JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2021/2022 ASKEP PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain perencanaan yang ditetapkan.(Adib, 2009). Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu : a. Biodata Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin, kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan pasien dan alamat. b. Keluhan utama Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak. c. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina (hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan. 2) Riwayat kesehatan masa lalu Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan : a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : obesitas, alcohol, merokok, serta polisetemia. b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti: Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. 3) Riwayat kesehatan keluarga Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya. d. Riwayat psikososial Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor stress multiple. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara. e. Riwayat spiritual Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing individu. f. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum : Pasien nampak lemah 2) Tanda-tanda vital : Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg. 3) Review of sistem a) Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler. Tanda : Kenaikan tekanan darah Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut. Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat. Frekuensi / irama: takikardia, berbagai disritmia. Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis valvular. Distensi vena jugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda. b) Neurosensori Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan dan episode statis staksis. Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori. Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan- mendatar, edema, papiladema, exudat, hemoragi. c) Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung). Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri abdomen/massa. d) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat). Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis. e) Keamanan Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan. Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural. g. Aktivitas sehari-hari 1) Aktivitas Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea. 2) Eliminasi Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu). 3) Makanan dan cairan Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggigaram, lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori. Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria. h. Pemeriksaan diagnostik 1) BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal 2) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. 3) Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. 4) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. i. Penatalaksanaan 1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan dan diet rendah garam. 2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE inhibitor, beta-blocker, antagonis kalsium dan diuretik mengurangi massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan pengobatan yang paling efektif. 2. Diagnosa Keperawatan Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosadiagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu dimana “P” diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “berhubungan dengan”. Menurut NANDA, NIC, NOC diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Pasien Hipertensi adalah : 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. 3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4. Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari Kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan. 3. Intervensi Keperawatan Pada fokus intervensi meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi, rasional, Menurut NANDA,NIC,NOC : a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler Tujuan : NOC 1. Efektivitas pompa jantung 2. Status Sirkulasi 3. Status tanda-tanda vital Kriteria hasil : 1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah,Nadi, respirasi) 2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan 3. Tidak ada Edema paru, Perifer, dan tidak ada asites 4. Tidak ada penurunan kesadaran. INTERVENSI NIC 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi) 2. Catat adanya distrimia jantung 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output 4. Monitor status kardiovaskuler 5. Anjurkan untuk menurunkan stress 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi b. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan : NOC 1. Nyeri terkontrol 2. Skala nyeri 2 (ringan) Kriteria hasil : 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 2. Melaporkan bahwa berkurang dengan menggunakan dengan manajemen nyeri. 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) 4. Tanda vital dalam rentang normal. INTERVENSI NIC 1. Lakukan pengkajian nyeri cecara komfrehensif, termaksuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi. 2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan. 3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik. 4. Bantu pasien dan keluarga untuk menemukan dukungan. 5. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Tujuan : NOC 1. Konserpasi energi 2. Aktivitas toleransi Kriteria hasil : 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan respirasi 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. NIC Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang. Monitor respon fisik,emosi sosial, dan inspirasi. 3. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015). Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017). Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu: a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-kultural, dan lain-lain. b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi. 4. Evaluasi evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017) Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi : a. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang. 1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia. 2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan. 3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan. 4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah ditentukan. b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi: 1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan. 3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.