Anda di halaman 1dari 82

Preoperasi Visite

dan
Premedikasi Anestesi
PENDAHULUAN
PERSIAPAN ANESTESI

PERSIAPAN
PSIKOLOGIS/MENTAL PEMBERIAN OBAT
PASIEN YANG AKAN DI TERTENTU SEBELUM
ANESTESI INDUKSI DIMULAI
PREMEDIKASI

TUJUAN : MEMBUAT PASIEN BEBAS DARI RASA CEMAS


PRA BEDAH, TERSEDASI TETAPI MUDAH
DIBANGUNKAN DAN KOOPERATIF

BERPERAN DALAM MENENTUKAN KEBERHASILAN


PEMBIUSAN & PEMBEDAHAN
Urutan Tindakan Anestesi umum

• Evaluasi Pre-operasi dan Persiapan (Anamnesa,


Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan penunjanng)
• Puasa (mengosongkan lambung)
• Premedikasi (membuat pasien tenang, tidak cemas)
• Mulai Anestesi (Induksi)
• Maintenance (Mempertahankaan kedalaman
anestesi)
• Recovery (Menunggu siuman kembali)
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
- OPERASI ELEKTIF : UMUMNYA 1-2 HARI
SEBELUM OPERASI
- OPERASI EMERGENSI : BEBERAPA JAM
SEBELUM OPERASI ATAU PADA SAAT
DIKONSULKAN OLEH AHLI BEDAH
4 HAL PENTING YANG DIEVALUASI PADA PRE-OP VISITE :

1. “SURGICAL DISEASE” yaitu penyakit yang menyebabkan


penderita di operasi
2. “INTERNAL DISEASE” yaitu penyakit lain yang menyertai
surgical disease, misal : penderita hernia dengan penyakit DM
3. Kesulitan pemberian anestesi, misalnya kesulitan intubasi atau
kesulitan penyuntikan pada analgesia regional
4. Komplikasi anestesi yang mungkin terjadi baik selama dan
sesudah operasi
Preoperasi
Dokter perlu mengenal pasien, pasien perlu mengenal dokter, agar terbina proses
transference dan saling percaya.
4a_Anesthesia 6
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Anamnesis
1. Identifikasi pasien : nama, umur, JK, BB,
alamat, pekerjaan, dll.
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang di
derita (asma br, DM, hipertensi, dll).
3. Riwayat alergi terhadap obat-obatan atau
makanan.
4. Riwayat obat-obatan yang digunakan yang
mungkin menimbulkan interaksi dengan obat
anestesi, misal : antihipertensi, antibiotik, dll.
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Anamnesis :
5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah
dialami. Apakah ada kesulitan atau komplikasi
pemberian anestesi sebelumnya.
6. Kebiasaan sehari-hari yang mungkin dapat
mempengaruhi anestesi, seperti perokok berat
(>20 batang/hari) karena mudah batuk dan
hipersekresi saluran napas saat induksi.
7. Review of systems (termasuk snoring and
fatigue) OSA (Obstructive Sleep Apneu)
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Evaluasi Keadaan Umum Penderita
a. Keadaan fisik meliputi : status gizi (malnutrisi atau
obesitas).
b. Keadaan psikis : gelisah, takut, depresi, kesakitan.
c. Tanda-tanda penyakit saluran napas : batuk
berdahak, sputum kental atau encer, wheezing dll.
d. Tanda-tanda penyakit jantung : dipsnea, ortopnea,
sianosis,clubbing finger, nyeri dada, hipertensi, dll.
e. Kelainan GIT : mual,muntah, diare, hematemesis,
melena, ileus, dll.
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Evaluasi Keadaan Umum Penderita
f. Kelainan Hepatobilier : ikterus obstruktif, hepatitis.
g. Kelainan urogenital : gagal ginjal kronik
h. Kelainan endokrin : diabetes melitus, hipertiroid, dll.
i. Kelainan neuromuskuler : hemiparesis, neuropati, dll.

» Riwayat keluarga :
Apakah ada penyakit tertentu dalam
lingkungan keluarga seperti hipertemi maligna
atau kematian akibat penyakit jantung.
Dr. Andrew Ferguson
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Fisik

» B1 (Airway dan Breathe)


- frekuensi napas, tipe napas, regularitas, ada tidaknya
retraksi, suara napas : vesikuler, ronki, wheezing.
- Keadaan jalan napas, bentuk hidung, lubang hidung,
bentuk pipi & dagu, mulut & gigi.
- bagaimana keadaan lidah & tonsil
- pemeriksaan radiologi ( foto thoraks)
Airway Examination
• Teeth and bite
• Ability to protrude lower incisors beyond upper
• Mouth opening (inter-incisor distance)
• Mallampati score
• Facial hair
• Thyromental distance
• Length & thickness of neck
• Range of motion of head & neck
Mallampati untuk Intubasi

Dr. Andrew Ferguson


Cormack & Lehane Score (Untuk Intubasi)

1 2

3 4
Mallampati Class 1 !!!!
Evaluating Respiratory Disease
Established Risk Factors for Pulmonary Complications

Urea > 10.7 mmol/L (30 mg/dL) [OR 2.29]

Partially or fully dependent [OR 1.92]

Age > 70 [OR 1.91]

COPD [OR 1.81]

Neck, thoracic, upper abdominal, aortic or neurological surgery

Prolonged procedures (> 2 hours)

Emergency surgery [OR 3.12]

Hypoalbuminaemia (< 30 g/L) [OR 2.53]

Exercise tolerance < 1 flight of stairs / 100 yards

BMI > 30
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Fisik

» B2 (Blood/sistem kardiovaskuler)
- Nadi (Regularitas, frekuensi, isi nadi)
- Tekanan darah
- Perfusi perifer (Hangat,kering, kemerahan)
- Apakah ada syok, perdarahan
- Keadaan jantung penderita (murmur, BJ I –II)
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan radiologi ( foto thorax)
Evaluating Cardiac Disease
• Ischaemic heart disease
• Heart failure
• Arrhythmia
• Abnormal ECG
• Undiagnosed murmur
• Pacemaker or IACD
NYHA Functional Class
Class I No limitation of physical activity; ordinary activity does not cause fatigue,
palpitations or syncope
Class II Slight limitation of physical activity; ordinary activity results in fatigue,
palpitations or syncope
Class III Marked limitation of physical activity; less than ordinary activity results in
fatigue, palpitations or syncope; comfortable at rest
Class IV Inability to do any physical activity without discomfort; symptoms at rest
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Fisik

» B3 (Brain/susunan saraf)
- Apakah penderita takut dan gelisah
- Tingkat kesadaran penderita (GCS)
- Apakah ada kelumpuhan saraf
- Tanda-tanda TIK 

» B4 (Bladder)
- Produksi urin !!
- Apakah ada penyumbatan saluran kencing / darah pada kencing
- Pemeriksaan laboratorium à fungsi ginjal
- Pemeriksaan radiologi
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Fisik
» B5 (Bowel)
- Apakah ada muntah, diare, kembung, nyeri tekan
- Bising usus, peristltik usus
- Flatus
- Apakah ada cairan bebas di perut (ascites)
- Meraba hati, lien (Ukuran, konsistensi, permukaan)
- BNO
- Pemeriksan laboratorium (liver function test)
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Fisik
» B6 (Bone)
- Kaku kuduk
- Patah tulang
- Bentuk leher
- Bentuk tubuh (astenicus, atletik, picnic)
- Kelainan tulang belakang : skoliosis, kifosis,
lordosis
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Laboratorium :
1. Darah :
§ rutin : Hb, eritrosit,leukosit, hitung jenis leukosit,
LED.
§ faktor bekuan darah : CT, BT, PT, aPTT & jumlah
trombosit.
§ Gula darah
§ Faal hati : SGOT, SGPT, bilirubin, alkali fosfatase
§ Faal ginjal : serum kreatinin & ureum
2. Urine :
Urine rutin
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Pemeriksaan Tambahan, meliputi :

a. Pemeriksaan faal paru : untuk mengetahui kapasitas


vital paru serta ada tidaknya retriksi atau obstruksi.
b. Foto thoraks : pneumothoraks, posisi trakea, dll.
c. Pemeriksaan EKG : usia > 40 th atau orang muda
bila ada indikasi.
d. Elektrolit (Na, K, dan Cl) serta analisa gas darah
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Cek “8T”
» T1 = teeth = gigi
apakah gigi atas goyang atau menonjol, atau ada
tidaknya gigi palsu.
» T2 = Tongue = lidah
apakah lidah besar? Karena lidah yang besar
menyulitkan intubasi.
» T3 = temporomandibular joint =TMJ
apakah kaku sehingga terjadi trismus? Jika sulit
membuka mulut lebih dari 2 jari à prediksi kesulitan
intubasi
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» T4 = tonsil
apakah ada hipertrofi tonsil yang dapat menyulitkan
jalan napas.
» T5 = torticolis
apakah ada torticolis yang akan menyulitkan dalam
fleksi dan ekstensi kepala.
» T6 = Thyroid notch
apakah jarak antara tiroid dan simfisis mandibula < 3
jari dengan ekstensi kepala yang maksimal, jika < 3
jari akan menyulitkan intubasi.
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» T7 = trakea
apakah trakea mengalami deviasi, yang biasanya
disebabkan karena adanya tumor di leher.
» T8 = tumor
apakah ada tumor atau polip dalam faring atau laring.
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)
» Langkah selanjutnya adalah menentukan
masalah berdasarkan data yang ada :
a. Masalah Medis : asma br, hipertensi,
gangguan hati atau gangguan ginjal.

b. Masalah Bedah : tumor besar yang dapat


menyebabkan banyak perdarahan durante
operasi.

c. Masalah Anestesi : kesulitan intubasi karena


leher pendek, pasien obese, atau dengan gigi
ompong.
PRE-OP VISITE (EVALUASI
PRABEDAH)

“Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, hasil


pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang yang ada ditentukan status
fisik pasien dan prognosis/resiko terhadap
anestesi”
Obat obat yang tidak dibolehkan pada
waktu hari operasi

• Diuretics
• unless thiazide for hypertension
• unless severe heart failure
• Insulin & OHA - see hospital diabetic protocol
• Vitamins & iron
• ACEI’s or ARB’s (individual choice)
• depends on procedure/risk of hypotension
• Hold sildenafil/tadalafil from night before
Dr. Andrew Ferguson
Preop Medicines Management

Stop 48 hours pre-op

NSAIDs

Stop 4 days pre-op

Warfarin (convert to enoxaparin)

Stop 7 days pre-op

Clopidogrel

Aspirin 75 mg usually continued (check with consultant)

Herbal remedies

HRT

Dr. Andrew Ferguson


Evaluasi Pre op (4Q-3M)
• Q-1 : Qualify (normal atau tidak)
• Q-2 : Qualify (organ apa yang tidak normal)
• Q-3 : Quantity (derajat abnormalitas)
• Q-4 : Sisa cadangan fungsi organ
Contoh kasus

Q-1 : Qualify (normal atau tidak) ---Pasien sesak


Q-2 : Qualify (organ apa yang tidak normal) ---Paru atau jantung
Q-3 : Quantity (derajat abnormalitas)---Decomp cordis 3/4
Q-4 : Sisa cadangan fungsi organ---pasien sesak bila kerja dan hilang saat
berbaring
Evaluasi Pre op (4Q-3M)
• M-1 : Menghilangkan co-morbids
• M-2 : Mengendalikan co-morbids
• M-3 : Merubah strategi pembedahan
Contoh kasus “pasien sesak yang ternyata
decompensatio cordis”
• M-1 menghilangkan co-morbids
• Miokardiopati tidak bisa dihilangkan
• M-2 Kendalikan co morbids
• Digitalis dan vaasodilator decomp ¾ jadi 2/4
• M-3 Risiko masih terlalu tinggi untuk
pembedahan jenis ini misalnya rencana
reseksi usus (4 jam) diubah jadi colostomy
saja (2 jam)
Pasien batuk pilek (Upper Resp Tract
Infection)

• Obati sampai infeksi sembuh dulu untuk


mencegah descending infection (pharyngitis
bisa jadi bronkopneumonia)
• Post-op jika hanya batuk bisa merusak
jahitan di perut, dada dan kepala
Pasien Diabetes Mellitus
• Terapi agar gula darah 150-200
• Bila terapi sebelumnya OAD dan operasi post
opnya akan lama tidak boleh makan maka
harus diganti ke insulin
• Evaluasi organ lain yang kena
• PJK ?
• Hipertensi?
• Nephropathy?
KRITERIA ASA

• ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik dan biokimia


• ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
• ASA III : Pasien dengan penyakit berat sehingga aktivitas rutin
terbatas
• ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat dan tidak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat
• ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E
Puasa
• Tujuan
– Mengosongkan lambung agar tidak ada
sisa makanan yang bisa dimuntahkan
– Mengurangi produksi asam lambung
– Mengurangi risiko aspirasi ke paru
Puasa
• Tatalaksana
– makanan padat / susu terakhir 8 jam pra-anestesia
– khusus untuk operasi usus diperlukan puasa lebih
lama karena usus perlu sterilisasi dengan antibiotika
• Anak / bayi mudah dehidrasi, jadi jangan terlalu lama
puasa
pasien puasa meski sp 21 jam, 67% lambungnya masih berisi
cairan dalam jumlah yang berbahaya (> 0.4 ml/kg)

28
jam puasa

22

17

11

0
0, 0,5 1, 1,5 2, 2,5
isi lambung ml / kg BB
puasa 6 jam, 71% masih berisi cairan dlm jumlah berbahaya
puasa 10 jam, 75% yang masih berbahaya

28
jam puasa

22

17
10 jam
11
6 jam
6

0
0, 0,5 1, 1,5 2, 2,5
isi lambung ml / kg BB
Pasien puasa 8 jam, anestesia spinal, muntah 500 cc
terhisap masuk
ke paru

Muntahan / cairan lambung


di pharynx
4/1/16 46
Pada bedah darurat, puasa tidak
dilakukan jika menghambat operasi

• Karena itu risiko aspirasi jadi


lebih besar
• Untuk mengurangi risiko aspirasi,
kosongkan isi lambung dengan
pipa naso-gastrik atau oro-gastrik
Pengosongan lambung

• Pasang pipa lambung besar (Fr 18-20)


• Hisap berulang-ulang sampai benar-benar kosong
• Kalau ada, beri antasida 30 menit pra-anestesia
– Mg-trisilikat (Gelusil biasa, Alumy) 20 cc
Premedikasi (PRE anesthetic MEDICATIon)
• Adalah tindakan untuk memberi rasa
nyaman, tenang, dan obat – obatan
sebelum melakukan induksi anestesi.

TUJUAN PREMEDIKASI
1. Mencegah terjadinya masalah-masalah pada
saat diberi anestesi dan membantu proses
anestesi (mengurangi hipersalivasi, mengurangi
sekresi bronkhial, mencegah refleks vagal,
mengontrol hipertensi /hipotensi)
2. Mencegah aspirasi
3. Mengurangi Nyeri
4.Memberi kenyamanan pada penderita
(mengurangi atau menghilangkan kecemasan,
memberi sedatif amnesia)
5. Mencegah mual-muntah
6. Membantu pengosongan asam lambung dan
mengurangi produksinya
7. Mencegah Infeksi
Faktor- faktor yang diperhatikan dalam
pemberian obat premedikasi
Bergantung pada:
•Umur pasien
•Berat badan
•Status fisik
•Derajat kecemasan
•Riwayat hospitalisasi sebelumnya (terutama
pada anak)
•Riwayat reaksi terhadap obat premedikasi
sebelumnya (bila pasien pernah diberi anestesi
sebelumnya)
Faktor- faktor yang diperhatikan dalam
pemberian obat premedikasi
Bergantung pada:
•Riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang
kemungkinan dapat berpengaruh pada jalannya
anestesi (misalnya pada pemberian
kortikosteroid, antibiotika tertentu)
•Perkiraan lamanya operasi
•Macam dan jenis operasi (misalnya terencana
atau darurat, pasien rawat inap atau rawat jalan
serta rencana obat anestesi yang akan
digunakan.
Premedikasi
Ada 2 (dua) pendekatan premedikasi yaitu
1) Pendekatan farmakologis (dengan
memberi obat-obatan) 1-2 jam sebelum
operasi
2) Pendekatan non farmakologis / FIsiologis
(misal dengan pendekatan moril oleh dokter
ke pasien, menjelaskan apa tindakan
yang akan kita lakukan ke pasien
sehingga pasien tenang) (24 jam
sebelum pre op)
Hasil akhir yang diharapkan dari
pemberian premedikasi
Terjadinya sedasi dari pasien tanpa
disertai depresi dari pernapasan dan
sirkulasi, terhadap reflek-reflek
perlindungan.
Kebutuhan premedikasi bagi masing-
masing pasien dapat berbeda. Rasa
takut dan nyeri harus diperhatikan betul
pada pra bedah.
Contoh obat premedikasi

Golongan Contoh

Barbiturat Pentobarbital
Opioid Morfin, Petidin
Benzodiazepin Diazepam, Midazolam
Antikolinergik Sulfas atropin
Antiemetik Droperidol
Antasida Gelusil
H1 reseptor antagonis Phenergan
H2 reseptor antagonis Simetidin, Rantidin
Menghilangkan kecemasan
• Nonfarmakolgis : Preop Visit
• Farmakologis (Golongan Benzodiazepine)
• Diberikan malam atau beberapa jam sebelum
operasi
• Midazolam yang diberikan 0,05 – 0,15
mg/kgBB iv dapat memberikan efek amnesia
sebesar 60-96%
• Amnesia dapat terjadi 2 - 5 menit setelah
pemberian. Durasi sekitar 20 – 30 menit
Mencegah kejang
• Pasien yang memiliki riwayat kejang berulang
harus melanjutkan terapi anticonvulsant selama
periode perioperative.
• Pemberian premedikasi dengan menggunakan
obat golongan benzodiazepines dapat
mengurangi kemungkinan ‘central nervous system
toxicity’( seizure) pada pemberian anestesi local
Benzodiazepine
• Golongan ini sangat spesifik untuk
menghilangkan rasa cemas. Diazepam
bekerja pada reseptor otak yang
spesifik, menghasilkan efek anti anxiety
yang selektif pada dosis yang tidak
menimbulkan sedasi yang berlebihan,
depresi napas, mual dan muntah.
Benzodiazepine
Kerugian penggunaan diazepam :
• Menyebabkan sedasi berkepanjangan.
• Rasa sakit pada penyuntikan im.
• Absorbsi sistemik yang jelek setelah
pemberian IM.
Benzodiazepine yang larut dalam air dan cepat
diabsorbsi setelah pemberian intramuscular,
yaitu midazolam. Keuntungan obat ini tidak
menimbulkan rasa nyeri pada penyuntikan
baik im atau iv. Penggunaan midazolam ini
harus dengan pengawasan ketat, karena
kemungkinan terjadi depresi respirasi.
Penggunaan dan dosis benzodiazepin

Obat Penggunaan Pemberian Dosis

Diazepam Premedikasi Oral 0,2-0,5mg/kg*


Sedasi iv 0,04-0,02mg/kg
Induksi iv 0,3-0,6mg/kg

Midazolam Premedikasi im 0,07-0,15mg/kg


Sedasi iv 0,01-0,1mg/kg
Induksi iv 0,01-0,04mg/kg

* Dosis maksimum 15 mg
Mengurangi rasa nyeri
• Pasien yang mengalami nyeri dapat
diatasi dengan memberikan opioid
untuk analgetiknya.
• Pada pasien yang tidak mengalami
nyeri, pemberian opioid akan
mendepresi pernafasan sementara
sedasi tidak tercapai. Opioid bukanlah
pilihan terbaik jika sedasi saja yang
diharapkan..
Narkotik
• Morfin dan pethidin merupakan narkotik yang
paling sering digunakan untuk premedikasi.
Keuntungan penggunaan obat ini :
• Memudahkan induksi
• Mengurangi kebutuhan obat anestesi
• Menghasilkan analgesi pra dan pasca bedah
• Memudahkan melakukan pemberian
pernapasan buatan
• dapat diantagonisir dengan naloxon.
Narkotik
• Narkotik ini dapat menyebabkan vasodilatasi
perifer shg menyebabkan hipotensi ortostatik.
Hal ini akan lebih berat lagi bila digunakan
pada pasien dengan hipovolemia.
• Dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan di medulla.
• Mual dan muntah akibat stimulasi narkotik
pada pusat muntah di medulla.
Analgesia Dosis, penggunaan, dan cara
pemberian
Obat Penggunaan Pemberian Dosis

Morfin Premedikasi im 0,05-0,2 mg/kg


Anestesi iv 0,1-1,0 mg/kg
Pascabedah im 0,05-0,2 mg/kg
iv 0,03-0,15 mg/kg

Petidin Premedikasi im 0,5-1 mg/kg


Anestesi iv 2,5-5 mg/kg
Pascabedah im 0,5-1 mg/kg
iv 0,2-0,5 mg/kg

Fentanyl Anestesi iv 2-150 Fg/kg


Pascabedah iv 0,2-1,5 Fg/kg
Mengurangi salivasi dan sekresi
bronchial
• Sudah jarang digunakan
• Sulfas Atropin : 0,25 – 0,5 mg im
• Untuk anak 0,01mg - 0,02 mg/kg berat
badan
• Sulfas Atropin lebih mudah
menyebabkan takikardi Hal ini perlu
diperhatikan dalam pemberian terhadap
pasien yang menderita penyakit jantung
Mengurangi salivasi dan sekresi
bronchial
• Induksi anestesi menggunakan anestesi inhalasi,
ether, atau cyclopropane dapat memicu
pelepasan saliva dan ‘airway secretion’
• Sekresi ini juga dapat terjadi karena pemberian
topical local anestesi solution untuk anestesi
mukosa airway sebelum prosedur laryngoscopy
atau intubasi trakea.
Mencegah vagal reflex
• Intubasi trakea atau manipulasi lain terhadap
jalan napas dapat mengakibatkan reflek
bradikardi yang dalam dan tiba-tiba, meskipun
reflek ini lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan pada dewasa.
• Pemberian premedikasi dengan
anticholinergic seperti atropine dapat
mencegah reflek ini, meskipun mungkin
disertai efek samping takikardi.
Refleks Vagal
• Terjadi karena manipulasi jalan napas
• Bradikardi hebat
• Dicegah dengan antikolinergik (Sulfas
Atropin, menghilangkan rangsangan)
Antikholinergik
• Atropine mempunyai efek kompetitif
inhibitor terhadap efek muskarinik dari
asetylcholin. Atropine ini dapat
menembus barier lemak misalnya blood
brain barrier, plasenta barrier dan
tractus gastrointestinal.
Antikholinergik
• Reaksi tersering dari pemakaian obat ini ialah
menghasilkan efek anti sialogoque,
mengurangi sekresi ion asam lambung,
menghambat reflek bradikardia dan efek
sedative dan amnestik (terutama
scopolamine).
• Efek lain yang merugikan adalah nadi yang
meningkat, midriasis, cyclopegia, kenaikan
suhu, mengeringnya secret jalan napas dan
pada CNS toxicity terjadi gelisah dan agitasi.
Karakteristik antikolinergik

Atropin Skopolamin Glikopirolat

Takikardia +++ + ++
Bronkodilatasi ++ + ++
Sedasi + +++ 0
Antisialogog ++ +++ +++

0 = tidak ada efek


+ = efek minimum
++ = efek sedang
+++ = efek jelas
Mencegah aspirasi cairan lambung

• Seorang anestesi harus mampu


mengidentifikasi pasien mana yang
mempunyai resiko tinggi terjadinya
aspirasi pneumonia akibat cairan
lambung dan melakukan precaution
untuk mengurangi resiko aspirasi cairan
lambung.
Mencegah aspirasi cairan lambung
Cara untuk mencegah aspirasi:
1) Puasa
Puasa merupakan cara yang paling murah dan
sederhana untuk mengurangi resiko aspirasi . Idealnya
puasa dilakukan minimal 8 jam sebelum operasi.
2). Gastric Antisecretory agent:
3) Antasida, pemberian premedikas antasida secara oral
sebagai buffer terhadap cairan asam lambung . Antasida
seringkali digunakan pada operasi emergensi.
Mencegah mual muntah pasca operasi
• Mual muntah dapat membahayakan pasca operasi
mata, hidung, wajah, dan syaraf. Karena dapat
meningkatkan kejadian pendarahan vena atau
peningkatan tekanan intraocular dan tekanan
intracranial. Terjadi baik sebelum atau sesudah
operasi (10 – 55%)

• Mual muntah juga salah satu predisposisi terjadinya


aspirasi cairan asam lambung terutama pada saat
induksi anestesi dan kondisi emergensi. Antiemetic
dapat mengurangi insiden komplikasi ini.
Mencegah mual muntah pasca operasi

Beberapa obat yang digunakan:


1) Ondansetron. Untuk pencegahan muntah perioperativ,
dapat diberikan 4 mg intravena,
2) Metocloperamide. Cara kerjanya dnegan meningkatkan
‘resting tone’ dan ‘phasic contractile activity’ pada otot
gastroinstentinal, meningkatkan tekanan sphincter
esophagus bawah, dan mempercepat pengosongan
lambung. Dosis intravena 10-20 mg diberikan dalam 10-20
menit.
3) Droperidol.Obat ini berguna terutama pada pasien yang
mempunyai riwayat PONV sebelumya. Dosis yang
digunakan 0,125-0,250 diberikan secara IV.
Antasida
• Pemberian antasida 30 menit prainduksi
hamper 100% efektif untuk menaikkan pH
asam lambung diatas 2,5.
• Seperti diketahui, aspirasi cairan asam
lambung dengan pH yang rendah dapat
menimbulkan apa yang dinamakan acid
aspiration syndrome atau disebut juga
Mendelson syndrome.
• Yang dianjurkan ialah preparat yang
mengandung Mg – trisiklat.
Histamine H2-reseptor antagonis,
• Obat ini akan melawan kemampuan histamine
dalam meningkatkan sekresi cairan lambung
yang mengandung ion H tinggi. dan dapat
menaikkan pH cairan lambung diatas 5,
sebanyak lebih dari 80% pasien.
• Sehingga mengurangi kemungkinan
pneumonia aspirasi
• Dosis cimetidine oral 300 mg malam hari
• Atau Ranitidine dosis 50 mg intra vena
sebelum induksi
Inhibitor Pump Proton
• Omeprazol, Lanzoprazol, Pantoprazol
• Bekerja pada sel parietal lambung
• Menghambat sekresi asam lambung
• Indikasi untuk pengobatan ulkus peptikum,
Gastrointestinal Refluk disease (GERD),
Zollinger Ellison Syndrome
Mencegah infeksi
• Antibiotik mengurangi kejadian infeksi
luka terutama pada operasi insisi bedah.
Untuk jenis antibiotic yang digunakan
perlu untuk konsultasi kepada ahli
bedah yang bersangkutan terutama
tentang dosis dan waktu pemberian
Mencegah hipertensi
• Pasien yang memiliki respon hipertensi
terhadap tindakan larygoscopi, intubasi , nyeri
dapat semakin menambah tekanan darahnya.
• Hal yang penting dilakukan untuk mencegah
hal ini dengan melanjutkan terapi
antihipertensi sebelumnya sampai pada
induksi anestesi dan mempertahankan
anestesi yang dalam selama operasi.
Melanjutkan terapi yang diberikan sebelum
operasi dari dokter sebelumya

• Semua pengobatan yang diberikan rutin


kepada pasien tetap dilanjutkan
sebelum anestesi dan operasi.
(tergantung kondisi pasien)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai