Kelas : B-04
Hari/Tanggal : Rabu/24 Februari 2020
Skenario 1
Mengapa urinku berbeda...?
Seorang mahasiswa kedokteran berusia 19 tahun, rajin berpuasa sunnah hari Senin dan
Kamis. Uniknya setiap kali ia berpuasa, selalu merasakan saat buang air kecil, jumlah dan
warna urinnya berbeda di pagi dan sore hari. Ia memperhatikan, saat pagi jumlahnya
banyak dan jernih tapi di sore hari menjelang berbuka jumlahnya sedikit dan lebih kuning.
A. IDENTIFIKASI ISTILAH
1. Puasa
Menahan diri dari makan, minum dan segala sesuatu yang membatalkan puasa
mulai dari terbitt fajar-terbenamnya matahari
2. Buang air kecil
Proses membuang air dari kandung kemih (Proses pengosongan)
3. Urin
Suatu larutan kompleks yang terdiri dari air, bahan organnik dan anorganik dan
melalui traktus urinarius.
4. Warna urin
Warna urin merupakan suatu variasi warna yang terlihat pada urin seseorang.
Warna urine tersebut merupakan hasil dari pigmen yang disebut urokrom
(urochrome) yang berupa pigmen kuning yang secara alami dibawa urin.
A. KONSEP
Proses pembentukan urin
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana anatomi traktus urinarius?
Organ yang terlibat dalam pembentukan urin yaitu ,2 ginjal,2 ureter, 1 kandung kemih, dan
1 uretra.
a. Ginjal
Ginjal berjumlah sepasang, berwarna coklat kemerahan. Besar dan berat ginjal
tergantung jenis kelamin dan umur. Ginjal laki-laki relatif lebih besar daripada ginjal
wanita. Beratnya antara 120 - 170 gram . Terletak di belakang peritoneum. Ginjal
bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan urin,memelihara
zat -zat untuk dipertahankan dalam tubuh dam mengeliminasi zat - zat yang tidak
diinginkan ke dalam urin.
b. Ureter
Ureter berjumlah sepasang yang merupakan saluran muskular, terbentang dari
ginjal ke facies posterior vesica urinaria. Ureter memiliki panjang kurang lebih 25 cm.
Ureter berfungsi untuk mengangkut urin dari masing - masing ginjal ke kandung
kemih.
c. Vesica urinaria
Vesica urinaria terletak dibelakang os pubis di dalam rongga pelvis. Vesica
urinaria memiliki kapasitas maksimal 500 mL pada orang dewasa. Banyak dilapisi oleh
rugae kecuali di trigomum vesicae yang mana kaya akan otot. Pada saat kosong, vesica
seluruhnya berada di dalam rongga pelvis, namus saat terisi, dinding atasnya akan
terangkat sampai masuk regio hypogastrica. Vesica urinaria berfungsi untuk
menampung urin sementara waktu.
d. Uretra
Uretra adalah saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih, untuk
kemudian dikeluarkan dari tubuh. Uretra pada wanita berukuran pendek dan lurus
sedangkan pada laki - laki lebih panjang. Di urethra, urin dikeluarkan melalui meatus
sfingter urethra.
Jawaban Tambahan :
Unit fungsional terkecil dari ginjal disebut dengan tubulus uriniferus yang
berfungsi untuk pembentukan dan pembuangan urin. Tubulus uriniferus terdiri dari
korpuskulum renal dan tubuli renal.
2) Komponen tubulus uriniferus selanjutnya yaitu tubuli renal, yang terdiri dari :
- tubulus kontortus proksimal ; filtrat yang ditampung dalam rongga kapsular tadi akan
dialirkan ke dalam lumen tubulus kontortus proksimal. Di sini akan terjadi reasorpsi
Na+ secara aktif yang akan mempengaruhi proses reabsorpsi glukosa, asam amino,
H2O, Cl- dan urea, disamping itu juga terjadinya sekresi H+ dengan tingkat yang
bervariasi tergantung status asam basa tubuh.
-Ansa henle, berperan dalam kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin dengan
konsentrasi yang berbeda, terdiri dari beberapa pars : pars descenden bersifat
permeabel terhadap air dan tidak secara aktif mereabsorpsi Na+, sedangkan pars
descenden bersifat sebaliknya
Setelah melewati proses proses tersebut, urin selanjutnya akan ditampung di ductus
koligens yang yang akan berlanjut menuju papilla renalis, dan bermuara ke pelvis
ginjal. Selanjutanya pelvis akan berlanjut menjadi ureter yang akan membawa urin ke
vesica urinaria untuk ditampung sebelum di keluarkan ke luar tubuh (miksi)
2. Bagaimana proses fisiologi pembentukan dan pengeluaran urin?
a. Filtrasi
Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu proses
perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan menembus
membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga bagian utama yaitu: sel
endothelium glomerulus, membrane basiler, epitel kapsula bowman. Di dalam
glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah, trombosit dan protein agar tidak ikut
dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan menghasilkan urine
primer yang memiliki kandungan elektrolit, kritaloid, ion Cl, ion HCO3, garam-
garam, glukosa, natrium, kalium, dan asam amino. Setelah terbentuk urine primer
maka didalam urine tersebut tidak lagi mengandung sel-sel darah, plasma darah dan
sebagian besar protein karena sudah mengalami proses filtrasi di glomerulus.
b. Proses Reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif di tubulus
proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan oleh tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif dan sisanya
dialirkan pada papila renalis.
c. Proses sekresi
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan
mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan melalui pembuluh
kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh.
Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan
berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke
rongga ginjal. 3. Komposisi urin yang paling utama adalah terdiri dari air, urine
padakondisi normal umumnya mengandung 90% air. Kandungan lainnya urea, asam
urat dan ammonia yang merupakan zat sisa dari pembongkaran protein, zat warna
empedu yang membuat warna urine kita menjadi kuning, bermacam-macam garam /
NaCl, dan terdapat beberapa zat yang beracun.
Pengeluaran Urin
Setelah volume urin yang ditampung di vesica urinaria sudah mencapai volume
± 200cc maka akan timbul suatu rangsangan untuk berkemih karena adanya reseptor
regang pada dinding vesica urinaria sehingga mengaktifkan saraf parasimpatis dan
terbukanya sfingter uretra internum, yang terdiri dari otot polos dan bersifat involunter,
kemudian diikuti oleh membukanya spingter uretra eksterna, namun kita masih dapat
mencegah keinginan untuk berkemih karena otot sfingter eksterna merupakan otot lurik
yang bisa dikendalikan secara sadar, melalui rangsangan neuron motorik.
Garis pertahanan ketiga yang bereaksi lebih lambat, yaitu ginjal, dapat
mengeluarkan kelebihan asam atau basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat
memberi respons dibandingkan dengan pertahanan lain, ginjal merupakan sistem
pengatur asam-basa yang paling kuat yang bekerja selama beberapa jam sampai
beberapa hari. Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan urin
yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam
cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari
cairan ekstraseluler. Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal
adalah sebagai berikut :
Sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus, dan bila
HCO3- ini diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dalam darah.
Sejumlah besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus,
sehingga menghilangkan asam dalam darah. Bila lebih baanyak H+ yang disekresikan
daripada HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dalam cairan
ekstraselular. Sebaliknya, bila lebih banyak HCO3- yang difiltrasi daripada H+ yang
disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.
4. Mengapa warna urin saat berpuasa dapat berbeda pada pagi dan sore hari?
Perbedaan warna urin pada pagi dan sore hari ketika berpuasa disebabkan karena
terjadinya dehidrasi, ketika berpuasa tubuh tidak dipasok cairan selama kurang lebih 12
jam sehingga kurangnya volume cairan tubuh khususnya konsentrasi air dalam plasma
darah yang berperan sebagai zat pelarut mengakibatkan peningkatan konsentrasi
pigmen warna urin yaitu urokrom sehingga warnanya menjadi lebih kuning serta
jumlahnya lebih sedikit. Tetapi berbeda pada pagi hari, setelah makan dan minum saat
sahur volume cairan tubuh masih tercukupi sehingga jumlah dan warna urin masih
normal.
C. STRUKTURISASI
Sistem
Urinaria
Proses Pengaturan
Traktus Urinarius Anataomi Fisiologi Sistem Pembentukan Keseimbangan
Sistem Urinaria Urinaria Urin Asam-Basa
D. LO
Hormon ini bekerja pada duktus koligentes di daerah korteks. Sekresi hormon ini
dipengaruhi oleh penurunan kadar garam dalam tubuh yang menyebabkan penurunan
ekskresi Na+. Meningkat reabsorbsi Na+ tubulus yang berkaitan dengan sekresi K+ dan
H+ Serra reabsorbsi Na+ bersama sama dengan Cl-. Tingginya kadar aldosteron dapat
meningkatkan tekanan darah. Akibatnya, urin yang dieksresikan menjadi lebih sedikit.
- ADH/Vasopressin:
Berperan dalam reabsorbsi Na+. Seperti yang kita ketahui, ekskresi urin melalui
beberapa tahap, Salah satunya adalah reabsorbsi. Dimana reabsorbsi air wajib di TKP
terjadi sebanyak 65%,Ansa henle 15%, Dan 20% air tinggal di lumen untuk masuk ke
TKD dan tubulus kokigentes untuk direabsorbsi kembali dengan jumlah yang bervariasi di
bawah kontrol hormon, yaitu hormon Vasopressin/ADH.
Namun sebelumnya, ada persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu
Harus terdapat gradient osmotik di sepnajang tubulus serta segment tubulus harus
permeabel terhadap air.
TKD dan tubulus koligentes impermeable terhadap air kecuali jika terdapat
Vasopressin yang jugs dikenal sbg hormon anti diuretik yang mencegah peningkatan
ekskresi urin) Serta tentunya meningkatkan permeabilitas tubulus terhadap air.
- Insulin
Dalam menurunkan kadar glukosa tubuh, sehingga produksi urin akan meningkat.
- Vasopresin
Mengatur kadar air dalam tubuh, mengatur rasa haus dan asupan air, dan bekerja
membantu renal dalam mereabsorbsi pasokan air dalam tubuh.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas urin
Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta kemampuan
klien untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon keinginan awal untuk
berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan serta
kondisi penyakit. Hal ini juga dapat menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat
terjadi bersifat akut dan kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan
yang bersifat kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2001;
Perry dan Potter, 2005). Terjadinya perubahan eliminasi urin juga dapat terjadi pada
wanita yang sedang mengalami kehamilan.
Produksi urine yang dihasilkan oleh tubuh manusia dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal. Namun demikian secara umum ada 7 faktor
yang dapat menentukan banyak atau sedikit urine yang dikeluarkan dari tubuh.
Faktor internal
Hormon ADH menjadi faktor internal utama yang berperan dalam menentukan
jumlah pengeluaran urine yang dikeluarkan tubuh.
b. Hormon insulin
Insulin membantu mengontrol kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh. Diabetes
melitus adalah penyakit yang disebabkan karena tubuh kekurangan hormon insulin.
Pederita diabetes melitus mempunyai kandungan glukosa dalam darah yang tinggi
sehingga pada proses fitrasi banyak glukosa yang tidak tersaring, karena kurangnya
hormon insulin. Akibatnya, banyak glukosa yang ikut keluar bersama urine.
Pengeluaran glukosa juga diikuti dengan pengeluaran urine sehingga volume urine
meningkat, dan keinginan untuk terus menerus kencing
c. Kondisi psikologis
Tekanan darah akan meningkat bila seorang sedang mengalami gejolak emosi
yang tinggi. Hal ini menyebabkan darah lebih banyak untuk segera disaring.
Begitu pula gangguan psikologis stress yang berpengaruh terhadap kontraksi dan
tekanan pada katup kantung kemih. Ini akan mendorong orang untuk buang air kecil
lebih sering.
Faktor Eksternal
a. Suhu lingkungan
Saat udara di sekitar dingin, tubuh akan berusaha menjaga suhu tubuh, sehingga
pembuluh darah di permukaan kulit mengalami penyempitan (vasokonstriksi). Tujuannya
adalah agar terhindar dari penguapan cairan berlebihan. Dengan begitu, jumlah cairan yang
berada di pembuluh darah besar akan lebih banyak, sehingga makin banyak pula cairan
tubuh yang melewati ginjal. Akhirnya, cairan tersebut dikeluarkan dalam bentuk urine
melalui saluran kemih
b. Konsumsi garam
Kadar garam di dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan tekanan osmotiknya
menjadi tinggi. Pengeluaran kadar garam yang berlebihan dari dalam darah akan diikuti
pengeluaran air yang menyebabkan fitrasi menjadi kurang efektif sehingga urine banyak
mengandung air. Sehingga akan sering mengeluarkan urine
Orang yang banyak minum akan menyebabkan urine yang dikeluarkan lebih banyak dari
dalam tubuh. Ini disebabkan oleh sedikitnya air yang meresap ke dalam darah sehingga
lebih banyak diekskresikan melalui kantong kemih.
Alkohol dan kafein, kedua zat tersebut dapat menghambat pembentukan hormon ADH
sehingga dapat meningkatkan produksi urin. Minuman tinggi kafein seperti kopi dan teh
memiliki efek diuretik pada tubuh. Akibatnya, perut akan cepat merasa mulas atau ingin
buang air kecil terus menerus. Selain itu, minuman jenis ini juga menyebabkan kandung
kemih menjadi lebih sensitif, sehingga akan memproduksi urin lebih banyak dari biasanya.
Refleks Berkemih Miksi, atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih, diatur
oleh dua mekanisme: refleks miksi dan kontrol volunter. Refleks miksi diawali ketika
reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terstimulasi. Kandung kemih pada orang
dewasa dapat menampung 250 hingga 400 mL urin sebelum tegangan di dindingnya mulai
cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin tinggi tegangan yang
melebihi ukuran ini,semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat - serat aferen dari
reseptor regang membawa impuls kemedula spinalis dan akhirnya, melalui
intermeuron,menstimulasi jaras saraf parasimpatis kandung kemih dan menghambat jaras
neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih
menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk
membuka sfingter internus; perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi secara
mekanis akan menarik sfingter internus untuk terbuka. Secara bersamaan,sfingter eksternus
relaksasi karena jaras neuronneuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan
urin keluar melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.
Refleks berkemih ini, yang seluruhnya adalah refleks spinal, mengatur pengosongan
kandung kemih pada bayi. Sesaat setelah kandung kemih cukup terisi untuk memicu
refleks, bayi secara otomatis berkemih.
Kontrol Volunter Berkemih Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih
juga meningkatkan kesadaran terhadap keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya
kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternus relaksasi secara refleks,memberi
peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang
dipelajari selama toilet traning pada masa anak-inak dini, dapat mengalahkan refleks
berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan
seseorang dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktilkan reseptor
regang, Jika waktu dimulainya refleks miksi tersebut tidak tepat untuk berkemih, seseorang
dapat secara volunter mencegah pengosongan kandung kemih dengan cara mengencangkan
spingter eksternus dan diafragma pelvis dengan bebas. Impuls eksitatorik volunter dari
korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor tegang ke neuron-
neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif potensial pascasinaps eksitatorik dan
inhibitorik) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi sehingga tidak ada urin yang keluar.
Miksi tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi, sinyal inhibitorik
refleks dari reseptor regang meningkat seiring waktu. Akhirnya sinyal inhibitorik refleks
ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat yang tidak lagi dapat
dilawan oleh sinyal eksitatorik volunter,sehingga terjadi relaksasi sfingter dan pengosongar
kandung kemih secara tak-terkontrol.
Miksi dapat juga dimulai dengan sengaja walaupun kandung kemih tidak teregang, yaitu
dengan merelaksasi secari volunter sfingter uretra eksternus dan diafragma pelvis. Dengan
merendahkan dasar panggul, kandung kemih jatuh ke bawah, yang secara bersamaan
menarik sfingter uretra internus terbuka dan meregangkan dinding kandung kemih.
Pengaktifan reseptor regang lebih jauh menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui
refleks miksi. Pengosongan kandung kemih yang volunter juga dibantu oleh kontraksi
dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan intraabdominal yang
dihasilkan memeras kandung kemih untuk memudahkan pengosongannya.
Darah dari arteriol aferen dialirkan melalui glomerulus sehingga terjadi proses filtrasi
glomerulus. Di proses ini, sel darah dan protein plasma akan disaring sehingga
meninggalkan filtrat. Untuk melaksanakan filtrasi, harus terdapat gaya fisik yang
mendorong sebagian plasma untuk melewati membrane glomerulus.
Pada proses filtrasi hanya protein ) plasma yang tidak bisa menembus membran
glomerulus untuk disaring. Semua konstituen plasma selain protein plasma akan lolos
difiltrasi pada glomerulus, sehingga masih banyak zat zat penting yang masih diperlukan
oleh tubuh harus diserap kembali ke dalam plasma darah melalui kapiler peritubulus. Dari
total volume filtrasi 125 ml/mnt, jumlah yang direbsorpsi sektitar 124 ml/menit sehingga
proses rebsorpsi ini sangat oenting dan dibutuhkan oleh tubuh. Normalnya sebnyak 99%
dari air yang difiltrasi akan direabsorpsi, natrium/garam sebanyak 99,5 % dan gula sebesar
100%.
Suatu bahan agar dapat direaosorpsi masuk kembali ke dalam plasma darahharus
melewati 5 sawar :
- membran luminal
- sitosol sel tubulus
- membran basiolateral
- cairan interstisium
- dinding endotel kapiler peritubulus.
Keseluruhan proses transpor ini disebut dengan mekanisme transepitel
Proses reabsorpsi bisa berlangsung melalui dia cara,yaitu secara transpor aktif
dimana suatu bahan akan melawan gradien konsentrasi dan memerlukan energi, dan
sebaliknya yaitu transpor pasif tidak memerlukan energi.
1. Reabsorpsi Na+
Reasorpsi Na hampir terkadi di sepanjang tubulus, kecuali pars descenden a.
Henle. Proses reasirosi Na bersifat aktif dengan menggunakan pompa ion Na -K
pada membran basolateral. Proses reabsorpsi Na sangat oenting karna nantinya juga
akan memoengafuhi oroses resobpsi beberapa bahan penting lain yaitu glukosa,
Cl-, urea, H2O
2) Reasorbspsi Glukosa
Hal yang perlu dioHahami disini adalah bahwa glukosa akan dreabsorpsi dengan
cara "tumpangan gratis' dari pomba ion Na sehinga akan menurangi oenggunaan
energi secara langsung. Untuk daoat diserap maka glukosa akan menghunakan
suatu carrie/transporter. Kemampuan carrier tubulus dalam penyaringan glukosa
salam ginjal yaitu ketika kadar glukosa dalam plasma darah kurang dari atau sama
dengan 300mg/menit.
Penjelasan mengenai reasorpsi tubulus
Pada proses filtrasi hanya protein ) plasma yang tidak bisa menembus membran
glomerulus untuk disaring. Semua konstituen plasma selain protein plasma akan
lolos difiltrasi pada glomerulus, sehingga masih banyak zat zat penting yang masih
diperlukan oleh tubuh harus diserap kembali ke dalam plasma darah melalui kapiler
peritubulus. Dari total volume filtrasi 125 ml/mnt, jumlah yang direbsorpsi sektitar
124 ml/menit sehingga proses rebsorpsi ini sangat oenting dan dibutuhkan oleh
tubuh. Normalnya sebnyak 99% dari air yang difiltrasi akan direabsorpsi,
natrium/garam sebanyak 99,5 % dan gula sebesar 100%.
Suatu bahan agar dapat direaosorpsi masuk kembali ke dalam plasma darahharus
melewati 5 sawar :
- membran luminal
- sitosol sel tubulus
- membran basiolateral
- cairan interstisium
- dinding endotel kapiler peritubulus.
Keseluruhan proses transpor ini disebut dengan mekanisme transepitel
Proses reasorpsi bisa berlangsung melalui dia cara,yaitu secara transpor aktif
dimana suatu bahan akan melawan gradien konsentrasi dan memerlukan energi, dan
sebaliknya yaitu transpor pasif tidak memerlukan energi.
1. Reabsorpsi Na+
Reasorpsi Na hampir terkadi di sepanjang tubulus, kecuali pars descenden a. Henle.
Proses reasirosi Na bersifat aktif dengan menggunakan pompa ion Na -K pada
membran basolateral. Proses reabsorpsi Na sangat oenting karna nantinya juga akan
memoengafuhi oroses resobpsi beberapa bahan penting lain yaitu glukosa, Cl-,
urea, H2O
2) Reasorbspsi Glukosa
Hal yang perlu dioHahami disini adalah bahwa glukosa akan dreabsorpsi dengan
cara "tumpangan gratis' dari pomba ion Na sehinga akan menurangi oenggunaan
energi secara langsung. Untuk daoat diserap maka glukosa akan menghunakan
suatu carrie/transporter. Kemampuan carrier tubulus dalam penyaringan glukosa
salam ginjal yaitu ketika kadar glukosa dalam plasma darah kurang dari atau sama
dengan 300mg/menit.
Sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus, dan bila
HCO3- ini diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dalam darah.
Sejumlah besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus,
sehingga menghilangkan asam dalam darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan
daripada HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dalam cairan ekstraseluler.
Sebaliknya, bila lebih banyak HCO3- yang difiltrasi daripada H+ yang disekresikan,
akan terjadi kehilangan basa.
Jumlah urine normal rata-rata 1-2 l per hari, tetapi akan menjadi berbeda-beda
sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. banyak urine juga dapat bertambah
apabila terlampau banyak protein yang dikonsumsi, sehingga tersedia cukup banyak
cairan yang diperlukan untuk melarutkan urea. urin normalnya berwarna bening orange
pucat tanpa endapan, berbau tajam, reaksinya akan sediki asam terhadap lakmus
dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1.010-1.025.
Keadaan puasa akan terjadi penurunan asupan cairan sehingga seseorang akan
relatif kekurangan cairan dan terjadi peningkatan osmolaritas darah yang merangsang
hipofisis posterior untuk memproduksi hormon anti diuretik (ADH). Hormon ini
meningkatkan kepekatan dalam sel tubulus proksimal dan tubulus distal dari ginjal
sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Selain membutuhkan asupan nutrisi yang
seimbang, tubuh juga membutuhkan asupan air yang juga mencukupi ketika berpuasa
agar tubuh tidak mengalami dehidrasi. Air putih atau cairan eletrolit merupakan pilihan
paling tepat memenuhi cairan tubuh. Tercukupinya kebutuhan cairan saat puasa saat
penting agar tubuh tidak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Kekurangan
cairan bisa membuat tubuh terasa lemas saat menjalankan puasa. Namun, hindari
minum yang berlebihan. Minum terlalu banyak sekaligus dapat menyebabkan
pengenceran darah dan hiponatremia dimana kadar natrium dalam darah mengalami
penurunan.
Keadaan puasa akan terjadi penurunan asupan cairan sehingga seseorang akan
relatif kekurangan cairan dan terjadi peningkatan osmolaritas darah yang merangsang
hipofisis posterior untuk memproduksi hormon anti diuretik (ADH). Hormon ini
meningkatakan kepekaan dalam sel tubulus proksimal dan tubulus distal dari ginjal
sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Akibatnya volume urin yang diproduksi akan
sedikit dan pekat. Penurunan asupan cairan juga akan menurunkan tekanan darah yang
merangsang baroreseptor di arteri carotis dan atrium kanan, sehingga akan merangsang
saraf simpatis dan terjadi vasokonstriksi sistemik termasuk pada arteri yang menuju
ginjal. Keadaan ini akan terjadi penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) sehingga
produksi urin berkurang. Keadaan kekurangan cairan ini juga akan merangsang ginjal
untuk memproduksi Renin, yang melalui jalur Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)
akan di ubah menjadi Aldosteron. Aldesteron meningkatkan reabsorbsi natrium dalam
proksimal ginjal, sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Hal ini akan menyebabkan
produksi urin dengan volume sedikit. Meskipun volume urin sedikit, ginjal tetap bisa
mengekskresikan zat-zat yang bersifat toksik dan harus dibuang dari tubuh, sehingga
urin yang dihasilkan berkonsentrasi tinggi atau pekat. Sebagai organ ekskresi utama,
ginjal berperan penting dalam adaptasi tubuh terkait dengan keseimbangan cairan pada
saat berpuasa.
Jawaban Tambahan :
Remaja tersebut tidak mengalani kondisi Fisiologi, hanya terjadi perubahan pada
urin. Tubuh pun akan menyesuaikan diri melalui sistem RAA dan kondisi homeostasis
lainnya, sebagai tambahan ada beberapa kondisi patofisiologi sistem urinaria yaitu
diabetes insipidus (produksi urin terlalu banyak alibat tidak terjadi reabsorbsi), diabetes
melitus (produksi glukosa yang terlalu banyak sehingga sulit melalui filtrasi Dan
reabsorbsi), gagal ginjal yang meliputi: toksisitas uremik, asidosis metabolik, retensi
kalium, ketidakseimbangan natriun, ketidakseimbangan fosfat dan kalsium, hilangnya
protein plasma, ketidakmamouan mengubah konsesntamrasi urin, hipertensi, anemia,
dan depresi sistem inun.
E. SINTESIS
Jumlah urine normal rata-rata 1-2 l per hari, tetapi akan menjadi berbeda-beda
sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. banyak urine juga dapat bertambah
apabila terlampau banyak protein yang dikonsumsi, sehingga tersedia cukup banyak
cairan yang diperlukan untuk melarutkan urea. urin normalnya berwarna bening orange
pucat tanpa endapan, berbau tajam, reaksinya akan sediki asam terhadap lakmus
dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1.010-1.025. namun saat dalam
Keadaan puasa akan terjadi penurunan asupan cairan sehingga seseorang akan relatif
kekurangan cairan dan terjadi peningkatan osmolaritas darah yang merangsang
hipofisis posterior untuk memproduksi hormon anti diuretik (ADH). Hormon ini
meningkatakan kepekaan dalam sel tubulus proksimal dan tubulus distal dari ginjal
sehingga meningkatkan reabsorbsi air. Akibatnya volume urin yang diproduksi akan
sedikit dan pekat. Penurunan asupan cairan juga akan menurunkan tekanan darah yang
merangsang baroreseptor di arteri carotis dan atrium kanan, sehingga akan merangsang
saraf simpatis dan terjadi vasokonstriksi sistemik termasuk pada arteri yang menuju
ginjal. Keadaan ini akan terjadi penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) sehingga
produksi urin berkurang.