Keluhan utama :
1. Sakit kepala
2. Merasa cepat lelah
3. Rasa pegal/tidak nyaman pada tengkuk
dan leher
4. Berdebar atau detak jantung terasa
cepat
5. Perasaan berputar seperti tujuh keliling
serasa ingin jatuh
6. Mual
7. Muntah
8. Keluar darah dari hidung
9. Sesak nafas
Riwayat kesehatan dahulu :
1. Hipertensi
2. Gagal jantung
3. Diabetes Melitus
4. Penyakit ginjal
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
EKG
Foto Rontgen
Data Subjektif : tanpa disertai peningkatan tekanan darah, • Kaji adanya factor yang menyebabkan
nadi dan RR kelelahan
- Klien mengeluh lelah
- Klien mengeluh sesak • Mampu melakukan aktivitas sehari hari • Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
nafas saat atau setelah (ADLs) secara mandiri • Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
aktivitas emosi secara berlebihan
- Klien merasa tidak
nyaman setelah • Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
beraktivitas • Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
- Klien merasa lemah Medik dalam merencanakan progran terapi yang
tepat.
• Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
Data Objektif : diwaktu luang
Data Objektif :
- Bradikardi / takikardi
- Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
- Edema
- Distensi vena jugularis
- Central venous pressure
(CVP)
meningkat/menurun
- Tekanan darah
meningkat/menurun
- Nadi teraba lemah
- CRT > 2 detik
- Oliguria
- Warna kulit pucat atau
sianosis
- Kulit dingin dan
berkeringat
- Bunyi crackle
- Terdengar suara jantung
S3 dan S4 murmur
PATHWAY HIPERTENSI
Faktor presdiposisi : usia, jenis kelamin, merokok,
Aliran darah makin cepat
stress, kurang olahraga, genetik, alkohol, konsentrasi
Beban kerja jantung ↑ ke seluruh tubuh
garam, obesitas
sedangkan nutrisi dalam
sel sudah mencukupi
Kerusakan vaskuler pembuluh Tekanan sistemik darah ↑
Hipertensi kebutuhan
darah
Perubahan struktur Perubahan situasi Perubahan situasi Metode koping tidak efektif
Defisiensi pengetahuan
Penyumbatan pembuluh Informasi yang minim Ketidakefektifan koping
Ansietas
darah
Resistensi pembuluh darah
Nyeri kepala
Vasokontriksi otak ↑
Risiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak ↓ perfusi jaringan otak
Intoleransi aktivitas
Retensi Na Edema
PATHWAY HIPERTENSI
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. (2017). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskuler.
Jakarta: EGC
Black, Hawks. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. Jakarta: elseiver
Wilkinson., Judith.M. (2016). Diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA-I, intervensi NIC,
hasil NOC edisi 10. Jakarta: EGC
LeMone, Pricilla Dkk. (2017). Keperawatan medikal bedah:gangguan kardiovaskuler. Jakarta:
EGC
PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indikator diagnostik edisi 1
cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan tindakan keperawatan
edisi 1 cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Yasmara, Deni., Nursiswati., Arafat, Rosyidah. (2016). Rencana asuhan keperawatan medikal-
bedah: diagnosis NANDA-I 2015-2017. Jakarta: EGC
Nurafif, Amin huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Kperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Klabunde, Richard E. (2015). Konsep Fisiologi Kardiovaskular Edisi 2. Jakarta : EGC
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM KARDIOVASKULER
NAMA :
NPM :
Perubahan EKG :
1) ST elevasi, gelombang ST naik 1 ½ sampai 2
kotak kecil diaatas garis isoelektrik. Sudah
termasuk injuri. STEMI
2) ST depresi, gelombang ST turun di bawah garis
isoelektrik. Iskemik ditandai dengan adanya ST
depresi yang jika tidak tertangani akan menjadi
ST elevasi. NSTEMI
3) T inverted, gelombang T turun dibawah garis
isoelektrik (masih iskemik, namun jika tidak
ditangani akan menjadi infark.) NSTEMI
4) Q patologi, keadaan dimana gelombang Q < 1/3
gelombang R biasa disebut MCI old atau
sebelumnya pernah mengalami MCI yang
kemudian massih tergambar. NSTEMI
b) Laboraturium
- Kreatin fosfokinase Pada infark miokard akut
konsentrasi CK dalam serum akan meningkat
dalam waktu enam sampai delapan jam setelah
onset infark, mencapai puncaknya setelah 24
jam dan turun kembali ke normal dalam waktu
3 – 4 hari. Pemeriksaan ini tidak terlalu
spesifik untuk kerusakan otot miokard karena
enzim ini juga terdapat dalam paru-paru, otot
skelet, otak, uterus, saluran pencernaan dan
kelenjar tiroid, sehingga kerusakan pada organ-
organ tersebut akan meningkatkan kadar CK
dalam darah
- Troponin T Troponin T jantung adalah protein
miofibril dari serat otot lintang yang bersifat
kardio spesifik. Pada saat terjadi kerusakan
miokard akibat iskemi Troponin T dari
sitoplasma dilepas kedalam darah. Troponin T
dapat di periksa pada onset 3-4 jam, karena
pada onset tersebut akan terjadi peningkatan.
Troponin T lebih superior dibandingkan CK-
MB dan terjadinya posititf palsu sangat jarang.
Peningkatan kadar Troponin T dapat menjadi
penanda kejadian koroner akut pada penderita
angina pektoris tak stabil.
- Serum glutamic - oxaloacetic
transaminase(SGOT) Enzim ini juga akan
dilepeaskan oleh sel otot miokard yang rusak
atau mati. Konsentrasi dalam serum akan
meningkat dalam 8-12 jam setelah onset infark,
mencapai puncaknya pada 18-36jam dan mulai
turun kembali ke normal setelah 3-4 hari.
Selain di otot jantung, inzim ini juga terdapat
dalam hati dan otot skelet, sehingga pada
peningkatan kadar enzim ini merupakan
indikator yang lemah dalam menegakan
diagnosa infark miokard akut. Gagal jantung
dengan bendungan pada hati atau hipoksia otot
skelet sering juga disertai dengan peningkatan
kadar SGOT
- Lactic dehydrogenase (LDH) LDH hampir
terdapat disemua jaringan tubuh dan kadarnya
dalam serum akan meningkat pada berbagai
keadaan. Pada infark miokard akut, konsentrasi
akanm meningkat dalam waktu 24-48 jam,
mencapai puncaknya dalam 3-6 hari setelah
onset dan kembali normal setelah 8-14 hari.
LDH mempunyai 5 isoensim. Isoensim LDH 1
lebih spesifik untuk kerusakan otot jantung
sedangkan LDH 4 dan LDH 5 untuk kerusakan
hati dan otot skelet
- Pemeriksaan lainnya
c) Katerisasi
d) Radiologi
3. Penurunan curah jantung b.d NOC NIC
perubahan inotropic negative pada Cardiac pump Cardiac Care
jantung karena iskemia, cedera atau effectiveness Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
infark pada miokardium Circulation status durasi)
Batasan karakteristik : Vital sign status Catat adanya disritmia jantung
Data Subjektif Kriteria hasil Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
Perubahan frekuensi /irama Tanda-tanda vital dalam output
jantung rentang normal Monitor status kardivaskuler
- Palpitasi Dapat mentoleransi Monitor status pernapasan yang menandakan gagal
Perubahan preload aktivitas, tidak kelelahan jantung
- Lelah Tidak ada edema paru, Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
Perubahan afterload perifer dan tidak ada asites perfusi
- Dipsnea Tidak ada penurunan Monitor balance cairan
Perubahan kontraktilitas kesadaran
Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Dipsnea paroksismal
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
nocturnal
antiaritmia
- Ortopnea
Atur periode dan istirahat untuk menghindari
- Batuk, crackle
kelelahan
Monitor toleransi aktivitas
Data Objektif
Monitor adanya dispnea, fatigue, takipnea dan
Perubahan frekuensi /irama
ortopnea Anjurkan untuk mengurangi stress
jantung
- Aritmia
Monitor Vital Sign
- Bradikardi, takikardi
Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Perubahan EKG Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Perubahan preload Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama dan
- Edema, keletihan sesudah beraktivitas
- Peningkatan CVP (central Monitor kualitas nadi
vena pressure) Monitor adanya pulsus paradoksus
- Ditensi vena jugularis Monitor adanay pulsus alterans
Perubahan afterload Monitor jumlah dan irama jantung
- Tekanan darah Monitor bunyi jantung
meningkat/menurun
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Kulit lembab
Monitor suara paru
- Nadi perifer teraba lemah
Monitor pola pernapasan
- Oliguria
Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
- Pengisisan kapiler
Monitor sianosis perifer
memanjang >3 detik
Identifikasi penyebab dari perubahan tanda-tanda
- Peubahan warna kulit
vital
pucat/sianosis
Perubahan kontraktilitas
- Penurunan fraksi ejeksi
- Bunyi S3, S4
SOP PEMASANGAN EKG
A. Definisi Elektrokardiogram
Tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang berawal dari nodus sinoatrial yang di
konduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi) dalam jantung yang
menyebabkan jantung berkontraksi, yang dapat direkam melalui elektroda yang
didekatkan pada kulit.
1. Sandapan Bipolar
Sandapan (lead I): ekstermitas kiri atas lebih positif dari kanan atas
Sandapan (lead II): ekstermitas kiri bawah lebih positif dari kanan atas
Sandapan (lead III): ekstermitas kiri bawah lebih positif dari kiri atas
2. Sandapan Unipolar : Ekstermitas
Sandapan (lead aVR): didapatkan dari lengan kiri ke kaki kiri aliran ke
lengan kanan
Sandapan (lead aVL): didapatkan dari lengan kanan ke kakivkiri di
arahkan ke lengan kiri
Sandapan (lead aVF): didapatkan dari lengan kanan ke lengan kiri di
arahkan ke kaki kiri
3. Sandapan Unipolar: Prekordial
Sandapan (lead v1): pada ics 4 digaris sternum kanan
Sandapan (lead v2): pada ics 4 digaris sternum kiri
Sandapan (lead v3): diantara v2 dan v4
Sandapan (lead v4): pada ics 5 digarin mid klavikula dua jari dari aerola
Sandapan (lead v5): sejajar dengan v4 pada garis anterior aksila
Sandapan (lead v6): pada garis mid aksila sejajar dengan v5
v7, v8, v9 tambahan bila ada kelainan
Sandapan (lead v7): sejajar dengan v6 pada garis posterior aksila
Sandapan (lead v8): sejajar dengan v7 pada garis mid scapula
Sandapan (lead v9): sejajar dengan v8 pada garis veterbra kiri
B. Tujuan
1. Mengetahui kelainan irama jantung
2. Mengetahui kelainan miokardium
3. Mengetahui efek penggunaan obat jantung
C. Indikasi
1. Adanya kelainan irama jantung
2. Adanya kelainan miyokar, seperti infark miokaard, hipertrofi atrial dan
ventrikel
3. Adanya perikarditis
4. Pembesaran jantung
D. Persiapan Alat
1. Memeriksa kelengkapan alat EKG yang akan digunakan :
Mesin ekg beserta elektroda dan kabel listrik dan kabel untuk ground
Kertas interpretasi ekg, pulpen, pensil
Jelly/air
Kapas alkohol
Kertas tissue
2. Memeriksa fungsi alat sehingga siap untuk digunakan
E. Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada klien/keluarga
2. Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
3. Meminta persetujuan klien
4. Mengatur posisi pasien untuk berbaring
F. Persiapan Lingkungan
Jaga privasi klien
G. Fase Orientasi
1. Beri salam terapeutik
2. Validasi perasaan klien
3. Jelaskan tujuan prosedur
4. Kontrak (waktu dan tempat)
H. Fase Kerja
1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan bersih
3. Membuka pakaian atas klien
4. Ooleskan jelly padaa elektroda
5. Pasang elektroda pada ekstermitas atas dan bawah untuk merekam
ekstermitas lead:
a. Merah pada ekstermitas kanan atas
b. Kuning pada ekstermitas kiri atas
c. Hitam pada ekstermitas kanan bawah
d. Hijau pada ekstermitas kiri bwah
6. Pasang elektroda prekordial untuk merekam prekardial lead:
a. Pasang v1 pada ics 4 digaris sternum kanan
b. Pasang v2 pada ics 4 digaris sternum kiri
c. Pasang v3 diantara v2 dan v4
d. Pasang v4 pada ics 5 digarin mid klavikula dua jari dari aerola
e. Pasang v5 sejajar dengan v4 pada garis anterior aksila
f. Pasang v6 pada garis mid aksila sejajar dengan v5
7. Hidupkan mesin elektrogram
8. Lakukan pencatatan identitas klien pada EKG
9. Lakukan perekaman sesuai instruksi
10. Matikan mesin ekg dan lepaskan elektroda pada tubuh klien
11. Bantu klien memakai pakaian kembali
12. Bereskan alat
13. Cuci tangan
I. Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
2. Kontrak selanjutnya
3. Dokumentasi
KONSEP DASAR EKG DENGAN METODE ANGKA “3”
E Elektro/kelistrikan jantung
1. Sifat listrik jantung
- Otomatisitas kekmampuan sel otot jantung untuk memulai impuls listrik tanpa
distimulasi oleh saraf atau sumber lainnya
- Rangsangan kemampuan sel-sel jantung untuk merespons rangsangan listrik
(sumber listrik, mekanik atau kimia)
- Konduktivitas kemampuan sel jantung untuk menerima impuls listrik dan
mengirimkan impuls ke sel jantung yang berdekatan
- Kontraktilitas kemampuan miokardium untuk memendekan serat ototnya
sebagai respons terhadap stimulus listrik
- Refraktilitas lamanya waktu istirahat yang dibutuhkan setelah periode
depolarisasi dan kontraksi otot
2. Sistem konduksi (sumber listrik utama)
- SA node (pemimpin) 60 – 100x/menit
- AV node 40 – 60x/menit
- Serabut furkinje 20 – 40x/menit
2. Arteri Koroner
3. Sistem Sirkulasi
G Gram
1. Kertas EKG
-
2. Sandapan EKG
3. EKG Normal
P depolarisasi atrium
Gelombang P Intervert
Gelombang P Bifasik
Tinggi < 1,3 mv atau < 3 KK ; Lebar < 0,12 detik atau < 3 KK
PR Interval
Situs Ritem
Jika ada gelombang P QRS T
Irama : Teratur
Denyut jantung : 6 – 100x/menit
Gelombang P : Normal ( selalu diikuti gel QRS dan T)
Interval PR : Normal (0,12 – 0,20 detik)
Gelombang QRS : Normal (0,06 – 0,12 detik)
Interpretasi EKD Dasar
1. Lihat standarisasi perekaman EKG (kecepatan 25 mm.detik dan kalibrasi 10
mm/mv)
Gambar A kalibrasi sesuai standar internasional
Gambar B ½ dari standar internasional
Gambar C 2x dari standar internasional
2. Menilai irama apakah teratus (regular) atau tidak teratur (irregular)
Menggunakan penggaris atau kertas kosong
Menilai jarak dari gelombang R ke gelombang R berikutnya
KK (Kotak Kecil) atau KB (Kotak Besar)
3. Hitung laju jantung atau Heart Rate
jumlah Kotak Besar dalam60 detik
300 =
Jumlah Kotak Besar antar R−R
jumlah Kotak Kecil dalam 60 detik
500 =
Jumlah Kotak Kecil antar R−R
Jika irama tidak teratur, ambil EKG stip sepanjang 6 detik, hitung jumlah
QRS dan dikalikan 10
Karakteristik EKG
Septal Anterior
Lateral
Inferior
Anterior
Septal
Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta : DPP
PPNI
Hariyono. 2020. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Cardiovaskuler Untuk Profesi Ners.
Jombang: Icme Press
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Edisi 8 Buku 3. Jakarta: Salemba Emban Patria.
Ismail, I., Purnamawati, D., Jumaiyah, W., & Rayasari, F. (2021). Peningkatan Kemampuan
Perawat dalam Interpretasi EKG Normal dan Aritmia dengan Metode Angka “3”. Jurnal
Keperawatan Silampari, 4(2), 405-414. https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v4i2.1924
FORMAT KONTRAK BELAJAR SISTEM KARDIOVASKULER
Nama Mahasiswa :
NPM :
Inspeksi:
a. Respirasi meningkat, dyspnea
b. Batuk kering, sputum pekat, bercampur
darah
c. Adanya Peningkatan JVP
d. Kulit terlihat pucat
e. Adanya edema ektremitas bawah
f. Adanya asites abdomen
Palpasi
a. Pulsasi perifer menurun
b. Ictus cordis bergeser ke kiri, inferior
karena dilatasi atau hipertrovi ventrikel
c. Denyut jantung meningkat
d. Piting edema
Auskultasi
a. Suara paru menurun, terdengar bunyi
ronki
b. Suara jantung dengan S1, S2 menurun.
Kontraksi miokard menurun. S3
meningkat, volume sisa meningkat,
murmur terkadang juga terjadi
Pemeriksaan Lab
a. Pemeriksaan elektrolit diukur untuk
mengevaluasi status cairan dan
elektrolit
b. Nitrogen Urea Darah (BUN) dan
kreatinin serum diambil untuk
mengevaluasi fungsi ginjal
c. Pemeriksaan LDH, bilirubin, kadar
protein total mengevaluasi efek gagal
jantung yang mungkin pada fungsi hati.
d. Pemeriksaan AGD untuk mengevaluasi
pertukaran gas pada jaringan dan paru.
e. Radiologi
f. Lapang paru bercak-bercak karena
edema paru.
g. Distensi vena paru.
h. Hidrotoraks / efusi pleura
i. Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks
meningkat.
j. EKG
Dapat ditemukan hasil : kelainan primer
jantung (iskemik, hipertrofi ventrikel,
gangguan irama) dan tanda-tanda faktor
pencetus akut (infark miokard, emboli
paru).
k. Ekokardiografi
Memperlihatkan regangan atau pembesaran
atau iskemia jantung.
l. Kateterisasi Jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP)
10mmHg atau pulmonary arterial wedge
pressure >12mmHg dalam keadaan
istirahat. Curah jantung lebih rendah dari
2,71/menit/m2 luas permukaan tubuh.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan jantung memompakan sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan
jaringan tubuh
2. Hipervolemia cairan berhubungan dengan penurunan filtrasi glomerulus, penurunan curah jantung, peningkatan produksi hormone
antidiuretik (ADH)
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
5. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan nutrisi dan oksigrn dalam sel menurun
6. Defisit nutsisi berhubungan dengan anoreksia
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
8. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
9. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan dalam status kesehatan
C. Intervensi
Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti merokok Ajarkan pasien
dan keluarga mengukur berat badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama …x24 jam, Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis,
masalah hipervolemia dapat ortopenia, dispenia, edema, CVP
teratasi dengan kriteria hasil : meningkat, suara napas tambahan)
Klien akan menunjukkan Identifikasi penyebab hipervolemia
keseimbangan cairan yang Monitor status hemodinamik (mis, frekuensi
adekuat. jantung, tekanan darah, MAP, CVP), jika
tersedia
Monitor intake dan output cairan
Monitor kecepatan infus secra adekuat
Monitor efek samping diuretik
Teraupetik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 300 - 400
Edukasi
Ajarkan cara membatasi cairan
Ajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluaran cairan
Anjurkan melapor jika haluan urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1kg
dalam sehari
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
3. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakuka tindakan Observasi
keperawatan ...x24jam diharapkan Monitor pola nafas, monitor saturasi
gangguan pertukaran gas dapat oksigen
teratasi dengan kriteria hasil : Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Respirasi dalam batas normal upaya nafas
Tidak ada dispnea Monitro adanya saumbatan jalam nafas
Gelisah tidak ada
Sianosis tidak ada Terapeutik
PaO2 dalam batas normal Atur interval pemantauan respirasi sesuai
pH arteri dalam batas normal kondisi pasien
Saturasi O2 dalam batas
nromal Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4. Bersihan Jalan Nafas Tidak Setelah dilakukan asuhan Observasi
Efektif keperawatan selama …x24 jam, Monitor pola napas (frekuensi,
masalah bersihan jalan nafas tidak kedalaman, usaha napas)
efektif dapat teratasi dengan Monitor bunyi napas tambahan
kriteria hasil : (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
Batuk efektif meningkat kering)
Produksi spuntum menurun Monitor sputum (jumlah, warna,
Mengi menurun aroma)
Wheezing menurun
Meconium (pada neonates) Terapeutik
menurun Pertahankan kepatenan jalan
Frekusni nafas membaik napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
Pola nafas membaik thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
5. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan asuhan Observasi :
efektif keperawatan selama …x24 jam, Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
masalah perfusi jaringan tidak edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
efektif dapat teratasi dengan ankle brachial index)
kriteria hasil : Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
Tekanan darah dalam rentang (mis. diabetes, perokok, orang tua,
normal hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
Nadi perifer teraba Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
Edema perifer tidak ada bengkak pada ekstremitas
Jaringan perifer bebas lesi
Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan olahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurunan
kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis.
melembabkan kulit pada kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vaskular
Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
6. Deficit nutrisi Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan
nasogastric
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. pereda nyeri, antiemetic, jika
perlu)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
7. Intoleransi aktivitas. Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama …x24 jam, Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
masalah intoleransi aktifitas dapat mengakibatkan kelelahan
teratasi dengan kriteria hasil: Monitor pola dan jam tidur
Berpartisipasi dalam Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
aktivitas yang diinginkan, selama melakukan aktivitas
memnuhi kebutuhan
perawatan sendiri. Teraupetik
Mencapai peningkatan yang Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
diukur dalam hal toleransi stimulus (mis, cahaya, suara, kunjungan)
aktivitas, yang dibuktikan Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
dengan penurunan keletihan aktif
dan kelemahan dan TTV Berikan aktivitas distraksi yang
dalam batas normal menenangkan
Fasilitasi aktivitas duduk disamping tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
8. Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan Observasi :
keperawatan selama …x24 jam, Identifikasi keamanan dan kenyamanan
masalah risiko cedera dapat lingkungan
teratasi dengan kriteria hasil :
Klien terbebas dari cedera Terapeutik :
Klien mampu menjelaskan Atur posisi futniture dengan rapid an
cara/metode untuk mencegah terjangkau
cedera Atur suhu lingkungan yang sesuai
Mampu memodifikasi gaya Sediakan ruang berjalan yang cukup dan
hidup untuk mencegah cedera aman
Menggunakan fasilitas Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang
kesehatan yang ada bersih dan nyaman
Sediakan pewangi ruangan, jika perlu
Hindari pandangan langsung ke kamar
mandi, toilet, atau peralatan untuk eliminasi
Ganti pakaian secara berkala
Hindari paparan langsung dengan cahaya
matahari atau cahaya yang tidak perlu
Izinkan membawa benda-benda yang
disukai dari rumah
Izinkan keluarga untuk mendampingi klien
Fasilitasi penggunaan barang-barang
pribadi (mis. piyama, jubbah, perlengkapan
mandi)
Pertahankan konsistensi kunjungan tenaga
kesehatan
Berikan bel atau alat komunikasi untuk
memanggil perawat
Edukasi
Jelaskan cara membuat lingkungan rumah
yang aman
Jelaskan cara menghadapi bahaya
kebakaran
Ajarkan klien dan keluarga/pengunjung
tentang upaya pencegahan infeksi
9. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan ..x24jam diharapkan Identifikasi saat tingkat anxietas
tingkat ansietas menurun, dengan berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
kriteria hasil : Identifikasi kemampuan
Verbalisasi meurun mengambil keputusan
Verbalisasi khatir akibat Monitor tanda anxietas (verbal
kondisi yang dihadapi dan non verbal)
menurun
Perilaku gelisah meurun Terapeutik
Perilaku tegang menurun Ciptakan suasana terapeutik
Konsentrasi membaik untuk menumbuhkan kepercayaan
Pola tidur membaik Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
Pahami situasi yang membuat
anxietas
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
jika perlu
Arterosklerosis Hipertensi Sistemik / Pulmonal Peradangan & Penyakit Miokardium Penyakit Jantung lain (c/ Steanosis katup smilunar)
Terganggunya aliran darah Tahanan vaskuler Merusak serabut otot jantung Pengosongan atrium terhambat
sistemik/pulmonal
Preload
Suplai O₂ ke jantung
Afterload
Hipoksia Jantung
Beban Kerja Jantung
Metabolisme Anaerob
Hipertrofi serabut otot jantung Kontraktilitas miokardium
COP
abnormal
Kebututah O₂
Asidosis Abnormalitas elektrolit di sel Kompensasi Tubuh
Angiotensin 2
Injuri miokard Memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan
arteri coroner
Vasokontriktor Sekresi
Iskemik miokard > 30 mnt kuat vaskuler aldosteron
tekanan kapiler pulmonal Suplai darah ke Renin Congesti visera & jaringan perifer
jaringan Tekanan vena
jugularis
Angiotensin I &
Edema paru Kongesti paru Tekanan vena Congesti vena
Nutrisi & O₂ di II Congesti hepar
ekstremitas abdomen
dalam sel Nutrisi & O₂ di
dalam sel
Ronchi basah Dispnea Retensi
Na+H₂O Edema Statis vena
Tekanan pembuluh
ekstremitas abdomen
Katabolisme yang darah porta
tidak adekuat dari Kesadaran
Iritasi mukosa Nyeri saat
jaringan
paru bernafas
Anoreksia
Asites
Hipervolemi Resiko Cedera
Reflek batuk Ansietas
Lemah letih Perfusi Jaringan
Tidak Efektif Penekanan pada Defisit Nutrisi
Diafragma
Penumpukan
sekret Kontraktilitas
Intoleransi Hipoksia
jantung
aktifitas
Distress
pernapasan
Gangguan
Penurunan
Pertukaran
Curah Jantung
Gas
Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif