Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH TOKSIKOLOGI

TOKSISITAS GINJAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 02

Asni wati (1101008)

Aulia Rahman (1101009)

Azzura ligo (1101010)

Bambang sumedi (1101011)

Bela Ningsih (1101012)

DOSEN :

Nofri Hendri Sandy M.Farm. Apt

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

PROGRAM STUDI S-1

PEKANBARU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam berkat limpahan

rahmatNya, makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dipersiapkan untuk lebih

mengetahui bagaimana toksikologi analgetika. Kemudian, ucapan terima kasih saya ucapkan

kepada dosen mata kuliah Toksikologi yang telah mempercayai kepada penulis untuk membahas

lebih rinci lagi Toksikolgi pada ginjal.

Besar harapan saya makalah ini memberikan manfaat kepada setiap orang yang

membacanya dan apabila terdapat kekurangan pada makalah ini penulis meminta maaf.

Pekanbaru, November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN............................................................................................................ 3

III. PENUTUP..................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 12

IV. DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai kemampuan


bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif,
terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi
(Anonim, 2008). Proses pengrusakan ini baru terjadi apabila pada target organ telah menumpuk
satu jumlah yang cukup dari agent toksik ataupun metabolitnya, begitupun hal ini bukan berarti
bahwa penumpukan yang tertinggi dari agent toksik itu berada di target organ, tetapi bisa juga
ditempat yang lain. Sebagai contoh, insektisida hidrokarbon yang diklorinasi mencapai
konsentrasi dalam depot lemak dari tubuh, tetapi disana tidak menghasilkan efek-efek keracunan
yang dikenal. Selanjutnya, untuk kebanyakan racun-racun, konsentrasi yang tinggi dalam badan
akan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Konsentrasi racun dalam tubuh merupakan
fungsi dari jumlah racun yang dipaparkan, yang berkaitan dengan kecepatan absorpsinya dan
jumlah yang diserap, juga berhubungan dengan distribusi, metabolisme maupun ekskresi agent
toksis tersebut (Mansur, 2008) Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun
mekanisme kerjanya. Umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja.
Salah satunya adalah sistem urinaria, khususnya ginjal. Pada keadaan tertentu, akan berefek
buruk bagi kesehatan, kemungkinan menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan
biologik yang kecil sekali.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan bagian-bagian sistem ginjal?

2. Apa saja nefrotoksikan dan dimana tempat kerjanya?

3. Bagaimana prosedur pengujian efek toksik pada ginjal?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan bagian – bagian sistem ginjal.

2. Untuk mengetahui bahan nefrotoksikan dan tempat kerja pada ginjal.

3.Untuk mengetahui prosedur pengujian untuk menilai efek toksik pada ginjal.

5
BAB II

ISI

A. GINJAL

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang
memiliki fungsi utama untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari
darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium)
dalam darah.

Ginjal adalah sepasang organ kembar ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium
dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain itu ginjal memproduksi
hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah,
serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.

B. STRUKTUR GINJAL

Struktur yang menonnjol dalam ginjal adalah nefron kira-kira, berjumlah 1,3 x 10. Tiap
nefron terdiri atas glomerulus dan serangkaian tubulus. Glomerulus di darahi oleh sisitem kapiler
yang bertekanan tinggi yang menghasilkan ultrafiltrasi dari plasma. Filtrate yang terkumpul
dalam kapsul bowman mengalir melalui tubulus berkelok proksimal, ansa henle, dan tubulus
dista, dan kemudian mengalir lewat kumpulan tubulus ke dalam piala ginjal dan dibuang sebagai
urin.

Tubulus proksimal secara ultrastruktur terbagi atas tiga bagian S1, S2, S3. S1 dan S3
terdiri atas bagian utama tubulus berkelok dan bagian lurus. S2 terdiri dari akhir bagian yang
berkelok dan awal bagian lurus.

6
Fungsi utama ginjal adalah menyingkirkan buangan metaboiisme normal dan
mengeksresi xenobiotic dan metabolitnya. Hal ini di pengaruhi oleh produksi urin, suatu proses
yang juga berperan dalam pemeliharaan status homeostatis tubuh. Selain itu, ginjal mempunyai
beberapa fungsi non-ekskretori.

C. PRODUKSI URIN

Produksi urin merupakan suatu proses yang kompleks. Proses ini mulai dengan filtrasi
pada glomeruli. Pada manusia kira-kira 180 liter filtrate terbentuk setiap hari. Karena hanya 500-
2500 ml urin di ekresikan, 99% air tersaring di serap kembali.

Reabsorpsi air, melalui difusi, pertama kali terjadi pada tubulus proksima, yang menyerap
kembali Na secara aktif. Difusi air lebih lanjut terjadi pada bagian menurun ansa Henle ke
interstatium hyperosmolar. Hiperosmolaritas diproduksi oleh reabsorpsi aktif Cl pada bagian
naik ansa Henle. Tata letak ansa Henle dan vasa recta memberikan mekanisme penggandaan arus
balik yang efektif.

Air tambahan dipindahkan dari filtrate kedalam tubulus distal dan saluran pengumpulan
sementara Na secara aktif diserap kembali. Besarnya pembuangan air dari tubulus ini bergantung
pada aktivitas hormone antidiuretic ADH. ADH mengurangi volume urin dengan meningkatkan
permeabilitas struktur ADH ini terhadap air.

D. RESORPSI DAN SEKRESI SEKRESI TUBULAR

Karena kapiler glomerulus mempunyai pori=pori yang besar, beberapa zat dengan bobot
molekul di bawah 60.000 disaring masuk ke dalam kapsul bowman. Beberapa zat yang tersaring
seperti glukosa dan asam amino yang penting bagi tubuh, diserap kembali oleh tubulus.
Sebaliknya ammonia sisa metabolism asam amino, berdifusi melalui sel ke filtrate tempat
ammonia ini bereaksi dengan H untuk membentuk NH4 yang tidak dapat berdifusi dan kemudian
di ekresikan.

Untuk mempermudah reabsorpsi air pasif dan untuk memelihara homeostasis, berbagai
elektrolit dalam filtrate glomerulus diserap kembali hamper seluruhnya atau sampai batas tertent.
Reabsorpsi Na pada tubulus distal dan saluran pengumpul di atur oleh mineralokortikoid,

7
reabsorpsi fosfor di atur oleh keseimbangan asam-basa. Selain itu K dan H diekresikan oleh
tubulus.

E. FUNGSI NON-EKSKRETORI

Ginjal memiliki beberapa fungsi lain, seperti pengaturantekanan darah dan volume darah.
Pengaturan ini diperantarai oleh system renin angiotensin aldosterone. Renin suatu enzim
proteolitik, dibentuk dalam sel dari aparat juxtaglomerular dan mengkatalisis perubahan
prohormon angiotensin I. yang terakhir, suatu dekapeptida diubah dalam paru-paru menjadi
angiotensin II oleh suatu enzim yang menghilangkan dipeptide dari akhir terminal C.

Factor eritropoietik ginjal (REF) juga bekerja pada protein plasma untuk membentuk
eritropioetin yang meningkatkan produksi normoblast dan sintesis hemoglobin. Prostaglandin
ginjal diproduksi di dalam sel interstisial pada medulla dan terlihat mempunyai kemampuan
pengaturan aliran darah ginjal dan ekresi Na dan Urin. Ginjal juga terlibat dalam perubahan 25
hidroksi vitamin D3 nonaktif menjadi 1,25 dihidroksi vitamin D3 aktif.

F. NEFRTOKSIKAN DAN TEMPAT KERJANYA

Kelompok utama nefrotoksikan adalah logam berat,antibiotik,analgesic, dan hidrokarbon


berhalogen tertentu.Semua bagian nefron secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan .Berat
nya beberapa efek beragam dari satu perubahan biokimia atau lebih sampai kematian sel,dan
efek ini dapat muncul sebagai perubahan kecil pada fungsi ginjal atau gagal total.

Glomerulus

Antibiotic puromisin dapat meningkatkan pernealibitas glomerulus terhadap protein seperti


albumin.Ini diduga disebabkan oleh perubahan dalam muatan listrik membrane dasar glomerulus
(brener dkk ., 1977) Sebaliknya ,antibiotic aminoglikosid ,seperti gentamisin dan kanamisin ,
mengurangi filtrasi glomerulus , selain mempengaruhi tubulus ginjal (schor dkk., 1981) .

Tubulus proksimal

Karena terjadi absorpsi dan sekresi aktif tubulus proksimal ,kadar toksikan pada tubulus
proksimal sering lebih tinggi.Selain itu , kadar sitokrom p-450 pada tubulus proksimal lebih
tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan. Dengan demikian ,tempat ini sering

8
merupakan sasaran efek toksik. Logam berat , seperti merkuri ,kromium ,kadmium,dapat
mengubah fungsi tubulus yang di tandai dengan glikosuria , aminoasiduri ,dan poliuria.Pada
dosis yang lebih tinggi ,logam berat menyebabkan kematian sel ,BUN yang meningkat ,dan
anuria .Tampak nya bagian lurus (pars recta)padatubulus proksimal lebih rentan dari pada bagian
bekelok terhadap toksisitas merkuri (Phillips dkk., 1977 ).Nefrotoksitas dapat di timbulkan oleh
kombinasi toksisitas sel langsung dan iskemia akibat vasokonsteriksi .Informasi tambahan
mengenai toksisitas logam terhadap ginjal diberikan dalam Bab nya 20.

Seperti disebutkan di atas ,antibiotik tertentu mempengaruhi filtrasi glomerulus.selain itu


,banyak anyibiotik juga di sekresi oleh tubulus proksiml dan menyebabkan perubahan pada
beberapa fungsi tubulus .Streptomisin neomisin, kanamisin ,gentamisin ,dan amfoterisin-B
semuanya telah diketahui mempengaruhi tubulus proksimal .Beberapa obat ini mengubah
komposisi fosfolipid membrane ,permealibitas ,aktifitas Na+ - k+ -ATPase, aktifitas adenilat
siklase , dan transpor K+ , Ca2+ ,dan Mg2+ (Hook dan Hewitt,1986;Kaloyanides,
1984).Sefaloridin ,berbeda dengan antibiotic tersebut di atas ,tidak di sekresikan dari tubulus
proksimal tetapi di tumpuk dalam sel ini sehingga menyebabkan kerusakan hidrokarbon
berhalogen seperti karbon tetraklorida dan, kloform terutama bersifat hefatotoksik ,tetapi pada
spesies hewan tertentu hidrokarbon itu juga dapat menyebabkan efek tosik pada ginjal, terutama
pada tubulus proksimal ,yang tercermin dalam perubahan funsional .Namun , pada dosis yang
lebih tinggi ,perubahan morfologik dapat di hasilkan pada bagian nefron lain .Heksak
lorobutadien terutama merusak pars recta tubulus proksimal dan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan memekatkan urin . Bromobenzene dan heksalorobutadien yang bekerja pada tubulus
proksimal bersifat nefrotoksik . Bromobenzen dibioaktifkan di hati ,tetapi heksaklorobutadien di
bioaktifkan di ginl melalui enzim ginjal (C-S liase ) setelah biotransformasi dalam hati (lihat
Hook dan hewitt ,1986).

Beberapa Tempat Lain

Tetrasiklin dan amfoterisin-B mempengaruhi tubulus distaldan mengakibatkan berkurangnya


kesamaan urin karena salah satu fungsi tubulus ini adalah sekresi H+ .

Metoksifluran, suatu anestetik , diketahui bersifat nefrotoksik pada manusia dan hewan
tertentu yang menyebabkan gagal ginjal keluaran-tinggi (high-output) .Metoksifluran telah

9
terbukti mengalami biotransformasi menjadi fluorida dan oksalat anorganik.Data percobaan
menunjukkan bahwa F-bekerja pada beberapa bagian nefron untuk mengurangi reabsorpsi air
.Pertama,F-menggangu kemampuan tubulus proksimalitu menyerap kembali air .Kedua, F-
menghambat enzim yang menyertai pembuangan ion pada bagian naik ansahenle sehingga
mengurangi osmolaritas interstisium, dan menurunkan reabsorsi air .F-juga merusak tubulus
pengumpul yang menyebabkan tubulus itu tidak peka terhadap hormon antidiuresis (ADH)
(mazze , 1976 ,1981).

Campuran analgesikyang mengandung aspirin dan fenasetin dapat menyebabkan gagal


ginjal kronis ,dengan adanya efek roksik terutama pada medulla ,yakmi pada ,ansa Henle, vasa
recta,sel interstisial,dan tubulus pengumpul.Beberapa efek mungkin merupakan hasil
vosokonstriksi vasa recta akibat penghambatan sintesis suatu vasolidator yaitu
perostaglandin( Nanra,1971).

Beberapa jenis toksisitas lain di antaranya karsinogenisitas DMN (dimetilnitrosamin)


pada ginjal ,dan penyumbatan tubulus yang di induksi oleh metabolit sulfapiridin
(asetilsulfapiritin) dan glikol (asam oksalat ).Penisilin dan sulfonamide telah dilaporkansabagai
penyebab nefritis radang interstisial pada manusia. Suatu mekanisme imunologik telah
dikemukakan kaitannya dengan toksisitas ini (Appel dan Neu ,1977)

G. PROSEDUR PENGUJIAN

Pemeriksaan fungsional dan morfologik ginjal secara rutin dilakukan sebagai bagian integral dari
penelitian toksisitas jangka pendek dan jangka panjang .Beberapa jenis pemeriksaan yg di
pakaidi uraikan dalam Bab 6 dan selanjutnya di uraiklan secara rinci di bagian ini .

Dalam penelitian yang di rancang secara khusus untuk nefrotosisitas ,biasanya digunakan
hewan yaitu anjing , kelinci , tikus. Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dalam beberapa
cara .

H. ANALISIS URIN

Proteinuria

10
Karena ukuran melekul nya ,hanya sedikit sekali protein dengan bobot molekul rendah
dapat melalui filtrasi glomerulus.protein dengan berat molekul rendah dengan mudah diserap
kembali oleh ubulus proksimal. Dengan demikian,adanyabanyak protein semacam itu di dalam
urin merupakan indikasi hilangnya fungsi reabsorpsi tubulus ,seperti pada keracunan cadmium.
Sebaliknya,ekskresi protein denganberat molekul tinggi menunjukkan hilangnya integritas
glomeluri. Perlu dicatat bahwa urin tikua normal dapat mengandung beberapa protein.
Karenanya perbandingan kritis hewan coba dengan hewan pembanding sangat penting.

Glikosuria

Glukosa dalam filtrate glomerulus seluruhnya diserap kembali oleh tubulus, asalkan
jumlah glukosa yang diserap kembali tidak melebihi maksimum transport. Dengan demikian,
glikosuria tanpa hiperglikemia menunjukan gangguan fungsi tubulus.

Volume urin dan osmolaritas

Kedua nilai ini biasanya berbanding terbalik dan merupakan indicator fungsi ginjal yang
berguna dalam uji pengenceran (sejumlah besar air diberikan kepada hewan). Osmolaritas dapat
ditaksir dari berat jenis, tetapi pengukuran titik beku urin lebih tepat. Toksikan dapat
menyebabkan gagal ginjal keluaran tinggi seperti disebutkan di atas. Sebaliknya toksikan dapat
menyebabkan oliguria atau bahkan anuria akibat kerusakan tubulus, disertai dengan edema
intersisial dan endepan atau sisa intraluminal.

Kapasitas pengasaman

Kapasitas pengasaman ini dapat dinilai dari pH urin, asam yang dapat dititrasi dan NH4.
Kapasitas ini akan berkurang bila ada gangguan fungsi tubulus distal.

Enzim

Enzim seperti maltase dan trehalase dalam urin dapat menunjukan rusaknya tubulus
proksimal. Kadar lisozim dalam urin sangat meningkat setelah keracunan kromium. Tetapi hanya
meningkat sedikit saja setelah keracunan merkuri. Sebaliknya alkalin fosfatase dalam urin
mungkin berasal Dari ginjal atau hati. Plummer(1981) mengemukakan bahwa kadar enzim dalam
urin bukan saja merupakan indicator kerusakan ginjal yang berguna tetapi juga menunjukkan

11
tempat asal enzim pada tingkat subsel.Contohnya,alkalin fosfatase ada pada reticulum
endoplasma ,glutamate dehydrogenase ada pada mitokondria,dan lakta dehydrogenase laktat
adapada sitoplasma .Pada umumnya enzim dalam urin lebih berguna pada keadaan nefrotoksik
akut

I. ANALISIS DARAH

Nitrogen Urea Darah (BUN) Nitrogen ureadarah di peroleh dari meta bolisme protein
normal dan di ekskresi melalui urin . biasanya BUN yang meningkat menunjukkan kerusakan
glomerulus.namun ,kadar BUN juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan
hepatotoksisitas yg merupakan efek umum beberapa toksikan .

Kreatinin Kreatinin adalah suatu metabolit keratin dan di ekskresi seluruhnya dalam
urin melalui filtrasi glomerulus .dengan demikian ,meningkatkannya kadar kreatinin dalam
darah merupkan indikasi rusaknya fungsi ginjal .Selain itu ,data Kadar kreatinin dalam darah dan
jumlahnya dalam urin dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus .Satu
kekurangan prosedur adalah kenyataan bahwa sebagian kreatinin di sekresi oleh tubulus .

Uji khusus

Laju Filtrasi Glomerulus (GFR ) laju filtrasi glomerulus


dapat ditentukan lebih tepat lagi dengan clearance inulin . suatu polisakarida
.Polisakarida berdifusi ke filtrate glomerulusdan tidak diserap kembali maupun di sekresi oleh
tubulus.

Bersihan Ginjal bersihan (clearance) ginjal adalah volume plasma yang dibersih
kan seluruhnya dari suatu zat dalam suatu unit waktu.Bersihan asam p-aminohipurat(PAH) pada
ginjal melebihi bersihan inulin pada ginjal karena PAH bukan hanya di saring oleh glomerulus
tetapi juga di sekresi oleh tubulus. Berkurangnya pembuangan PAH tanpa di sertai penurunan
GFR menunjukkan gangguan fungsi tubulus .PAH hamper seluruhnya (sampai 90%) di
pindahkan dari darah dalam sekali jalan .Karenanya ,laju bersihan berguna untuk
menentukanaliran plasma yang efektif pada ginjal(ERPF).Airan darah pada ginjal dapat juga di
tentukan oleh penggunaan mikrosfer berlaber radioaktif atau flowmeter elektromagnetik.

12
Uji Ekskresi PSP Laju ekskresi phenolsulfonphthalein (PSP) berhubungan dengan
aliran darah pada ginjal .Karenanya laju ekskresi ini sering digunakan untuk menaksirkan fungsi
ginjal .Namun ,menurunnya laju sekresi juga dapat di sebabkan oleh penyakit kardiovaskular .

J. Pemeriksaan Morfologi

Pemeriksaan Makroskopik Berat ginjal ini sendiri atau berat badan hewan
,biasanya,,secara rutin di tentukan pada akhir penilitian toksisitas jangka pendak dan jangka
panjang.perubahan berat organ ,bila di bandingkan dengan hewan pembanding , sering
menunjukkan lesi ginjal .Beberapa lesi patologik lain juga dapat di deteksi pada pemeriksaan
makroskopik .

Mikroskop Cahaya pemeriksaan histopatologik dapat mengungkapkan tempat,luas ,dan


sifat morfologik lesi ginjal sharraat dan freezer (1963) menemukan bahwa pemeriksaan
histopatologik lebih peka dari pada uji fungsional yang di gunakan oleh beberapa pengarang
untuk menilai 15 kerusakan akut dan kronisglomeruius atu tubulus .Namun ,beberapa uji
fungsional yang lebih baru kelihatan lebih peka (lihat bagian “penelitian in vitro “).

Mikroskop Elektron prosedur ini berguna untuk menilai perubahan ultrastruktural dalam
sel, misalnya mitrokondia ,organnel lain ,membrane basal ,dan sel kuas (brush
border).Contohnya ,pajanan lama pada metil merkuri menambah densitas volume mitokondria
dan lisosom .Bersama dengan itu ,terjadi perubahan pada sebagai aktifitas enzim .yang sangat
menonjol di antaranya adalah meningkatnya aktifitas kusus sintetase asam D-aminole fulinet
(fowler ,1980) trump dan beberapa rekan kerjanya menggolongkan perubahanultrastruktural
control dan ginjal menurut luasnya perubahan ke dalam lima kelompok (lihat Berndt, 1976
A).Namun ,penelitian lebih lanjut di perlukan untuk menjelaskan pentingnya berbagaiperubahan
ini dari segi fungsi ginjal .

K. EVALUASI

Sifat Toksisitas

13
Ginjal mempunyai kemampuan kompensasi yang luar biasa .Bahkan setelah beberapa perubahan
yang cukup penting pada fungsi dan morfologi ginjal ,ginjal dapat mengkonpensasi dan berfusi
secara normal .Karenanya ,beberapa pengujian penting di lakukan pada interval waktu yang tepat
dan berulang kali .

Nefrotoksikan dapat menyebabkan efek buruk pada berbagai bagian ginjal ,yang
mengakibatkan berbagai perubahan fungsi .Karenanya ,sebaiknyabdi lakukan berbagai jenis
pengujian .tampaknya pengujian yang paling peka dan dapat dipercaya untuk suatu zat kimia
berbeda-beda tergantung pada sifat nefrotoksikan dan juga keadaan percobaan (misalnya ,spesies
hewan,lamanya panajan ). Dalam suatu artikel ,klue (1981) menyimpulkan dari penelitiannya
bahwa akumulasi ion organic invitro (misalnya PAH , TEA) ,kemampuan memekatkan urin ,dan
berat ginjal merupakan indicator nefrotoksisitas yang paling peka dan konsistem . Analisis urin
standar ,anlisis serum , enzimuria kualitatif ,dan perubahan histopatologik kurang peka dan
kurang konsisten Goldstein dkk.(1981) mengamati bahwa osmolaritas urin merupakan indicator
nefrotoksisitas kompleks platinum yang paling peka ,sementara GFR dan ERPF hanya di
pengaruhi kemudian dan pada dosis yang lebih tinggi .

Dalam menilai efek ginjal suatu toksikan ,sebaiknya dipertimbangkan beberapa factor di luar
ginjal yang mungkin mempengaruhi volume darah atau tekanan darah ,karena beberapa factor
tersebut dapat merusak fungsi ginjal secara tidak langsung selain itu ,penyakit ginjal,seperti
penyakit gijal yang berkaitan dengan usia,lebih banyak di temukan dan juga harus di
pertimbangkan (Cotchin dan Roe,1967).

Penilaian kuantitatif

pada umumnya ,perubahan morfologik sulit di ukur namun ,kriteria pemberian tingkatan pada
perubahan mikroskopi telah di kemukakan oleh Zbinden (1976 ) dan Trump (1970).

Sebaiknya ,biasanya uji biokimia dan uji fungsi ginjal menghasilkan data yang secara
statistic dapat di analisis dengan mudah .Karena nefrotoksikan dapat mempengaruhi sabagai
fungsi ginjal ,mebandingkan kuantitatif toksisitas relative sebaiknya dilakukan dengan hati-hati.

14
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem urinaria (ginjal) merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa
metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti
urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sistem urinaria terdiri atas: kedua
ginjal (ren, kidney), ureter, kandung kemih (vesika urinaria/urinary bladder/ nier) dan
uretra.

2. Bahan toksik dalam pada ginjal disebut nefrotoksikan. Kelompok utama nefrotoksikan
adalah logam berat, antibiotic, anolgesik dan hidro karbon berhalogen tertentu. bagian
ginjal yang biasanya diserang oleh nefrtoksikan adalah glomerulus, tubulus proksimal,
dan tubulus distal.

3. Jenis-jenis bahan toksik dari kelompok logam berat adalah timbal (Pb) yang dapat
mengubah fungsi tubulus, dan menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung
henle, serta menyebabkan aminosiduria., merkuri (Hg) yang dapat menyebabkan
terjadinya glukosuria dan poliuria, dan cadmium (Cd) yang menyebabkan kerusakan pada
glomerulus.

4. Prosedur pengujian pemeriksaan untuk menilai adanya gangguan pada ginjal dari:
analisis urin, analisis darah, uji khusus dan pemeriksaan morfologik.

15
DAFTAR PUSTAKA

₋ Dinamika Obat; Edisis ke 5; Penerbit Institut Teknologi Bandung; Bandung 1999


₋ Farmakologi Dan Terapi; Edisi 4; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
Jakarta 1995
₋ Farmakologi Untuk SMF kelas XI; cetakan kedua; Jakarta 2007

₋ http://id.scribd.com/doc/109339463/Efek-Samping-Toksisitas-Dan-Kontraindikasi-
Obat-AINS

₋ http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1202561

₋ http://id.scribd.com/doc/53172449/KERACUNAN-DAN-KERACUNAN-OBAT

₋ http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/analgetic-dan-obat-obatnya/

₋ http://noefry.blogspot.com/2011/01/analgetik.html

₋ http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2012/10/terapi-overdosis-opioid.html

₋ http://yosefw.wordpress.com/2008/03/29/respon-terapetik-dan-toksisitas-tugas-1/

16

Anda mungkin juga menyukai