Rencana pengesahan RUU KUHP menimbulkan banyak kontroversi antar mahasiswa.
Fenomena ini memperlihatkan kesadaran politik yang tinggi dikalangan anak muda. Menurut mereka rencana pengesahan RUU KUHP dan revisi UU KPK tersebut tidak dipertimbangkan secara matang, banyak masyarakat yang kecewa dengan keputusan tersebut. Mereka kecewa dengan wakil rakyat yang mereka pilih karena tidak mendengarkan suara masyarakat. “Mahasiswa dari berbagai universitas menggelar aksi demo di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat(DPR), Jalan Gatot Subroto, Jakarta, senin(23/09/2019). Para mahasiswa menyuarakan penolakan terhadap perubahan rancangan RKUHP dan revisi UU KPK. Sempat memanas, para mahasiswa memaksa masuk ke gedung DPR. Pukul 17.40 WIB, DPR menerima perwakilan dari sejumlah universitas. Mereka diperbolehkan masuk ke Gedung DPR untuk menyampaikan aspirasinya. Dalam audiensi itu mereka diterima Ketua Badan Legislasi(Baleg) Supratman Andi Algas dan anggota komisi III Masinton Pasariu. Aksi demo mahasiswa menolak RUU RKUHP dan revisi KPK terjadi di berbagai wilayah. Pada hari kamis (19/09/19) di Jakarta, mahasiswa menggelar demostrasi di gedung DPR/MPR. Mahasiswa berkumpul di Jalan Gatot Subrot, Jakarta. Selain Jakarta, penolakan terhadap UU KPK baru juga terjadi di Gedung DPRD Ciamis pada jumat (20/09/2019). Mahasiswa yang berkumpul membawa spanduk dan poster berisi penolakan terhadap RKUHP dan revisi UU KPK. Mereka sangat antusias dan bersemangat dalam mencari keadilan untuk masyarakat. Di Bandung, aksi penolakan mahasiswa terhadap revisi UU KPK dan RKUHP yang di gelar pada Senin(23/09/19) berakhir ricuh. Akibatnya, sejumlah mahasiswa dan anggota kepolisian mengalami luka-luka. Selepas magrib para mahasiswa masih berkumpul di depan Gedung DPRD sembari berorasi dan bernyanyi. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tiba- tiba massa dan aparat kepolisian terlibat bentrokan. Aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian pun tidak dihindarkan. Namun, seharusnya aparat kepolisian lebih tegas dan tidak terbawa suasana sehingga terbawa emosi dan berbentruk dengan mahasiswa. Lemparan batu mengenai kedua pihak,baik dari polisi maupun mahasiswa. Bahkan trelihat seorang mahasiswa seketika pingsan lantaran terkena lemparan batu. Saat diangkat, bagian kepala pemuda tersebut mengeluarkan darah. Ia pun langsung dibawa tim medis untuk mendapatkan pertolongan di bagian dalam Gedung. Para petugas kepolisian terbawa emosi dan semkin lama semakin menjadi jadi. Mobil water canon diturunkan untuk memukul mundur mahasiswa. Gas air mata pun dikeluarkan untuk membubarkan massa. Apa yang dilakukan aparat kepolisian kelewatan batas dan hanya akan memakan banyak korban luka tanpa memberikan solusi yang dapat membuat mahasiswa menjadi lebih tenang dan tidak terbawa emosi. Intinya, DPR harus selalu membuka telinga dan suara mereka karena mereka sudah dipercaya masyarakat. Namun, kenyataannya mereka tidak memikirkan masyarakat dan hanya peduli soal kesenangan mereka sendiri, apa yang mereka pikir akan menguntungkan mereka selalu dinomer satukan dan apa yang akan menjadi penghalang mereka akan segera di singkirkan. Selain itu, masyarakat tidak boleh diam saja dan hanya menuruti apa yang mereka inginkan dan hanya diam menunduk, kita harus selalu berjuang demi kebaikan dan keadilan masyarakat tanpa memandang status masyarakat.