JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN VI
“MENENTUKAN KECEPATAN FILTRASI GLOMERULAR”
DISUSUN OLEH:
NAMA. : ELMI NANDA OCTAVIA
NIM : G 701 17 175
KELAS/KELOMPOK :E/ V(LIMA)
TANGGAL : RABU, 14 April 2021
ASISTEN : FADRIANI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang
Keseluruhan proses atau kejadian yang dialami molekul obat mulai saat
masuknya obat ke dalam tubuh sampai keluarnya obat tersebut dari dalam tubuh,
disebut proses farmakokinetik.Jadi melalui berbagai tempat pemberian obat,
misalnya pemberian obat melalui alat cerna atau diminum (peroral), otot-otot
rangka (intramuskuler), kulit (topikal), paru-paru (inhalasi), molekul obat masuk
ke dalam cairan intra vaskuler setelah melalui beberapa dinding (barrier) dan
disebarkan ke seluruh tubuh serta mengalami beberapa proses. Pada umumnya
obat baru dikeluarkan (ekskresi) dari dalam tubuh setelah mengalami
biotransformasi di hepar. Ekskresi obat dapat melalui beberapa tempat, antara
lain ginjal (urin) dan kulit (keringat). Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah
ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara
eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 (tiga) proses,
yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan reabsorpsi pasif di
sepanjang tubulus (Noviani & Nurilawati, 2017).
Ekskresi obat-obatan melalui ginjal meliputi (a) filtrasi glomerulus, (b) sekresi.
aktif tubulus, dan (c) reabsorpsi pasif tubulus. Jumlah obat yang masuk pada lumen tubulus
ginjal bergantung pada fraksi ikatan obat dengan protein dan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Aliran darah ginjal berkorelasi terbalik dengan usia, sama seperti creatinin clearance, yang
berkaitan erat dengan LFG karena kreatinin larut dalam air dan tidak direabsorpsi pada
tubulus (Ratnadi & Sujana, 2017).
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis mampu memahami dan
mengetahui keadaan fungsi ginjal dengan mentukan kecepatan fungsi glomerular
dan menganalisis kadar kreatinin dalam darah atau serum dan urin pada hewan
uji. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan kali ini dilakukan.
B. Maksud Percobaan
Memahami keadaan fungsi ginjal dengan menntukan kecepatan fungsi
glomerular (Glomerular Filtration Rate = GFR).
C. Tujuan Percobaan
Mengetahui keadaan fungsi ginjal dengan menntukan kecepatan fungsi
glomerular (Glomerular Filtration Rate = GFR).
D. Manfaat Percobaan
Memahami dan mengetahui keadaan fungsi ginjal dengan menntukan kecepatan
fungsi glomerular (Glomerular Filtration Rate = GFR).
E. Prinsip Percobaan
F. Tinjauan Pustaka
ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah
tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan.
Keringat dan air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan tubuh. Urine adalah
hasil ekskresi oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses
urinasi (Hasani, 2019).
Glomerulus tersusun dari kuantum kapiler berbentuk bola yang berfungsi sebagai
tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dalam darah. Cairan terfiltrasi
memiliki komposisi yang identik dengan plasma. Glomerulus menerima suplai
darah melalui arteriol aferen, dan keluar melalui arteriol eferen. Ginjal
mengeluarkan 1500-2500 mL urin rang dewasa melalui proses filtrasiper hari.
Sisa metabolism disaring dan dihilangkan dari tubuh bersama dengan kelebihan
air sebagai air seni. Proses filtrasi tersebut terjadi di glomerulus, dan selanjutnya
diteruskan dalam tubulus untuk proses reasorbsi. Laju filtrasi glomerulus (LFG)
memberi gambaran jumlah darah difiltrasi oleh ginjal permenitnya. Bila terjadi
kerusakan atau gangguan dapat mempengaruhi kualitas iltrasi ginjal bahkan
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal baik secara cepat (akut) dan lambat
(kronis). Gangguan filtrasi dapat menyebabkan berbagai sisa metabolism
melewati glomerulus tanpa penyaringan, dan keluar bersamaan dengan urine,
diantaranya: urea dan. Beberapa uji laboratorium yang umum digunakan untuk
memberi gambaran kesehatan ginjal diantaranya: Kreatinin serum,LFG, dan
sebagainya. Estimasi LFG termasuk rumit sehingga memerlukan suatu metode
estimasi praktis dan akurat. Laju filtrasi glomerulus juga memberi informasi
jumlah nefron yang berfungsi, baik fungsi ekskresi maupun fungsi sekresi. Nilai
LFG yang rendah, menandakan semakin sedikit pula nefron yang berfungsi
(Irawan., dkk, 2019).
(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : -
2. Alkohol ((FI III, 1979; 65)
(Pubchem,
2021)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panah. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Penyimpanan :
(Pubchem. 2021)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk granul putih, tidak berbau rasa
manis
Rumus Struktur :
(PubChem, 2021)
:
Pemerian
Cairan jernih seperti minyak; tidak
berwarna; bau sangat tajam dan korosif,
Bobot jenis lebih kurang 1,84.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol,
dengan menimbulkan panas.
Rumus struktur :
(Pubchem.2021)
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Indikasi : Epilepsi
Kontra indikasi : Bronkopneumonia, kerusakan paru berat.
Sejarah porfiriadan kecanduan obat
penenang dan hipnotik. Oxybate Na
bersamaan.
Dosis : Dewasa: PO Hypnotic 100-200 mg sebelum tidur. Sedasi 20-
40 mg 2-4 kali sehari. Hipnotis Awal: 100 mg,
lalu tingkatkan menjadi 200-500 mg. IM
Hipnotis 150-200 mg. Rektal Hipnotis
120-200 mg.
Efek Samping : Mengantuk, mengantuk, pusing,
gelisah, insomnia hipotensi, apnea,
depresi pernapasan, bronkospasme,
laringospasme, bradikardia,
depresi SSP, ketergantungan
fisik dan psikologis, gangguan
kejiwaan, kebingungan, halusinasi, mimpi
buruk, kelainan berpikir, sinkop, hiperkinesia,
ataksia, agitasi, gugup, mual, muntah, sembelit,
nyeri di tempat inj.
Farmakokinetik : Absorbsi: Diserap dengan baik di saluran GI.
Waktu untuk konsentrasi plasma puncak: 30-
60 menit.
• Distribusi: Pengikatan protein plasma: Kira-
kira 60-70%.
• Metabolisme: Metabolisme hati terutama oleh
hidroksilasi menjadi metabolit tidak aktif.
• Ekskresi: melalui urin sebagai hidroksi
pentobarbital. Waktu paruh plasma: fase
pertama: Sekitar 4 jam; Fase ke-2: 35-50 jam.
Kingdom Animalia
Fillum Chordata
L.1 Alat
1. Timbangan
2. Stopwatch
3. Dispo injeksi
4. Kertas
5. Pulpen
6. Stopwatch
7. Kandang
8. Keteter
9. Lap kasar
10. Erlenmeyer
11. Pengaduk
12. Pipet volume
13. Sentrifuge
L.2 Bahan
1. Larutan steril glukosa 5 %
2. Larutan steril natrium pentobarbital 5%
3. Larutan steril kreatinin 10 %
4. Larutan kreatinin standar 0,08 mg/ml
5. Larutan natrium tungstat 5 %25
6. Larutan NaOH 10 %
7. Asam sulfat 0,33 %
8. Desinfektan
9. Larutan jenuh asam pikrat
L.3 Sampel
1. Natrium pentobarbital
L.4 Hewan Uji
1. Kucing (Felis catus)
DAFTAR PUSTAKA
Irawan et al. (2019). Comparative Study: Formula Praktis Estimasi Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) Dengan Biomarker Kreatinin Serum. Jurnal Media
Kesehatan, Volume 12 Nomor 2.
Pearce., E.C. (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Ratnadi., P.C, & Sujana., I.B.G. (2017). Prinsip Dasar Farmakologi. Universitas
Udayana: Denpasar.
Silvana et al. (2019). Hubungan Tekana Darah Terhadap Kadar Serum Kreatinin.
Farmaka Volume 17 Nomor 1.
LAMPIRAN