Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH 

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
ELIMINASI URINE

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar
Pasien

Dosen Pengampu: Ns. Pawestri

Disusun oleh:

 Nur Cahyo Sasongko, S.Kep

G3A019067

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

2019
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.  Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang
 penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
 pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos.  Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung  bakteri.  Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril .Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
 berwarna kuning pekat atau cokelat.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
 juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.

1.2 Rumusan Masalah


1.   Menjelaskan konsep kebutuhan eliminasi urine
2.   Menjelaskan hal yang dikaji pada pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi urine
3.  Menjelaskan masalah-masalah yang dialami pada pasien dengan gangguan
 pemenuhan eliminasi urine .
4.   Menuliskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gangguan
 pemenuhana eliminasi urime
5.   Menjelaskan intervensi dan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
eliminasi urine.

1.3 Tujuan Umum 


Untuk mempelajari eliminasi urin
Tujuan Khusus 
1.   Menjelaskan anatomi fisiologi sistem perkemihan
2.   Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
3.  Menjelaskan proses perkemihan
4.   Menjelaskan masalah eliminasi urin
5.   Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine
6.   Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin

1.4   Manfaat 
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi
fisiologi sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan
dapat melalui urine ataupun bowel.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
 bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine
ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra.

2.2 Anatomi-Fisiologi Saluran Perkemihan


Saluran perkemihan terdiri atas ginjal,ureter, kandung kemih,dan uretra.
1.   Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang,ju,lahnya ada dua di kiri dan kanan.Ginjal terletak di
kedua sisi medula spinalis,di balik rongga peritoneum.Ginjal kiri lebih besar dari

ginjal kanan,dan pada umumnya ginjal laki  –   laki lebih panjang dari pada

ginjal
 perempuan ( Syaifuddin,1994).Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional nefron
yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah metabolik.Selain itu,ginjal
 juga bertugas mempertahankan homeostatis cairan tubuh melalui beberapa
cara,yakni :
a.   Pengaturan volume cairan.jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh
 berfluktuasi.Proses ekskresi ini diatur oleh ginjal.Jika seseorang minum
 banyak,urinenya akan encer dan volumenya akan bertambah.sebaliknya,jika
orang tersebut minum sedikit,urinenya akan pekat dan volumenya berkurang.
 b.   Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.Kandungan elektrolit dalam tubuh
cenderung konstan.Kondisi ini dipertahankan melalui dua proses,yaitu laju
filtrasi glomerulus ( GFR ) dan proses reabsorbsi yang selektif di tubulus ginjal
akibat pengaruh hormon.Saat jumlah ion Na+ meningkatkan laju filtrasi
glomerulus ( GFR) dan menghambat sekresi hormon aldosteron sehingga
reabsorsi Na+ berkurang ,demikian pula sebaliknya.

c.    Pengaturan keseimbangan asam  –   basa tubuh.Ginjal merupakan mekanisme


 ppengaturan keseimbangan asam  –   basa yang paling kuat.Dalam menjalankan
fungsinya,ginjsl tidak hanya mengubah  –   ubah peengeluaran H+,tetapi juga
menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam  –   basa tubuh.

d.    Ekskresi sisa  –    sisa metabolisme.Ginjal mengekskresikan zat  –   zat racun (
misal ureum,asam urat,kreatinin,sulfat,fosfat ) dan obat –  obatan dari tubuh.

e.    Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.Normalnya,bahan  –   bahan


darah,dan biasanya tidak diekskresikan ke dalam urine.upaya ini mencegah
hilangnya nutrien –  nutrien penting dari tubuh.
f.    Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin untuk
mempertahankan keseimbangan cairan  –   elektrolit dan tekanan darah ( sistem
renin  –   angiotensin  –   aldosteron ).Selain itu,ginjal juga berperan dalam proses
metabolisme zat –  zat tertentu ( misalnya obat )

Fungsi utama ginjal ialah mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan,.
Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh. Mempertahankan keseimbangan
antara air dan garam-garam serta asam dan basa. Menghasilkan renin, enzim untuk
membantu pengaturan tekanan darah. Menghasilkan hormon eritropoitin yang
menstimulasi pembentukan sel-sel darahmerah di sumsum tulang. Membantu dalam
 pembenrtukan vitamin

D. 2.  Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih.
Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Bagian atas ureter berdilatasi
dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih
 pada sudut posterior dasar kandung kemih.Urine didorong melewati ureter dengan
gelombang peristalsis yang terjadi sekitar 1  –   4 kali per menit.Pada pertemuan
antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak

sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah
 penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
3.   Kandung kemih
Kandung kemih ( vesika urinaria ) adalah kantung muskular tempat urine bermuara
dari ureter.Ketika kosong atau seetengah terisi,kandung kemih terletak di belakang
simfisis pubis.Pada pria,kandung kemih terletak di antara kelenjar prostat dan rektum
; pada wanita,kanddung kemih terletak di antara uterus dan vagina.Dinding kandung
kemih sangat elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar.Saat
 penuh,kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis,bahkan bisa setinggi umbilikus.
4.   Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.Panjang uretra pada
 pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.Uretra
 pria terdiri atas tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa,dan
uretra pars spongiosa.Pada wanita,pamjamg uretra ssekitar 3 cm dan membentang
dari kandung kemih sampai lubang di antara labia minora 2,5 cm di belakang
klitoris.Karen uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran
kemih.

2.3 Refleks Miksi


Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan sakral 3 (S-3). Saraf sensorik
dari kendung kemih dikirimkan kemedula spinalis bagian sakral 2 sampai dengan sakral
4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi
mengirimkan sinyal kepada otot kandung kemih (destrusor ) untuk berkontraksi. Pada
saat destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah
kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda. Pada saat
miksiotot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya
tidak lebih dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut dengan urine
residu.

2.4 Urine
1.   Ciri-ciri urine normal
a.   Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc,bergantung pada banyaknya asupan cairan
 b.  Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan
c.  Berbau tajam
d.  Sedikit asam ( pH rata –  rata 6 )
2.   Proses pembentukan urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine : filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
a.   Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
 permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah melalui
glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas  –   protein menembus membran kapiler
glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Filtrasi yang lolos tersebut terdiri atas air,
glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang kemudian diteruskan ke
tubulus ginjal.
 b.  Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan kembali
sebagian besar zat  –   zat penting, seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan ion
 bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif yang dikenal dengan istilah
reabsorpsi obligator. Apabila diperlukan, tubulus bawah akan menyerap kembali
natrium dan ion bikarbonat melalui proses aktif yang dikenal dengan istilah

reabsorpsi fakultatif. Zat  –   zat yang direabsorpsi tersebut diangkut oleh

kapiler
 peritubulus ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.
c.  Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah untuk masuk
ke dalam tubulus di samping melalui filtrasi glomerulus. Melalui sekresi tubulus,
zat  –   zata tertentu pada plasma yang tidak berhasil disaring di kapiler tubus
dapat lebih cepat dieliminasi.

2.5   Fisiologi Berkemih 


Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003)
Faktor yang memengaruhi eleminasi urine
Faktor –  faktor yang memengaruhi eliminasi urine meliputi :
1.   Pertumbuhan dan perkembangan. Jumlah urine yang diekskresikan dapat
dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang. Normalnya, bayi dan anak  –   anak
mengekskresikan 400  –   500 ml urine setiap harinya. Sedangkan orang dewasa
mengekskresikan 1500  –   1600 ml urine per hari. Dengan kata lain, bayi yang

 beratnya 10% orang dewasa mampu mengekskresikan urine 33% lebih banyak dari
orang dewasa. Seiring penuaan, lansia juga mengalami perubahan pda fungsi ginjal
dan kandung kemihnya sehinggga mengakibatkan perubahan pada pola eliminasi
urine ( misal : nokturia, sering berkemih, residu urine). Sedangkan ibu hamil dapat
mengalami peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekanan pada kandung
kemih.
2.   Asupan cairan dan makanan. Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau
minuman tertentu (misal : teh, kopi, coklat, alkohol) dapat menyebabkan
 peningkatan ekskresi urine karena dapat menghambat hormon antidiuretik (ADH).
3.   Kebiasaan/gaya hidup. Gaya hidup ada kaitanya dengan kebiasaan seseorang
ketika berkemih. Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa buang air kecil di sungai
atau di alam bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di toilet atau
menggunakan pispot pada saat sakit.
4.   Faktor psikolgis. Kondisi stres dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan
stimulus berkemih, di samping stimulus buang air besar (diare) sebagai upaya
kompensasi.

5.   Aktiitas dan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan kerja ( kontaksi ) otot –  otot
kandung kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan
tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat
meningkatkan kemampuan metabolisme dan produksi urine secara optimal.
6.   Kondisi patologis. Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan
 produksi urine akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit.
Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi urine.

7.   Medikasi. Penggunaan obat  –   obat tertentu ( misal : diuretik) dapat meningkatkan
haluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinerrgik dapat menyebabkan retensi
urine.
8.   Proses pembedahan. Tindakan pembedahan menyebabkan stres yang akan memicu
sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisi anterior akan melepaskan hormon ADH
sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan haluaran urine. Selain itu,
respons stres juga meningkatkan kadar aldosteron yang mengakibatkan penurunan
haluaran urine.
9.   Pemeriksaan diagnostik . Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti
 pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan pasian mengkonsumsi cairan
 per oral sehingga akan memengaruhi haluaran urine. Selain itu, pemeriksaan
diagnostik yang bertujuan melihat langsung struktur perkemihan (misal : sitoskopi)
dapat menyebabkan edema pada outlet uretra dan spasme pada sfingter kandung
kemih. Ini menyebabkan kien sering mengalami retensi urine dan mengeluarkan
urine berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.
2.6   Masalah Pada Pola Berkemih
1.  Perubahan eliminasi urine
Meskipun produksi urine normal,ada sejumlah faktor atau kondisi yang dapat
memengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang terjadi pada pola eliminasi
urine akibat kondisi tersebut antara lain inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi,
urgensi, dan disuria.
a.  Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan
 berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal. Sifatmya bisa
menyeluruh (inkontinensia parsial).
Ada dua jenis inkontinensia, yakni inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.

a)   Inkontinensia stres. Inkontinensia stres terjadi saat tekanan intraabdomen


meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Kondisi ini biasanya
terjadi ketika seseorang batuk atau tertawa. Penyebabnya antara lain
 peningkatan tekanan intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia, dan
lain –  lain.
 b)   Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjadi saat klien mengalami
 pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat dan tiba  –   tiba untuk
 berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi saluran kemih bagian bawah,
spasme kandung kemih, overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih,
 peningkatan konsumsi kafein atau alkohol, serta peningkatkan konsentrasi
urine (Taylor,1989).
 b.  Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih
akibat terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung
kemih menjadi regang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh obstuksi (Misal :
hipertrofi prostat), pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan
uretra akibat otot detrusor yang lemah.
c.   Enuresis (mengompol). Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari
 pada anak yang usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih
seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak terjadi pada anak  –   anak di malam
hari (enuresis nokturnal ). Faktor penyebabnya antara lain kapasitas kandung

kemih yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan yang
 banyak mengandung garam dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola
miksi.
d.   Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih (frekuensi) adalaah
meningkatnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil (tekanan rahim pada kandung
kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran kemih.
e.   Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini biasa
terjadi pada anak  –   anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.
Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres psikologis dan iritasi uretra.
f.   Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya
terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma kandung kemih.
2.   Perubahan produksi urine
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai pada pola
 berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan tersebut meliputi poliuria,
oliguria, dan anuria.
a.  Poliuria. Poliuria adalah produksi urine yang melebihi batas normal tanpa
disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita
diabetes, ketidakseimbangan hormonal (misal : ADH), dan nefritis kronik.
Poliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah
 pada dehidrasi.
 b.  Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100  –  
500 ml/24 jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau
 pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan gangguan
 pada aliran darah menuju ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang
dari 100 ml/24 jam.

2.7 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a.  Riwayat Keperawatan
a)   Pola berkemih
 b)  Gejala dari perubahan berkemih
c)  Faktor yang mempengaruhi berkemih.
 b.  Pemeriksaan Fisik
a)  Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran
ginjal, nyeri tekan, tenderness,  bising usus.
 b)  Genetalia Wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan
vagina.
c)   Genetalia laki-laki
d)   Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
c.   Intake dan output cairan
a)  Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
 b)  Kebiasaan minum di rumah.
c)    Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
d)   Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e)   Output urine dari urinal, cateter bag,drainage ureterostomy, sistostomi.
f)   Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d.  Pemeriksaan diagnostik
a)  Pemeriksaan urine (urinalisis) :
  Warna (N: jernih kekuningan)
  Penampilan (N: jernih)
  Bau (N: beraroma)
   pH (H: 4,5-8,0)
  Berat jenis (N; 1,005-1,030)
  Glukosa (n: negatif)
  Keton (N: negatif)
 b)  Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a.  Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia
 Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran
urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :

a)  Gangguan neuromuskuler.


 b)  Spasme bladder.
c)   Trauma pelvice.
d)   Infeksi saluran kemih.
e)   Trauma medulla spinalis.
Kemungkinan data yang ditemukan:

a)  Inkontinensia.
 b)  Keinginan berkemih yang segar.
c)  Sering ke toilet.
d)   Menghindari minum.
e)   Spasme bladder.
f)   Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan:
a)  Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
 b)  Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
c)  Klien berkemih dalam keadaan rileks.
 b.  Retensi urine
 Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas.
Kemungkinan data yang ditentukan:
a)  Tidak tuntasnya pengeluaran urine.
 b)  Distensi bladder.
c)  Hipertropi prostat.
d)   Kanker.
e)   Infeksi saluran kemih.
f)   Pembedahan besar abdomen.
Tujuan yang diharapkan:
a)  Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
 b)  Tanda dan gejala retensi urine tidak ada. 
Proses Keperawatan

1.   Pengkajian
Dalam pengkajian harus melakukan harus menggerakkan semua indera dan tenaga
untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara , observasi,
 pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat .
a.  Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala
 berkemih,gejala dari perubahan berkemih, faktor yang mempengaruhi berkemih .
 b.  Pemeriksaan fisik klien meliputi :

   Abdomen ,pembesaran , pelebaran pembuluh darah vena distensi bledder ,


 pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandamess , bising usus.

   Genetalia : wanita , inflamasi, nodul, lessi, adanya secret dari


meatus, kesadaran, antropi jaringan vagina dan genitalia laki-laki
kebersihan , adanya lesi ,tenderness, adanya pembesaran scrotum .
c.  Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan minum
dan infus, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ,
ureternomy, kateter urine, warna kejernihan , bau kepekatan .
d.  Pemeriksaan diagnostik :

   Pemeriksaan urine (urinalisis)


   Warna (jernih kekuningan )
   Penampilan (N : jernih )
   Bau (N : beraroma)
    pH (N : 4,5-8,0)
   Berat Jenis (N : 1,005- 1,030)
   Glukosa (N: Negatif )
   Keton (N; negatif )
   Kultur urine (N : kuman petogen negatif)

2.   Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Gangguan pola eliminasi urine : inkontinesia

Definisi : Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengedalikan pengeluaran urine,


kemungkinan penyebab (berhubungan dengan) gangguan neuromuskuler, spasme baldder,
trauma pelvic, infeksi saluran kemih, trauma medulla spinalis , kemungkinan klien

Anda mungkin juga menyukai