5 ml 70%
10 1 2 2 Kuning Jernih 3 ml 60%
Rata-rata % Volume Komulatif 65%

IV.2 Analisis Data

1) NaCl fisiologis 0,9%


222 g 1
VP1 (222 g) = x x 5 ml
222 g 2
= 2,5 ml
187 g 1
VP2 (187 g) = x x 5 ml
222 g 2
= 2,1 ml
- Volume komulatif urine :
a. Tikus 1, Vol. urine = 1 ml
Vol . Komulatif urine
% Vol. Komulatif = x 100%
Vol . Air hangat
1ml
= x 100%
5 ml
= 20%
b. Tikus 2, Vol. urine = 2,1 ml
2,1ml
= x 100%
5 ml
= 42%
VK 1+VK 2
- Rata-rata % Vol. Komulatif =
2
20 %+ 42 %
=
2
= 31%
2) Furosemid 40 mg/kg BB
KD = Dosis manusia x FK
= 40 mg/70 kg BB x 0,018
= 0,2 mg/200 g
= 0,0036 mg/g
0,0036 mg/gx 234 g
Stok = 1
x 5 ml
2
= 0,34 mg/ml
0,0036 mg/gx 234 g
VP3 = 0,34 mg/ml
= 2,5 ml
0,0036 mg/gx 225 g
VP4 = 0,34 mg/ml
= 2,4 ml
- Volume Komulatif urine:
a. Tikus 3, Vol. urine = 3,3 ml
3,3 ml
= x 100%
5 ml
= 66%
b. Tikus 4, Vol. urine = 2,1 ml
2,1ml
= x 100%
5 ml
= 42%
VK 3+VK 4
- Rata-rata % Vol. Komulatif =
2
66 %+ 42 %
=
2
= 54%
3) Furosemid 80 mg/kg BB
KD = Dosis manusia x FK
= 80 mg/70 kg BB x 0,018
= 1,44 mg/200 g
= 0,0072 mg/g
0,0072mg /gx 234 g
Stok = 1
x 5 ml
2
= 0,67 mg/ml
0,0072mg /gx 234 g
VP5 = 0,67 mg/ml
= 2,5 ml
0,0072mg /gx 211 g
VP6 = 0,67 mg /ml
= 2,3 ml
- Volume Komulatif urine:
a. Tikus 5, Vol. urine = 3,2 ml
3,2ml
= x 100%
5 ml
= 64%
b. Tikus 6, Vol. urine = 2,8 ml
2,8 ml
= x 100%
5 ml
= 56%
VK 5+VK 6
- Rata-rata % Vol. Komulatif =
2
64 %+ 56 %
=
2
= 60%
4) Hidroklorotiazid 25 mg/kg BB
KD = Dosis manusia x FK
= 25 mg/70 kg BB x 0,018
= 0,45 mg/200 g
= 0,00225 mg/g
0,00225 mg/gx 245 g
Stok = 1
x 5 ml
2
= 0,22 mg/ml
0,00225 mg/gx 245 g
VP7 = 0,22 mg/ml
= 2,5 ml
0,00225 mg/gx 223 g
VP8 = 0,22 mg/ml
= 2,3 ml
- Volume Komulatif urine:
a. Tikus 7, Vol. urine = 2,8 ml
2,8 ml
= x 100%
5 ml
= 56%
b. Tikus 8, Vol. urine = 3,5 ml
3,5 ml
= x 100%
5 ml
= 70%
VK 7+VK 8
- Rata-rata % Vol. Komulatif =
2
56 %+70 %
=
2
= 63%
5) Spironolakton 25 mg/kg BB
KD = Dosis manusia x FK
= 25 mg/70 kg BB x 0,018
= 0,45 mg/200 g
= 0,00225 mg/g
0,00225 mg/gx 253 g
Stok = 1
x 5 ml
2
= 0,23 mg/ml
0,00225 mg/gx 253 g
VP9 = 0,23 mg/ml
= 2,5 ml
0,00225 mg/gx 237 g
VP10 = 0,23 mg/ml
= 2,3 ml

- Volume Komulatif urine:


a. Tikus 9, Vol. urine = 3,5 ml
3,5 ml
= x 100%
5 ml
= 70%
b. Tikus 10, Vol. urine = 3 ml
3 ml
= x 100%
5 ml
= 60%
VK 9+VK 10
- Rata-rata % Vol. Komulatif =
2
70 %+60 %
=
2
= 65%
IV.3 Pembahasan
Diuretik merupakan obat yang digunakan untuk meningkatkan laju aliran
urine dan sekresi natrium serta digunakan untuk mengatur volme atau
komposisi cairan tubuh pada berbagai keadaan klinis (Yulinah dkk, 2015).

Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui efek dari obat diuretic,
farmakologi dari jenis-jenis golongan obat diuretic, serta mampu
mengevaluasi efek diuretik.

Prinsip dari percobaan ini adalah mengetahui efek dari obat diuretic dengan
menggunakan hewan uji, dimana aquadest hangat diberikan secara oral
kemudian mengamati hewan uji setelah diberi perlakuan dengan berbagai
dosis pemberian.

Cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama menyiapkan alat dan bahan
yang digunakan.Kemudian diabil 10 ekor tikus dan diberikan secara PO
aquadest hangat sebanyak 5 ml. alasan pemberian aquadest hangat adalah
sebagai indicator untuk meperjelas efek diuretic pada hewan uji. Kemudian
biarkan selama 10 menit dan pisahkan tikus dalam 5 kelompok, dimana
tikus secara berturut-turut diberikan NaCl 0,9%, Furosemid 40 mg,
Furosemid 80 mg, Hidroklorotiazid 25 mg, dan Spironolakton 25 mg secara
IP. Alasan perlakuan hewan uji secara IP adalah agar efek obat dapat lebih
cepat muncul karena IP lebih cepat diserap.Selanjutnya, masukkan kembali
hewan uji dalam kandang penampung urine dan diamati pada menit ke 30’,
60’, dan 90’.Hasil pengamatannya dicatat dan didokumentasikan.

Hasil yang didapatkan dari pengamatan yaitu pada pemberian NaCl 0,9%,
rata-rata % volume komulatifnya yaitu 31%. Pada pemberian Furosemid 40
mg, rata-rata % volume komulatifnya yaitu 54%.Pada pemberian Furosemid
80 mg, rata-rata % volume komulatifnya yaitu 60%.Pada pemberian
Hidroklorotiazid 25 mg, rata-rata % volume komulatifnya yaitu 63%.Pada
pemberian Spironolakton 25 mg, rata-rata % volume komulatifnya yaitu
65%.

Dilihat dari hasil rata-rata % volume komulatifnya antara Furosemid 40 mg


dan Furosemid 80 mg, dapat dilihat bahwa Furosemid 80mg memiliki
frekuansi lebih banyak. Hasil ini sesuai dengan literatur Wahyu (2011)
menyatakan bahwa semakin tinggi dosis maka semakin tinggi aktivitas
dalam pemberian efek.

Selain itu berdasarkan hasil yang di dapatkan dapat dilihat bahwa pada obat
Hidroklorotiazd dan Spironolakton memiliki hasil % volume komulatif yang
lebihbanyak dibandingkan dengan NaCl 0,9% . hal ini dikarenakan NaCl
0,9% tidak mengandung zat aktif yang dapat meningkatkan volume urie
sehingga NaCl 0,9% hanya sebagai kontrol negatif.

Pada pemberian rute IP proses absorbs lebih cepat namun memiliki


kekurangan yaitu resiko kesalahan dalam penyuntikan dimana organ vital
dapat terinjeksi. Sehingga pemberian secara IP tidak diberikan pada manusia
karena bahaya infeksi yang terlalu besar (Nurwati dan Mita, 2017).

Proses pembentukan urine adalah pertama penyaringan (filtrasi) yang terdiri


dari glomerulus dari hasil penyaringan kemudan maasuk kedalam kapsula
bousman sebagai urine primer. Lalu tahap penyerapan kembali (reabsorpsi)
urine primer saat melewati saluran dekat glomerulus yang terdapat dalam
sum-sum ginjal. Terakhir adalah proses ekskresi dimana urine dan tambahan
zat sisa lainnya akan dikeluarkan, terjadi di tubulus kontartus distal (Biomed
dan Furqonita, 2017).

Mekanisme kerja dari onat Furosemid yaitu mencegah reabsorpsi natrium,


klorida dan kalium pada bagian medulla, diloop henle.Meningkatkan
aktivitas plasma rennin, plasma feropinefrin, dan plasma angins vasopressin
(MIMS, 2020).
Mekanisme kerja Spironolakton yaitu bekerja pada tubulus ginjal distal,
sebagai antagonis kompetitif ardosteran.Meningkatkan ekskresi NaCl dan
air sambil serta menghemat ion K dan hydrogen (MIMS, 2020).

Mekanisme kerja Hidroklorotiazid yaitu menghambat penyerapan Na dalam


tubulus distal, menghasilkan peningkatan ekskresi Na, K, Mg, ion hydrogen
dan air (MIMS, 2020).

Menurut Sinaga dkk (2012) Furosemid merupakan diuretik kuat yang


bertitik kerja di lengkungan henle.Furosemid bekerja dengan menghambat
reabsorpsi natrium sehingga meningkatkan ekskresi air.Warna urine yang
dihasilkan beragam yaitu kekuningan dan bening (pucat).

Aplikasi dalam bidang farmasi pada percobaan ini yaitu seorang farmasis
dapat mengetahui efek peningkatan dosis serta jenis obat golongan diuretik
yang beredar di masyarakat.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diuretik adalah obat yang menambah kecepatan pembentukan urine.
2. Hasil yang diperoleh dari rata-rata % komulatif yaitu Nacl 0,9% 31%,
furosemid 40 mg/kg/BB,54%, furosemid 80 mg/kg/BB 60%
Hidroklorotiazid 63% dan spironolacton 25 mg/kg/BB 65%.
3. Furosemid merupakan obat diuretik yang memberikan efek paling
besar.

V.2 Saran
Diharapkan praktikkan dapat lebih aktif pada saat praktikum sehingga
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Biomed & Furqonita.(2017). Farmakologi Dasar.Agremedia : Jakarta

Departemen Kesehatan. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta;


Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta;


Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Mims Indonesia.(2020). Spesifikasi Obat.Diakses pada 4 April 2020.

Nurwati & Mita.(2017). Farmakologi. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Piklir dkk.(2015) .Hiportensi menejemen komprehensif.Surabaya


;AirlanggaUniversity press.

Sari, D. R. (2015).Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Herba Ruku-Ruku (Ocimum


Tenuiflorum L.) Terhadap Tikus Wistar Jantan.Jurnal farmasi. Fakultas
MIPA (UNISBA).

Sinaga N. A. R, dkk. (2012). Pengujian Efek Diuretik Sari wortel Pada Tikus
Putih Jantan Galur wiskers.UNSRAT : Manado

Siswandono.(2016). Kimia Medisinal.Surabaya; UNAIR Press.

Suri., F., W. (2017). Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Biji Jagung Pada
Tikus Jantan Galur Wister. Jurnal farmasi, Surakarta : Universitas Setia
Budi

Tim MGMP Pati. (2015). Farmakologi Siklus Uji. Yogyakarta; Deepublish.

Tjay dan lewana.(2015). Dasar –Dasar Ilmu Penyakit Dalam.Surabaya; UNAIR


Press.

Yulinah E., dkk. (2015). Efek Diuretik Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela Pada
Tikus Wistar Jantan.UNJANI : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai