Anda di halaman 1dari 16

SISTEM GINJAL DAN SISTEM URINARIA

Disusun Oleh :

Kelompok Tutorial 1B

Anggota Kelompok :

Exsa Istifarin Aulia Lubis (156105007)

Shintia Theresia Lumempouw (1561050034)

Henry Bintang Mahardika (1561050062)

Talitha Amalia (1561050065)

Khalida Sheikh Masyhur (1561050105)

Prabu Suja Samhari (1561050125)

Rima Yanie (1561050137)

Pratiwi Indah Lestari Simpatupang (1561050172)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Anatomi sistem Ginjal dan Saluran Kemih


2. Histologi sistem Ginjal dan Saluran Kemih
3. Fisiologi sistem Ginjal dan Saluran Kemih
4. Definisi Infeksi Saluran Kemih
5. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
6. Etiologi Infeksi Saluran Kemih
7. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
8. Gejala Infeksi Saluran Kemih
9. Anamnesis Infeksi Saluran Kemih
10. Pemeriksaan Jasmani Infeksi Saluran Kemih
11. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih
12. Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
SISTEM GINJAL DAN SALURAN KEMIH
ANATOMI

Ginjal
Korteks ( Bagian luar )
Medula ( Bagian dalam ), yang berhubungan dengan suatu rongga dalam ginjal Yang
disebut sinus renal, dan berada pada Lekukan ginjal yaitu: hilus ginjal.

KORTEKS GINJAL:
Dalam korteks ginjal terdapat nefron, yaitu satuan ginjal yang terdiri dari bagian-bagian
ginjal yang bertugas untuk menghasilkan urin. NEFRON, terdiri dari:
KORPUS MALPHIGI / KORPUS RENAL, yaitu:
o Glomerulus
o Kapsula Bowman(kapsul yang membungkus glomerulus, yg merupakan
Pelebaran dari tubulus ginjal)

Pada 1 buah ginjal terdapat kurang lebih 1 juta korpus renal


Pada sinus renalis, terdapat bagian-bagian:
o pelvis renalis, yaitu pangkal ureter yang melebar
o kaliks mayor
o kaliks minor
o cabang arteri dan vena renalis
Ureter
Organ berbentuk tabung kecil untuk mengalirkan urin dari ginjal ke dalam vesica urinaria.
Tiap ureter panjangnya 25-30 cm, diameter 4-6 mm. Setiap ureter akan masuk ke kandung
kemih melalui sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskular yang bisa membuka dan
menutup sehingga urin bisa lewat.

Vesica urinaria
Vesica urinaria berfungsi untuk menampung urin sementara.
Vesica urinaria terdiri dari :
Corpus (corpus vesicae)
Apex (apex vesicae)
Fundus inferior (fundus vesicae)
Di fundus, ostium uretra interna dan 2 ostium uteris membentuk trigonum
vesica. Dinding terdiri dari lapisan mucosa interna (tunica mucosa) yang diikuti 3
lapis otot polos. Vesica urinaria dikelilingi oleh jaringan adiposa, paravesical dan
distabilisasi oleh beberapa ligamentum.
Di apex ligamentum umbilical media berhubungan dengan umbilikus. Pada laki-laki
kelenjar prostat terletak langsung di bawah fundus vesica dan dilalui oleh uretra. Pada
perempuan terletak di bawah uterus di depan vagina.

Uretra

Pada pria, uretra membawa cairan semen dan urine. Panjang sekitar 20 cm, melalui
kelenjar prostat dan penis. Pada wanita, ukuran pendek (3,75 cm), membuka keluar tubuh
melalui orificium uretra eksterna yang terletak antara clitoris dan labia minora. Wanita lebih
berisiko terjadinya infeksi kandung kemih (sistitis) dan infeksi saluran kemih (ISK)

HISTOLOGI

1. Ginjal
Secara histologi, ginjal terdiri atas tiga unsur utama, yaitu Glomerulus, yakni suatu
gulungan pembuluh darah kapiler yang masuk melalui aferen, Tubuli sebagai parenkim yang
bersama glomerulus
membentuk nefron, suatu unit fungsional terkecil dari ginjal, dan Interstisium berikut
pembuluh-pembuluh darah, limfe dan syaraf.

Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Didalam setiap ginjal, terdapat
sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul/ duktus koligentes.
Jalinan glomerulus merupakan kapiler-kapiler khusus yang berfungsi sebagai penyaring.
Kapiler glomerulus dibatasi oleh sel-sel endotel yang mempunyai sitoplasma yang sangat
tipis dan mengandung banyak lubang yang disebut fenestra.

Setiap korpus renal terdiri atas seberkas kapiler yaitu glomerulus, dikelilingi oleh
kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Lapisan luar membentuk batas
luar korpuskulus renal (lamina parietalis) yang terdiri atas epitel selapis gepeng yang
ditunjang lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Lapisan dalam (lamina visceralis)
meliputi kapiler glomerulus yang terdiri dari sel-sel podosit. Pada kutub urinarius dari
korpuskulus renal, epitel gepeng dari lapisan parietal kapsula Bowman, berhubungan
langsung dengan epitel selindris dari tubulus kontortus proksimal. Tubulus ini lebih panjang
dari tubulus kontortus distal.

Lengkung henle adalah struktur berbentuk U terdiri atas ruas tebal descenden dengan
struktur yang sangat mirip tubulus kontortus proksimal; ruas tipis descenden dan ruas tebal
ascenden strukturnya sangat mirip dengan tubulus kontortus distal. Semua nefron turut serta
dalam proses filtrasi, absorpsi dan sekresi.

2. Ureter
Dinding Ureter memiliki tiga lapisan:
1. Lapisan paling luar yaitu lapisan jaringan ikat fibroelastik
2. Lapisan tengah yaitu lapisan muskularis yang terdiri dari otot polos
3. Lapisan dalam yaitu membrana mukosa yang terdiridari epitel transisional dan
lamina propia yang berisi jaringan ikat elastin.
3. Vesica Urinaria
Dindingnya memiliki 3 lapisan:
1. Lapisan paling luar yang merupakan lapisan serosa
2. Lapisan tengah yang merupakan lapisan muskularis yang terdiri dari otot polos
yang tebal
3. Lapisan dalam yaitu membrana mukosa yang dibatasi oleh epitel transisional

4. Uretra
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Membran mukosa yang dibatasi oleh epitel yang terletak di atas jaringan ikat.
Jenis sel ini bervariasi pada beberapa bagian uretra, namun baik uretra pria
maupun wanita, bagian terbesar disusun oleh Pseudostratified columnar
epithelium. Bagian atas uretra yang berbatasan dengan vesica urinaria adalah
Transisional epithelium. Bagian bawah yang berbatasan dengan orifisium externa
adalah Stratified Squamous Epithelium.
2. Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar
3. Lapisan otot polos, tersusun atas lapisan bagian dalam yang longitudinal dan luar
yang sirkuler.

FISIOLOGI

Terdiri dari :
Ginjal menghasilkan urin
Ureter menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih/vesika urinaria/bladder
Kandung kemih sebagai penampung
Uretra mengeluarkan urin dari kandung kencing

Ekskresi Produk limbah Metabolisme


Urea (dari metabolisme protein)
Asam urat (dari metabolisme asam nukleat)
Kreatinin (dari metabolisme otot)
Bilirubin (dari metabolisme hemoglobin)

Ekskresi Bahan Kimia Asing


Pestisida
Zat tambahan pada makanan
Toksin
Obat

Sekresi, Metabolisme, dan Ekskresi Hormon


Hormon yang diproduksi di ginjal
faktor eritropoetik ginjal
1.25 dihidroksikolekalsiferol (Vitamin D)
Renin

Hormon dimetabolisme dan diekskresi oleh ginjal


Sebagian besar hormon peptida (misal insulin, angiotensin II, dll.)

Urine (Air Kemih)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:


Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan
dan faktor lainnya.
Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
Berat jenis 1,003-1,030.
Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.


Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
Pagmen (bilirubin dan urobilin).
Toksin.
Hormon

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun
170-230 ml urin).
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di
pelajari latih.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi.
Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI

PROSES PEMBENTUKAN URINE


1. Proses Filtrasi di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Zat yang di saring
disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi & Sekresi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara
aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi
Distensi kandung kencing refleks kontraksi dinding kandung kencing, relaksasi
sfingter internus, dan relaksasi sfingter eksternus pengosongan kandung
kencing(miksi).

INFEKSI SALURAN KEMIH


DEFINISI

1. Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin
dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan normal, urin juga mengandung
mikroorganisme, umumnya sekitar 100 hingga 10.000 bakteri/ml urin. Pasien
didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 100.000
bakteri/ml (Coyle dan Prince, 2005).

ETIOLOGI

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


o Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
o Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple
o Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.

2. Jamur dan virus


3. Infeksi ginjal
4. Prostat hipertrofi (sisa urin)
5. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
o urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
o Mobilitas menurun
o Nutrisi yang sering kurang baik
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin

KLASIFIKASI

Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih antara lain :

1. Kandung kemih (Sistitis) adalah instilah untuk infeksi kandung kemih yang sering
dialami kaum wanita
2. Uretra (Uretritis) adalah infeksi pada saluran kemih yang sering terjadi pada pria yang
sering melakukan aktifitas seksual tanpa memperhatikan kesehatan.
3. Ginjal (Pyelonefritis) adalah infeksi pada pyelum ginjal yang sangat berbahaya
sehingga dapat terjadi gagal ginjal sehingga perlu cuci darah dengan alat yang disebut
hemodialisa.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap
dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

PATOFISIOLOGI ISK

ISK BAGIAN ATAS

Pyelonefritis Akut
Pyelonefritis akut adalah suatu radang supuratif yang lazim pada ginjal dan pelvis
renalis disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini merupakan manifestasi penting dari isk
yang menjangkiti traktus urinarius bagian bawah, atau bagian atas atau keduanya.

Organisme penyebab utama pada pielonefritis akut adalah bakteri enterik berbentuk
batang gram (-). E.Coli hingga saat ini merupakan mikroorganisme yang paling lazim
menginfeksi traktus urinarius. Organisme penting lain yaitu : Proteus, Klebsiella,
Enterobacter, dan Pseudomonas. Organisme yang biasanya berkaitan dengan infeksi rekuren,
terutama pada orang - orang yang mengalami manipulasi saluran kemih atau memiliki
anomali kongenital atau didapat pada saluran kemih bawah. Staphylococcus dan
Streptococcus faecalis juga dapat menyebabkan pielonefritis, namun mereka merupakan
patogen yang jarang ditemukan dalam kondisi ini.

Bakteri dapat mencapai ginjal dapat melalui saluran kemih bawah (infeksi asenden)
atau atau melalui aliran darah (hematogen). Infeksi asenden dari saluran kemih bawah
merupakan jalur yang paling penting dan umum yang dilalui bakteri untuk mencapai ginjal.
Adhesi bakteri ke permukaan mukosa diikuti oleh kolonisasi pada urtetra distal (dan pada
introitus vagina pada perempuan). Organisme tersebut kemudian mencapai kandung kemih
melalui pertumbuhan ekspansif koloni dengan cara bergerak melawan aliran urin. Hal ini
dapat terjadi pada intrumentasi uretra, termasuk pemasangan kateter dan sistoskopi.
Meskipun penyebaran secara hematogen jauh lebih jarang, pielonefritis akut dapat terjadi
akibat bersemainya bakeri di ginjal setelah terjadinya septikemia atau endokarditis infektif.

Tanpa adanya instrumentasi, ISK paling sering mengenai wanita. Karena dekatnya
jarak antara uretra dan rektum pada wanuta, kolonisas oleh bakteri enterik mudah terjadi.
Uretra yang pendek dan trauma terhadap uretra selama hubungan seksual memudahkan
masuknya bakteri kedalam kandung kemih. Biasanya urin dalam kandung kmeih steril,
sebagai akibat sifat-sifat antimikroba yang terdapat pada mukosa kandung kemih dan
mekanisme pembilasan yang terjadi saat berkemih secara periodik. Dengan adanya obstruksi
aliran keluar atau dosfungsi kandung kemih, maka mekanisme pertahanan alami kandung
kemih menjadi tidak berdaya, sehingga menciptakan kerentanan terhadap ISK. pada kondisi
statis, bakteri yang masuk kenkandung kemih dapat berkembang biak tanpa terganggu, tidak
dibilas atau dihancurkan oleh dinding kandung kemih. Dari urin kandung kemih yang
terkontaminasi, bakeria naik disepanjang ureter untuk menginfeksi pelvis renalis dan
parenkim ginjal. Oleh karena itu, ISK sering ditemukan pada penderita dengan obstruksi
saluran kemih, seperti pada hiperplasi prostat jinak, dan prolapsis uteri. Frekuensi ISK juga
eningkat pada diabetes karena peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan disfungsi
kandung kemih neurogenik, yang menyebabkan predisposis untk statis.

Inkompetensi orificium vesikoureter, mengakibatkan refluks vesicoureteral refluks


(VUR), merupakan penyebab penting infeksi asenden. Refluks ini memungkinkan bakteri
naik ke ureter penuju pelvis. VUR ditemukan pada 20% - 40% anak anak dengan ISK,
biasanya sebagai konsekuensi dari cacat kongenital yang engakibatkan inkomoetensi katup
uretero-vesika yang mengakibatkan inkompetensi katup uretero-vesika. VUR juga bisa
didapat pada orang-orang dengaN kandung kemih lemah akibat jejas medulla spinalis atau
dengan disfungsi kandung kemih neurogenik sekunder akibat dibetes, VUR menghasilkan
urin yang tersisa pasca pengosongan didalam saluran kemih, yang mendukung pertumbuhan
bakteri. Selain itu, VUR memberikan mekanisme bagi urin yang terinfeksi didalam kandung
kemih untuk terdorong keatas ke pelvis renalis hingga lebih jauh lagi ke parenkim ginjal
melalui ductus terbuka di ujung papil (refluks intrarenal)

Pyelonefritis kronik
Pielonefritis kronik dan nefropati refluks
Pielonefritis kronik didefinisikan sebagai entitas morfologik apabila radag
interstisium dan pembentukan jaringan parut (Scarring) parenkim ginjal sebagai
proses utama (predominan) berkaitan dengan pembentukan jaringanparut serta
deformitas sistem pelviokaliks yang terlihat secara makroskopik. Pielonefritis kronik
adalah penyebab penting kepad gagal ginjal kronik. Penyakit ini dapat dibedakan
menjadi dua bentuk; pielonefritis obstruktif kronik dan pielonefritis terkait refluks yg
bersifat ron.

Pielonefritis obstrutif kronik


Obstruksi membuat ginjal rentan terhadap nfeksi, infeksi berulang yang
bersifar menambah beban (Supersimposed) pada lesi obstruktif difus atau lokal
mengakibatkan pengulangan proses peradangan dan pembentukan jaringan parut
ginjalm yang akhirnya menyebabkan pielonefritis pada anomali kongenitak oada
uretra (misal : katup uretra posterior), mengakibatkan insufisiensi ginjal yang fatal,
kecuali jika anomali tersebut diperbaiki, atau unilateral, seperti terjadi pada kalkuli
(batu ginja) dan lesi ibstruktif unilaterap pada ureter.

Pielonefritis terkait-refluks yang bersifat kronik (nefropati refluks)


Ini merupakan tipe yang lebih kazim dari pielonefritis kronik yang lebih
disertai dengan fibrosis dan terjadi akibat ISK yang muncul pada refluks vesiko-ureter
kongenital dan refluks intrarenal. Refluks dapat terjadi unilateral maupun bilateral;
sehingga resultan kerusakan ginjal dapat mengakibatkan kebentukan jaringan parut
dan atofia pada satu injal dan mungkin menjangkiti kedua-duanya, dengan potensi
mengakibatkan insufisiensi ginjal kronik.

ISK BAGIAN BAWAH

Sistitis
Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya
berupa sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan
periuretral,rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan
organisme gramnegatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital
eksternamemungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak
akibatflora (E. coli) pada tubuh pasien.

Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur uretra dan hiperplasi


prostatik (penyebab yang palin sering terjadi). Infeksi saluran kemih atas penyebab
penyakitinfeksi kandung kemih kambuhan (Nursalam & Fransisca, 2009)

Uretritis
Pada individu normal, laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme non-pathogenic fastidious gram-positive dan gram negatif 2. Hampir
semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam saluran
kemih yang lebih distal, misalnya kandung kemih28. Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks vesikoureter.
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin
akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat
lanjut septikemi atau endokarditis akibat S. aureus.

GEJALA dan ANAMNESA

Dari gejala dapat di bedakan menurut lokasi Nya:

Pielonefritis yaitu iak yang menyerang ginjal.infeksi ini bisa berasal dari kandung
kemih, uretra, dan ureter.kebanyakan infeksi berasal dari uretra karna dia ter letak paling luar
gejala yang timbal Demam,mual dan muntah, nyeri abdomen dan diare, juga di jumpai gejala
sistitis dan nyari tekan abdomen

Uretritis adalah infeksi pada bagian uretra biasa Nya pasien Akan mengeluh disuria,
Piuria,frekuesi kencing meningkat

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan :

demam,
nyeri ketok pinggang (sudut kostovertebra),
nyeri tekan perut bawah (supra simfisis),
kelainan pada organ genitalia eksterna seperti fimosis,
hipospadia,
epispadia,
kelainan tulang belakang seperti spina bifida.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang Infeksi Saluran Kemih (ISK) diantaranya :

Blass Nier Ophage Intra Venous Pyelogram ( BNO IVP ),


Blass Nier Ophage Intra Venous Pyelogram ( BNO IVP )
merupakan pemeriksaan yang berfungsi untuk menunjukkan konfirmasi yang
cepat tentang penyebab nyeri abdominal dan panggul, serta menunjukkan
abnormalitas anatomi saluran perkemihan
Cystoscopy.
Cystoscopy adalah pemeriksaan yang berfungsi mengetahui kerusakan
dari serabut-serabut otot pada kandung kemih.
Pemeriksaan laboratorium, yang diantaranya:
o Analisa urine
Pada analisa urine, terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus,
bakteri dan peningkatan pH.
o Kultur urine
Kultur urine dilakukan untuk menentukan jenis kuman atau
penyebab infeksi saluran kemih serta untuk menentukan jenis
antibiotik yang akan diberikan.
o Darah
Pada pemeriksaan darah, terdapat peningkatan leukosit, ureum,
dan kreatinin.

PENATALAKSANAAN

Mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi


risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif,
murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola pengobatan ISK
harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta
lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari
ISK, antara lain :

Pengobatan dosis tunggal


Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
Pengobatan profilaksis dosis rendah
Pengobatan supresif.

A. ISK bawah
Pasien dianjurkan untuk minum banyak agar diuresis meningkat , di berikan obat
yang meneybabkan suasana urin alkali jika terdapat disuria berat
diberikan antibitok yang sesuai. Wanita dengan gejala infeksi saluran kemi bawah
cukup diobati dengan dosis tunggal atau selama 5 hari ( terapi konvensional )

o TERAPI DOSIS TUNGGAL : amoksisilin, sefaleksin, kanamisin


( intramuskular )

o TERAPI KONVENSIONAL :
1. Amiksisilin, trimetroprim, nitrofurantoin
2. Gentamisin,sefaleksin , sefalotinm kanamisin, norfloksasin

B. Terdapat dua jenis ISK recurens


Yang paling sering adalah kuman baru pada setiap serangan , berarti re-infeksi,
biasanya pada wanita yang dengan gejala sistitis aku rekurens atau pasien dengan
kelainan anatomis .pasien diminta untuk banyak minum agar sering berkemih dan
dianjurkan untuk minum antibiotik . pada kasus yang sulit dapat diberikan obat
profilaksis dosis rendah misalnya ( trimetropin , sulfametoksazol ) biasanya
diberikan selama 3-6 bulan
Jenis kedua adalah dimana infeksi terjadi persisten dengan kuman yang sama.
Diluar kemungkinnan reistensi kuman, ini merupakan tanda nidus infekssi seperti
batu atau kista. Biasanya diperlukan antibiotik jangka panjang, pemeriksaan lebih
lanjut yang dilakukan biasanya pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur secara
berulang , tes fungsi ginjal dan usg ginjal .

C. Infeksi saluran kemih (ISK) atas


Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit
48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut:
Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral.
Pasien sakit berat atau debilitasi.
Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.
Diperlukan invesstigasi lanjutan.
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikas

The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. Antibiotika
merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu
dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat
dilihat dari penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin
setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien. Menurut Coyle and Prince, 2005
Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :

dapat diabsorpsi dengan baik,


ditoleransi oleh pasien,
dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin,
memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai.
Pemilihan antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal,
memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Mescher L Anthony. 2012. Teks dan Atlas Histologi Dasar Junquiera. Edisi 12. Jakarta:
EGC. Hal. 325-335

Eroschenko P Victor. 2012. Atlas Histologi DiFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC. Hal. 369-390

Ranakusuma Boedisantoso. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Kumar, Abbas. 2013. Robbins Basic Pathology. 9th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Page 525-528

Anda mungkin juga menyukai