1.1.2. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik : respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
1
1.1.3. Patofisiologi
Volume
darah Tekanan darah meningkat
meningkat
Hipertropi/dilatasi meningkat
2
hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
3
1.1.6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
2) Penatalaksanaan-Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. (Doenges, Marilyn E.
2000).
2.1.1. Pengkajian
Anamnesa
1) Biodata
Dapat terjadi pada semua jenis kelamin baik pria maupun wanita
2) Keluhan Utama
Pusing, mual, muntah, gangguan penglihatan (diplopia, kabur), sakit
kepala oksipital, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri dada sesak nafas
lemah
3) Riwayat penyaki masa lalu
Riwayat hipertensi, merokok, pengguna alcohol, pola hidup yang tidak
sehat
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga ada yang menderita riwayat penyakit hipertensi
5) Pola aktiviras sehari-hari
4
Banyak makanan yang dimasak dengan garam Na, makanan yang
mengandung lemak tinggi, kebiasaan merokok, minum alcohol serta tidak
rutin dalam melakukan aktivitas olah raga, pola hidup yang kurang sehat.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.
5
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
afek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala.
8) Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas / kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2.1.4. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.
6
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja
jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
R : Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan bidang vaskuler
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
R : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek
dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
R : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
R : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung
e. Catat edema umum.
R : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
R : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
R : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hipertensi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
R : Pada pasien dengan hipertensi aktivitas yang berlebih dapat
menyebabkan resiko cidera dan peningkatan tekanan darah yang dapat
menyebabkan cidera vaskuler pada otak
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
R : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang
simpatis
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
R : dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah
7
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
R : Pembatasan ini dapat menurunkan retensi cairan dengan repon
hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi (inhibitor
simpatis, misalnya V block).
R : Secara umum menurunkan TD melalui efek kombinasi penurunan total
perifer.
Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral, ditandai dengan :
a. Melaporkan nyeri yang berdenyut yang terletak pada region suboksipital
terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
berdiri
b. Segan untuk menggerakkan kepala
c. Menghindari sinar matahari, lampu terang dan keributan
d. Mengerutkan kening
e. Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual dan muntah
Tujuan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 1 x 24 jam
Kriteria Hasil :
f. Pasien akan melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/berkurang
g. Pasien mengungkapkan metode yang dapat mengurangi ketidaknyamananan
h. Pasien mengikuti terapi medikamentosa yang telah di programkan
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi).
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta
teknik relaksasi.
R : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya).
c. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.
8
R : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
R : Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien istirahat selama 1 jam setelah
makan.
R : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
R : Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis
Diagnosa Keperawatan 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton
Tujuan : Asupan nutrisi klien dapat dipenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil :
i. Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
j. menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga
yang tepat secara individu.
Intervensi
a. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
R : Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan masa tumbuh).
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam dan gula sesuai indikasi.
R : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler
9
c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
R : motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R : mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan / penyuluhan.
e. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
R : Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari
secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan
berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui
kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.
f. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar
saat makanan dimakan.
R : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan.
g. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
R : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
Diagnosa keperawatan 4
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan perubahan ketidaknyamanan.
Tujuan : klien tidak mengalami cidera selama terjadinya gangguan
ketidaknyamanan
Kriteria hasil :
k. Klien akan mendemonstrasikan hilangnya/tidak pusing bila digunakan untuk
beraktivitas
10
l. Melaporkan akativisa mandiri atau tanpa bantuan
m. Tekanan darah dalam batas normal
n. Pasien tampak rileks
Intervensi
a. Observasi adanya pusing, mual, muntah
R : TD yang meningkat mengakibatkan pusing mual dan muntah dan dapat
menyebabkan kelemahan pada pasien
b. Bantu dengan ambulasi dan aktivitas sesuai dengan kebutuhan pasien
R : adanya pusing dapat menyebabkan pasien menjadi lebah dan dapat
beresiko hilangnya keseibangan pada pasien dan alar protectif dari
pasien
c. Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien
R : Posisi yang nyaman membantu menurunkan ketegangan pasien
d. Anjurkan pasien untuk meminta bantuan bila pasien memerlukan sesuatu
R : Pusing yang meningkat mengakibatkan ketidak seimbangan dalam
tubuh sehingga memerlukan bantuan untuk mecegah terjadinya cidera.
e. Berika HE tentang mobilisasi dirumah
R : Pengetahuan pasien dalam menangani nyeri secara tiba-tiba beresiko
cidera sebelum beraktivitas
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Diagnosa keperawatan 5
Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri
Kriteria Hasil : klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
Intervensi Keperawatan
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
R : Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
R : Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen
yang bertambah dengan posisi telentang
3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan
kerja asam lambung
R : dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas
peristaltik
11
4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
R : mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5. Observasi TTV tiap 24 jam
R : sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
R : Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
R : Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain
Diagnosa keperawatan 6
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan individu
Intervensi Keperawatan
1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
R : Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang
diharapkan
2. Timbang BB klien
R : Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
R : meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas
mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
R : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang
tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
R : Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake
diet klien.
6. Monitor intake dan output secara periodik.
R : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
12
7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar
(BAB).
R : Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
Diagnosa keperawatan 7
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan
Kriteria Hasil :
o. mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan
p. dibuktikan stabil
q. membran mukosa lembab
r. turgor kulit baik.
Intervensi Keperawatan
1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa,
turgor kulit
R : Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
R : Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan
dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak
pada keseimbangan elektrolit
3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretic
R : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau
penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut
4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan
cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan
R : Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan
untuk berhasil
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
R : Tindakan darurat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan
elektroli
13
Diagnosa keperawatan 8
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
14
DATAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,
EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta,
FKUI
15