Anda di halaman 1dari 14

UROLOGI

Disusun Oleh :

Kelompok 1

D3 Gizi Tingkat 1B

Sarah Khairunnisa (P032313411091)

Dosen Pengampu:

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


RIAU JURUSAN GIZI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan
homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama
untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel
lainnya. Mengingat bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu
fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan
bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal. Sistem
kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting.
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan
internal. Kelangsungan hiduop sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus
menerus zat-zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan
berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya.
Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-
struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen
plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa
metabolisme.
Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama
bertanggung jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium
dan natrium, membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang
disebut urea dari darah.
Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan
ureter, yang bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang
menyimpan urin, dan saluran kencing, urin keluar melalui tubuh.
Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah bahwa
ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan bahan
kimia dari aliran darah. . Aspek penting lain dari sistem urin adalah
kemampuannya untuk membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat
untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa dalam darah yang beracun
dan harus dihilangkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Ada beberapa hal yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Jelaskan pengertian sistem perkemihan ?
2.Apa saja susunan system perkemihan ?
3.Bagaimana proses miksi ( rangsangan berkemih ) ?
4.Jelaskan tentang urine ?
1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjawab semua permasalahan yang
ada pada rumusan masalah di atas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Fisiologi sistem perkemihan


1. Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

2. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal
seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar.

3. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

4. Fascia Renalis terdiri dari:


Fascia renalis terdiri dari ;
a) fascia (fascia renalis),
b) Jaringan lemak peri renal, dan
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat
pada permukaan luar ginjal.

5. Struktur Ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

6. Proses pembentukan urin


Tahap pembentukan urin.
a. Proses Filtrasi ,di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulu
b. Proses Reabsorbsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.

7. Pendarahan.
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi
arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang
berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke
gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen
gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.

8. Persarafan Ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

9. Ureter.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.

10. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

11. Uretra,
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan
a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra
tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
c. Lapisan mukosa.

12. Urin (Air Kemih).


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)
cairan dan faktor lainnya.
b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
e. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
f. Berat jenis 1,015-1,020.
g. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea
amoniak dan kreatinin.
c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
d. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
e. Toksin.
f. Hormon.

13. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi
bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke 2.
b. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian
besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM PERKEMIHAN

A.Urinalisis
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan
pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup
evluasi hal-hal berikut:
1. Observasi warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian bau urin
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.
4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin
(masing-masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan
(centrifuging) untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder
(silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin
Pengumpulan sampel urin dilakukan sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini
lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk mengungkapkan abnormalitas.
Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan dilindungi terhadap
kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus diseimpan
dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi
alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.

B.Pemeriksaan Fungsi Ginjal


Tes fungsi ginjal dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan
mengikuti perjlanan klinik. Pemeriksaan ini juga memberikan informasi tentang
efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi ekskresinya. Fungsi ginjal dapat dikaji
secara lebih akurat jika dilakukan dibeberapa pemeriksaan dan kemudian asilnya
dianalisis bersama. Pemeriksaan fungsi ginjal yang umum dilakukan adalah
kemampuan pemekatan ginjal klirens kreatinin, kadar kreatinin serum dan nitrogen
urea darah (BUN).

C.Ultrasound Ultrasound atau pemeriksaaan USG


menggunakan gelombang suara yang dipancarakan ke dalam tubuh untuk mendeteksi
abnormalitas. Organ-organ dalam system urinarius akan menghasilkan gambar-
gambar ultrasound yang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa,
malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi.
Pemeriksaan USG merupakan teknik noninvasif dan tidak memerlukan persiapan
khusus kecuali menjelaskan prosedur serta tujuannya kapada pasien. Karena
sensitivitasnya, pemeriksaan USG telah menggantikan banyak prosedur diagnosis
lainnya sebagai tindakan diagnostic pendahuluan.

D.Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya


Dalam pemeriksaan ini dibagi ke dalam beberapa macam, yaitu :
1. Kidney, Ureter and Bladder (KUB) Pemeriksaan radiologi abdomen yang dikenal
dengan istilah KUB dapat dilaksanakan untuk melihat ukuran, bentuk serta
posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau
traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau pergeseran
ginjal akibat abnormalitas pada jaringan disekitarnya.
2. Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan pemindai CT
dan MRI merupakan teknik noninvasive yang akan memberikan gambar penampang
ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua pemeriksaan ini akan
memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.
3. Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram)
Pemeriksaan urografi intravena yang juga dikenal dengan nama intravenous
pyelogaram(IVP) memungkinkan visualisasi ginjal ureter dan kandung kemih. Media
kontras radiopaque disuntikan secara intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam
darah serta dipekatkan oleh ginjal. Tebal nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai
bagian dari pemeriksaan untuk melihat berbagai lapisan ginjal serta struktur difus
dalam setiap lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista
didalam ginjal atau trakrus urinarius. Pemeriksaaan IVP dilaksanakan sebagai bagian
dari penkajian pendahuluan terhadap semua masalah urologi yang dicurigai,
khususnya dalam menegakan diagnose lesi pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini
juga memberikan perkiraan kasar terhadap fungsi ginjal. Sesudah media kontras
(sodium diatrisoat atau meglumin diatrisoat) disuntikan secara intravena, pembuatan
foto rontgen yang multiple dan seril yang dilakukan untuk melihat struktur drainase.
4. Pielografi retrograd. Dalam pielografi retrograd, kateter uretra dimasukan lewat
ureter ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras
dimasukkan dengan gravitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi
retrograd biasanya dilakukan jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan
jelas system pengumpul. Pemeriksaan pielografi retrograd jarang dilakukan dengan
semakin majunya teknik-teknik yang digunakan dalam urografi ekskretorik.
5. Infusion drip pyelography merupakan pemberian lewat infuse larutan encer media
kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan
mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna bila teknik urografi yang biasa
dikerrjakan tidak berhasil memperlihatkan struktur drainase.
6. Sistogram, sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian
media kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih serta
membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga dilakukan
bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan secara bersamaan di dalam
kandunng kemih.
7. Sistouretrogram menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa
dilakukan melalui penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta
kandunng kemih atau dengan pemeriksaan sinar X sementara
pasien mengekskresikan media kontras.
8. Angiografi renal. Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri
femoralis atau aksilaris ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter
disisipkan melalui arteri femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis.
Media kontras disuntikkan untuk menghasilkan opasitas suplai arteri renalis.
Angiografi memungkinkan evaluasi dinammika aliran darah, memperlihatkan
vaskulatur yang abnormal dan membantu membedakan kista renal dengan tumor
renal.

E. Endourologi (prosedur endoskopi urologi)


1. Pemeriksaan sistoskopi merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan
kandung kemih. Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung
kemih, memiliki system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga
akan meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang. Sistoskop
tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung
kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika.
Kateter uretra yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan
pelvis ginjal dapat dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk
mendapatkan spesimen urin dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal
tersebut. Alat forceps dapat dimasukkan melalui sistoskop untuk keperluan biopsi.
Batu dapat dikeluarkan dari uretra, kandung kemih dan ureter melalui sistoskop. Alat
endoskop dimasukkan dengan melihatnya secara langsung. Uretra dan kandunng
kemih diinspeksi. Larutan irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi
kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi
menjadi lebih baik. Penggunaan cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa
ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan
pembuatan gambar-gambar yang diam dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum
melaksanakan prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi
topical local disemprotkan kedalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan alat
sistoskop. Pemberian diazepam (valium) intravena bersama dengan preparat anestesi
topical uretra dapat diberikan. Sebagai alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal
atau umum.
Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita kelainan
patologik obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang
disebabkan oleh instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan
cermat akan adanya kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi
traktus urinarus (yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan
gejala infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat
menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda dan
gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.
2. Brush biopsy ginjal dan uretra
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil
pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat
menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau
hanya artefak. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang
kateter uretra yang di ikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus (biopsy
brush) melalui kateter tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara
teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk
pemeriksaan analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan,
pemberian cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah
pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi
jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan.
3. Endoskopi renal (nefroskopi)
Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam pelvis ginjal
melalui luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat bagian dalam
pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu
menegakan diagnose hematuria serta tumor renal tertentu.
4. Biopsi ginjal
Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit kedalam
jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil
didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta
imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan,
pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap
resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan. Set infuse
dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan dengan
specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum pasien diberitahukan agar
menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan
sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan
dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local.
Lokasi jarum dapat dipastikan melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan
menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah
ginjal dapat dilihat secara langsung.
5. Pemeriksaan radio isotop
Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu prosesfisiologik normal
dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat radiofarmaseutikal
disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera skintilasi yang
ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara pasien berada dalam posisi
telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang dihasilkan (yang disebut pemindai)
menunjukan distribusi preparat radiofarmaseutikal didalam ginjal.
Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat
berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan pemindai
hippurate memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
6. Pengukuran urodinamik
Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan structural
untuk mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur:
a. Kecepatan aliran urin
b. Tekanan kandung kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat
c. Resitensi uretra internal
d. Kontras serta relaksasi kandung kemih
Tekanan abdominal , kandung kemih serta detrusor, aktivitas sfingter, inervasi
kandung kemih, tonus otot dan reflex sacrum dikaji. Berikut ini merupakan
pengukuran urodinamik yang paling sering dilakukan:
e. Uroflometri (kecepatan aliran) merupakan rekaman volume urin yang mengalir
melalui ureter per satuan waktu (ml/s)
F.Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam kadung kemih
(intra vesikal)
pada berbagai fase pengisian dan pengosongan kandung kemih untukmengkaji
fungsinya. Selama prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan yang dimasukan
dan dikeluarkandari kandung kemih disamping rasa penuh pada kandung kemih dan
keinginan untuk buang air kecil harus dicatat. Kemudian semua hasil ini
dibandingkandengan tekanan yang diukur dalam kandung kemih selama pengisian
kandung kemih dan berkemih. Pertama-tama pasien diminta untuk berkemih, dan
dokter mengamati lamanya waktu yang diperlukan untuk memulai, ukuran, kekuatan
serta kontinuitas aliran urin, dan derajat mengajan serta adanya hesitancy.
Kateterretensi dimasukan melalui uretra kedalam kandung kemih. Volume sisa diukur
dan kateter tersebut dibiarkan pada tempatnya. Kateter uretral dihubungkan dengan
manometer air, dan larutan steril dibiarkan mengalir kedalam kandung kemih dengan
kecepatan biasanya 1 ml/s. pasien memberitahukan dokter pada saat terasa ingin
buang air kecil, dan pada saat kandung kemih terasa penuh. Derajat pengisian
kandung kemih pada kedua situasi ini dicatat. Tekanan diatas tingkat nol pada
simfisis pubis diukur, dan tekanan serta volume dalam kandung kemih diukur serta
dicatat.

g.Profil tekanan uretra mengukur resitensi uretra disepanjang uretra.


Gas dan cairan dimasukkan melalui sebuah kateter yang ditarik keluar sambil
mengukur tekanan disepanjang dinding uretra.

h. Sistouretrogram memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang dapat


dilakukan dengan penyuntikan retrograd atau dengan mengeliminasi media kontras.

i. Pada voiding cystourethogram, kandung kemih diisi dengan media kontras dan
pasien berkemih sementara foto-foto spot dibuang dpengn cepat. Ada tidaknnya
refluks vesikouretral atau kelainan congenital pada traktus urinarius inferior dapat
diperlihatkan. Voidingcystourethrogram juga digunakan untuk menyelidiki kesulitan
dalam pengosongan kandung empedu dan inkontinensia.

j. Elektromiografi meliputi penempatan elektroda dalam otot dasar panggul dan


fingter ani untuk mengevaluasi fungsi neuromuskuler traktus urinarius inferior.

BAB II
KESIMPULAN
3.1Kesimpulan
Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter , kandung kemih dan uretra.
Untuk menjaga fungsi ekskresi, sistem perkemihan mempunyai dua ginjal. Organ ini
memproduksi urine yang berisikan air, ion-ion dan senyawa-senyawa solut yang
kecil. Urine meninggalkan kedua ginjal dan melewati sepasang ureter menuju dan
ditampung sementara pada kandung kemih. Proses ekskresi urine dinamakan miksi,
yang terjadi ketika adanya kontraksi dari otot-otot kandung kemih yang menekan
urine untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh.
Sistem urinal (urinary tract) adalah sistem saluran dalam tubuh manusia,meliputi
ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-
zatyang tidak diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupasesuatu yang
larut dalam air.Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal (ren,kidney) dengan saluran
keluar urine berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah
kandung kemih (urinary bladder, vesica urinaria) di perut bagian bawah di
belakangtulang kemaluan (pubic bone). Urine selanjutnya dialihkan keluar melalui
sebuah urethra.

3.2Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga dapat
memahami betul sehingga penyakit penyakit yang berhubungan dengan
system perkemihan ini dapat di hindari

DAFTAR PUSTAKA
Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,ANATOMI &
FISIOLOGI.,Jakarta :EGC.
Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis .
Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Wibowo , Daniel S. Jurnal Anatomi Tubuh Manusia .

Anda mungkin juga menyukai