Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya
lah maka saya dapat menyelesaikan laporan praktikum sederhana ini dengan tepat waktu,
hal yang akan disajikan dalam laporan ini adalah mengenai sistem eksresi yaitu ginjal
pada bagian pembentukan urine di dalam ginjal. Saya harap laporan ini akan bermanfaat
untuk kita semua agar dapat mempelajari lebih lanjut tentang pembentukan urine di
dalam ginjal. Melalui kata pengantar ini saya terlebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemaklumannya atas ketidaksempurnaan laporan ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu saya harap adanya kritik dan saran serta masukan dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan saya agar lebih baik lagi kedepannya.
Dengan ini saya persembahkan dengan penuh rasa hormat dan terimakasih serta
semoga Yang Kuasa memberkati laporan praktikum ini agar dapat memberikan manfaat
kepada orang banyak.
Penyusun
I
Daftar Isi
ii
Bab I Pendahuluan
1
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitan
Maksud : Memahami proses terbentuknya urine di dalam ginjal
Tujuan : Untuk mengetahui proses terbentuknya urine yang terjadi di dalam ginjal beserta faktor-
faktor yang menyebabkannya
2
Bab II Kajian Teori/Dasar Teori
Sistem ekskresi pada manusia adalah sistem yang bertugas untuk mengolah dan membuang
zat sisa metabolisme dan racun dari dalam tubuh. Jika tidak dikeluarkan dari tubuh, zat-zat tersebut
dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan.
Sistem ekskresi pada manusia terdiri atas sejumlah organ, yaitu paru-paru, kulit, hati, dan
ginjal. Masing-masing organ ekskresi tersebut memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda untuk
membuang zat sisa dan racun dari dalam tubuh.
A. Definisi Ginjal
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa dalam
darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju saluran kemih untuk dikeluarkan
dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum sehingga disebut organ retroperitoneal (Snell,
2006).
Menurut Baradero, dkk. (2005), ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral
dengan homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika dan
kimia. Ginjal menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan
darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan menyesuaikan
ekskresi air dan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga
mempertahankan komposisi cairan yang normal.
Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri kolumna vertebralis
setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dexter terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra
karena adanya lobus. hepatis yang besar. Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies
inferior, margo lateralis, margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior (Moore dan
Agur, 2002).
Secara umum, anatomi ginjal manusia terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1. Korteks ginjal
Korteks ginjal atau korteks renalis merupakan bagian ginjal yang paling luar. Bagian ini
dikelilingi oleh lapisan jaringan lemak yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam ginjal.
2. Medula ginjal
Bagian ini merupakan jaringan halus yang terdapat di dalam ginjal. Struktur medula terdiri
atas piramida ginjal yang meliputi nefron dan tubulus, serta saluran medula. Tubulus berfungsi untuk
mengangkut cairan tubuh dan darah menuju ginjal.
Setelah cairan zat limbah dan racun di dalam darah disaring, maka ginjal akan mengeluarkan
zat-zat tersebut melalui urine. Urine ini kemudian akan dialirkan menuju saluran ureter di bagian
pelvis ginjal.
3
3. Pelvis ginjal
Pelvis ginjal merupakan bagian ginjal yang terletak di lapisan paling dalam. Bagian ginjal ini
berbentuk seperti corong yang berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung
kemih.
Pada pelvis ginjal, terdapat bagian yang disebut calyces atau kaliks ginjal. Bagian ini
berfungsi untuk mengumpulkan cairan tubuh sebelum disalurkan ke kandung kemih. Kelebihan sisa
cairan tubuh, racun, dan limbah yang tidak diperlukan tubuh akan terkumpul menjadi urine di bagian
nefron lalu dialirkan menuju kaliks ginjal.
Urine ini kemudian akan dibuang melalui bagian pelvis ginjal yang disebut hilum. Pada
bagian ini, ginjal terhubung ke kandung kemih melalui saluran ureter. Saluran inilah yang membawa
urine untuk ditampung di kandung kemih untuk kemudian dibuang keluar dari tubuh.
4. Nefron
Selain ketiga bagian di atas, bagian penting lain dari ginjal adalah nefron. Nefron terletak di
sepanjang korteks hingga medula.
Bagian ini berfungsi untuk mengambil nutrisi dan cairan di dalam darah agar tidak terbuang,
serta menyaring dan membuang limbah hasil metabolisme serta racun di dalam darah agar tidak
menumpuk di dalam tubuh.
Nefron merupakan bagian terkecil ginjal namun jumlahnya sangat banyak. Setiap ginjal
memiliki sekitar satu juta nefron dan masing-masing memiliki struktur internalnya sendiri yang
meliputi: Korpus renalis (badan malpigi) dan Tubulus renalis.
4
B. Peran dan Fungsi Ginjal
Ginjal memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan menyaring darah
dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan menyeimbangkan tingkat-tingkat
elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah
merah. Ginjal mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi dari
elektrolit-elektrolit seperti sodium dan potasium, serta keseimbangan asam-basa dari tubuh. (Ganong,
2009).
Menurut Prabowo dan Pranata (2014), ginjal memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain: urea, asam urat, amoniak,
kreatinin, garam anorganik, bakteri dan juga obat-obatan. Jika zat-zat ini tidak diekskresikan oleh
ginjal, maka tubuh akan diracuni oleh kotoran yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal
yang berfungsi untuk menyaring adalah nefron.
2) Mengekskresikan kelebihan gula dalam darah.
3) Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan tekanan osmotik ekstraseluler.
4) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah.
5) Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidtronium dan
hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang
molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, peran urine sangat penting karena sebagai pembuang
cairan oleh tubuh adalah melalui proses sekresi urine (Wahyundari, 2016). Sehingga komposisi urine
dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan menyerap bahan-bahan yang penting
untuk metabolisme dasar dan mempertahankan homeostasis tubuh. Normalnya jumlah bahan yang
terdapat dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan organik dan 25 gram bahan anorganik
(Ma’arufah, 2004).
5
Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari tiga tahap, yaitu filtrasi (penyaringan),
reabsorpsi (penyerapan kembali) dan augmentasi (pengeluaran zat). Ketiga tahap tersebut terjadi di
tempat yang berbeda dan hasilnya pun berbeda-beda. Proses pembentukan urin juga disebut dengan
istilah “cuci darah oleh ginjal”.
A. Filtrasi (penyaringan)
Dalam Proses filtrasi atau penyaringan, yang disaring oleh ginjal adalah darah. Setiap menit
ginjal mampu menyaring darah sebanyak 1200ml. Penyaringan yang terjadi dari kapiler glomerulus
menuju lumen kapsul Bowman karena adanya tekanan darah yang tinggi dalam glomerulus.
Proses penyaringan ini sangat dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrolik darah serta
permeanilitas dinding kapiler glomerulus dan kapsul Bowman. Dalam proses penyaringan, molekul-
molekul air dan molekul-molekul kecil lainnya, seperti glukosa, asam amino, urea, garam, dan ion-ion
natrium, bikarbonat, kalium, serta klorida, didesak melintasi dinding kapiler glomerulus dan kapsul
Bowman menuju lumen tubulus proksimal. Bersamaan dengan proses penyaringan, terjadi pula
pengikatan sel-sel darah, keping-keping darah, ataupun protein yang terdapat pada plasma darah agar
tidak ikut tersaring dan tetap tinggal di dalam darah. Hasil penyaringan itu disebut filtrat glomerulus
atau urine primer
B. Reabsorpsi (penyerapan Kembali)
Pada tahap ini, zat-zat yang masih berguna yang terdapat dalam urine primer diserap Kembali
ke dalam darah. Zat-zat tersebut, antara lain air, glukosa, asam amino, vitamin, serta berbagai jenis
ion. Sementara itu, zat-zat sisa yang tidak dapat digunakan, seperti urea dan kelebihan garam akan
dikeluarkan dalam bentuk urine. Proses reabsorpsi berfungsi untuk mempertahankan komposisi air
serta garam dalam cairan tubuh. Proses tersebut dimulai di tubulus distal, dan saluran pengumpul.
Dalam proses reabsorpsi, sekitar 50% urea yang ada dalam urine primer berdifusi Kembali ke
dalam darah karena adanya perbedaan konsentrasi yang disebabkan oleh reabsorpsi air antara urine
primer, sel-sel tubulus proksimal, dan darah. Sel-sel tubulus proksimal juga secara aktif mengeksresi
bahan-bahan beracun dari dalam darah menuju urine primer Bersama beberapa bahan-bahan yang
mengandung nitrogen, seperti kreatinin.
Sebagian besar zat-zat yang masih berguna tadi dapat mengalami proses reabsorpsi beberapa
kali. Dari proses reabsorpsi, akan dihasilkan filtrat tubulous atau urine sekunder. Di dalam urine
sekunder sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih berguna bagi tibuh. Volume urine sekunder
yang dihasilkan lebih sedikit daripada volume urine primer, bersifat isotonis terhadap cairan tubuh
(darah), dan mengandung urea serta beberapa ion mineral. Selanjutnya, urine sekunder itu mengalir
menuju lengkung Henle. Di dalam lengkung Henle juga terjadi proses reabsorpsi bahan-bahan yang
+¿¿
masih berguna, terutama ion-ion natrium ( Na )
C. Augmentasi (penambahan)
Urine sekunder yang terbentuk di dalam tubulus proksimal akan diteruskan ke tubulus distal.
Di dalam tubulus distal