Anda di halaman 1dari 35

Perioperative Anestesi

Pembimbing: dr. Rifky, Sp.An


Manajemen Pre-
Anestesi / Pre-
Operasi
Manajemen Manajemen intra
perioperative operasi
anestesi
Manajemen Post-
operasi
Evaluasi Pre-operasi dan persiapan (anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang)

Puasa (mengosongkan lambung)

Premedikasi (membuat pasien tenang, tidak

Urutan Tindakan cemas)

Anestsei umum Mulai anestesi (induksi)

Maintenance (mempertahankan kedalaman


anestesi)

Recovery (menunggu siuman kembali)


• Operasi Elektif
• Operasi Emergenci

• 4 hal penting yang dievaluasi


pada pre-op visite:

Pre-OP Visite (Evaluasi • Surgical disease


• Internal disease
Prabedah) • Kesulitan pemberian anestesi
• Komplikasi anestesi
Anamesis

Riwayat penyakit yang Riwayat alergi obat atau


Identifikasi pasien
pernah atau sedang diderita makanan

Riwayat operasi dan anetsesi


yang pernah dialami (apakah Kebiasaan sehari-hari yang
Riwayat obat-obatan ada kesulitan atau dapat mempengaruhi
komplikasi pemberian anestesi (rokok)
anestesi sebelumnya)
Evaluasi keadaan umum pasien
Tanda-tanda penyakit
Tanda-tanda penyakit
Keadaan fisik meliputi: saluran nafas (batuk
Keadaan psikis: gelisah, jantung (dispnea,
status gizi (malnutrisi berdahak, sputum kental
takut, depresi, kesakitan ortopnea, sianosis, nyeri
atau obesitas) atau encer, wheezing,
dada, hipertensi, dll)
dll)

Kelainan GIT ( mual,


Kelainan hepatobilier:
muntah, diare, Kelaainan urogenital Kelainan endokrin (DM,
(ikterus obstruktif,
hemetemesis, melena, (gagal ginjal kronik hipertiroid)
hepatitis)
dll)

Riwayat keluarga:
Kelainan neuromuskular
apakah ada penyakit
(hemiparesis, neuropati,
tertentu di dalam
dll)
lingkungan keluarga
• Frekuensi nafas, tipe nafas, ada
tidaknya retraksi, suara napas
(vesikuler, ronki, wheezing)
• Keadaan jalan nafas, bentuk hidung,
lubang hidung, bentuk leher dan gigi
• Bagaimana keadaan lidah dan tonsil
• Range of motion of head and neck

Pemeriksaan fisik
•B1 (Airway dan Breath)
LEMON Look

B1 (airway Mallampati
Evaluated
and breath) Score

Neck
Obstruction
Mobility
Mallampati untuk Intubasi
Nadi (regularitas, frekuensi, isi nadi)
B2 (Blood / Tekanan darah
sistem Perfusi perifer
kardiovaskuler
Apakah ada syok
)
Keadaan jantung penderita (BJ I – II)
B3 (Brain)

Apakah tanda-
Apakah Tingkat
tanda
penderita takut kesadaran
kelumpuhan
dan gelisah penderita (GCS)
saraf
Produksi urin !!!

Apakah ada penyumbatan saluran


B4
kencing / darah pada kencing
(Bladder)
Pemeriksaan Lab (fungsi ginjal)
Apakah ada muntah, diare, kembung, nyeri tekan

Bising usus, peristaltik usus

Flatus

B5 (Bowel) Apakah ada ascites

Meraba hati, lien (ukuran, konsistensi, permukaan)

Pemeriksaan Lab (Liver function test)


Patah tulang

Bentuk leher
B6 (Bone)
Bentuk tubuh (Astenicus, atletik,
pienic)

Kelainan tulang belakang: skoliosis,


kifosis, lordosis
Anestesiolog disarankan untuk tidak menerima pasien pembedahan
elektif sampai investigasi yang sesuai tersedia. Tes sederhana yang
diindikasikan adalah sebagai berikut :

• Tes urin, terutama gula, keton dan protein


• Kadar hemoglobin, hitung jenis, waktu perdarahan dan pembekuan (BT/CT) dan golongan darah.
• Kadar ureum dan elektrolit tidak dibutuhkan secara rutin pada pasien kurang dari 50 tahun, akan tetapi harus diambil
pada keadaan-keadaan berikut :
• Jika terdapat riwayat diare, muntah, atau penyakit metabolik
• Adanya penyakit ginjal atau hepar, diabetes, atau status nutrisi yang abnormal
• Pada pasien yang mendapat medisasi diuretik, digoksin, antihipertensi, steroid, atau obat hipoglikemik.
• Tes fungsi liver diperlukan hanya pada pasien dengan :
• Penyakit hepar
• Status nutrisi abnormal atau penyakit metabolik
• Riwayat konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak (>80 g/ hari)
5. Konsentrasi gula darah
• Pengukuran gula darah diperlukan pada pasien yang mempunyai penyakit diabetes
atau penyakit vaskular atau sedang mendapat terapi kortikosteroid.
6. Status sickle
• Pasien dengan asal etnik atau riwayat keluarga dengan kecurigaan adanya
hemoglobinopathy hendaknya dilakukan pengukuran konsentrasi hemoglobin dan
elektroforesis hemoglobin
7. Analisa gas darah
• Analisa gas darah arteri diperlukan pada semua pasien dengan dispneu saat istirahat dan
pada pasien dengan rencana akan dilakukan toraksotomi elektif
8. Foto toraks
• Foto toraks tidak diperlukan secara rutin pada pasien di bawah usia 60 tahun tetapi harus
dilakukan pada situasi :
a. Jika terdapat riwayat atau tanda-tanda fisis penyakit jantung atau penyakit respirasi.
b. Jika terdapat kemungkinan metastasis dari karsinoma
c. Sebelum operasi toraks
d. Pada imigran yang baru, dalam 12 bulan terakhir dari negara-negara dengan endemik TBC
• Foto toraks umumnya dilakukan sebagai pemeriksaan rutin pada semua pasien dengan
penyakit paru. Hal-hal yang penting adalah apakah terdapat deviasi trakea atau distorsi,
apakah terdapat deformitas pada dinding toraks, dan apakah terdapat kelainan lokal pada
paru atau pleura yang mungkin terlewatkan pada pemeriksaan fisis.
• Foto toraks seringkali kurang memperlihatkan adanya kelainan fungsi paru
9.Elektrokardiogram
EKG 12 lead hendaknya diperiksa pada situasi-situasi berikut :
a. Jika terdapat riwayat atau tanda-tanda fisis penyakit penyakit jantung
b.Adanya penyakit hipertensi
c. Pada semua pasien dengan usia di atas 40 tahun.
10. Bedside pulse oxymeter
1.Pengukuran saturasi oksigen arterial udara nafas dan konsentrasi oksigen tinggi
memberikan indeks pertukaran gas pulmoner yang cepat dan berguna

11. Echogardiogram
2.Ini merupakan tes noninvasif yang sangat berguna yang memperlihatkan abnormalitas
anatomi dari jantung, menilai fungsi ventrikular dan gradien tekanan yang melalui katup
yang mengalami stenosis, dan mendeteksi adanya regurgitasi valvular. Ini dapat dilakukan
di tempat tidur pasien, tetapi memerlukan perlengkapan yang mahal dan operator yang
terlatih.
“Dari hasil anamesis, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
penunjang yang ada sehingga dapat ditentukan status fisik
pasien dan prognosis / resiko terhadap anetsesi”

Tentukan ASA !!!


Puasa
Mengosongkan lambung
agar tidak ada sisa makanan
yang bisa dimuntahkan

Mengurangi prosuksi asam


lambung

Mengurangi resiko aspirasi


ke paru
Makanan
padat / susu Clear fluid 2
terakhir 6-8 jam pra-
jam pra- anestesi
anestesi

Tatalaksana Khusus Anak / bayi


untuk mudah
operasi usus dehidrasi,
diperlukan jadi jangan
puasa lebih terlalu lama
lama puasa
Pada bedah darurat, puasa tidak
dilakukan jika menghambat operasi

Untuk mengurangi
resiko aspirasi,
Kalau ada, beri
Karena resiko aspirasi kosongkan isi lambung
antasida 30 menit pra-
lebih besar dengan pipa naso-
anestesi
gastrik atau oro-
gastrik
Premedikasi (Pre • Adalah tindakan untuk memberi rasa
anestesi nyaman, tenang dan obat-obatan sebelum
melakukan induksi anestesi

medication)
Mencegah terjadinya masalah –masalah pada saat diberi anestesi dan
membantu anestesi (mengurangi hipersalivasi, mengurangi sekresi
bronkhial, mencegah refleks vagal, mengontrol hipertensi/hipotensi)

Mencegah aspirasi

Mengurangi nyeri

Tujuan Premedikasi
Memberi kenyamanan pada penderita ( mengurangi atau menghilangkan
kecemaasan, memberi sedatif)

Mencegah mual-muntah

Membantu pengosongan asam lambung dan mengurangi produksinya

Mencegah infeksi
Pendekatan
farmakologis
2 jenis pendekatan
premedikasi Pendekatan
non
farmakologis
Intra Operative Monitoring

ASA Standard of Intra Operative Monitoring

• Standard I : Availability of anesthesiologist at all time

• Standard II : Oxygenation, Ventilation, Circulation & Body


Temperature
Post
Anestesi
Care Unit
(PACU)

Anda mungkin juga menyukai